Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
DATA HASIL PENGAMATAN 1. Tuliskan data pengamatan yang diperoleh dari praktikum hitungan cawan!
A3= PCA POUR PLATE
Sampel Bahan Pangan
Pengenceran -4
Sawi
-5
-6
10
10
10
10-5 TBUD
10-6 39
10-7 52
-6
-7
A1= NA
Pengenceran
Jumlah Koloni
-4
10
-6
10 10-6 TBU D
10 10-7 TBU D
10-5 47
6
10-6 315
10-7 192
35
9
2,8 × 10
Daging Ayam
10 49
10 13
10 15
4,9 × 10
Sosis
1
220
24
2,20 × 107
10
*)
-5
6
10-5 TBU D
-5
Jumlah koloni pada media *) A2= NA A3= VRBA SPREAD PLATE POUR PLATE
Tuliskan jumlah mikroba yang terdapat pada petridish
Pengenceran
Jumlah Koloni
-4
-6
10
10
10
7
10-5 59
10-6 22
10-7 -
10
10-5 -
10-6 -
-
-
4,7 × 10
1,92 × 10 3,5 107
-5
A1= SSA
A2=MRSA SPREAD PLATE Pengenceran
Jumlah Koloni
-4
-5
-6
Jumlah Koloni
10
10
10
5,9 × 10
10-5 64
10-6 8
10-7 21
6,4 × 107
10-7 -
-
10-5 1
10-6 -
10-7 -
<3,0 × 106 (1× 106)
-
-
-
1
-
<3,0 × 106 (1× 106)
6
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
2. Tuliskan tahapan dan cara perhitungan anda untuk mendapatkan jumlah koloni pada masing-masing sampel ! Preparasi Sebelum melakukan praktikum hal yang harus dilakukan yaitu preparasi. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini. Alat yang digunakan yaitu 12 cawan petri, 3 erlenmeyer, 6 tabung reaksi, 1 pipet ukur 10 ml, 1 bulb, 1 gelas ukur 100 ml, 1 pengaduk kaca, kertas label, dan rak tabung reaksi. Cawan petri akan digunakan untuk membiakkan kultur bakteri. Erlenmeyer sebagai wadah untuk membuat media NA dan MRSA. Tabung reaksi digunakan sebagai wadah larutan pengencer sesuai tahap pengenceran dari 10-1 sampai 10-7. Pipet ukur dan bulb digunakan untuk mengambil larutan pepton. Gelas ukur untuk mengukur cairan seperti akuades agar lebih akurat. Pengaduk kaca digunakan untuk mengaduk media saat dipanaskan. Kertas label digunakan untuk melabeli cawan petri dengan nama kelompok, jenis sampel, pengenceran, media, dan metode serta melabeli tabung reaksi sesuai dengan pengenceran yang dilakukan. Dan bahan yang disiapkan untuk praktikum ini yaitu media NA sebanyak 1,8 gram, media MRSA sebanyak 6,138 gram dan pepton sebanyak 0,07 gram Setelah itu dilakukan pembuatan media NA, media NA sebelumnya dihitung massa pada bahan yang akan digunakan dimana volume media NA yang akan dibuat sebanyak 15 ml untuk 6 cawan petri dan diperoleh hasil 90 ml media NA yang 20
dibutuhkan. Media kemudian ditimbang sebanyak 1000 𝑥 90 = 1,8 gram menggunakan timbangan analitik. Potong kertas aluminium foil dan letakkan diatas timbangan. Kemudian, kalibrasi timbangan dengan cara menekan tombol CAL. Tujuan dari kalibrasi adalah untuk menstabilkan timbangan yang akan digunakan. Setelah dikalibrasi, tekan tombol zero (0) dan masukkan media dengan menggunakan spatula dan diletakkan diatas kertas aluminium foil. Setelah itu, timbang berat dari media yang digunakan. Setelah ditimbang media dilarutkan dengan aquades yang telah diukur menggunakan gelas ukur pada erlenmeyer. Media dipanaskan di atas kompor listrik sampai mendidih dengan dilakukan pengadukan menggunakan pengaduk kaca agar media tidak mengumpal dan tercampur rata. Setelah mendidih, angkat tabung erlenmeyer dari kompor listrik dan sumbat menggunakan kapas steril. Bungkus dengan kertas payung yang dipersiapkan untuk disterilisasi menggunakan autoklaf. Setelah pembuatan media NA, dilakukan pembuatan media MRSA, sebelumnya dihitung massa pada bahan yang akan digunakan dimana volume media MRSA yang akan dibuat sebanyak 15 ml untuk 6 cawan petri dan diperoleh hasil 90 ml media MRSA yang dibutuhkan. Media kemudian ditimbang sebanyak
68,2 1000
𝑥 90 = 6,138
gram menggunakan timbangan analitik. Potong kertas aluminium foil dan letakkan
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
diatas timbangan. Kemudian, kalibrasi timbangan dengan cara menekan tombol CAL. Tujuan dari kalibrasi adalah untuk menstabilkan timbangan yang akan digunakan. Setelah dikalibrasi, tekan tombol zero (0) dan masukkan media dengan menggunakan spatula dan diletakkan diatas kertas aluminium foil. Setelah itu, timbang berat dari media yang digunakan. Setelah ditimbang media dilarutkan dengan aquades yang telah diukur menggunakan gelas ukur pada erlenmeyer. Media dipanaskan di atas kompor listrik sampai mendidih dengan dilakukan pengadukan menggunakan pengaduk kaca agar media tidak mengumpal dan tercampur rata. Setelah mendidih, angkat tabung erlenmeyer dari kompor listrik dan sumbat menggunakan kapas steril. Bungkus dengan kertas payung yang dipersiapkan untuk disterilisasi menggunakan autoklaf. Selanjutnya yaitu pembuatan larutan pepton, media pepton sebelumnya dihitung massa terlebih dahulu dimana volume larutan pepton yang akan dibuat sebanyak 70 ml untuk 6 tabung reaksi dengan masing-masing tabung reaksi dan diperoleh hasil 70 ml media pepton yang dibutuhkan. Media pepton kemudian ditimbang sebanyak 𝟏 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝒙 𝟕𝟎 = 0,07 gr menggunakan timbangan analitik. Setelah ditimbang media
dilarutkan dengan aquades yang telah diukur menggunakan gelas ukur pada erlenmeyer. Media dipanaskan dengan kompor listrik sampai mendidih dengan dilakukan pengadukan menggunakan pengaduk kaca agar media tidak mengumpal dan tercampur rata. Setelah mendidih, angkat larutan pepton dan pindahkan ke dalam 6 tabung reaksi dengan masing-masing tabung berisi 9 ml larutan menggunakan pipet ukur dan bulb. Setelah larutan pepton dipindahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi selanjutnya sumbat tabung reaksi dengan menggunakan kapas steril. Tabung reaksi kemudian dibungkus dengan kertas payung dan diikat dengan karet yang dipersiapkan untuk disterilisasi menggunakan autoklaf. Setelah semua bahan yang dibutuhkan siap, selanjutnya dilakukan pembungkusan cawan petri yang akan disterilisasi dengan cara membungkusnya dengan menggunakan kertas payung dengan posisi cawan terbalik. Posisi kertas payung yang licin diletakkan di bagian luar agar uap air tidak meresap selama proses sterilisasi berlangsung. Cawan petri yang telah dibungkus kemudian diikat dengan menggunakan karet dengan ikatan silang agar karet tidak mudah dilepas dan pembungkus tidak lepas selama proses sterilisasi. Setelah dibungkus dan diikat kemudian semua cawan petri dimasukkan ke dalam plastik PE dan diikat dengan karet, pastikan sudah tidak ada udara dalam plastik PE. Media PCA, larutan pepton, dan akuades yang telah dipersiapkan kemudian dimasukkan jadi satu ke dalam plastik PE dan diikat dengan karet, pastikan sudah tidak ada udara dalam plastik PE. Setelah itu dimasukkan ke dalam keranjang autoklaf yang selanjutnya akan dilakukan sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit di dalam autoklaf.
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
1. Sampel Sawi Sebelum melakukan percobaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang akan digunakan pada percobaan dengan sampel sawi ini adalah cawan petri, tabung reaksi berisi masing-masing 9 ml larutan pepton, rak tabung reaksi, erlenmeyer 250 ml, vortex, bunsen, mikropipet 0,1 ml, mikropipet 1 ml, beberapa buah mikrotip, spreader, pisau, 2 buah beaker glass 100 ml, sumbat kapas, kertas payung, karet, kertas label, dan tisu. Cawan petri berfungsi sebagai wadah untuk mengisolasi sampel/kultur beserta media. Tabung reaksi pada praktikum ini berfungsi sebagai wadah menyimpan larutan pepton untuk proses pengenceran. Rak tabung reaksi berfungsi untuk meletakkan tabung reaksi supaya tertata rapi. Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah menyimpan larutan pepton dimana sampel akan dimasukkan ke dalamnya untuk dicampur dengan larutan pepton. Vorteks berfungsi untuk menghomogenkan larutan. Bunsen berfungsi sebagai sumber api yang akan digunakan selama pemindahan sampel dengan teknik aseptis. Mikropipet 0,1 ml dan 1 ml berfungsi untuk mengambil larutan dengan ukuran yang telah diatur/fix (0,1 dan 1 ml). Mikrotip berfungsi sebagai penampung larutan saat dilakukan proses penarikan pada volume tertentu dengan alat mikropipet. Spreader berfungsi sebagai alat bantu untuk menyebarkan atau meratakan kultur/sampel di atas media setelah penuangan sampel/kultur ke dalam cawan petri. Pisau berfungsi untuk memotong sampel. Beaker glass pada praktikum ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai wadah sisa cairan (alkohol) setelah digunakan untuk aseptis dan sterilisasi alat serta wadah mikrotip yang telah digunakan dan berfungsi sebagai wadah alkohol bersih untuk aseptis spreader. Sumbat kapas berfungsi untuk menyumbat mulut glassware supaya tidak ada kontaminan yang masuk. Kertas payung berfungsi untuk menutup/membungkus glassware yang telah disumbat dengan sumbat kapas serta untuk membungkus cawan petri yang akan diinkubasi/sterilisasi/destruksi. Karet berfungsi untuk merekatkan glassware yang telah dibungkusi dengan kertas payung. Kertas label berfungsi untuk memberi nama pada glassware-glassware supaya tidak tertukar antara sampel/larutan satu dengan sampel/larutan yang lain sehingga memudahkan saat pengamatan. Tisu berfungsi untuk membersihkan meja dalam proses aseptis lingkungan serta untuk membersihkan dan mengeringkan semua peralatan yang telah dibersihkan. Sementara itu, bahan yang akan digunakan pada percobaan dengan sampel sawi, media NA, media MRSA, larutan pepton, dan alkohol 70%. Sawi berfungsi sebagai sampel yang akan diuji. Media NA dan MRSA berfungsi sebagai media pertumbuhan mikroba. Larutan pepton berfungsi sebagai pelarut sampel untuk proses pengenceran dan sebagai sumber nutrisi mikroba. Alkohol 70% berfungsi sebagai bahan untuk aseptis dan sterilisasi.
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Pastikan di dalam 3 cawan petri sudah terisi media MRSA yang sudah memadat, 3 cawan petri sudah terisi media NA yang sudah memadat, 1 erlenmeyer berisi media MRSA yang masih cair, 1 erlenmeyer berisi media NA yang masih cair, 1 erlenmeyer berisi 70 ml larutan pepton, dan 4 tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml larutan pepton. Setelah menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan aseptis diri dan lingkungan sebelum memulai percobaan. Aseptis berfungsi untuk mendapatkan dan mempertahankan kondisi yang steril serta menghindari adanya kontaminan yang dapat hadir dan mengontaminasi sampel yang akan diuji. Cara melakukan aseptis diri adalah dengan menyemprotkan alkohol 70% ke kedua telapak tangan kemudian menggosok-gosokkannya secara merata dan menyeluruh pada kedua telapak tangan. Setelah itu, lakukan aseptis lingkungan dengan cara menyemprotkan alkohol 70% ke meja kerja yang akan digunakan untuk praktikum lalu dilap secara searah dengan menggunakan tisu. Kemudian, semprot pisau dengan alkohol 70% dan dilap secara searah dengan tisu untuk mensterilkan pisau tersebut. Setelah itu, sawi dipotong dengan pisau secara aseptis. Kemudian, sawi yang telah dipotong tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan pengencer (pepton). Erlenmeyer tersebut kemudian dikocok-kocok agar sampel becampur dengan larutan pepton sehingga mikroba terlepas dari sampel dan larut dalam larutan pepton tersebut. Penghomogenan sampel ke dalam larutan pepton merupakan pengenceran 10-1. Setelah itu, pastikan lagi seluruh tabung reaksi yang dibutuhkan telah terisi dengan 9 ml larutan pepton yang akan digunakan untuk pengenceran bertingkat dari 10-2 hingga 10-7. Tujuan dari pengenceran bertingkat ini adalah untuk mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam larutan tersebut supaya jumlah mikroba yang tumbuh nantinya masih dapat dihitung. Beri nama pada masing-masing tabung reaksi sesuai dengan jenis pengenceran yang akan digunakan pada tabung tersebut dengan menggunakan kertas label. Setelah itu, lakukan sterilisasi alat mikropipet dengan menyemprotkan mikropipet dengan alkohol 70% dan dilap dengan tisu secara searah. Nyalakan bunsen supaya kondisi sekitar terhindar dari adanya kontaminan selama melakukan percobaan. Kemudian, lakukan pengenceran 10-2 dengan cara ambil 1 ml larutan pepton dari erlenmeyer yang berisi 70 ml pepton (pengenceran 10-1) dengan menggunakan mikropipet 1 ml. Tabung reaksi yang berisi mikrotip dibuka sedikit penutupnya, lalu mikropipet ditancapkan pada mikrotip dan ditarik keluar. Kencangkan mikrotip pada mikropipet dengan menggunakan tangan supaya tidak terlepas. Kemudian, ambil larutan pepton pada pengenceran 10-1 (erlenmeyer dikocokkocok terlebih dahulu sebelum larutannya diambil) dengan menggunakan mikropipet 1 ml secara aseptis, yaitu setelah sumbat kapas pada erlenmeyer dibuka, mulut erlenmeyer harus dikenakan api bunsen dan diputar-putar supaya merata dan setelah larutan diambil, mulut erlenmeyer dikenakan pada api lagi secara merata dan segera ditutup lagi dengan
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
sumbat kapas. Masukkan 1 ml larutan pepton yang telah diambil ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml pepton dan berlabel pengenceran 10-2. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Dalam menuangkan larutan menggunakan mikropipet, ujung mikrotip harus dijauhkan dari praktikan agar tidak terkena dengan jas lab. Larutan pada pengenceran 10-2 tersebut kemudian divorteks agar homogen. Untuk melakukan ke pengenceran tahap selanjutnya, aseptis diri dan lingkungan kembali agar hasil yang didapatkan optimal dan tidak terjadi kontaminasi. Apabila sudah melakukan aseptis diri dan lingkungan, ambil 1 ml pepton pengenceran 10-2 menggunakan mikropipet 1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Untuk lebih meyakinkan dalam proses percobaan, larutan yang akan diambil divorteks terlebih dahulu agar lebih homogen karena apabila larutan telah didiamkan beberapa saat sebelum larutannya diambil, kemungkinan larutan tersebut sudah tidak homogen dan percobaan menjadi tidak akurat. Kemudian, masukkan 1 ml larutan pepton yang telah diambil ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml pepton dan berlabel pengenceran 10 -3. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Dalam menuangkan larutan menggunakan mikropipet, ujung mikrotip harus dijauhkan dari praktikan agar tidak terkena dengan jas lab. Larutan pada pengenceran 10-3 tersebut kemudian divorteks agar homogen. Untuk melakukan ke pengenceran tahap selanjutnya, aseptis diri dan lingkungan kembali agar hasil yang didapatkan optimal dan tidak terjadi kontaminasi. Apabila sudah melakukan aseptis diri dan lingkungan, ambil 1 ml pepton pengenceran 10-3 menggunakan mikropipet 1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Untuk lebih meyakinkan dalam proses percobaan, larutan yang akan diambil divorteks terlebih dahulu agar lebih homogen karena apabila larutan telah didiamkan beberapa saat sebelum larutannya diambil, kemungkinan larutan tersebut sudah tidak homogen dan percobaan menjadi tidak akurat. Kemudian, masukkan 1 ml larutan pepton yang telah diambil ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml pepton dan berlabel pengenceran 10-4. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Dalam menuangkan larutan menggunakan mikropipet, ujung mikrotip harus dijauhkan dari praktikan agar tidak terkena dengan jas lab. Larutan pada pengenceran 10-4 tersebut kemudian divorteks agar homogen. Untuk melakukan ke pengenceran tahap selanjutnya, aseptis diri dan lingkungan kembali agar hasil yang didapatkan optimal dan tidak terjadi kontaminasi. Apabila sudah melakukan aseptis diri dan lingkungan, ambil 1 ml pepton pengenceran 10-4 menggunakan mikropipet 1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Untuk lebih meyakinkan dalam proses percobaan, larutan yang akan diambil divorteks terlebih dahulu agar lebih homogen karena apabila larutan telah didiamkan beberapa saat sebelum larutannya diambil, kemungkinan larutan tersebut sudah tidak homogen dan percobaan menjadi tidak akurat. Kemudian, masukkan 1 ml larutan pepton yang telah diambil ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml pepton dan berlabel pengenceran 10 -5. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Dalam menuangkan larutan menggunakan mikropipet, ujung mikrotip harus dijauhkan dari praktikan agar tidak terkena dengan jas lab. Larutan pada pengenceran 10-5 tersebut kemudian divorteks agar homogen. Metode Pour Plate Lakukan proses inokulasi metode pour plate dengan larutanpengenceran terakhir, yaitu mulai dari larutan pengencer 10-5 Untuk inokulasi metode pour plate dengan larutan pengenceran 10-5, hal yang harus pertama dilakukan adalah memvorteks larutan pengencer 10-5 dengan alat vorteks. Kemudian, ambil 1 ml larutan menggunakan mikropipet 1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Kemudian, masukkan masing-masing 1 ml larutan pepton yang telah diambil (pengambilan 1 ml larutan dilakukan berulang) ke dalam 2 cawan petri yaitu cawan petri yang berlabel “10-5 MRSA pour” dan “10-5 NA
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
pour” secara aseptis. Cawan petri harus dalam keadaan steril dan aseptis sebelum dan setelah dimasukkan larutan dengan cara pinggiran cawan petri dikenakan pada api bunsen dengan diputar-putar menggunakan satu tangan (tangan kiri) supaya merata. Cara memasukkan larutan ke dalam cawan petri yaitu dengan membuka sedikit tutup cawan petri menggunakan ibu jari tangan kiri dan larutan pengencer tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri menggunakan mikropipet ukuran 1 ml untuk metode pour plate. Jika sudah, tuang media MRSA dan NA ke dalam cawan petri sesuai dengan nama media yang tertulis pada label tersebut secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi hingga permukaan cawan petri sudah tertutup sepenuhnya dengan media. Setelah cawan petri berisi media diaseptis, cawan petri digoyangkan di meja mengikuti pola angka 8 supaya media dan sampel menjadi homogen sebelum media memadat. Setelah itu, diamkan beberapa saat hingga media memadat. Jika sudah memadat, bungkus cawan petri dengan kertas payung dan direkatkan dengan menggunakan karet kemudian diinkubasi selama 48 jam (2 hari). Untuk inokulasi metode pour plate dengan larutan pengenceran 10-6, hal yang harus pertama dilakukan adalah memvorteks larutan pengencer 10-6 dengan alat vorteks. Kemudian, ambil 1 ml larutan menggunakan mikropipet 1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Kemudian, masukkan masing-masing 1 ml larutan pepton yang telah diambil (pengambilan 1 ml larutan dilakukan berulang) ke dalam 2 cawan petri yaitu cawan petri yang berlabel “10-6 MRSA pour” dan “10-6 NA pour” secara aseptis. Cawan petri harus dalam keadaan steril dan aseptis sebelum dan setelah dimasukkan larutan dengan cara pinggiran cawan petri dikenakan pada api bunsen dengan diputar-putar menggunakan satu tangan (tangan kiri) supaya merata. Cara memasukkan larutan ke dalam cawan petri yaitu dengan membuka sedikit tutup cawan petri menggunakan ibu jari tangan kiri dan larutan pengencer tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri menggunakan mikropipet ukuran 1 ml untuk metode pour plate. Jika sudah, tuang media MRSA dan NA ke dalam cawan petri sesuai dengan nama media yang tertulis pada label tersebut secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi hingga permukaan cawan petri sudah tertutup sepenuhnya dengan media. Setelah cawan petri berisi media diaseptis, cawan petri digoyangkan di meja mengikuti pola angka 8 supaya media dan sampel menjadi homogen sebelum media memadat. Setelah itu, diamkan beberapa saat hingga
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
media memadat. Jika sudah memadat, bungkus cawan petri dengan kertas payung dan direkatkan dengan menggunakan karet kemudian diinkubasi selama 48 jam (2 hari). Untuk inokulasi metode pour plate dengan larutan pengenceran 10-7, hal yang harus pertama dilakukan adalah memvorteks larutan pengencer 10-7 dengan alat vorteks. Kemudian, ambil 1 ml larutan menggunakan mikropipet 1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Kemudian, masukkan masing-masing 1 ml larutan pepton yang telah diambil (pengambilan 1 ml larutan dilakukan berulang) ke dalam 2 cawan petri yaitu cawan petri yang berlabel “10-7 MRSA pour” dan “10-7 NA pour” secara aseptis. Cawan petri harus dalam keadaan steril dan aseptis sebelum dan setelah dimasukkan larutan dengan cara pinggiran cawan petri dikenakan pada api bunsen dengan diputar-putar menggunakan satu tangan (tangan kiri) supaya merata. Cara memasukkan larutan ke dalam cawan petri yaitu dengan membuka sedikit tutup cawan petri menggunakan ibu jari tangan kiri dan larutan pengencer tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri menggunakan mikropipet ukuran 1 ml untuk metode pour plate. Jika sudah, tuang media MRSA dan NA ke dalam cawan petri sesuai dengan nama media yang tertulis pada label tersebut secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi hingga permukaan cawan petri sudah tertutup sepenuhnya dengan media. Setelah cawan petri berisi media diaseptis, cawan petri digoyangkan di meja mengikuti pola angka 8 supaya media dan sampel menjadi homogen sebelum media memadat. Setelah itu, diamkan beberapa saat hingga media memadat. Jika sudah memadat, bungkus cawan petri dengan kertas payung dan direkatkan dengan menggunakan karet kemudian diinkubasi selama 48 jam (2 hari) dengan suhu 37o. Metode Spread Plate Lakukan proses inokulasi metode spread plate dengan larutan 3 pengenceran terakhir, yaitu mulai dari larutan pengencer 10-5 hingga pengencer 10-7. Untuk inokulasi metode pour plate dengan larutan pengenceran 10-5, hal yang harus pertama dilakukan adalah memvorteks larutan pengencer 10-5 dengan alat vorteks. Kemudian, ambil 0,1 ml larutan menggunakan mikropipet 0,1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Kemudian, masukkan masingmasing 0,1 ml larutan pepton yang telah diambil (pengambilan 1 ml larutan dilakukan berulang) ke dalam 2 cawan petri yaitu cawan petri yang telah berisi media MRSA padat yang berlabel “10-5 MRSA spread” dan cawan petri yang telah berisi media NA padat yang berlabel “10-5 NA spread” secara aseptis. Cawan petri harus dalam keadaan steril dan aseptis sebelum dan setelah dimasukkan larutan dengan cara pinggiran cawan petri dikenakan pada api bunsen dengan diputar-putar menggunakan satu tangan (tangan kiri) supaya merata. Cara memasukkan larutan ke dalam cawan petri yaitu dengan membuka sedikit tutup cawan petri menggunakan ibu jari tangan kiri dan larutan pengencer tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri menggunakan mikropipet ukuran 0,1 ml untuk metode spread plate. Jika sudah, lakukan aseptis dan sterilisasi alat spreader dengan cara mencelupkan spreader ke dalam alkohol 70% lalu spreader dikenakan api bunsen dan hal tersebut dilakukan secara bergantian hingga 3 kali. Setelah itu, spreader dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditempelkan ke tutup cawan petri beberapa saat untuk memastikan spreader tidak terlalu panas sehingga kultur tidak akan terpengaruh. Setelah beberapa saat, kultur di permukaan media agar diratakan dengan spreader dengan cara memutar-mutarkan spreader hingga kultur terlihat sudah merata ke seluruh permukaan media. Setelah itu, cawan petri berisi media beserta spreader diaseptis dengan dikenakan pada api bunsen. Kemudian, bungkus cawan petri dengan kertas payung dan direkatkan dengan menggunakan karet kemudian diinkubasi selama 48 jam (2 hari) dengan suhu 37o. Untuk inokulasi metode pour plate dengan larutan pengenceran 10-6, hal yang harus pertama dilakukan adalah memvorteks larutan pengencer 10-6 dengan alat vorteks. Kemudian, ambil 0,1 ml larutan menggunakan mikropipet 0,1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Kemudian, masukkan masing-masing 0,1 ml larutan pepton yang telah diambil (pengambilan 1 ml larutan dilakukan berulang) ke dalam 2 cawan petri yaitu cawan petri yang telah berisi media MRSA padat yang berlabel “10-6 MRSA spread” dan cawan petri yang telah berisi media NA padat yang berlabel “10-6 NA spread” secara aseptis. Cawan petri harus dalam keadaan steril dan aseptis sebelum dan setelah dimasukkan larutan dengan cara pinggiran cawan petri dikenakan pada api bunsen dengan diputar-putar menggunakan satu tangan (tangan kiri) supaya merata. Cara
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
memasukkan larutan ke dalam cawan petri yaitu dengan membuka sedikit tutup cawan petri menggunakan ibu jari tangan kiri dan larutan pengencer tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri menggunakan mikropipet ukuran 0,1 ml untuk metode spread plate. Jika sudah, lakukan aseptis dan sterilisasi alat spreader dengan cara mencelupkan spreader ke dalam alkohol 70% lalu spreader dikenakan api bunsen dan hal tersebut dilakukan secara bergantian hingga 3 kali. Setelah itu, spreader dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditempelkan ke tutup cawan petri beberapa saat untuk memastikan spreader tidak terlalu panas sehingga kultur tidak akan terpengaruh. Setelah beberapa saat, kultur di permukaan media agar diratakan dengan spreader dengan cara memutarmutarkan spreader hingga kultur terlihat sudah merata ke seluruh permukaan media. Setelah itu, cawan petri berisi media beserta spreader diaseptis dengan dikenakan pada api bunsen. Kemudian, bungkus cawan petri dengan kertas payung dan direkatkan dengan menggunakan karet kemudian diinkubasi selama 48 jam (2 hari) dengan suhu 37o. Untuk inokulasi metode pour plate dengan larutan pengenceran 10-7, hal yang harus pertama dilakukan adalah memvorteks larutan pengencer 10-7 dengan alat vorteks. Kemudian, ambil 0,1 ml larutan menggunakan mikropipet 0,1 ml yang sudah disterilisasi dan dengan cara seperti yang telah disebutkan. Pada setiap pengenceran, mikrotip harus selalu diganti dan mikropipet harus selalu diaseptis terlebih dahulu supaya terhindar dari kontaminan. Sebelum dan sesudah menuangkan larutan, mulut tabung reaksi harus diputar-putarkan pada api bunsen segera setelah/sebelum sumbat kapas diambil/dipasang kembali supaya kondisi tetap steril dan tidak terjadi kontaminasi. Segala perlakuan harus dilakukan dekat dengan api bunsen agar tetap berada dalam keadaan steril. Kemudian, masukkan masing-masing 0,1 ml larutan pepton yang telah diambil (pengambilan 1 ml larutan dilakukan berulang) ke dalam 2 cawan petri yaitu cawan petri yang telah berisi media MRSA padat yang berlabel “10-7 MRSA spread” dan cawan petri yang telah berisi media NA padat yang berlabel “10-7 NA spread” secara aseptis. Cawan petri harus dalam keadaan steril dan aseptis sebelum dan setelah dimasukkan larutan dengan cara pinggiran cawan petri dikenakan pada api bunsen dengan diputar-putar menggunakan satu tangan (tangan kiri) supaya merata. Cara memasukkan larutan ke dalam cawan petri yaitu dengan membuka sedikit tutup cawan petri menggunakan ibu jari tangan kiri dan larutan pengencer tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri menggunakan mikropipet ukuran 0,1 ml untuk metode spread plate. Jika sudah, lakukan aseptis dan sterilisasi alat spreader dengan cara mencelupkan spreader ke dalam alkohol 70% lalu spreader dikenakan api bunsen dan hal tersebut dilakukan secara bergantian hingga 3 kali. Setelah itu, spreader dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditempelkan ke tutup cawan petri beberapa saat untuk memastikan spreader tidak terlalu panas sehingga kultur tidak akan terpengaruh. Setelah beberapa
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
saat, kultur di permukaan media agar diratakan dengan spreader dengan cara memutarmutarkan spreader hingga kultur terlihat sudah merata ke seluruh permukaan media. Setelah itu, cawan petri berisi media beserta spreader diaseptis dengan dikenakan pada api bunsen. Kemudian, bungkus cawan petri dengan kertas payung dan direkatkan dengan menggunakan karet kemudian diinkubasi selama 48 jam (2 hari) dengan suhu 37o. Setelah 48 jam, lakukan pengamatan dengan menghitung manual dengan mata telanjang atau dengan colony counter dengan menggunakan rumus: 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢
𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 , di dapatkan o
NA pour sawi
o
𝑺𝑷𝑪 =
=
𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝟓𝟐 𝒙 𝟏𝟎 𝟕 𝟑𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟔
= 1,3 x 101 CFU/g Rata-rata =
𝟓𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎+𝟑𝟗𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 6
o
= 2,8 x 10 CFU/g NA spread sawi SPC =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏 𝟒𝟕
= 𝟏𝟎−𝟓
o
= 4700000 CFU/g = 4,7 x 106 CFU/g = 4,7 x 107 CFU/g MRSA Pour Sawi SPC = =
o
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏 𝟓𝟗 𝟏𝟎−𝟓
= 5900000 CFU/g = 5,9 x 106 CFU/g MRSA spread sawi SPC =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏 𝟔𝟒
= 𝟏𝟎−𝟓 = 6400000 CFU/g = 6,4 x 106 CFU/g = 6,4 x 107 CFU/g
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
2. Sampel Sosis Sebelum melakukan pratikum hal yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum kali ini. Alat yang akan digunakan yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi, erlenmeyer, gelas beker, mikropipet, mikrotip, cawan petri, bunsen, korek api, sosis, dan alkohol 70%. Tabung reaksi digunakan sebagai tempat media pepton yang berisi pengenceran kultur. Rak tabung reaksi digunakan untuk tempat tabung reaksi yang berisi pengenceran kultur. Erlenmeyer digunakan sebagai tempat media PCA dan VRBA sebelum dituangkan ke cawan petri. Gelas beker digunakan sebagai tempat membuang mikrotip yang telah dipakai. Mikropipet digunakan untuk mengambil dan memindahkan suspensi pengenceran kedalam cawan petri dan tabung reaksi. Mikrotip sebagai tempat larutan yang diambil dan yang akan dipindahkan dengan mikropipet. Cawan petri digunakan sebagai tempat media dan menumbuhkan kultur. Bunsen digunakan untuk mensterilisasikan alat yang dipakai. Korek api digunakan untuk menyalakan api bunsen. Sosis sebagai bahan pangan yang akan dihitung bakterinya dengan hitungan cawan. Alkohol 70% digunakan untuk sterilisasi diri dan lingkungan. Dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini yaitu media PCA, VRBA, dan pepton. Media PCA digunakan untuk menumbuhkan kultur pada metode pour dan spreadplate. Media VRBA digunakan untuk menumbuhkan kultur pada metode pour dan spread plate. Pepton digunakan untuk pengenceran mikroba yang terdapat pada sosis. Setelah semua alat dan bahan siap, selanjutnya lakukan aseptis diri dan lingkungan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70%. Pada aseptis diri yaitu menyemprotkan alkohol 70% ke telapak tangan. Setelah itu digosok-gosokan secara merata pada telapak dan punggung tangan. Pada aseptis lingkungan yaitu menyemprotkan alkohol 70% ke meja praktikum. Bersihkan atau lap meja secara searah dengan menggunakan tissu. Tissu hanya dapat dipakai satu kali usapan. Jika dipakai berkali-kali, tissu tersebut akan menyebabkan kontaminan. Setelah itu nyalakan bunsen dengan menggunakan korek api. Api bunsen digunakan untuk mensterilisasikan alat yang dipakai praktikum dan menjaganya agar tetap steril. Siapkan sosis yang akan diamati. Ambil sosis dan hancurkan sosis. Lalu ambil seperlunya. Setelah itu, larukan dalam pepton sebanyak 60 ml. Dari suspensi tersebut didapatkan pengenceran 10-1. Dari pengenceran 10-1, lanjutkan dengan pengenceran ke 10-2. Lakukan cara tersebut sampai pada pengenceran 10-6. Tujuan dilakukan pengenceran sampai 10-6 adalah agar bakteri yang terdapat pada sosis ketika dilakukan hitungan pada cawan tidak terlalu banyak sehingga sulit untuk dihitung. Pada pengenceran tiga terakhir yaitu 10-4, 10-5, dan 10-6 diambil masing-masing 1 ml untuk
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
diinokulasikan pada media VRBA dan PCA. Inokulasikan tiga pengenceran tersebut pada cawan petri dengan menggunakan metode spread dan pour plate. Pada metode spread plate caranya dengan menuangkan terlebih dahulu media VRBA dan PCA yang ada pada erlenmeyer ke dalam cawan petri. Lakukan cara tersebut didekat api bunsen. Biarkan sampai medianya memadat. Setelah memadat, ambil mikropipet biru dan sterilisasikan dengan menggunakan alkohol 70% kemudian dibersihkan dengan tisu secara searah. Kemudian ambil mikrotip steril yang sesuai dengan warna mikropipet pada gelas beker. Setelah itu, ambil kultur dan masukkan kedalam cawan petri yang berisi media VRBA dan PCA. Ketika memasukkan kultur harus berada didekat api bunsen. Setelah dipakai, buang mikrotip pada gelas beker yang tersedia. Lakukan cara tersebut pada tiga pengenceran yaitu 10-4, 10-5, dan 10-6. Beri label pada masing-masing pengenceran agar tidak tertukar. Pada metode pour plate caranya dengan memasukkan larutan pengencer yang berisi kultur kedalam cawan petri dengan menggunakan mikropipet. Sebelum digunakan, sterilisasikan mikropipet dengan menggunakan alkohol 70% kemudian dibersihkan dengan tisu secara searah. Kemudian ambil mikrotip steril yang sesuai dengan warna mikropipet pada gelas beker. Setelah itu, masukkan larutan pengencer tersebut kedalam cawan petri yang berisi media VRBA dan PCA. Ketika memasukkan kultur harus berada didekat api bunsen. Setelah dipakai, buang mikrotip pada gelas beker yang tersedia. Selanjutnya, tuangkan media VRBA dan PCA pada cawan yang berisi larutan pengenceran kultur. Biarkan sampai medianya memadat. Lakukan cara tersebut pada tiga pengenceran yaitu 10-4, 10-5, dan 10-6. Beri label pada masing-masing pengenceran agar tidak tertukar. Setelah semua metode selesai dilakukan, cawan-cawan tadi dibungkus kembali dengan menggunakan kertas payung dengan posisi dibalik. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kontaminasi. Selanjutnya, beri label pada masingmasing cawan dengan menuliskan metode dan pengencerannya. Bungkus cawan tadi dengan menggunakan plastik PE dan inkubasi pada suhu 37℃ selama 48 jam. Setelah 48 jam, hitung jumlah koloni yang tumbuh pada media dengan menggunakan rumus: SPC =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏
o PCA Pour Plate SPC =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏 𝟐𝟐𝟎
= 𝟏𝟎−𝟓 = 2,2 × 107 CFU/g o PCA Spread Plate SPC = =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏 𝟑𝟓 ×𝟏𝟎 𝟏𝟎−𝟓
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
= 3,5 × 107 CFU/g o VRBA Spread Plate SPC = =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏 𝟏 ×𝟏𝟎 𝟏𝟎−𝟓
= < 3,0 × 106 (106) CFU/g 3. Sampel Ayam Alat dan bahan yang akan digunakan adalah 6 tabung reaksi yang masing-masing telah berisi pepton 9 ml, 1 tabung reaksi untuk pengenceran pertama, 3 gelas erlenmeyer, 1 rak tabung, 1 pipet ukur 10 ml, bulb, pengaduk kaca, gelas ukur 100 ml, beaker glass, tisu, bunsen, korek api, mikropipet, mikrotip steril, pisau, cotton swab steril, vortex, spreader, label, 6 cawan petri kosong, 3 cawan petri berisi media agar padat NA, dan 3 cawan petri berisi media agar padat SSA, sumbat kapas, kertas payung, karet. Bahan yang dibutuhkan adalah sampel daging (ayam) ini adalah sampel daging ayam mentah, bubuk SSA untuk membuat media SSA, bubuk NA untuk membuat media NA, larutan pepton, dan alkohol 70%. Tabung reaksi pada praktikum ini berfungsi sebagai wadah menyimpan larutan pepton untuk proses pengenceran. Rak tabung reaksi berfungsi untuk meletakkan tabung reaksi supaya tertata rapi. Gelas Erlenmeyer berfungsi untuk tempat media NA, SSA, dan pepton, Pipet ukur berfungsi untuk mengambil larutan. Bulb berfungsi sebagai alat bantu pada pipet ukur untuk mengambil larutan. Tisu berfungsi untuk membersihkan meja dalam proses aseptis lingkungan serta untuk membersihkan dan mengeringkan semua peralatan yang telah dibersihkan. Bunsen berfungsi sebagai sumber api yang akan digunakan selama pemindahan sampel dengan teknik aseptis. Korek api digunakan untuk menyalakan api. Micropipet pipet ukur digunakan untuk mengambil larutan. Pisau digunakan untuk memotong daging ayam menjadi tiga bagian. Cotton swab berfungsi sebagai alat bantu dalam mengambil mikroba dengan mengoleskan pepton ke sampel. Vorteks berfungsi untuk menghomogenkan larutan. Spreader berfungsi sebagai alat bantu untuk menyebarkan atau meratakan kultur/sampel di atas media setelah penuangan sampel/kultur ke dalam cawan petri. Cawan petri berfungsi sebagai wadah untuk mengisolasi sampel/kultur beserta media. Beaker glass digunakan sebagai wadah alkohol bersih untuk aseptis spreader. Sumbat kapas berungsi untuk meyumbat glassware agar tidak terkontaminasi. Kertas payung berfungsi untuk menutup / membungkus glassware saat akan di sterilisasi. karet berfungsi untuk merekatkan glassware yang telah di bungkus dengan menggunakan kertas payung. Kertas lael berfungsi untuk memberi nama pada media agar tidak tertukar. Daging mentah berfungsi sebagai sampel yang akan diuji. Media SSA dan NA berfungsi sebagai media pertumbuhan mikroba. Larutan pepton berfungsi sebagai pelarut sampel untuk proses
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
pengenceran dan sebagai sumber nutrisi mikroba. Alkohol 70% berfungsi sebagai bahan untuk aseptis dan sterilisasi. Untuk membuat media kita harus menentukan berapa banyak bubuk yang harus digunakan sesuai dengan kebutuhan yang di inginkan. Karena pada media NA membutuhkan 6 cawan petri maka 15ml x 6 cawan petri = 90 ml. Kemudian pada media SSA dibutuhkan 3 cawan petri maka 15ml x 3 cawan petri = 45 ml. kemudian pada pepton dibutuhkan 6 tabung reaksi maka 9ml x 6 tabung reaksi = 54 ditambahkan 10 ml karena terdapat penguapan, dan di bulatkan menjadi 70 ml. Berikut adalah perhitungannya, Berat Media =
volume bahan yang akan di buat (ml) 1000 ml
90 ml
NA = 1000 ml x 20 = 1,8 gram
Pepton =
x faktor konversi 70 𝑚𝑙 1000 𝑚𝑙
x 1 = 0,070gram
45 𝑚𝑙
SSA = 1000 𝑚𝑙 x 60= 2,7 gram Kemudian timbang media NA sesuai dengan perhitungan di atas dengan mengguanakan timbangan analitik. Kemudian bungkus bubuk dengan kertas aluminium oil. Kemudian dalam membuat media NA, langkah pertama yang dilakukan ialah menyiapkan alat dan bahan. Ambil terlebih dahulu aquades yang berada di gelas beaker dengan menggunakn pipet ukur dengan bantuan bulb. Kemudian masukkan aquades ke dalam labu erlenmeyer. Ambil aquades dengan ukuran sebanyak 90 ml, karena membutuhkan 6 cawan petri dimana tiap cawan petri membutuhkan 15 ml. Kemudian letakkan labu Erlenmeyer di atas hot plate untuk memulai melarutkan bahan tersebut. Saat melarutkan bahan, aduk-aduk hingga terlihat gelembung yang menandakan sudah mendidih dan telah terlarut sempurna. Kemudian dinginkan terlebih dahulu dengan meletakkan erlenmeyer di genangan air, tunggu hingga tidak ada uap. Kemudian ditutup lubang erlenmeyer dengan kapas hingga rapat untuk mencegah udara keluar-masuk. Lalu kapas yang menancap hingga leher erlenmeyer tersebut dibungkus rapi dengan kertas payung. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik PE beserta cawan petri yang akan digunakan sebagai wadah atau tempat media penuangan media racik NA yang mana cawan petri juga telah dibungkus rapi dengan kertas payung dalam posisi terbalik. Pastikan di dalam plastic PE telah kedap udara, karena dapat jika tidak kedap udara dapat menyebabkan pemuaian pada glassware hingga pecah. Kemudian setelah semua sudah siap, segera disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Kemudian setelah di sterilisasi, tabung erlenmeyer yang berisi media NA tersebut dituangkan pada cawan petri yang telah disterilisasi. Kita harus mengira – ngira karena akan di bagikan ke 9 cawna petri. Dimana terlebih dahulu menuangkannya pada 3 cawan petri yang digunakan untuk metode spread plate. Dan sisanya kira – kira 45 ml tersebut
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
tidak di tuangkan namun digunakan untuk metode pour plate. Kemudian siapkan terlebih dahulu bunsen dan alcohol untuk langkah aseptis memindahkan media dari labu erlemeyer ke cawan petri. Pertama aseptis diri dan lingkungan terlebih dahulu dengan menggunakan alcohol 70%. Kemudian bagian tutup Erlenmeyer atau bagian pinggir Erlenmeyer dipanaskan terlebih dahulu, begitu juga dengan mulut Erlenmeyer. Kemudian pindahakan media dari Erlenmeyer ke dalam cawan petri. Pastikan saat membuka cawan petri tidak terlalu lama. Setelah di pindahkan, kemudian panaskan kembali bagian pinggir cawan petri dengan bunsen. Pemanasan dengan bunsen ini bertujuan agar media tidak terkontaminasi. Kemudian cawan petri berisi media NA tersebut di bungkus kembali dengan kertas payung, dan di ikat menggunakan karet. Kemudian masukkan ke dalam ruang LAF selama 24 jam. Kemudian lakukan hal yang sama dengan prosedur di atas pada pembuatan media SSA dan pepton. Dengan ketentuan sesuai dengan perhitungannnya masing masing. Namun pada pepton dituangkan terlebih dahulu ke dalam tabung reaksi lalu baru di steriliasasi dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit. Pada SSA hanya aquades yang di sterilisasi. Bubuk media tidak dilarutkan terlebih dahulu karena SSA merupakan bahan yang sangat sensitif terhadap suhu tinggi. Sehingga apabila dilakukan sterilisasi, suhu tinggi tersebut akan merusak media jadi SSA. Oleh karena itu yang disterilisasi hanya aquades yang digunakan sebagai pelarut media bubuk SSA. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kondisi steril dari media yang akan dibuat. Setelah sterilisasi selesai, bubuk SSA dilarutkan kedalam aquades di dalam Erlenmeyer yang telah disterilisasi tersebut. Namun pada media SSA kami tidak memadat pada saat praktikum. Hal tersebut dapat di karenakan saat pengenceran media tidak sesuai dengan yang seharusnya. Pertama siapkan terlebih dahulu media yang telah di buat saat prepasrasi. 3 cawan petri sudah terisi media NA yang sudah memadat, 1 erlenmeyer berisi media NA yang masih cair, 1 tabung reaksi berisi larutab pepton 10 ml, dan 6 tabung reaksi masingmasing berisi 9 ml larutan pepton. Setelah menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan aseptis diri dan lingkungan sebelum memulai percobaan. Aseptis berfungsi untuk mendapatkan dan mempertahankan kondisi yang steril serta menghindari adanya kontaminan yang dapat hadir dan mengontaminasi sampel yang akan diuji. Cara melakukan aseptis diri adalah dengan menyemprotkan alkohol 70% ke kedua telapak tangan kemudian menggosokgosokkannya secara merata dan menyeluruh pada kedua telapak tangan. Setelah itu, lakukan aseptis lingkungan dengan cara menyemprotkan alkohol 70% ke meja kerja yang akan digunakan untuk praktikum lalu dilap secara searah dengan menggunakan tisu. Kemudian, buka pembungkus daging ayam dan diletakkan dengan terbuka agar mudah di swab. Kemudian potong daging ayam menjadi 3 bagian menggunakan pisau
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
yang telah di aseptis menggunakan aquades di sempotnkan pada pisau dan di udap dengan tisu secara searah. Kemudian siapkan cotton swab dan celupkan ke dalam larutan pepton 10 ml. Setelah itu, oles cotton swab ke bagian permukaan atas daging secara searah sebanyakc tiga kali. Kemudian, masukkan cotton swab ke dalam tabung reaksi berisi pepton 10 ml yang tadi digunakan dengan cara seperti mengaduk larutan peptonnya supaya mikroba yang menempel dapat terlepas dan larut ke dalam larutan pepton dan peras cotton swab dengan menekan-nekan cotton swab ke dinding tabung hingga cairan yang ada pada cotton swab mengalir ke tabung reaksi. Lakukan hal tersebut pada 2 permukaan daging yang berbeda. Setelah cotton swab dikeluarkan dari tabung pada pengolesan yamg terakhir, homogenkan larutan pada tabung reaksi tersebut dengan menggunakan vorteks. Tabung reaksi yang berisi larutan yang telah dihomogenkan tersebut merupakan larutan pengenceran 10-1. Setelah itu, pastikan lagi seluruh tabung reaksi yang dibutuhkan telah terisi dengan 9 ml larutan pepton yang akan digunakan untuk pengenceran bertingkat dari 10-2 hingga 10-7. Tujuan dari pengenceran bertingkat ini adalah untuk mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam larutan tersebut supaya jumlah mikroba yang tumbuh nantinya masih dapat dihitung. Beri nama pada masing-masing tabung reaksi sesuai dengan jenis pengenceran yang akan digunakan pada tabung tersebut dengan menggunakan kertas label. Setelah larutan homogen, kemudian dilakukan pengenceran selajuntnya dengan mengambil larutan sampel sekali pengceran ini (10-1) menggunakan mikropipet 1 ml. Gelas beker yang berisi mikrotip dibuka sedikit penutupnya, lalu mikropipet ditancapkan pada mikrotip dan ditarik keluar. Tabung reaksi berisi sampel dengan tingkat pengenceran 10 -1 dipegang dengan tangan kiri, lalu sumbat kapasnya dibukan dengan mejepitnya menggunakan jari kelingking dan jari manis dari tangan kanan, kemudian bagian mulutnya diaseptis dengan memanaskan pada api bunsen. Setelah itu tombol pada ujung mikropipet ditekan penuh namun tidak sampai terlalu dalam, mikropipet dimasukkan kedalam tabung reaksi, tombol pada ujung mikropipet dilepaskan, mikropipet dikeluarkan dari tabung reaksi dan tabung segera diaseptis dengan api bunsen lalu ditutup kembali dengan penutup kapasnya. Selanjutnya tabung reaksi yang berlabelkan 10-2 dipegang ditangan kiri, dan mikropipet ditangan kanan, tutup kapas pada mulut tabung reaksi dibuka dengan menjepitnya menggunakan jari kelingking dan jari manis tangan kanan, kemudian mulut tabung reaksi diaseptis diatas api bunsen, kemudian mikropipet dimasukkan dan tombol pada ujung mikropipet ditekan hingga penuh sehingga semua cairan didalam mikrotip keluar. Mikropipet dikeluarkan, mulut tabung reaksi kembali diaseptis menggunakan api bunsen dan selanjutnya segera ditutup dengan penutup kapasnya. Kemudian divortex hingga terbentuk pusaran air didalam tabung reaksi hingga ke dasar tabung yang menandakan bahwa larutan telah homogen. Sehingga telah didapatkan larutan pengenceran 10-2. Setelah dipastikan larutan bercampur dengan
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
sempurna, selanjutnya dilakuka pengenceran 10-3 hingga 10-5 dengan langkah yang sama dimana setiap selesai pengenceran larutan baru tersebut harus segera divortex untuk kemudian menuju ke proses pengenceran selanjutnya. Mikrotip diganti setiap selesai mengencerkan dari satu tabung reaksi ke tabung reaksi lainnya agar tidak terdapat kontaminasi dari sampel sebelumnya. Kemudian setelah di dapatkan larutan pengencer 10-5 kemudian di vortex dan dilakukan pengenceran 10-6 dengan langkah yang sama, dan setelah dilakukan pengenceran, sekaligus melakukan traner kutur dari tabung reaksi ke cawan petri. Cara yang dilakukan untuk metode pour adalah pertama aseptis diri dan lingkungan lalu menyalakan bunsen. Selanjutnya memegang tabung reaksi yang berisi sampel yang akan diinokulasikan ditangan kiri dan mikropipet yang ujungnya telah terpasang mikrotip 1 ml ditangan kanan, menekan tombol diujung mikropipet hingga penuh namun tidak sampai full, sumbat kapas pada tabung reaksi dibuka dengan dijepit menggunakan jari kelingking dan jari manis tangan kanan kemudian ditarik keluar, setelah terbuka kemudian mulut tabung reaksi diaseptis diatas api bunsen lalu mikropipet dimasukkan hingga ujung mikrotip terendam, tombol pada ujung mikropipet dilepaskan hingga larutan pepton yang mengandung sampel masuk ke dalam mikrotip, mikropipet dikeluarkan dan mulut tabung reaksi diaseptis sekali lagi dan segera ditutup dengan penutup kapasnya. Tabung reaksi diletakkan kembali di rak tabung. Cawan petri steril yang masih kosong yang telah dilabeli sesuai dengan nama media, jenis teknik penanaman mikroorganisme, serta tingkat pengenceran dipegang ditangan kiri dan mikropipet yang mengandung sampel masih dipegang ditangan kanan, pinggiran cawan petri diaseptis dengan memutarnya hingga mengenai api bunsen kemudian dibuka sedikit, mikropipet dimasukkan kemudian tombol pada ujung ditekan hingga penuh hingga seluruh larutan sampel tertampung pada cawan petri tersebut, kemudian mikropipet dikeluarkan dan pinggiran cawan petri diaseptis lagi, lalu mikrotip dilepaskan, mikropipet diletakkan. Dimana dalam hal ini dilakukan agar dapat menghemat penggunaan mikrotip. Lakukan hal ini pada larutan pengenceran 10-6 dan 10-7. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan laruta pepton pada tabung reaksi dengan pengenceran 10-5, 10-6, dan 10-7, dan juga di dapatkan 3 cawan petri yang berisi kultur tersebut yaitu pada cawan petri pengenceran 10-5, 10-6 dan 10-7 . Dalam melakukan metode spread plate dan pore plate dalam perhitungan mikroba digunakan larutan pengenceran 3 terakhir. Perlu diperhatikan bahwa mikrotip harus selalu diganti setiap selesai memindahkan sampel dari tabung reaksi ke cawan petri untuk menghindari kontaminasi dari sampel sebelumnya sehingga tidak terjadi kesalahan perhitungan. Setelah di dapatkan 3 cawan petri yang berisi kultur tersebut yaitu pada cawan petri pengenceran 10-5, 10-6 dan 10-7, kemudian dilakukan penuangan media NA yang sudah di encerkan sebelumnya dengan menggunakan hot plate ke cawan petri yang berisi
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
kultur tersebut. Pertama lakukan pada cawan petri dengan pengenceran 10-5, dimana pertama dengan memegang erlenmeyer yang mengandung media NA ditangan kanan, sumbat kapas dibuka dan mulut erlenmeyer diaseptis dengan api bunsen, pinggiran cawan petri diaseptis lagi lalu cawan petri dibuka sedikit, media didalam erlenmeyer dituangkan ke dalam cawan petri secukupnya hingga seluruh dasarnya tertutupi oleh media, kemudian cawan petri ditutup dan pinggirannya diaseptis sekali lagi, mulut erlenmeyer diaseptis sekali lagi dan ditutup kembali menggunakan kapas penutupnya. Media dan sampel didalam cawan petri selanjutnya dicampurkan dengan cara digoyangkan cawan petri diatas meja yang rata membentuk angka 8 (delapan), dibiarkan sebentar hingga dingin, setelah dingin kemudian dibungkus menggunakan kertas payung dengan posisi terbalik agar saat diinkubasi uap air yang terbentuk tidak jatuh ke dalam media yang dapat menyebabkan kontaminasi. Setelah dibungkus kemudian diinkubasi didalam inkubator dengan suhu 37°C selama 48 jam, setelah diinkubasi baru dapat dilakukan pengamatan untuk dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Kemudian melakukan kegiatan yang sama untuk metode pour untuk pengenceran mulai dari 10-6 hingga 10-7 dengan media NA. Setelah selesai dengan metode pour, selanjutnya dilakukan metode spread plate pada media NA dan media SSA Langkah pertama adalah melakukan aseptis diri, aseptis lingkungan, kemudian diri lagi. Kemudian tabung reaksi dengan pengenceran 10-5 dipegang ditangan kiri dan mikropipet steril yang diujungnya telah terpasang mikrotip 0,1 ml ditangan kanan, tombol pada ujung mikropipet ditekan penuh namun tidak full, sumbat kapas tabung reaksi dijepit dengan jari kelingking dan jari manis tangan kanan kemudian ditarik, mulut tabung reaksi diaseptis diatas api sebentar kemudian mikropipet dimasukkan kedalam tabung reaksi hingga mikrotip terendam separuhnya, tombol pada ujung atas mikropipet dilepaskan sehingga larutan sampel masuk ke dalam mikrotip, mikropipet selanjutnya ditarik keluar, mulut tabung reaksi kembali diaseptis sebentar dan ditutup kembali menggunakan sumbat kapas. Tabung reaksi diletakkan kembali pada rak tabung, cawan petri steril yang telah berisi media dipegang ditangan kiri sementara mikropipet yang sama masih dipegang ditangan kanan, pinggiran cawan petri diaseptis sebentar diatas api bunsen kemudian dibuka sedikit, mikropipet dimasukkan mikrotipnya selanjutnya tombol pada ujung atas mikropipet ditekan penuh, mikropipet dikeluarkan dan diletakkan, cawan petri ditutup lalu diaseptis kembali sebentar diatas api bunsen. Kemudian meratakan sampel degan menggunakan spreader. Spreader dipegang ditangan kanan, spreader diaseptis dengan cara mencelupkan ujung spreader yang akan digunakan kedalam alkohol kemudian dipanaskan di atas bunsen, dilakukan hingga 3 kali, kemudian pinggiran cawan petri diaseptis kembali mengguanakan api bunsen dan dibuka sedikit, spreader yang telah steril dimasukan untuk meratakan sampel. Namun sebelumnya cek spreader apakah masih panas atau tidak, dengan
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
mendekatkan spreader ke tutup cawan petri. Setelah sampel rata, spreader ditarik keluar dan dipanaskan sebentar di atas api bunsen, cawan petri ditutup dan pinggirannya kembali dipanaskan sebentar di atas api bunsen. Kemudian melakukan kegiatan yang sama untuk metode spread plate pada larutan pengenceran dari 10-6 hingga 10-7 dengan media NA dan SSA. Perlu diperhatikan bahwa mikrotip harus selalu diganti setiap selesai memindahkan sampel dari tabung reaksi ke cawan petri untuk menghindari kontaminasi dari sampel sebelumnya sehingga tidak terjadi kesalahan perhitungan. Cawan petri langsung dibungkus dengan kertas payung, kemudian dimasukan kedalam inkubator untuk diinkubasikan dengan suhu 37°C selama 48 jam. Untuk perhitungannya o NA pour plate 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟒𝟗
= 𝟏𝟎−𝟓 = 4900000 CFU/ml = 49 x 106 CFU/ml o NA spread plate 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏𝟗𝟐
= 𝟏𝟎−𝟕 = 1,92 x 109 CFU/ml = 1,92 x 1010 CFU/ml o SSA spread plate 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏
= 𝟏𝟎−𝟓 = 1 x 105 CFU/ml = 1 x 106 CFU/ml 3. Bahaslah hasil yang anda peroleh pada masing-masing media untuk satu jenis sampel bahan pangan ! Rumus hitungan jumlah koloni per ml adalah : 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan sampel berupa sawi jumlah mikroorganisme yang tumbuh adalah bervariasi. Hal ini terlihat dari data hasil pengamatan yang telah dibuat.
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Pada metode pour plate dengan media NA, untuk menghitung nilai SPC, perhitungan yang dilakukan adalah: o NA pour sawi o 𝑺𝑷𝑪 =
=
𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢
𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝟓𝟐 𝒙 𝟏𝟎 𝟕 𝟑𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟔
= 1,3 x 101 CFU/g Rata-rata =
𝟓𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎+𝟑𝟗𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝟐 6
= 2,8 x 10 CFU/g Sementara itu, pada metode spread plate dengan media NA, didapatkan data bahwa pada pengenceran 10-5 terdapat mikroba sebanyak 47 mikroba. Pada pengenceran 10-6 terdapat mikroba yang terlalu banyak utuk dihitung. Pada pengenceran 10-7 terdapat mikroba yang terlalu banyak utuk dihitung. Untuk menghitung nilai SPC, untuk metode spread plate, hasil yang didapatkan selanjutnya dikalikan 10. Perhitungan yang dilakukan adalah: 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟒𝟕
= 𝟏𝟎−𝟓 CFU/g = 4700000 CFU/g = 4,7 x 106 CFU/g = 4,7 x 107 CFU/g Maka, jumlah koloni/ml yang terdapat pada media NA adalah: Pour: 2,8 x 106 CFU/g Spread: 4,7 x 107 CFU/g Menurut (Harvey, 2008), jumlah koloni pada suatu percobaan yang memiliki beberapa tingkat pengenceran adalah jumlah koloni akan semakin sedikit seiring dengan meningkatnya tingkat pengenceran. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran, maka suspensi yang terdapat pada larutan tersebut akan semakin dikit. NA merupakan media umum yang digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif (mikroorganisme heterotrof). Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi. Adanya koloni yang tumbuh pada media ini menandakan bahwa pada sampel sayur kol/kubis yang digunakan terkandung bakteri-bakteri heterotrof (Garg, 2010).
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Pada metode pour plate dengan media MRSA, perhitungan yang dilakukan adalah: o MRSA Pour Sawi SPC =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏 𝟓𝟗
= 𝟏𝟎−𝟓
o
= 5900000 CFU/g = 5,9 x 106 CFU/g MRSA spread sawi SPC =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐅𝐏 𝟔𝟒
= 𝟏𝟎−𝟓 = 6400000 CFU/g = 6,4 x 106 CFU/g = 6,4 x 107 CFU/g Maka, jumlah koloni/ml yang terdapat pada media MRSA adalah: Pour: 5,9 x 106 CFU/g Spread: 6,4 x 107 CFU/g Menurut (Harvey, 2008), jumlah koloni pada suatu percobaan yang memiliki beberapa tingkat pengenceran adalah jumlah koloni akan semakin sedikit seiring dengan meningkatnya tingkat pengenceran. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran, maka suspensi yang terdapat pada larutan tersebut akan semakin sedikit. MRSA mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, serta ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh pada media ini. Adanya koloni yang tumbuh pada media ini menandakan bahwa pada sampel sayur kol/kubis yang digunakan terkandung bakteri seperti Lactobacillus, Pediococcus, Leuconostac, dan jenis lainnya (Garg, 2010). 4. Bandingkan hasil yang anda peroleh dengan kelompok lain! 1. Sampel Daging Ayam Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan sampel berupa daging ayam, jumlah mikroorganisme yang tumbuh adalah bervariasi. Hal ini terlihat dari data hasil pengamatan yang telah dibuat. Pada metode pour plate dengan media NA, didapatkan data bahwa pada pengenceran 10-5 terdapat mikroba sebanyak 49 mikroba. Pada pengenceran 10-6 terdapat mikroba sebanyak 13 mikroba. Pada pengenceran 10-7 terdapat mikroba sebanyak 15 mikroba. Untuk menghitung jumlah koloni/ml, berlaku ketentuan bahwa
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
data yang digunakan adalah data dengan jumlah mikroba 30-300. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni/ml adalah data sampel dengan pengenceran 10-5 dengan jumlah mikroba sebanyak 49 mikroba. Perhitungan yang dilakukan pada metode pour plate dengan media NA adalah 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟒𝟗
= 𝟏𝟎−𝟓 = 4900000 CFU/ml = 49 x 106 CFU/ml Sementara itu, pada metode spread plate dengan media NA, didapatkan data bahwa pada pengenceran 10-5 terdapat mikroba yang terlalu banyak dihitung. Pada pengenceran 10-6 terdapat mikroba sebanyak 315 mikroba. Pada pengenceran 10-7 terdapat mikroba sebanyak 192 mikroba. Perhitungan yang dilakukan adalah: 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏𝟗𝟐
= 𝟏𝟎−𝟕 = 1,92 x 109 CFU/ml = 1,92 x 1010 CFU/ml Maka, jumlah koloni/ml yang terdapat pada media NA adalah: Pour: 49 x 106 CFU/g Spread: 1,92x 1010 CFU/g Menurut (Harvey, 2008), jumlah koloni pada suatu percobaan yang memiliki beberapa tingkat pengenceran adalah jumlah koloni akan semakin sedikit seiring dengan meningkatnya tingkat pengenceran. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran, maka suspensi yang terdapat pada larutan tersebut akan semakin dikit. NA merupakan media umum yang digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif (mikroorganisme heterotrof). Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi. Adanya koloni yang tumbuh pada media ini menandakan bahwa pada sampel sayur kol/kubis yang digunakan terkandung bakteri-bakteri heterotrof (Garg, 2010). Sementara itu, pada metode spread plate dengan media SSA, didapatkan data bahwa pada pengenceran 10-5 terdapa 1 mikroba. Pada pengenceran 10-6 tidak terdapat mikroba. Pada pengenceran 10-7 tidak terdapat mikroba. Perhitungan yang dilakukan adalah:
Nama NIM Kelas Kelompok 𝐒𝐏𝐂 =
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏
= 𝟏𝟎−𝟓 = 1 x 105 CFU/ml = 1 x 106 CFU/ml Menurut (Harvey, 2008), jumlah koloni pada suatu percobaan yang memiliki beberapa tingkat pengenceran adalah jumlah koloni akan semakin sedikit seiring dengan meningkatnya tingkat pengenceran. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran, maka suspensi yang terdapat pada larutan tersebut akan semakin dikit. Pada percobaan ini, terlihat bahwa percobaan dengan metode pour plate dan spread plate pada media SSA ini sudah sesuai dengan literatur karena jumlah koloni semakin sedikit seiring meningkatnya tingkat pengenceran Medium SSA (Salmonella Shigella Agar) merupakan medium diferensial untuk melakukan isolasi selektif dari enterobakter patogenik khususnya genus Salmonella dan Shigella. Medium ini dapat menghambat pertumbuhan mikrobia gram-positif. Adanya koloni yang tumbuh pada media ini menandakan bahwa pada sampel daging yang digunakan terkandung mikroorganisme patogenik yaitu Salmonella dan/atau Shigella (Garg, 2010). 2. Sampel Sosis Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan sampel berupa daging, jumlah mikroorganisme yang tumbuh adalah bervariasi. Hal ini terlihat dari data hasil pengamatan yang telah dibuat. Pada metode pour plate dengan media PCA, didapatkan data bahwa pada pengenceran 10-4 terdapat mikroba sebanyak 1 mikroba. Pada pengenceran 10-5 terdapat mikroba sebanyak 220 mikroba. Pada pengenceran 10-6 terdapat mikroba sebanyak 24 mikroba. Perhitungan yang dilakukan adalah: 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟐𝟐𝟎
= 𝟏𝟎−𝟓 = 2,2 x 107 CFU/ml Sementara itu, pada metode spread plate dengan media PCA, didapatkan data bahwa pada pengenceran 10-4 terdapat mikroba sebanyak 10 mikroba. Pada pengenceran 10-5 terdapat mikroba sebanyak 35 mikroba. Pada pengenceran 10-6 terdapat mikroba sebanyak 9 mikroba. Perhitungan yang dilakukan adalah: 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
𝟑𝟓
= 𝟏𝟎−𝟓 = 3,5 x 106 CFU/ml = 3,5 x 107 CFU/ml Maka jumlah koloni/ml yang terdapat pada media PCA adalah: Pour: 2,2 x 107 CFU/g Spread: 3,5x 107 CFU/g Menurut (Harvey, 2008), jumlah koloni pada suatu percobaan yang memiliki beberapa tingkat pengenceran adalah jumlah koloni akan semakin sedikit seiring dengan meningkatnya tingkat pengenceran. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran, maka suspensi yang terdapat pada larutan tersebut akan semakin dikit. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks. Adanya koloni yang tumbuh pada media ini menandakan bahwa pada sampel nugget yang digunakan terkandung bakteri-bakteri heterotrof (Garg, 2010). Sementara itu, pada metode spread plate dengan media VRBA, didapatkan data bahwa pada pengenceran 10-4 terdapat mikroba sebanyak 0 mikroba. Pada pengenceran 10-5 terdapat mikroba sebanyak 1 mikroba. Pada pengenceran 10-6 terdapat mikroba sebanyak 0 mikroba. Untuk menghitung jumlah koloni/ml, berlaku ketentuan bahwa data yang digunakan adalah data dengan jumlah mikroba 30-300. Perhitungan yang dilakukan adalah: 𝚺𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐒𝐏𝐂 = 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏
= 𝟏𝟎−𝟓 = 1 x 105 CFU/ml = 1 x 106 CFU/ml Jumlah koloni/ml yang terdapat pada media VRBA adalah Spread : 1 x 106 CFU/g Menurut (Harvey, 2007), jumlah koloni pada suatu percobaan yang memiliki beberapa tingkat pengenceran adalah jumlah koloni akan semakin sedikit seiring dengan meningkatnya tingkat pengenceran. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran, maka suspensi yang terdapat pada larutan tersebut akan semakin dikit. VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri Enterobactericeae. Agar VRBA mengandung violet kristal yang bersifat basa, sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila kondisi terlalu basa maka sel akan mati. Dengan VRBA, dapat dihitung jumlah bakteri E. coli. Karena tidak ada koloni yang tumbuh pada media ini,
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
hal tersebut menunjukkan bahwa pada sampel nugget tidak terkandung kelompok bakteri Enterobactericeae serta tidak mengandung E. coli (Garg, 2010). 5. Apa kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini? Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menghitung jumlah sel mikroba yang masih hidup dengan ditumbuhkan pada media agar sehingga mikroba tersebut tumbuh dan membentuk koloni sehingga bisa dilihat dengan mata langsung tanpa bantuan mikroskop. Tujuan dari praktikum hitungan cawan ini adalah melakukan teknik hitungan cawan dengan metode pour plate atau spread plate serta menghitung jumlah koloni pada sampel bahan pangan dengan metode hitungan cawan sesuai aturan SPC (Standard Plate Count). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan data bahwa pada sampel sawi dengan media NA jumlah koloni pada sampel dengan metode pour plate adalah 2,8 x 106 CFU/g dan pada metode spread plate adalah 4,7 x 107 CFU/g. Pada sampel sawi dengan media MRSA, jumlah koloni pada sampel dengan metode pour plate adalah 5,9 x 106 CFU/g dan pada metode spread plate adalah 6,4 107 CFU/g. Pada sampel daging ayam dengan media NA, jumlah koloni pada sampel dengan metode pour plate adalah 4,9 x 106 CFU/ml dan pada metode spread plate adalah 1,92 x 1010 CFU/ml. Pada sampel olahan (nugget) dengan media SSA, jumlah koloni pada sampel dengan metode spread plate adalah 1 X 106 CFU/ml. Pada sampel sosis dengan media PCA, jumlah koloni pada sampel dengan metode pour plate adalah 2,2 x 107 CFU/g dan pada metode spread plate adalah 3,5 x 107 CFU/g. Pada sampel sayur dengan media VRBA, jumlah koloni pada sampel dengan metode spread plate adalah 1 x 106 CFU/g CFU/g. Dalam melakukan percobaan dan pengamatan, terdapat suatu kondisi yang tidak sesuai dengan literatur, khususnya dalam hal kondisi jumlah koloni yang terbentuk berdasarkan tingkat pengencerannya. Ketidaksesuaian percobaan dengan literatur dapat disebabkan karena kesalahan praktikan dalam pengamatan, perlakuan metode pour plate yang belum sesuai prosedur, adanya ketidaksamaan tingkat homogen dari masing-masing pengenceran yang menyebabkan pengambilan kultur menjadi tidak akurat, dan lain-lain.
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
PEMBAHASAN
1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari metode pour plate dan spread plate. Kapan kita dapat menggunakan metode tersebut? Jelaskan alasan anda! a. Pour Plate Kelebihan (Hadioetomo, 2008): Mudah dilakukan Karena sampel dikocok homogen maka bakteri aerob maupun anaerob dimungkinkan dapat hidup Mikroba yang tumbuh tersebar merata pada seluruh media agar baik di permukaan maupun di dalam agar Dapat membedakan jenis koloni aerob, anaerob obligat dan anaerob fakultatif Kekurangan (Hadioetomo, 2008): - Boros waktu dan bahan - Mudah terkontaminasi - Kontaminan sulit dibedakan karena semuanya dituang secara homogen. Hal ini dapat dihindari dengan selalu bekerja dengan teknik aseptis - Mikroorganisme yang dihasilkan terkadang menumpuk sehingga sulit dihitung b. Spread Plate Kelebihan (Hadioetomo, 2008): Diperoleh koloni bakteri yang terpisah Mudah dilakukan Koloni mudah diamati dan dihitung Hemat bahan Mikroorganisme yang dihasilkan tersebar merata pada permukaan media Kekurangan (Hadioetomo, 2008): - Waktu yang digunakan lebih lama - Mudah terkontaminasi - Tidak terlalu selektif - Hanya dapat dilakukan untuk mikroba aerob, karena mikroba hanya ditumbuhkan di permukaan sehingga mikrob anaerob akan mati - Kurang praktis karena harus membuat media padat terlebih dahulu 2. Apa kelebihan perhitungan mikroba dengan metode hitungan cawan dibanding metode enumerasi langsung?
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Metode ini dianggap lebih baik dibandingkan dengan menghitung jumlah mikroba menggunakan mikroskop karena pada metode hitungan cawan ini, hanya mikroba yang hidup dan membentuk koloni saja lah yang dapat dihitung, sedangkan yang mati tidak ikut terhitung. Mikroba yang terbentuk pada media di cawan petri menandakan bahwa mikroba tersebut hidup sehingga dapat membentuk koloni dan dapat dihitung. Mikroba yang mati tidak akan mempunyai kemampuan untuk berkembangbiak dan membentuk koloni sehingga saat diinokulasikan ke media di cawan petri, bakteri tersebut tidak akan tumbuh sehingga tidak akan terlihat dan tidak dapat dihitung. Selain itu, metode ini lebih mudah dan praktis (sederhana) karena dapat dilihat langsung oleh mata tanpa adanya alat bantu seperti mikroskop serta koloni yang terbentuk dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel mikroba yang mempunyai penampakan/wujud spesifik. Metode hitungan cawan juga tidak menggunakan peralatan yang mahal sehingga lebih hemat (Harvey, 2008). 3. Mengapa yang digunakan dalam aturan SPC hanya koloni yang berjumlah 30-300 saja? Hitungan yang hanya dilakukan untuk koloni berjumlah 30-300 saja ditujukan untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan kesalahan dalam proses analisa, terutama statistical error. Kisaran 30-300 koloni ini dijadikan titik tumpu dalam menentukan semua faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir, seperti besar ukuran sampel yang harus dianalisa dan jenis metode yang cocok untuk sampel tersebut. Sebelum menghitung atau menganalisa yang sebenarnya, sebaiknya dilakukan perkiraan (analisa pendahuluan) terlebih dahulu dengan mencoba memplatingnya pada ukuran sampel atau pengenceran yang berbeda-beda sehingga koloni yang dihitung sesuai atau termasuk dalam range tersebut (Hadioetomo, 2008). Apabila jumlah sel dibawah 30, hal tersebut menunjukkan bahwa sampel yang digunakan terlalu encer sehingga koloni yang terbentuk hanya sedikit. Sedangkan apabila sel yang terhitung lebih dari 300, hal tersebut menandakan bahwa sampel yang dipakai terlalu pekat sehingga terlalu banyak bakteri yang tumbuh. Hal tersebut juga dapat dikarenakan sampel kurang homogen, sehingga banyak bakteri yang tumbuh bertumpuk (Hadioetomo, 2008). 4. Apakah yang dimaksud dengan ”TNTC atau TBUD” pada pengamatan hitungan cawan? Dan mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jelaskan! TNTC (Too Numerous To Count) atau TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung) adalah istilah yang menggambarkan kondisi dimana koloni yang terbentuk pada media terlalu banyak sehingga tidak memungkinkan untuk dihitung. Jumlah koloni telah melewati batas perhitungan, yaitu melebihi range 30-300. Hal ini dapat terjadi karena:
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Faktor pengenceran masih rendah sehingga konsentrasi bakteri di dalam suspensi masih banyak Penyebaran yang kurang merata sehingga membuat bakteri tumbuh secara bertumpuk dan susah dihitung Adanya kontaminan yang masuk ke dalam media dan ikut berproses Hal ini dapat diatasi dengan membuat pengenceran yang lebih tinggi lagi dan lebih memperhatikan homogenisasi di setiap penginokulasian. Para praktikan juga harus lebih memperhatikan penggunaan teknik aseptis di setiap penginokulasian untuk mencegah adanya kontaminan (Barazandeh, 2008). 5. Berikut ini data hasil plating dari sampel kefir de carrota pada media MRSA. Hitung jumlah koloni berdasarkan metode SPC! Sampel Ke1 2 3 4 5
Jumlah koloni Pada Pengenceran 10-4 10-5 10-6 TBUD 305 89 TBUD 248 82 189 52 21 TBUD TBUD 23 18 7 0
Hitung berapa jumlah koloni per mL nya berdasarkan aturan SPC. Tuliskan tahapan penghitungan anda! 1. Sampel ke-1 𝐒𝐏𝐂 =
𝟏 𝐱 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏
= 𝟏𝟎^−𝟔 x 89 = 8,9 x 107 CFU/mL 2. Sampel ke-2 𝟏 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐱 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 𝐒𝐏𝐂 = 𝟏 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐱 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 =
𝟏 𝟏𝟎^−𝟔 𝟏 𝟐𝟒𝟖 𝒙 𝟏𝟎^−𝟓
𝟖𝟐 𝒙
= 3,30 CFU/ml Karena hasil bernilai lebih besar dari 2, maka perhitungan dilakukan menggunakan data pengenceran lebih rendah:
Nama NIM Kelas Kelompok 𝐒𝐏𝐂 =
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
𝟏 𝐱 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐢𝐤𝐫𝐨𝐛𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝟏
= 𝟏𝟎^−𝟓 x 248 = 2,5 x 107 CFU/ml 3. Sampel ke-3 𝟏 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐱 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 𝐒𝐏𝐂 = 𝟏 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐱 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏 =
𝟏 𝟏𝟎^−𝟓 𝟏 𝟏𝟖𝟗 𝒙 𝟏𝟎^−𝟒
𝟓𝟐 𝒙
= 2,75 CFU/ml Karena hasil bernilai lebih besar dari 2, maka perhitungan dilakukan menggunakan data pengenceran lebih rendah: 𝟏
𝐒𝐏𝐂 = 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐱 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝟏
= 𝟏𝟎^−𝟒 x 189 = 1,9 x 106 CFU/ml 4. Sampel ke-4 𝐒𝐏𝐂 =
𝟏 𝐱 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏
= 𝟏𝟎^−𝟔 𝐱 𝟐𝟑 = 23 x 106 CFU/ml = 2,3 x 107 CFU/ml 𝟏
Hasil = < 30 x 𝟏𝟎^−𝟓 (SPC) 𝟏
= < 30 x 𝟏𝟎^−𝟓 (2,3 x 107) CFU/ml = < 3,0 x 106 (2,3 x 107) CFU/ml 5. Sampel ke-5 𝐒𝐏𝐂 =
𝟏 𝐱 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏
= 𝟏𝟎^−𝟒 𝐱 𝟏𝟖 = 18 x 104 CFU/ml = 1,8 x 105 CFU/ml 𝟏
Hasil = < 30 x 𝟏𝟎^−𝟒 (SPC) 𝟏
= < 30 x 𝟏𝟎^−𝟒 (1,8 x 105) CFU/ml
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
= < 3,0 x 105 (1,8 x 105) CFU/ml Tahapan perhitungan (Barazandeh, 2008): Cawan yang dipilih untuk dihitung adalah cawan yang mengandung 30-300 koloni Koloni yang berkumpul dihitung 1 koloni Jika ada 2 memenuhi syarat 30-300 maka menggunakan konsep perbandingan nilai SPC pengenceran tinggi dengan nilai SPC pengenceran rendah. Jika hasilnya lebih dari 2, maka diambil nilai SPC dengan pengenceran terendah. Jika hasilnya kurang dari 2, maka diambil nilai SPC rata-ratanya. Jika tidak ada yang diantara 30-300 maka diambil nilai yang terdekat dengan 30-300 Dihitung dengan rumus nilai SPC = banyaknya koloni x 1/fp Jumlah koloni/ml terdiri dari 2 angka, jika lebih maka dibulatkan 6. Mengapa pada analisis hitungan cawan satuan yang digunakan CFU/ml atau CFU/gram bukan sel per ml atau sel per gram? Jelaskan alasan anda! Karena pada hitungan cawan, sel bakteri yang dihitung hanyalah sel yang hidup saja dan mampu membentuk koloni pada media (Colony Forming Unit). Apabila menggunakan satuan jumlah sel/ml, hal tersebut berarti menghitung seluruh sel yang ada dalam di cawan, tidak hanya yang hidup saja tetapi yang matipun juga ikut terhitung. Selain itu, tujuan dalam hitungan cawan adalah menghitung koloni. Apabila digunakan satuan sel/ml, praktikan tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah sel dalam setiap koloni yang terbentuk sehingga satuan sel/ml tidak bisa digunakan. Itulah tujuan dari penggunaan satuan CFU/ml, karena sel yang dihitung hanyalah sel yang membentuk koloni yang tampak saja (Misnadiarly, 2014). 7. Bagaimana preparasi sampel untuk menghitung jumlah koloni pada permukaan agar? Langkah pertama adalah sampel diambil dalam jumlah yang sedikit sesuai kebutuhan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sesuai ketentuan. Jika sampel yang digunakan adalah daging, maka pengambilan sampel dilakukan dengan metode swab atau mengoleskan cotton swab yang telah dicelupkan ke larutan pepton ke 3 sisi permukaan sampel yang berbeda untuk mendapatkan mikroba yang terkandung dan menempel pada sampel. Jika sampel yang digunakan adalah sayur, maka pengambilan sampel dilakukan dengan metode rinse atau bilas dengan memasukkan sampel ke dalam wadah berisi larutan pepton dan dihomogenkan dengan dikocok. Jika sampel yang digunakan adalah olahan, maka pengambilan sampel dilakukan dengan metode maserasi atau penghancuran dengan memasukkan sampel ke dalam plastik lalu hancurkan sampel menggunakan stomacher atau penumbuk dan kemudian dimasukkan larutan pepton ke dalamnya dan dihomogenkan. Jika sampel yang digunakan adalah sampel cair, maka pengambilan sampel dilakukan menggunakan alat pipet ukur atau mikropipet. Jika sudah mengambil sampel, sampel
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
kemudian dicampur ke larutan pepton dan dilakukan pengenceran sampai seri pengenceran tertentu dengan ketentuan bahwa sampel harus divorteks sebelum dan sesudah dilakukan pengenceran tahap berikutnya serta sebelum dan sesudah diinokulasikan. Setelah itu, diambil 1 ml untuk diletakkan dicawan dan dituang media cair (pour plate) atau diambil 0,1 ml sampel disebar pada permukaan agar yang sudah jadi (spread plate) kemudian diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, sampel-sampel tersebut dilihat pertumbuhan koloninya. Kemudian, jumlah koloni dihitung dengan bantuan colony counter atau perhitungan manual dengan mata telanjang dengan membalik cawan petri dan ditandai dengan spidol untuk setiap perhitungan (Barazandeh, 2008). 8. Bagaimana preparasi sampel untuk menghitung jumlah koloni total/keseluruhan pada sampel makanan padat? Langkah pertama adalah sampel diambil dalam jumlah yang sedikit sesuai kebutuhan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sesuai ketentuan. Jika sampel yang digunakan adalah daging, maka pengambilan sampel dilakukan dengan metode swab atau mengoleskan cotton swab yang telah dicelupkan ke larutan pepton ke 3 sisi permukaan sampel yang berbeda untuk mendapatkan mikroba yang terkandung dan menempel pada sampel. Jika sampel yang digunakan adalah sayur, maka pengambilan sampel dilakukan dengan metode rinse atau bilas dengan memasukkan sampel ke dalam wadah berisi larutan pepton dan dihomogenkan dengan dikocok. Jika sampel yang digunakan adalah olahan, maka pengambilan sampel dilakukan dengan metode maserasi atau penghancuran dengan memasukkan sampel ke dalam plastik lalu hancurkan sampel menggunakan stomacher atau penumbuk dan kemudian dimasukkan larutan pepton ke dalamnya dan dihomogenkan. Jika sudah mengambil sampel, sampel kemudian dicampur ke larutan pepton dan dilakukan pengenceran sampai seri pengenceran tertentu dengan ketentuan bahwa sampel harus divorteks sebelum dan sesudah dilakukan pengenceran tahap berikutnya serta sebelum dan sesudah diinokulasikan. Setelah itu, diambil 1 ml untuk diletakkan dicawan dan dituang media cair (pour plate) atau diambil 0,1 ml sampel disebar pada permukaan agar yang sudah jadi (spread plate) kemudian diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, sampel-sampel tersebut dilihat pertumbuhan koloninya. Kemudian, jumlah koloni dihitung dengan bantuan colony counter atau perhitungan manual dengan mata telanjang dengan membalik cawan petri dan ditandai dengan spidol untuk setiap perhitungan. Setelah mendapatkan data jumlah koloni pada seluruh sampel, maka dapat dilakukan perhitungan nilai SPC/jumlah koloni total dengan menggunakan rumus (Barazandeh, 2008): 𝟏 𝐒𝐏𝐂 = 𝐱 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
9. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil penghitungan koloni pada metode hitungan cawan, hingga diperoleh hasil TNTC/TBUD atau koloni tidak muncul? Faktir-faktor yang dapat mempengaruhi hasil perhitungan koloni pada metode hitungan cawan menurut (Misnadiarly, 2014) adalah: 1. Faktor Pengenceran Faktor pengenceran merupakan aspek yang sangat penting karena apabila sampel yang digunakan terlalu encer, maka koloni yang terbentuk hanya sedikit, menghasilkan kondisi TFTC (Too Few To Count), atau bahkan tidak ada koloni yang terbentuk sama sekali. Sebaliknya, apabila sampel yang digunakan terlalu pekat, jumlah koloni yang dihasilkan bisa menjadi sangat banyak bahkan sampai tidak bisa dihitung atau menghasilkan kondisi TNTC/TBUD. 2. Kontaminasi Kita harus lebih memperhatikan prosedur teknik aseptis dan penerapannya pada setiap kali penginokulasian. Apabila sampai ada kontaminan yang masuk, kontaminan tersebut dapat tumbuh bersama kultur yang ingin ditumbuhkan. Apabila kontaminan yang ada terlalu banyak, mereka dapat mempengaruhi (merusak) perhitungan karena koloni yang terbentuk menghasilkan kondisi TNTC/TBUD. 3. Pemerataan Sampel Sampel yang akan diinokulasikan harus merata pada setiap media. Apabila tidak merata, koloni yang tumbuh bisa menjadi bertumpuk-tumpuk dan akan menyulitkan praktikan dalam menghitung serta menyulitkan untuk mendapatkan data yang akurat. Koloni yang bertumpuk-tumpuk juga dapat menyebabkan kondisi TNTC/TBUD karena jumlahnya yang terlalu banyak.
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
10. Perhatikan data plating produk susu berikut ini! Pengenceran 10-1 10-2 10-3 10-4
Jumlah Koloni pada Petri 1 Petri 2 Petri 3 TNTC TNTC TNTC 630 645 591 TNTC TNTC TNTC 5 5 8
Hitunglah total mikroorganisme pada sampel susu tersebut (dalam CFU/ml)! Jelaskan modifikasi prosedur yang dapat anda lakukan untuk memperoleh hitungan cawan yang akurat! Berdasarkan data hasil jumlah koloni yang ada, jumlah koloni tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, perhitungan dilakukan dengan data yang menghasilkan koloni yang dapat dihitung yaitu pada pengenceran 10-2 dan 10-4. Rata-rata dari pengenceran 10-2 = (630 + 645 + 591)/3 = 622 koloni 𝟏 𝐒𝐏𝐂 = 𝐱 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏
= 𝟏𝟎^−𝟐 𝐱 𝟔𝟐𝟐 = 622 x 102 CFU/ml = 6,2 x 104 CFU/ml 𝟏
Hasil = > 300 x 𝟏𝟎^−𝟐 (SPC) 𝟏
= > 300 x 𝟏𝟎^−𝟐 (6,2 x 104) CFU/ml = > 3,0 x 104 (6,2 x 104) CFU/ml atau Rata-rata dari pengenceran 10-4 = (5+5+8)/3 = 6 koloni 𝟏 𝐒𝐏𝐂 = 𝐱 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧 𝟏
= 𝟏𝟎^−𝟒 𝐱 𝟔 = 6 x 104 CFU/ml = 6,0 x 104 CFU/ml 𝟏
Hasil = < 30 x 𝟏𝟎^−𝟒 (SPC) 𝟏
= < 30 x 𝟏𝟎^−𝟒 (6,0 x 104) CFU/ml = < 3,0 x 105 (6,0 x 104) CFU/ml Pada pengenceran 10-3 kemungkinan telah terjadi kontaminasi, karena tidak mungkin pada pengenceran 10-2 masih dapat dihitung sedangkan pada pengenceran selanjutnya tidak dapat terhitung. Kondisi ini kemungkinan besar terjadi karena adanya kontaminan yang masuk dan
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
tumbuh. Prosedur yang dapat dilakukan agar hitungan cawan menjadi akurat adalah meninggikan tingkat pengenceran serta lebih memperhatikan lagi teknik aseptis dan sterilisasinya (Harvey, 2008). 11. Mengapa pada metode hitungan cawan digunakan media agar? Mengapa dilakukan teknik pengenceran sebelum dilakukan metode plating? Pada metode penghitungan cawan, media agar digunakan untuk memudahkan pengamatan dan penghitungan koloni pada saat koloni tumbuh. Selain itu, media agar juga cocok tidak hanya untuk bakteri aerob, tetapi juga bakteri anaerob (tergantung metode yang digunakan) karena diasumsikan bahwa sampel yang digunakan ada yang besifat aerob dan anaerob. Dengan menggunakan media agar, pertumbuhan bakteri tersebut tidak terhambat. Berbeda apabila menggunakan media broth. Pada media broth kita akan lebih sulit dalam menghitung koloni karena bentuknya adalah cair dan kemungkinan terjadinya goyangan pada tabung reaksi menyebabkan ketidakakuratan dalam mengidentifikasi bakteri aerob/anaerob (Hadioetomo, 2008). Pentingnya melakukan pengenceran pada metode plating adalah untuk mengantisipasi munculnya kondisi TNTC/TBUD dan juga kondisi TFTC. Apabila pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi, maka koloni yang terbentuk hanya sedikit. Sedangkan apabila pengenceran yang dilakukan terlalu rendah, maka kecenderungan untuk menghasilkan kondisi TNTC/TBUD akan lebih besar. Koloni yang terbentuk juga dapat menjadi cenderung tumbuh bertumpuk-tumpuk sehingga tidak bisa dihitung (Hadioetomo, 2008). 12. Mengapa suhu inkubasi yang digunakan pada kisaran suhu tertentu? Apa akibatnya jika suhu inkubasi dinaikkan atau diturunkan dari suhu semula? Suhu untuk menginkubasi mikroba sudah disesuaikan dengan suhu optimal mikroba yang dapat mendukung pertumbuhan mikroba tersebut dengan baik. Suhu yang optimal tersebut membuat mikroba menjadi lebih cepat tumbuh dan berkembang biak. Apabila suhu tersebut dinaikkan, maka mikroba tersebut bisa mati atau terdenaturasi (kecuali mikroba yang bersifat thermophilik). Sebaliknya, apabila suhu tersebut diturunkan, mikroba tersebut juga dapat mati karena tidak tahan dengan suhu rendah dan akan rusak karena enzimnya telah inaktif. Suhu optimal untuk menginkubasi mikroba adalah berbeda-beda tergantung jenis mikroba yang digunakan (Nelson, 2008).
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
KESIMPULAN Pada praktikum ini menggunakan metode hitung cawan untuk menghitung jumlah koloni pada bahan pangan. Prinsip hitungan cawan yaitu menghitung jumlah sel mikroba yang masih hidup dengan dtambahkan pada medium agar, sehingga sel mikroba berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat dengan mata. Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa mampu menghitung sel mikroba. Mahasiswa memahami cara-cara teknik sampling. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan teknik hitungan cawan dengan metode pour plate atau spread plate dan menghitung jumlah koloni pada sampel bahan pangan dengan metode hitungan cawan sesuai aturan SPC (Spread Plate Count). Dan dari praktikum diperoleh data hasil pengamatan yaitu pada sampel sosis dengan menggunakan media PCA jumlah koloni pada sampel dengan metode PCA pour plate adalah sebanyak 2,2 × 107 cfu/ml dan dengan metode PCA spread plate adalah sebanyak 3,5 × 107 cfu/ml. Pada sampel sosis dengan menggunakan media VRBA jumlah koloni pada sampel dengan metode VRBA spread plate adalah sebanyak < 3,0 × 106 (106) cfu/ml. Pada sampel Daging ayam dengan menggunakan media NA jumlah koloni pada sampel dengan metode NA pour plate adalah sebanyak 4,9 × 106 cfu/ml dan dengan metode NA spread plate adalah sebanyak 1,92 x 1010. Pada sampel Daging ayam dengan menggunakan media SSA jumlah koloni pada sampel dengan metode SSA spread plate adalah sebanyak < 3,0 × 106 (106) cfu/ml. Pada sampel Sawi dengan menggunakan media NA jumlah koloni pada sampel dengan metode NA pour plate adalah sebanyak 2,8 × 106 cfu/ml dan dengan metode spread plate adalah sebanyak 4,7 × 107 cfu/ml. Pada sampel sawi dengan menggunakan media MRSA jumlah koloni pada sampel dengan metode MRSA pour plate adalah sebanyak 5,9 × 106 cfu/ml dan dengan metode spread plate adalah sebanyak 6,4 × 107 cfu/ml.
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN Barazandeh, N. 2008. Microbiology Titles. Jerman: Springer-Verlag Berlin Hedelberg Media Garg, N. 2010. Laboratory Manual of Food Microbiology. New Dehli: LK International Publishing Hose Pvt. Ltd Hadioetomo, R. 2008. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar dalam Praktikum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Harvey, R. 2008. Microbiology 2nd Edition. Philadelphi: Lippincott Williams & Wilkins Misnadiarly, Husjain Djajaningrat. 2014. Mikrobiologi untuk Klinik dan Laboratorium. Jakarta: Rinekacipta Nelson. 2008. Principles of Biochemistry Fourth Edition. Madison: University of Wisconsin
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Komponen Penilaian LKP : Jenis Penilaian
Nilai Nilai yang Maksimal diperoleh Diagram Alir 10 Data Hasil Pengamatan 10 Pembahasan laporan 70 Kesimpulan 10 TOTAL 100 Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi No Kompetensi Bisa Tidak 1. Memahami peraturan yang terdapat dalam metode Standard Plate Count (SPC) 2.
3.
4. 5.
Mampu melakukan pemupukan dalam hitungan cawan dengan cara pour plate secara aseptis dan benar Mampu melakukan pemupukan dalam hitungan cawan dengan cara spread plate secara aseptis dan benar Mampu menghitung dan menentukan nilai SPC dari masing-masing cawan Mampu melakukan interpretasi data SPC dari tiap sampel yang dianalisis TOTAL
100