BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009). Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria. Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011). Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).
1
B. Rumusan masalah 1. Bagaimana laporan pendahuluan pada penyakit hipertiroid? 2. Bagimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertiroid? 3. Apa saja intervensi yang diberikan pada pasien hipertiroid?
C. Tujuan 1.
Tujuan umum Adalah
untuk
mengetahui
penyakit
Hipertiroid
dan
asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertiroid.
2.
Tujuan Khusus a. Mengetahui penyakit Hipertiroid b. Mengetahui penyebab Hipertiroid c. Mengetahui patofisiologi pada Hipertiroid d. Mengetahui pathway/WOC Hipertiroid e. Mengetahui tanda dan gejala dari Hipertiroid f. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostic pada Hipertiroid g. Mengetahui penatalaksanaan medis pada Hipertiroid h. Mengetahui komplikasi dari Hipertiroid i. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid
2
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP PENYAKIT HIPERTIROID A. PENGERTIAN Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).
B. ETIOLOGI Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid. 1. Adenoma hipofisis Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi. 2. Penyakit graves Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat 3
hormon
tiroid
terlalu
banyak.
Penyakit
ini
dicirikan
adanya
hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroditis Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus
pneumonia.
Reaksi
peradangan
ini
menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid. Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen. 4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon tiroid. 5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
C. KLASIFIKASI
Hipertiroid primer : terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri, contohnya : -
Penyakit grave
-
Functioning adenoma 4
-
Toxic multinodular goiter
-
Tiroiditis
Hipertiroid sekunder : jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid, contohnya : -
Tumor hipofisis
-
Pemberian hormonc tiroid dalam jumlah besar
-
Pemasukan iodium berlebihan
Klasifikasi struma Pembesaran kelenjar tiroid(kecuali keganasan) menurut american suciety for goiter membagi : 1. Struma non toxic diffusa 2. Struma non toxic nodusa 3. Struma toxic diffusa 4. Struma toxic nodus Struma toksik dapat dibedakan menjadi dua yaitu struma diffusa toksik dan stroma nodusa toksik. Istilah diffusa dan modusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana strauma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan( strauma multinoduler toksik). Strauma diffusa toksik(tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlbihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit grave(gondok ekoftalmik/exophatalamic goiter), bentuk tiroktosiskosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidism lainnya. Strauma non toksik sama halnya degan strauma toksik yang dibagi menjadi strauma diffusa non toksik dan strauma nodusa non toksik. Strauma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Stauma ini disebut sebagai simle goiter, strauma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekalimengandungyodium dan goitrogen yang menghambat sintesis hormon oleh zat kimia. 5
D. PATOFISIOLOGI Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol
melalui
mekanisme
normal.
Peningkatan
hormon
tiroid
menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).
6
E. WOC
7
F. MANIFESTASI KLINIS Hipertiroid memunculkan sekelompok tanda dan gejala yang khas :
Kecemasan (Hipereksitabilitas emosional), iritabilitas, ketakutan, ketidakmampuan untuk duduk diam; palpitasi nadi cepat saat danketika mengeluarkan tenaga.
Toleransi buruk thdp panas; berkeringat berlebihan; kulitvyang memerah dengan warna salmon yang khas, dan cendrung menjadi hangat, lunak, dan lambab.
Kulit kering dan pruritus menyebar.
Tremor halus pada tangan.
Eksoftalmos (mata menonjol) pada bbrp pasien.
Nadi berkisar antara 90 dan 160 kali per menit; tekanan darah sistolik (terapi buakn diastolik) meningkat (meningkatkan tekanan nadi).
Osteopororisi dan fraktur.
Efek jantung dapat mencakup takikardia sinus atau distritmia.
G. PENCEGAHAN Pada intinya, menjaga pola makan dan hidup sehat merupakan kunci utama mencegah kondisi ini terjadi. Selain pola makan dan pengaturan makan yang dijaga, diperlukan juga untuk aksi mengurangi berat badan, atau yang kedua fokus untuk menjaga fungsi kelenjar ini agar bisa menghasilkan hormon yang sesuai dengan kebutuhan. Penelitian telah menemukan adanya hubungan antara kekurangan vitamin D dengan penyakit tiroid autoimun, tiroiditis Hashimoto, dan penyakit Graves. Kekurangan vitamin D juga lebih sering ditemukan pada pasien dengan penyakit tiroid dibandingkan dengan orang yang sehat dan tidak menderita penyakit autoimun.
8
Suatu penelitian dalam jurnal Nutrition & Metabolism tahun 2014 melaporkan bahwa orang yang mengalami hipotiroid sebaiknya mengonsumsi lebih banyak protein. Asupan protein yang tinggi ternyata bisa mempercepat metabolisme dalam tubuh. Selain mengatur jumlah protein yang dimakan, perhatikan juga zat gizi lainnya seperti: 1. Yodium Yodium adalah mineral yang sangat penting dalam tubuh untuk membuat hormon tiroid. Jika seseorang kekurangan yodium maka risiko mengalami hipotiroidisme akan semakin tinggi. Jika hipotirodisme Anda akibat mengalami kekurangan yodium, tambahkan garam meja beryodium ke makanan Anda atau makan lebih banyak makanan yang mengandung yodium tinggi, seperti ikan, susu, dan telur.
2. Selenium Selenium yang selanjutnya akan membantu tubuh mengaktifkan hormon ini sehingga bisa digunakan dengan optimal dalam tubuh. Mineral selenium ini juga memiliki manfaat antioksidan, yang berarti mineral ini bisa melindungi kelenjar tiroid dari radikal bebas. Tambahkanlah dalam makanan Anda ekstra selenium. Selenium bisa didapatkan dari kacang-kacangan, ikan tuna,dan ikan sarden. Suplemen selenium hanya boleh diminum sesuai dengan anjuran dokter, sebaiknya tidak menggunakannya secara mandiri.
9
3. Zink Bekerja sama dengan selenium, zink yang akan membantu tubuh mengaktifkan hormon tiroid. Suatu penelitian juga ada yang menunjukkan bahwa zink bisa membantu mengontrol TSH. TSH adalah hormon yang memberitahu kelenjar untuk mengeluarkan hormon tiroid. Zink banyak ditemukan dalam kerang-kerangan, daging sapi, daging dan hati ayam. 4. Kalsium Kondisi hipertiroidisme dapat menyebabkan kalsium sulit diserap dalam tubuh. Bila tidak ada kalsium, tulang jadi rentan rapuh dan berisiko osteoporosis bisa menyebabkan tulang rapuh dan osteoporosis. Makan makanan tinggi kalsium dapat membantu tubuh agar mendapatkan lebih banyak kalsium yang diserap. Maka itu, sebaiknya Anda mengonsumsi:
Brokoli
Kacang almond
Ikan
Okra
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaaan laboratorium a) Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit) b) Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit) c) In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit) d) T3RU meningkat (N:24-34%) e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
10
f) Tiroid
antibodi
antiglobulin
antibodi
(TSH-Rab),
terjadi
peningkatan pada penyakit graves 2. Test penunjang lainnya a) CT Scan tiroid Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat. b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule. c) ECG
untuk
menilai
kerja
jantung,mengetahui
adanya
takhikardia,atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012)
I. PENATALAKSANAAN Terapi ditunjukan untukmengurangi hiperaktivitas tiroid guna meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Tiga bentuk terapi yang tersedia : a. Terapi iodin radioaktif untuk efek destruktif pada kelenjar tiroid Diberikan untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang hiperaktif(terapi yang
palinng
sering
dilakukan
pada
pasien
lansia),
dikontraindikasikan pada ibu hamil hamil dan ibu menyusui karena radioiodin melintasi plasenta dan diseksresi ke dalam ASI b. Medikasi antitiroid Obat antitiroid
Sasaran farmakoterapi adalah untuk menghambat sintesis hormon atau pelepasan dan pengurangan jumlah jaringan troid.
Medikasi yang paling sering digunakan adalah propiltiourasil (propacil,PTU) dan metimazol(lapazol) sampai fase mencapai status eutiroid.
11
c. Pebedahaan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid
Intervensi bedah (dipersiapkan untuk keadaan kusus) mengangkat sekitar lima per enam jaringan tiroid.
Pembedahan untuk mengatasi hipertiroid dilakukan setelah fungsi tiroid kembali ke normal (empat sampai enam minggu).
Sebelum pembedahan, pasien diberikan propiltiourasil sampai tanda tanda hipertiroid hilang
d. Terapi pelengkap
Kalium iodida, larutan lugol, dan larutan kalium iodida jenuh dapat ditambahkan.
Agens beta-adrenergik dapat digunakan untuk mengontrol efek sistem saraf yang terjadi pada pasien hipertiroid misalnya propanolol digunakan untuk mengatasi kecemasan, takikardia, tremor, ansietas, dan intoleransi terhadap panas
J. KOMPLIKASI Menurut Tarwoto,dkk (2012) 1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves. 2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung. 3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak
tertangani,
infeksi,
ablasitiroid,
pembedahan,
trauma,
miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, 12
menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap
jaringan
tubuh.
Obat-obatan
yang
diberikan
untuk
menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.
13
14
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTIROID
A. PENGKAJIAN Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada konsep yang dikutip dari Doenges (2000), seperti dibawah ini : 1. Aktivitas atau istirahat a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat b. Tanda : Atrofi otot 2. Sirkulasi a. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina) b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia
saat
istirahat.
Sirkulasi
kolaps,
syok
(krisis
tirotoksikosis) 3. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ) 4. Integritas / Ego a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. b. Tanda : Ansietas peka rangsang 5. Makanan / Cairan a. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ) 15
b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton) 6. Neurosensori a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan b. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA) 7. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati. 8. Pernapasan a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak) b. Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat 9. Keamanan a. Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ) 10. Seksualitas a. Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita b. Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : c. positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat. 16
B. Diagnosa 1.
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,fisik
2.
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas
3.
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh(deisit nutrisi) berhubungan dengan peningkatan kebtuhan metabolisme
4.
ansietas
berhubungan
dengan
kekhawatiran
mengalami
kegagalan 5.
resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif
17
C.
intervensi RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
TUJUAN/KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
(NOC)
RASIONAL
(NIC)
1
nyeri akut
Setelah diberikan intervensi
NIC : manajemen nyeri
.
berhubungan dengan
keperawatan selama ...... jam,
1. lakukan pengkajian nyeri
agen pencedera
diharapkan pasien mampu
komprehensif yang meliputi
untuk mengevaluasi
fisiologis,fisik
menunjukkan :
lokasi,karakteristik,onset/dur
keefektifan dari terapi yang
NOC: kontrol nyeri
asi,frekuensi,kualitas,intensit
diberikan
Dipertahankan pada : .... Ditingkatkan pada ..... 1= 2= 3= 4= 5=
Tidak pernah menunjukkan Jarang menunjukkan Kadang-kadang menunjukkan Sering menunjukkan Secara konsisten menunjukkan
Dengan kriteria hasil :
as,atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
1. untuk memilih intervensiyang cocok dan
2. .memberikan perawatan mandiri pada pasien
2. ajarkan prinsip-rinsip
3. .memberikan perawatan
manajemen nyeri
mandiri pada pasien
3. ajarkan Menurunkan stimulasi
4. Menurunkan stimulasi
yang berlebihan dapat
yang berlebihan dapat
mengurangi kecemasan
mengurangikecemasan.
4. kendalikan faktor lingkungan
5. Istirahat yang cukup
Mengenali kapan nyeri
yang dapat mempengaruhi
membantu mengurangi nyeri
terjadi
respon pasien terhadap
karena penurunan sensor sraf
18
Dapat menggunakan pencegahan
dengan keluarga dalam
tindakan pengurangan nyeri
penurunan nyeri.
mengekspresikan nyeri
6. Libatkan keluarga dalam
7. Ketidakpuasan pasien dalam
Dapat menggunakan
modalitas penurunan nyeri,
menangani nyeri berpengaruh
analgesik yang
jika memungkinkan.
pada tingkat keberhasilan.
7. Monitor kepuasan pasien
8. Obat untuk membantu
Dapat melaporkan
terhadap mananjemen nyeri
penurunan nyeri saat nyeri
perubahan tanda gejala
dalam interval yang spesifik.
sudah tidak terkontrol.
nyeri pada prfesional kesehatan
6. Klien akanlebih nyaman
adekuat untuk membantu
direkomendasikan
5. Dukung istirahat/tidur yang
saat tidur.
Dapat menggunakan
tanpa analgesik
ketidaknyamanan.
8. metode farmakologi untuk menurunkan nyeri.
Melaporkan nyeri yang terkontrol
2
pola nafas tidak
Setelah diberikan intervensi
NIC : manajemen jalan nafas
.
efektif
keperawatan selama ..... jam,
1. posisikan untuk meringankan
berhubungan
diharapkan pasien mampu
dengan depresi
menunjukkan :
pusat
NOC: status pernapasan : ventilasi
pernapasan,hambat
sesak nafas 2. posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. motivasi pasien untuk 19
1. membuka jalan napas pada pasien agar napas lebih efektif 2. memberikan rasa nyaman pada pasien dengan membuka jalan napas agar
an upaya napas
Dipertahankan pada : .....
bernafas pelan,dalam, dan
napas pasien lancar dan
Ditingkatkan pada : ....
berputar serta batuk
efektif
1= deviasi berat dari kisaran normal 2= deviasi yang cukup berat dari kisaran normal 3= deviasi kurang dari kisaran normal 4= deviasi ringan dari kisaran normal 5= tidak ada deviasi dari kisaran normal
4. buka jalan napas dengan teknik chin lift sebagiamana
agar dapat membaik secara
mestinya.
pelahan
5. Instruksikan bagaimana agar
4. memaksimalkan ventilasi
bisa melakukan batuk
dan membuka jalan napas
efektif.
agar pola nafas menjadi lebih
6. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagai
Dengan kriteria hasil :
3. melatih pola napas pasien
mana mestinya.
3
perubahan nutrisi
Irama pernapasan teratur 7. Ajarkan pasien bagaimana Kedalaman inspirasi tidak menggunakan inhaler sesuai terlalu dalam Tidak menggunakan alat bnatu resep, sebagaimana pernapasan mestinya. Retraksi dinding dada normal Tidak ada pernapasan dengan bibir mengerucut Tidak dipsnea saat istirahat ataupun latihan Setelah diberikan intervensi NIC :manajemen nutrisi
.
kurang dari
keperawatan selama ...... jam,
1. tentukan status gizi pasien 20
efektif 5. batuk efektif berguna saat terjadi penumpukan sekret. 6. Status oksigen yang rendah dapat menyebabkan sianosis dan kelelahan. 7. Inhaler digunakan ketika sesak menyerang secara tiba tiba. 1. untuk memberikan nutrisi pada pasien dengan cukup
kebutuhan
diharapkan pasien mampu
dan kemampuan pasien
dan seimbang sesuai dengan
tubuh(defisit
menunjukkan :
untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan pasien
nutrisi)
NOC: status nutrisi
gizi
berhubungan dengan peningkatan kebtuhan metabolisme
Dipertahankan pada : ..... Ditingkatkan pada : ...... 1= sangat menyimpang dari rentang normal 2= banyak menyimpang dari rentang normal 3= cukup menyimpang dari rentang normal 4= sedikit menyimpang dari rentang normal 5= tidak menyimpang dari rentang normal Dengan kriteria hasil :
Asupan gizi cukup Asupan makan cukup Asupan cairan terpenuhi Energi terpenuhi
2. tentukan jumlah kalori dan
2. memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien dengan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
disesuaikan pada akebutuhan
untuk memenuhi persyaratan
pasien
gizi 3. tawarkan makanan ringan yang padat gizi 4. monitor asupan kalori dan nutrisi atau gizi pada pasien 5. anjurkan klien untuk memantau kalori dan intake makanan 6. bantu pasien untuk mengakses program program gizi komunitas.
3. memberikan nutrisi tambahan untuk memenuhi nutrisi pasien 4. mengevaluasi perkembangan nutrisi pada pasien,terpenuhi atau tidaknya. 5. Mencegah klien dengan turun nya kalori secara drastis. 6. Program program komunitas sangat mambantu refrensi untuk kebutuhan gizi klien.
21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian singkat hipertiroid diatas dapat disimpulkan beberapa poin yaitu : Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid. Pada intinya, menjaga pola makan dan hidup sehat merupakan kunci utama mencegah kondisi ini terjadi. Selain pola makan dan pengaturan makan yang dijaga, diperlukan juga untuk aksi mengurangi berat badan, atau yang kedua fokus untuk menjaga fungsi kelenjar ini agar bisa menghasilkan hormon yang sesuai dengan kebutuhan. Klasifikasi hipertiroid
Hipertiroid primer : terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri, contohnya : Penyakit grave, Functioning adenoma, Toxic multinodular goiter, Tiroiditis.
Hipertiroid sekunder : jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid, contohnya : Tumor hipofisis, Pemberian hormonc tiroid dalam jumlah besar, Pemasukan iodium berlebihan.
B. saran Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipetiroid. Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa dan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu agar bisa diterapkan kepada pasien ataupun klien. 22
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit RGC, Jakarta. A.D THOMAS R.E. COTTON catatan kuliah patologi edisi III Standar diagnosisi keperawatan indonesia(sdki) definisi dan indikator diagnosisi edisi 1 persatuan perawat nasional indonesia(ppni) Nursing outcomes classification(noc) pengukuran outcomes kesehatan edisibahasa indonesia sue moorhead,marion johnson,meridean l.maas,elizabeth swanson. Nursing intervention classification(nic) edisi bahasa indonesia gloria m.bulechek,howard k. Butcher,joanne m.dochterman,cheryl m.wagner
23