Historiografi_i.docx

  • Uploaded by: Panther Guns
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Historiografi_i.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,224
  • Pages: 9
BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Penulisan sejarah atau historiografi merupakan suatu proses pengisahan atas peristiwa-peristiwa penting umat manusia yang terjadi di masa lampau. Penulisan sejarah sendiri adalah sebagai suatu kenyataan subjektif, karena setiap generasi dapat mengarahkan sudut pandang masa lalu yang telah terjadi berdasarkan interpretasi yang erat kaitannya dengan sikap hidup, pendekatan, atau orientasinya. Pengisahan peristiwaperistiwa masa lampau sendiri kerap terjadi perbedaan pandangan, yang pada dasarnya bersifat objektif dan absolut, pada gilirannya akan berubah menjadi relatif. Di Indonesia sendiri penulisan sejarah mulai tidak dihiraukan lagi, karena masyarakat lebih mementingkan kesejahteraan dibandingkan mempelajari sejarah. padahal jika sejarah Indonesia kita selidiki atau telusuri lebih dalam lagi, masyarakat pada umumnya dan generasi muda penerus bangsa pada khususnya dapat mengetahui asal mula berdirinya negara ini. Dalam kehidupan generasi muda sekarang, mayoritas generasi muda Indonesia kurang memiliki minat dalam hal penulisan sejarah tentang bangsa Indonesia sendiri, bahkan mencari sebuah buku sejarah buatan orang indonesia sangat sulit ditemukan kebanyakan bukunya berasal dari luar negeri. Padahal Ir. Soekarno pernah berkata “JAS MERAH (Jangan sekali-kali melupakan sejarah)”, namun hal tersebut kurang dipahami oleh mayoritas pemuda Indonesia, entah itu karena mereka kurang paham tentang penulisan sejarah atau bahkan tidak peduli dengan sejarah bangsanya sendiri. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki peradaban yang cukup tinggi. Hal itu dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan dari masa lampau yang sangat menkajubkan. Nenek moyang bangsa Indonesia telah mewarisi perdaban yang luhur untuk dipelajari sebagai ilmu pengetahuan. Beberapa warisan tesebut dapat dilihat hingga kini seperti Candi Borobudur yang dibangun pada masa Mataram kuno, Situs Trowulan yang diperkirakan berasal pada masa majapahit abad 14, hingga beberapa prasasti dan teks-teks kuno. Melihat peninggalan masa lampau yang begitu banyak maka diperlukanlah suatu ilmu yang dapat merekonstruksi peristiwa masa lampau. Ilmu tersebut ialah ilmu Sejarah.[1] Ilmu sejarah yang kita kenal merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau, namun bukan berarti sejarah hanya berpijak dimasa lampau saja, namun sejarah juga 1

berpijak dimasa depan. Sebagai ilmu pengetahuan, maka sejarah pun memiliki perkembangan, terutama dari segi penulisan. Penulisan sejarah atau historiografi ternyata berkembang dari masa ke masa. Historiografi pun berkembang sejak zaman kemerdekaan. Menurut Sartono Kartodirdjo, penulisan sejarah Indonesia berkembang dari berbagai cakrawala diantaranya dari religio kosmoginis ke sejarah kritis, dari etnocentrism ke natiocentris, dari kolonial elitis ke sejarah Indonesia secara keseluruhan.[2] Historiografi merupakan usaha mensistesiskan data sejarah menjadi kisah atau penyajian dengan jalan menulis buku-buku sejarah dan artikel atau mengucapkan kuliah-kuliah sejarah. Arti lain dari historiografi adalah membahas secara kritis bukubuku sejarah, dalam perkembangannya ada juga yang berpendapat bahwa historiografi merupakan rekonstruksi imajinatif masa lampau manusia berdasarkan bukti-bukti dan data-data yang diperoleh melalui proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Historiografi dimaksudkan sebagai penulisan sejarah, maka historiografi merupakan tingkatan kemampuan seni yang menekankan pentingnya keterampilan, tradisi akademis, ingatan subyektif dan pandangan arah yang semuanya memberikan warna pada hasil penulisannya. Dengan demikian berarti bahwa historiografi sebagai suatu hasil karya sejarawan yang menulis tulisan sejarah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis menyusun makalah dengan judulHISTORIOGRAFI INDONESIA (Arti, Pengertian dan Objek Kajian). B.

Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian dari historiografi Indonesia? 2. Bagaimana objek kajian dari historiografi Indonesia?

C.

Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari historiografi Indonesia. 2. Untuk mengetahui objek kajian dari historiografi Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN 2

A.

Pengertian historiografi Indonesia Secara umum, Historiografi adalah sebuah tahapan terakhir dalam sebuah metodologi penelitian sejarah, setelah terlebih dahulu melakukan tahapan heuristik, kritik, verifikasi, dan intrepretasi yang dilakukan oleh seorang sejarawan agar menghasilkan sebuah karya sejarah dapat berupa buku, film, diorama, dll. Pada tahapan ini tidak dapat dihindari adanya faktor subjektivitas, menurut Dr. Sugeng Priyadi, M. Hum, dalam bukuya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan Sejarah yang dimaksud subjektivitas adalah: “Suatu hal yang selalu ada dalam intrerpretasi, yang dipengaruhi oleh sikap berat sebelah pribadi, prasangka kelompok, teori-teori interpretasi yang bertentangan dan konflik-konflik filsafat.[3] Setelah dipaparkan definisi

historiografi

secara

umum,

berikut

ini

penulis

paparkan

beberapa

definisi historiografi dari para sejarawan : Menurut Prof Dr Ismaun M.Pd: “Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masalalu yang disebut sejarah”.[4] Menurut Prof Dr Helius Sjamsudin M.A, “Historiografi adalah: “Suatu Sintesis yang dihasilkan oleh sejarawan dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh.[5] Menurut Prof A Daliman, M.Pd Historiogarfi adalah “Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkapkan, diuji (verifikasi) dan diinterpretasi”.[6] Menurut Soedjatmoko Historiografi adalah penulisan sejarah, dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak dari kegiatan penelitian oleh sejarawan. Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan bagian terakhirnya. Langkah terakhir, tetapi langkah tersebut adalah langkah terberat.[7] Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa historiografi adalah tahapan yang terakhir dan yang paling berat dari sebuah rekonstruksi suatu peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau yang dilakukan oleh sejarawan setelah terlebih dahulu melakukan tahapan heuristik, kritik,verifikasi dan interpretasi berdasarkan data dan fakta yang ditemukan di lapangan agar menjadi sebuah kisah yang selaras dengan apa yang terjadi sebenarnya pada masa lampau dan harus menghindari subjektivitas. Historiografi atau Penulisan sejarah dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak seluruh kegiatan penelitian sejarawan. Dalam metologi sejarah, Historiografi 3

merupakan bagian terakhirnya. Langkah terakhir, tetapi langkah terberat karena di dalam bidang ini letak tuntutan terberat bagi sejarah untuk membuktikan legitimasi dirinya sebagai suatu bentuk disiplin ilmiah.[8] Dalam menulis sejarah seorang sejarawan menulis apa yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh seseorang atau narasumbernya. Takhanya itu saja tapi seorang sejarawan juga harus memperhatikan hal yang penting yang akan diungkapkan seperti apa, siapa, kapan, dimana, dan bagai mana sesuatu yang telah terjadi. Jika salah satu dari itu tidak diperhatikan sejarawan maka sejarah yang akan dibahas akan sulit diungkapkan.[9] Dengan adanya hal yang harus diperhatikan dan dihindari oleh sejarawan, maka sejarawan tersebut menghasilkan penulisan sejarah atau yang biasa disebut dengan historiografi. Sehingga historiografi, selanjutnya langkah-langkah metodologis yang dikerjakan oleh sejarawan, pada umumnya, dapat diterima dengan memiliki validaritas. [10] Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi pada penulisan sejarah atau histioriografi, bagi studi sejarah sebagai ilmu, masalah mengatasi subjektivitas merupakan masalah strategis. Penyelesaian masalah ini akan menentukan bobot ilmiah langkah-langkah metodologis selanjutnya yang diragukan memiliki objektivitas sebagai inti dari suatu ilmu, terkhusus historiografi. Dalam perkembangannya historiografi di Indonesia secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu: historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern.[11] Pembagian tersebut didasarkan pada metode dan isi dari karya historiografi tersebut. B.

Objek kajian dari historiografi Indonesia Metode historis sebagai metode penulisan sejarah meliputi empat langkah, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Langkah keempat, yakni historiografi, merupakan wujud atau hasil karya dengan metode sejarah. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa penulisan sejarah Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a.

Historiografi tradisioanal Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang 4

berkuasa, bersifat istanasentris, yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja. Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha pada umumnya ditulis diprasastikan dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu, di mana seorang raja memerintah. Dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya imajinatif dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang dikisahkan sebagai uraian peristiwa pada masa lampau, seperti tercermin dalam babad atau hikayat. Contoh-contoh historiografi tradisional di antaranya ialah sejarah Melayu, hikayat raja-raja Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Kartasura, dan masih banyak lagi.[12] Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisional adalah sebagai berikut: 1. Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris. 2. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat. 3. Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib. 4. Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan yang nyata. 5. Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi. Oleh karena itu, banyak mitos bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/titisan dewa, apa yang dikatakan raja serba benar sehingga ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali" (apa yang diucapkan raja tidak boleh berubah, sebab raja segalanya). Dalam konsep kepercayaan Hindu, raja adalah "mandataris dewa" sehingga segala ucapan dan tindakannya adalah benar. 6. Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut. 7. Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti). 5

b.

Historiografi colonial Berbeda dengan historiografi tradisional, historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan Belanda atas Bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak diantara penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia. Sumber-sumber yang dipergunakan berasal dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta (Batavia). Pada umumnya tidak menggunakan atau mengabaikan sumber-sumber Indonesia. Sesuai dengan namanya, yaitu historiografi kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat bila disebut penulisan sejarah Indonesia. Lebih tepat disebut sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Mengapa demikian? Hal ini tidaklah mengherankan, sebab fokus pembicaraan adalah Bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau kiprah Bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sebabnya, sifat pokok dari historiografi kolonial ialah Eropa sentris atau Belanda sentris. Yang diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas Bangsa Belanda, pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orangorang kulit putih), seluk beluk kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan tugasnya di tanah jajahan, yakni Indonesia. Aktivitas rakyat tanah jajahan (rakyat Indonesia) diabaikan sama sekali.[13] Historiografi kolonial memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya: 1. Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan koloninya (dijajah). 2. Tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka dan sekaligus untuk mengendurkan semangat perlawanan bangsa Indonesia. 3. Bersifat Belandasentris kepentingan kolonial sangat mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah yang terjadi. Tujuan Historiografi Kolonial adalah semata-mata untuk memperkokok kekuasaan mereka di Indonesia ataupun di tempat jajahan mereka.

c.

Historiografi modern Sesudah Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945, maka sejak saat itu ada kegiatan untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia sentris. Artinya, Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada, sebab yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan 6

rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya.[14] Dengan demikian, maka muncul historiografi modern yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mengingat adanya character and nation-building. 2. Indonesia sentris. 3. Sesuai dengan pandangan hidup Bangsa Indonesia. 4. Disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri, mereka yang memahami dan menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat-syarat ilmiah. Sejarah Indonesia dibangun dari fakta-fakta yang ada dan direkonstruksi oleh para sejarawan Indonesia dan sejarawan asing. Proses rekonstruksi sejarah sendiri memiliki perbedaan dari hari kehari, entah itu dari segi metodenya, keobyektifitasannya, motivasinya. Historiografi Indonesia dari masa dulu telah mengalami perkembangan. Bermula dari historiografi tradisional, historiografi kolonial, historiografi revolusi dan yang terakhir berkembang adalah historiografi modern.[15] Setiap perkembangan historiografi memiliki karakteristik, metode, dan motivasi penulisan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Situasi dan kondisi politik sangat berpengaruh pada penulisan sejarah. Semisal, pada masa tradisional, dimana untuk melegitimasi kedudukan seorang raja, maka raja tersebut berusaha untuk menulis sejarah keluarganya yang berasal dari seorang raja yang besar. Masa kolonial, masa ini penulisan sejarah bermaksud sebagai bahan laporan perjalanannya di tanah jajahan, jadi yang dituliskan hanyalah orang-orang barat di tanah jajahan.[16] Dilihat dari sudut pendekatan, perkembangan historiografi sejarah lisan kemudian menjadi semakin kompleks, karena dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan metodologis dan teoritis ilmu sosial seperti pendekatan post-strukturalis dan postmodernis. Perkembangan-perkembangan ini membawa perubahan dalam pendekatan sejarah lisan.[17] Historiografi juga menelaah seputar bagaimana karya itu bisa ditulis serta sebabsebab yang melatarbelakangi penulisan tersebut. Untuk itu, selanjutnya, sejarawan diharapkan mengetahui secara holistik (menyeluruh) mengenai keadaan sosio-politik dan budaya yang mendasari suatu penulisan sejarah. Baik periode tradisional, kolonial serta modern tentu mempunyai karakteristik yang saling berbeda. karakteristik ini juga menjadi perhatian dari studi historiografi.

7

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan Historiografi adalah tahapan yang terakhir dan yang paling berat dari sebuah rekonstruksi suatu peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau yang dilakukan oleh sejarawan setelah terlebih dahulu melakukan tahapan heuristik, kritik,verifikasi dan interpretasi berdasarkan data dan fakta yang ditemukan di lapangan agar menjadi sebuah kisah yang selaras dengan apa yang terjadi sebenarnya pada masa lampau dan harus menghindari subjektivitas. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi pada penulisan sejarah atau histioriografi, bagi studi sejarah sebagai ilmu, masalah mengatasi subjektivitas merupakan masalah strategis. Penyelesaian masalah ini akan menentukan bobot ilmiah langkah-langkah metodologis selanjutnya yang diragukan memiliki objektivitas sebagail inti dari suatu ilmu, terkhusus historiografi. Dalam perkembangannya historiografi di Indonesia secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu: historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi 8

modern. Pembagian tersebut didasarkan pada metode dan isi dari karya historiografi tersebut. B.

Saran Setelah mengetahui tentang proses penyusunan, sistematika dan tahapan dalam historiografi, maka kita dapat menulis sejarah yang terjadi di masa lampau dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA Daliman. A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Ismaun. 2005. Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Prees. Priyadi. S. 2012. Sejarah Lokal konsep, Metode dan Tantanganya. Yogyakarta: Ombak. Sartono Kartodirdjo. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiograrfi Indonesia: Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia. Sjamsuddin. H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Wahyu Iryana. 2014. Historiografi Barat. Bandung: Humaniora. W. Poespoprodjo. 1987. Subjektivitas Dalam Historiografi. Bandung: Remadjakarya. http://pelitaku.sabda.org/node/834.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 19:30 WIB. http://fungsi.web.id/2015/05/ciri-ciri-historiografi-nasional-dan-kolonial.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 17.25 WIB. http://penasejarah.com/historiografi-modern.html. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2016 pukul 19. 54 WIB.

9

More Documents from "Panther Guns"