MAKALAH Histologi “Histologi Organ-Organ Pencernaan dan Kelenjar Pencernaan”
DISUSUN OLEH Asmaul Ria Riski Fauzi
(1640603027)
Suci Indah Sari
(1640603001)
Nuryunita
(1640603003)
PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini bejudul “Histologi Organ-Organ Pencernaan dan Kelenjar Pencernaan” yang dibuat untuk memenuhi tugas kami dalam mata kuliah Histologi. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2 C. Tujuan .............................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3 A. Histologi Rongga Mulut ................................................................................... 3 B. Histologi Saluran Cerna Tubular ..................................................................... 7 C. Kelenjar Pencernaan Besar ............................................................................ 16 BAB III PENUTUP ................................................................................................. 21 A. Kesimpulan .................................................................................................... 21 B. Saran ............................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sistem pencernaan merupakan sistem yang terdiri atas saluran cerna mulai dari rongga mulut, mulut, esofagus, lambung, usus kecil, usus besar, rektum, anus, serta kelenjar-kelenjar terkait yaitu kelenjar liur, hati, dan pangkreas. Organ-organ dan kelenjar pencernaan tersebut berfungsi untuk mendapatkan metabolit-metabolit dari makanan yang selanjutnya diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan serta untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Pada proses pencernaan molekul makanan yang berbentuk besar seperti protein, lemak karbohidrat kompleks, dan asam nukleat diuraikan menjadi molekul-molekul kecil dengan cara menggigit dan mengunyah molekul-molekul besar tersebut, kemudian molekulmolekul besar yang telah menjadi molekul-molekul kecil dihaluskan lebih lanjut oleh asam klorida dan enzim-enzim pencernaan (Leeson, dkk, 1995) Enzim-enzim pada saluran pencernaan berfungsi untuk membantu menghidrolisis atau memecahkan senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana atau senyawa dasar. Senyawa yang telah berbentuk sederhana atau senyawa dasar selanjutnya akan di serap atau diabsorpsi masuk kedalam sirkulasi darah. Dengan demikian, pencernaan merupakan suatu proses pengubahan bahan makanan menjadi zat yang dapat diserap kedalam peredaran darah. Bahan-bahan yang tidak berguna bagi tubuh ataupun sebagai toksis akan disingkirkan dengan cara dikeluarkan melalui feses. Sistem pencernaan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu : 1). Rongga mulut (kelenjar liur dan orofaring); 2). Saluran cerna tubular (esofagus, lambung, usus kecil, usus besar, rektum, dan anus); 3). Kelenjar pencernaan besar (pangkreas, hati, dan kandung empedu) (Leeson, dkk, 1995).
1
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah histologi rongga mulut ? 2. Bagaimanakah saluran cerna tubular ? 3. Apa saja kelenjar pencernaan besar ?
C. Tujuan 1. Mampu menjelaskan histologi rongga mulut 2. Mampu menjelaskan histologi saluran cerna tubular 3. Mampu menjelaskan kelenjar pencernaan besar
2
BAB II PEMBAHASAN A. Histologi Rongga Mulut 1. Bibir dan Pipi Rongga mulut tersusun atas jaringan ikat sejati, jaringan epitel berlapis gepeng, jaringan saraf, jaringan otot. Pada bagian depan ditutupi oleh bibir atas dan bibir bawah. Jaringan utama pada bibir dan pipi tersusun atas otot rangka yang berada didalam jaringan ikat fibroelastis. Pada permukaan luar bibir dilapisi oleh kulit yang mengandung kelenjar sebasea, folikel rambut, dan kelenjar keringat. Bagian dalam bibir dilapisi oleh membran mukosa dan tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa tanduk yang terletak diatas jaringan ikat lamina propria dengan papila yang tinggi. Didalam lamina propia terdapat banyak ujung-ujung saraf sensorik dan di dalam dermis pada batas merah bibir terdapat banyak pembuluh kapiler (Leeson, dkk, 1995). Bibir bagian tepi memiliki epidermis yang mengalami modifikasi yaitu mengandung banyak keratohialin dan stratum lusidumnya tebal, sehingga menjadi lebih transparan sedangkan bagian dermis dibawahnya tampak papil-papil tinggi dan banyak pleksus pembuluh darah yang menyebabkan warna merah pada daerah tepian bibir. Didaerah tepian bibir tidak terdapat rambut, kelenjar keringat, atau kelenjar sebasea, dan epitel permukaan dijaga agar tetap basah dengan jilatan lidah (Leeson, dkk, 1995).
Gambar 2.1 Struktur Histologis Bibir
3
2. Lidah Lidah
tersusun atas jaringan otot, jaringan ikat longgar, dan
jaringan epitel. Lidah merupakan bagian rongga mulut yang terletak didalam dan pangkalnya melekat pada dasar mulut serta membentuk bagian dinding depan faring. Sebagian besar lidah terdiri atas seratserat otot rangka yang dilapisi selaput lendir dan mengandung kelenjar. Serat otot lidah terdiri atas dua kelompok yaitu ada yang intrinsik (terdapat di dalam lidah dan ada yang ekstrinsik (terdapat diluar lidah yang terutama pada mandibula, tulang hioid, dan berinsersi pada lidah). Diantara serat-serat otot tersebut terdapat kelenjar-kelenjar yang umumnya bersifat mukosa yang terletak pada pangkal lidah, dengan saluran keluar bermuara di belakang sulkus terminalis. Pada badan lidah terdapat kelenjar serosa dengan saluran keluar bermuara di depan sulkus sedangkan asini campur terletak di ujung lidah dengan salurannya bermuara pada permukaan bawah lidah (Leeson, dkk, 1995).
Gambar 2.2 Bagian-Bagian Lidah Permukaan sepertiga belakang lidah bersifat nodular, tidak rata karena
adanya
nodulus
limfatikus.
Diantara tonjolan-tonjolan
permukaan epitel terdapat celah-celah disebut kriptus. Di sini epitel diinfiltrasi oleh banyak limfosit. Membran mukosa pada permukaan 4
bawah lidah sifatnya licin dan dibawahnya terdapat tunika submukosa. Pada permukaan atas terlihat banyak tonjolan-tonjolan kecil disebut papila lidah, yang memberikan kesan kasar pada lidah. Terdapat empat jenis papila yaitu (Junqueira, dkk, 1998) : a. Papila filiformis tersusun atas jaringan epitel gepeng berlapis berkreatin agar bisa menjilat makanan. Papila ini memiliki bentuk kerucut memanjang, jumlahnya banyak dan tersebar diseluruh permukaan lidah, epitelnya tidak mengandung kuncup kecap, sebagian berlapis tanduk. b. Papila fungiformis tersusun atas jaringan epitel gepeng berlapis tanpa kreatin. Papila ini memiliki bentuk seperti jamur dengan tangkai sempit dan bagian atas melebar dan permukaan licin, mengandung kuncup kecap pada permukaan atasnya, tersebar secara tidak teratur diantara papila filiformis. c. Papila foliata terletak pada bagian samping dan belakang lidah, berbentuk lipatan-lipatan mirip daun dengan kuncup kecap didalam epitel lekukan yang terdapat dilipatan, kelenjar-kelenjar serosa bermuara pada dasar alur d. Papila sirkumvalata pada manusia jumlahnya hanya 10-14 dan letaknya disepanjang sulkus terminalis, setiap papil menonjol sedikit diatas permukaan dan dibatasi oleh suatu parit melingkar dengan banyak kuncup kecap pada epitel dinding lateralnya, saluran keluar kelenjar serosa bermuara pada dasar alur.
Gambar 2.3 Papila Lingualis
5
3. Gigi Gigi tersusun atas jaringan saraf dan jaringan ikat. Gigi merupakan bagian rongga mulut yang sebagain besar berasal dari mesoderm dan bagian lainnya berasal dari ektoderm. Gigi tertanam pada rahang atas dan rahang bawah serta tersusun dalam dua lengkungan dimana lengkungan bagian atas lebih besar dibanding lengkungan bagian bawah. Gigi pada manusia dibedakan menjadi dua macam yaitu gigi primer (gigi susu atau gigi desidua) yang berjumlah 20 pada anak-anak dan akan tanggal pada usia 6 sampai 12-13 tahun yang kemudian akan digantikan dengan gigi permanen dan gigi permanen yang berjumlah 32 gigi. Semua gigi memiliki susunan yang sama walaupun setiap gigi mengalami perubahan bentuk yang bergantung pada fungsi khususnya seperti gigi seri yang berfungsi untuk memotong dan gigi gerahang yang berfungsi untuk mengunyah (Junqueira, dkk, 1998).
Gambar 2.4 Bgaian-Bagian Gigi
6
Bagian gigi yang terlihat menonjol diatas gusi atau gingiva disebut mahkota gigi yang ditutupi oleh email yang sangat keras, akar gigi terbenam didalam alveolus maksila atau mandibula dan ditutupi oleh sementum, mahkota dan akar gigi bertemu pada leher gigi. Setiap gigi memiliki rongga pulpa yang didalamnya berisi jaringan ikat yang berhubungan dengan satu atau lebih lubang kecil yang disebut foramina apikal yang memungkinkan masuk dan keluarnya pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf dari rongga pulpa. Ligamen atau membran periodontal merupakan struktur fibrosa yang berfungsi menanam gigi dengan erat pada soket tulangnya (alveolus). Jaringan keras gigi terdiri atas dentin pada mahkota gigi, dan sementum menutupi dentin pada akar gigi, tepian bawah email berbatasan dengan sementum pada leher gigi sementara jaringan lunak gigi terdiri atas pulpa yang mengisi rongga pulpa, membran periodontal (membran kitar-dentin), dan gusi atau gingiva (Junqueira, dkk, 1998).
B. Histologi Saluran Cerna Tubular Keseluruhan saluran cerna memiliki ciri struktural umum tertentu. Saluran cerna adalah tabung berongga yang terdiri atas lumen dari garis tengah bervariasi yang dikelilingi oleh dinding dengan empat lapisan utama yaitu: mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Mukosa terdiri atas epitel pelapis, lamina propria yang merupakan jaringan ikat longgar dengan banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe serta serat otot polos, terkadang mengandung kelenjar dan jaringan limfoid, muskularis mukosa umumnya terdiri atas lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapis longitudinal luar serat otot polos yang memisahkan lapisan mukosa dari submukosa. Muskulais mukosa sering disebut membran mukosa (Leeson, dkk, 1995). Submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe serta pleksus saraf submukosus (disebut juga pleksus meissner), terkadang mengandung kelenjar dan
7
jaringan limfoid. Muskularis mengandung sel-sel otot polos yang berorientasi secara spiral dan terbagi dalam dua lapisan menurut arah utama perjalanan sel otot, pada lapisan dalam (dekat kelumen) arah jalannya sirkular sedangkan pada lapisan luar kebanyakan arah jalannya memanjang, lapisan ini mengandung pleksus syaraf meinterikus atau pleksus auerbach yang terletak diantara dua lapisan otot dan pembuluh darah serta pembuluh limfe terdapat dalam jaringan ikat diantara kedua lapisan. Serosa adalah suatu lapisan tipis yang terdiri atas jaringan ikat longgar yang kaya pembuluh darah dan pembuluh limfe serta jaringan lemak dan epitel selapis gepeng sebagai pelapis (mesotel) (Leeson, dkk, 1995). Fungsi utama epitel pelapis pada saluran cerna adalah sebagai sawar atau daerah permeabel selektif antara isi saluran cerna dan jaringan tubuh, memudahkan transpor dan pencernaan makanan, memperbaiki penyerapan produk hasil pencernaan, dan menghasilkan hormon yang memperngaruhi aktivitas sistem pencernaan. Sel-sel pada lapisan ini menghasilkan mokus atau lendir yang terlibat dalam pencernaan atau penyerapan makanan (Leeson, dkk, 1995). 1. Esofagus Esofagus dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, pada umumnya memiliki lapisan yang sama dengan bagian lain saluran cerna. Dalam submukosa terdapat kelompok kelenjar penghasil mukus kecil yaitu kelenjar esofageal, pada lamina propria dekat lambung terdapat kelompok kelenjar yang disebut kelenjar kardia esofagus yang menghasilkan mukus. Pada ujung distal esofagus lapisan ototnya terdiri atas serat otot polos saja, pada bagian tengah terdapat campuran serat otot rangka dan serat otot polos, dan pada ujung proksimal hanya dijumpai serat otot rangka. Hanya bagian esofagus dalam rongga peritoneum yang ditutupi oleh serosa, sisanya ditutupi oleh lapisan jaringan ikat yang disebut adventisia yang menyatu dengan jaringan sekitarnya. Esofagus merupakan bagian saluran cerna berbentuk
8
tabung berotot yang berfungsi memindahkan makanan dari mulut kedalam lambung. (Junqueira, dkk, 1998). 2. Lambung Mukosa lambung terdiri atas epitel permukaan yang menekuk dengan kedalaman bervariasi kedalam lamina propria, membentuk foveola gastrika (sumur lambung/ gastricpit). Di dalam sumur-sumur lambung bermuara kelenjar-kelenjar tubular bercabang (kardia, fundus, pirolus) yang khas bagi masing-masing daerah lambung. Lamina propria lambung terdiri atas jaringan ikat longgar berbaur dengan otot polos dan sel limfosit. Selapis otot polos yaitu muskularis mukosa memisahkan mukosa dan submukosa dibawahnya, lapisan ini terdiri atas kelompok serat-serat longitudinal luar dan serat-serat sirkular dekat kelumen. Epitel pelapis permukaan dan sumur lambung adalah epitel selapis silindris dan semua sel-sel menghasilkan mukus (Junqueira, dkk, 1998). Lambung
adalah
organ
endokrin-eksokrin
campuran
yang
mencerna makanan dan mengekskresi hormon. Lambung adalah bagian saluran cerna yang melebar dengan fungsi utama menambahkan cairan asam pada makanan yang masuk, mengubahnya melalui aktivitas otot menjadi masa kental (khimus), dan melanjutkan proses pencernaan
yang
telah
dimulai
dari
rongga
mulut
dengan
menghasilkan enzim proteolitik pepsin. Lambung juga membentuk lipase yang menguraikan trigliserida dengan bantuan lipase lingual. Lambung dapat dibedakan menjadi empat daerah yaitu: kardia, fundus, korpus, dan pilorus. Bagian fundus dan korpus memiliki struktur mikroskopik identik sehingga secara histologis hanya ada tiga daerah. Mukosa dan submukosa lambung tidak direnggangkan tampak berlipat-lipat memanjang dan disebut rugae, bila lambung sedang terisi makanan maka lipatan ini akan merata (Junqueira, dkk, 1998).
9
a. Daerah Kardia Kardia adalah sabuk melingkar sempit dengan lebar 1,5 sampai 3 cm pada peralihan antara espfagus dan lambung. Lamina proprianya mengandung kelenjar kardia tubular simpleks atau bercabang. Bagian terminal kelenjar ini banyak sekali bergelung dan sering dengan lumen lebar. Hampir semua sel sekskresi menghasilkan mukus dan lisozim tetapi terlihat beberapa sel pariental yang menghasilkan HCL. Struktur kelenjar ini serupa dengan kelenjar kardia bagian akhir esofagus (Junqueira, dkk, 1998). b. Fundus & Korpus Lamina propria daerah ini berisi kelenjar lambung (fundus) tubular bercabang, 3 sampai 7 diantaranya bermuara pada dasar sumur lambung. Penyebaran sel-sel epitel pada kelenjar lambung tidak merata. Bagian leher terdiri atas sel-sel prakembang dan sel mukosa leher, sedangkan bagian dasar (atau badan) kelenjar mengandung sel pariental, sel zimogen, dan sel entero endokrin (Junqueira, dkk, 1998). c. Pilorus Pilorus dari bahasa Latin yang berarti penjaga gerbang memiliki sumur-sumur lambung yang dalam, tempat mermuara kelenjarkelenjar pilorus tubular, kelenjar ini serupa dengan kelenjar bagian kardia. Pada bagian pilorus ditemukan sumur-sumur panjang dan kelenjar-kelenjar pendek bergelung kebalikan dari yang terdapat pada bagian kardia. Kelenjar pada pilorus mengeluarkan mukus dan cukup banyak enzim lisozim. Sel gastrin yang melepaskan gastrin tersebar diantara sel-sel mukosa dari kelenjar pilorus. Gastrin merangsang pengeluaran asam oleh sel pariental dari kelenjar lambung. Sel entero endokrin lain mengeluarkan somatostatin yang menghambat pelepasan hormon lain termasuk gastrin (Junqueira, dkk, 1998).
10
Lapisan-lapisan lain dari lambung yaitu: submukosa yang terdiri atas jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah dan pembuluh limfe yang terdiri oleh sel-sel limfosit, makrofag, dan sel mast. Muskularis terdiri atas serat-serat otot polos yang berjalan dalam tiga arah yaitu lapisan luar longitudinal, lapisan tengah sirkular, lapisan dalam serong. Pada
pilorus
lapisan
tengah
sangat
menebal
membentuk
sfingterpilorus. Serosa hanya tipis dan ditutupi oleh mesotel (Junqueira, dkk, 1998).
Gambar 2.5 Bagian-Bagian Lambung
11
Gambar 2.6 Lapisan-Lapisan Lain Pada Lambung 3. Usus Kecil Usus kecil memiliki panjang kurang lebih 5 meter yang memungkinkan kontak lama antara makanan dan enzim pencernaan begitu pula antara produk pencernaan dan sel-sel absorptif dari epitel pelapis. Usus kecil adalah tempat pencernaan terakhir, absorbsi bahan makanan, dan sekresi endokrin. Dalam usus kecil proses pencernaan diselesaikan dan produk pencernaan diserap.. Usus kecil terdiri atas tiga bagian yaitu: duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum memiliki panjang 20 cm, relatif melekat pada dinding abdomen bagian posterior, yeyenum panjangnya dua perlima sisa usus kecil, dan ileum yaitu tiga perlima sisanya (Junqueira, dkk, 1998).
Gambar 2.7 Bagian-Bagian Dari Usus Kecil
12
Usus
kecil
mempunyai
bangunan-bangunan
khusus
yang
memperluas mukosa untuk menjalankan fungsinya yaitu 1). Plika sirkularis kerckring merupakan bangunan yang berbentuk lipatan permanen spiral atau melingkar dengan mukosa tebal serta submukosa dibagian tengahnya. 2). Vilus dan kriptus, vilus merupakan tonjolan kecil mirip jari atau daun pada membran mukosa dengan panjang 0,5 sampai 1,5 mm dan hanya terdapat pada usus kecil, tiap vilus dilapisi oleh epitel dan bagian tengahnya terdiri atas lamina propria yang mengandung banyak sel terutama berasal dari sistem imun. Kriptus atau kelnjar usus merupakan bangunan berbentuk pipa yang bermuara diantara dasar vili dengan dalam 0,3 sampai 0,5 mm dan masuk jauh kedalam daerah muskularis mukosa. 3). Mikrovili merupakan bangunan yang berfungsi untuk memperluas permukaan agar dapat meningkatkan daya absorbsi epitel usus (Leeson, dkk, 1995).
Gambar 2.8 Struktur Usus Kecil
13
Epitel mukosa pada usus kecil merupakan epitel selapis silindris yang terdiri atas sel absorptif, sel goblet, sel paneth dan sel enteroendokrin. Sel absorptif adalah sel silindris tinggi dengan inti lonjong pada setengah bagian basal sel, terdapat mikrovili berhimpit padat sekitar 3000 mikrovili yang mempunyai fungsi fisiologis penting karena sangat memperluas permukaan kontak antara permukaan usus dengan
makanan,
enzim-enzim
yang
terikat
pada
mikrovili
menghidrolisis disakarida dan dipeptida menjadi monosakarida dan asam amino yang dengan mudah diserap, fungsi utama sel absorptif adalah untuk menyerap metabolit yang dihasilkan dari proses pencernaan (Junqueira, dkk, 1998). Sel goblet tersebar diantara sel-sel absorptif, jumlahnya tidak begitu banyak dalam duadenum dan makin banyak ke arah ileum, selsel ini menghasilkan glikoprotein asam yang berfungsi melindungi dan melumasi pelapis usus. Sel paneth ditemukan hanya di dasar kriptus usus kecil, berbentuk piramid dengan dasar lebar dengan puncak sempit, sel paneth menghasilkan lisozom yaitu suatu enzim yang mencerna
dinding
sel
bakteri
tertentu
dan
berkemampuan
memfagositosis bakteri tertentu. Sel enteroendokrin terdapat dalam kriptus dan vilus, mengeluarkan pepetida pengatur aktif yang berhubungan dengan sekresi lambung, motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kantung empedu. Lamina propia pada usus kecil terdiri atas jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah dan pembuluh limfe, serat syaraf dan serat otot polos (Junqueira, dkk, 1998). 4. Usus Besar Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian rektum, memiliki panjang kurang lebih 180 cm dan terdiri dari sekum (berhubungan dengan ileum melalui katup ileosekal), apendiks (suatu difertikukum kecil dari sekum), kolon (mulai dari sekum dan dibagi dalam bagian asenden, tranversa dan bagian desenden),
14
kemudian rektum dan saluran anus, berakhir di anus pada permukaan tubuh. Bahan makanan yang masuk kedalam sekum masih dalam keadaan setengah cair kemudian di dalam kolon menjadi setengah padat yang merupakan konsistensi veses. Jadi, salah satu fungsi usus besar adalah absorbsi cairan dan fungsi lainnya adalah mengekskresi mukus dan pencernaan dilakukan oleh enzim yang ada di dalam makanan, dan pembusukan oleh bakteri yang selalu ada di dalam usus besar (Junqueira, dkk, 1998).
Gambar 2.9 Bagian-Bagian Usus Besar
Usus besar tidak memiliki plika dan vili sehingga epitel permukaan tampak lebih rata daripada yang ada pada usus kecil. Kelenjar usus panjang ditandai oleh banyaknya sel goblet, sel-sel absorptif dan sedikit sel enteroendokrin. Epitel pelapisnya adalah silindris dan selselnya memiliki mikrovili pendek dan tidak teratur. Lamina propria usus besar kaya akan limfosit dan limfonuduli yang sering meluas sampai kedalam submukosa. Banyaknya jaringan limfoit berhubungan dengan banyaknya bakteri yang ada di dalam usus besar. Muskularis terdiri atas untaian longitudinal dan sirkular yang serat-serat dari
15
lapisan longitudinal luar tergabung dalam 3 pita tebal memanjang yang disebut tenia koli (Junqueira, dkk, 1998).
C. Kelenjar Pencernaan Besar Kelenjar-kelenjar yang berhubungan dengan saluran cerna adalah kelenjar liur, pankreas, hati, dan kandung empedu. Fungsi kelenjar liur ialah membasahi dan melumasi rongga mulut beserta isinya, memulai pencernaan karbohidrat, menghasilkan substansi tertentu seperti IgA, lisozim, dan laktoferin. Fungsi pankreas ialah menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang bekerja diusus kecil dan menghasilkan hormon insulin dan glukagon ke dalam aliran darah. Hati menghasilkan empedu, cairan penting untuk pencernaan lemak ia berperan penting dalam metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein serta menonaktifkan dan memetabolisasi banyak substansi toksit serta obat. Hati juga berpartisipasi dalam metabolisme besi dan pembuatan protein serta faktor-faktor yang diperlukan untuk pembekuan darah. Kandung empedu menyerap air dari empedu
dan
menyimpan
empedu
dalam
bentuk
dipekatkan
(concentratedform) (Junqueira, dkk, 1998). 1. Kelenjar liur Kelenjar eksokrin dalam mulut mengahasilkan air liur yang memiliki fungsi digestif, pelumas dan imunologis. Kelenjar liur tersusun atas jaringan ikat longgar dan jaringan epitel selapis gepeng. Kelenjar liur terdiri atas tiga pasang kelenjar yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibular (submaksilar), dan kelenjar sublingual. Kelenjar-kelenjar ini terdiri atas dua jenis sel-sel sekresi yaitu sel serosa dan sel mukosa. Sel serosa biasanya berbentuk piramid dengan basis lebar bertempat diatas lamina basal dan permukaan apikal sempit dengan mikrovili pendek tidak teratur menghadap lumen. Sel mukosa biasanya berbentuk kuboid sampai silindris dengan inti lonjong dan terdesak kebasal sel, mereka merupakan ciri sel penghasil mukus, sel
16
mukosa sering kali disusun berupa tubul yang terdiri atas deretan sekresi silindris yang menghasilkan lumen (Junqueira, dkk, 1998). a. Kelenjar parotis Kelenjar parotis adalah kelenjar asinar bercabang dengan bagian sekresinya hampir seluruhnya adalah sel serosa. Kelenjar ini terletak di bgian bawah telinga dibelakang ramus mandibula. Kelenjar ini mengandung sejumlah enzim antara lain amilase lisozim, fasfatase asam, aldolase, dan kolinesterase (Junqueira, dkk, 1998). b. Kelenjar submandibular (submaksilar) Kelenjar submandibular adalah kelenjar tubuloasinar bercabang. Bagian sekresinya mengandung sel-sel serosa dan mukosa. Kelenjar ini terletak dibagian bawah korpus mandibular. Kelenjar ini mengandung dan mengeluarkan enzim lisozim. Yang aktivitas utamanya ialah untuk menghidrolisis dinding bakteri tertentu (Junqueira, dkk, 1998). c. Kelenjar sublingual Kelenjar sublingual adalah kelenjar tubuloasinar bercabang dibentuk oleh sel serosa dan mukosa. Akan tetapi, ia tidak mengandung asini yang terdiri dari sel serosa saja tetapi ada sel mukosa dan sel serosanya hanya menyusun demilun pada asinus mukosa. Kelenjar ini terletak pada dasar rongga mulut di bawah mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus eksretorius) yang disebut duktus rivinus (Junqueira, dkk, 1998).
Gambar 2.10 Letak Kelenjar Liur
17
2. Pankreas Pankreas tersusun atas jaringan ikat longgar dan jaringan epitel selapis gepeng. Pankreas merupakan organ panjang dan besar yang terletak pada bagian cekung duodenum dan meluas ke belakang peritoneum dari dinding posterior perut, menuju ke arah kiri mencapai hilus limpa. Pankreas adalah campuran kelenjar eksokrin dan endokrin yang memproduksi enzim dan hormon pencernaan. Enzim yang diproduksi disimpan dan dilepaskan oleh sel dari bagian eksokrin. Hormonnya disintesis dalam kelompok sel-sel dari jaringan endokrin yang dikenal sebagai pulau-pulau langerhans. Bagian eksokrin pankreas adalah kelenjar asinar kompleks sama seperti kelenjar parotis, asinus eksokrin terdiri atas beberapa sel serosa yang mengelilingi lumen. Kelenjar eksokrin menghasilkan getah-getah pankreas yang disekresikan ke usus halus. Kelenjar endokrin menghasilkan hormon berupa insulin dan glukagon (Junqueira, dkk, 1998). 3. Hati Hati tersusun atas jaringan ikat fibrosa. Hati merupakan kelenjar terberat didalam tubuh, beratnya 1,5 kg atau lebih, konsistensinya lunak dan terletak di bawah diafragma dalam rongga abdomen atas. Dalam keadaan segar warnanya merah tua atau merah cokelat, warna tersebut terutama disebabkan oleh adanya gula darah yang amat banyak. Hati tidak hanya menerima pendarahan dari arteri “seliaka”, tetapi juga menerima pendarahan dari saluran cerna melalui vena porta. Pembuluh balik mengalir ke dalam vena kava interior, jadi hati terletak di antara pembuluh balik dari saluran cerna. Hati berfungsi sebagai penhasil getah empedu untuk mengemulsi lemak yaitu menghancurkan partikel-partikel lemak menjadi lebih halus agar mudah diserap dinding usus halus yang kemudian masuk ke jaringan darah diedarkan keseluruh tubuh (Leeson, dkk, 1995). Hati menerima semua bahan yang diserap dari usus kecuali lemak, yang sebagian besar diangkut oleh sistem limfatik. Disamping bahan
18
yang dicerna dan diserap yang diasimilasi dan disimpan di dalam hati, darah portal juga membawa berbagai bahan toksik ke dalam hati yang kemudian didetoksifikasi atau disekresikan oleh hati. Empedu dari hati mengalir keluar melalui sistem saluran ke dalam duodenum dan sebagian merupakan sekresi karena mengandung garam empedu penting untuk pencernaan, dan sebagian merupakan ekskresi karena mengandung bahan tak berguna dan berbahaya yang dikeluarkan ke dalam feses (Leeson, dkk, 1995). Vena porta dan arteri hepatika masuk dan saluran empedu keluar dari hati di daerah yang disebut porta hepatis, suatu celah melintang pada permukaan bawah hati. Hati diliputi oleh simpai jaringan ikat fibrosa (dari Glisson), dan dari sini membentuk septa jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam hati didaerah porta hepatis dan membagi-bagi hati dalam lobus dan lobulus. Pada binatang tertentu, misalnya babi, jaringan ikatnya lebih banyak dibandingkan pada manusia. Sebagian besar simpai diliputi oleh peritoneum, meskipun ada daerah gundul yang langsung melekat pada diafragma dan visera pada dinding posterior abdomen (Leeson, dkk, 1995). 4. Kandung empedu Dinding kandung empedu terdiri atas epitel mukosa selapis silindris dan lamina propria, selapis otot polos, selapis jaringan ikat perimuskular yang berkembang baik dan membran serosa. Kandung empedu adalah organ berongga berbentuk avokad yang melekat pada permukaan bawah hati. Kandung empedu dapat menampung 30-50 ml empedu dan berhubungan dengan duktus hepatikus melalui duktus sistikus. (Junqueira, dkk, 1998). Mukosanya berlipat-lipat yang terutama jelas pada kandung empedu kosong. Sel-sel epitel mengandung banyak mitokondria dan inti disepertiga bagian basal sel. Semua sel dapat mengeluarkan sedikit mukus. Pada permukaan apikal cukup banyak mikrovili. Dekat duktus sistikus epitelnya berlekuk kedalam lamina propria membentuk
19
kelenjar tubulo asinar dengan lumen besar. Sel-sel kelenjar ini adalah sel penghasil mukus dan berfungsi menghasilkan sebagian besar mukus yang terdaat dalam empedu (Junqueira, dkk, 1998). Lapisan muskular tipis dengan kebanyakan sel otot polosnya tersusun sekitar lingkaran kandung empedu. Lapis jaringan ikat tebal mengikat permukaan superior dari kandung empedu pada hati. Permukaan berlawanan
ditutupi oleh lapisan serosahas
yaitu
peritonium. Fungsi utama kandung empedu ialah menyimpan empedu dan
memekatinya
dengan
menyerap
kandungan
airnya
dan
melepaskannya bila perlu kedalam saluran cerna (Junqueira, dkk, 1998).
.
20
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah : 1. Rongga mulut meliputi bibir dan pipi (tersusun atas jaringan ikat sejati, jaringan epitel berlapis gepeng, jaringan saraf, jaringan otot), lidah (tersusun atas jaringan otot, jaringan ikat longgar, dan jaringan epitel), dan gigi (tersusun atas jaringan saraf dan jaringan ikat). 2. Saluran cerna tubular meliputi esofagus (tersusun atas jaringan epitel berlapis gepeng, jaringan ikat longgar, jaringan otot), lambung (tersusun atas jaringan epitel, jaringan ikat longgar, dan jaringan otot), usus kecil (tersusun atas jaringan epitel selapis silindris, jaringan ikat longgar, dan jaringan otot), usus besar (jaringan epitel silindris, jaringan ikat longgar dan jaringan otot). 3. Kelenjar pencernaan meliputi kelenjar liur, pankreas, hati dan kandung empedu.
B. Saran Mahasiswa hendaknya meningkatkan pemahaman tentang histologi saluran pencernaan mulai dari organ-organ hingga lapisan-lapisan dari organ-organ tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
21
Junqueira, L. Carlos, dkk. 1998. Histologi Dasar (Basic Histology). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Lesson, C. Rolland, dkk 1995. Buku Ajar Histologi Edisi 5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
22