Hipertensi-pada-anak-fix.docx

  • Uploaded by: Yogo Prasetya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hipertensi-pada-anak-fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,619
  • Pages: 25
Hipertensi Pada Anak

Disusun oleh: Yogo Prasetya 17360376 Wahyu Pratama 17360374

Pembimbing: Dr. Sri Alemina Ginting, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM KABAN JAHE UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018

DAFTAR ISI

Cover ..........................................................................................................................1 Daftar Isi.....................................................................................................................2

Bab I. Pendahuluan .......................................................................................... 3 Bab II. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 4 1. Definisi ...........................................................................................................4 2. Etiologi ...........................................................................................................4 3. Patofisiologi ...................................................................................................6 4. Manifestasi Klinik ..........................................................................................6 5. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................. 7 6. Evaluasi ..........................................................................................................12 7. Terapi .............................................................................................................12 8. Pencegahan .....................................................................................................22 9. Prognosis ........................................................................................................22 Bab III. Kesimpulan ...................................................................................................23 Daftar Pustaka ............................................................................................................24

2

BAB I PENDAHULUAN

Sampai saat ini masih terdapat anggapan dalam masyarakat bahwa hipertensi merupakan penyakit yang hanya terjadi pada orang tua atau dewasa. Padahal meski kasusnya tidak sesering orang dewasa, serangan hipertensi atau penyakit darah tinggi pada anak bukannya tidak mungkin, bahkan seringkali hipertensi yang terjadi pada orang dewasa sudah dimulai sejak masa anak.. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada manusia dan diperkirakan prevalensinya lebih dari satu miliar di seluruh dunia. Meskipun demikian angka kejadian hipertensi pada anak belum diketahui dengan pasti, salah satu laporan bahwa prevalensi hipertensi pada anak, khususnya usia sekolah, mengalami peningkatan. Hal ini mungkin disebabkan meningkatnya prevalensi obesitas pada usia kelompok tersebut.1 Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi atas primer (esensial) dan sekunder. Penyebab hipertensi pada anak,, umumnya adalah sekunder. Diantara penyebab sekunder tersebut, penyakit parenkim ginjal merupakan bentuk yang paling banyak ditemukan (60-70%). Memasuki usia remaja, penyebab tersering hipertensi primer yaitu sekitar 85-95%.2 Pada hipertensi yang bersifat akut dan berat pada anak, terutama usia sekolah, disebabkan oleh glomerulonefritis, sedangkan hipertensi kronik terutama disebabkan oleh penyakit parenkim ginjal. Bayi muda dalam keadaan hipertensi akut dapat menunjukkan gajala payah jantung kongestif. Setelah masa bayi, hipertensi biasanya bersifat asimtomatik. Penderita dengan hipertensi berat dapat menunjukkan gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, perdarahan hidung, dan nausea.

1,2

Hipertensi

pada anak harus mendapat perhatian serius, karena bila tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menetap hingga dewasa. Agar hipertensi dapat dideteksi sedini mungkin sehingga dapat ditangani secara cepat, maka pemeriksaan tekanan darah cermat harus dilakukan secara berkala setiap tahun anak berusia tiga tahun.3

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI Pada anak, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi daripada nilai persentil 95 untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Meskipun belum terdapat bukti cukup, diasumsikan bahwa risiko hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi pada anak dapat terjadi primer (esensial) atau sekunder. Saat ini hipertensi esensial merupakan penyebab utama hipertensi pada dewasa, sedangkan penyakit ginjal merupakan penyebab utama hipertensi sekunder pada anak.2

2. ETIOLOGI Penyebab hipertensi terbagi atas dua yakni hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial merupakan hipetensi yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Meskipun demikian, beberapa faktor dapat diperkirakan berperan menimbulkan seperti faktor keturunan, berat badan, respon terhadap stress fisik dan psikologis, abnormalitas transport kation, resistensi insulin, dan respon terhadap masukan garam dan kalsium.3 Hipertensi sekunder lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa. Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan dengan parenkim ginjal. Kebanyakan hipertensi akut pada anak berhubungan dengan glomerulonefritis, sedangkan hipertensi kronis paling sering berhubungan dengan penyakit parenkim ginjal.3

4

Adapun beberapa penyebab hipertensi pada anak adalah sebagai berikut: 2 a. Kelainan ginjal kongenital -

Kelainan kongenital

-

Dysplasia ginjal

-

Ginjal polikistik

-

Uropati obstruktif

b. Penyakit ginjal yang didapat -

Tumor Wilms

-

Glomerulonefritis

-

Sindrom hemolitik uremik

-

Nefropati refluks

-

Obat dan toksin

-

Lupus eritematosus sistemik

c. Kelainan endokrin -

Tumor yang menghasilkan katekolamin

-

Sindrom Cushing

-

Hiperparatiroidisme

-

Nefropati diabetik

d. Kelainan neurologis -

Stress, ansietas

-

Sindrom guillain Barre

-

Kuadriplegia

-

Poliomyelitis

-

Ensefalitis

-

Neurofibromatosis

e. Penyebab vascular -

Emboli arteri renalis

-

Thrombosis vena renalis

-

Stenosis arteri renalis

5

3. PATOFISIOLOGI Hipertensi pada anak umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi sekunder). Patogenesis pada anak dengan penyakit ginjal melibatkan beberapa mekanisme. Hipoperfusi ginjal pada penyakit glomerular diketahui memicu produksi renin melalui apparatus jukstaglomerular yang mengaktifkan angiotensin I dan selanjutnya mengaktifkan angiotensin II. Angiotensin II mempunyai 2 efek, yaitu pertama mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh adarah perifer dan kedua merangsang korteks kelenjar adrenal untuk memproduksi aldosteron. Aldosteron bersifat meretensi air dan natrium sehingga mengakibatkan volume darah bertambah. Kombinasi kedua efek tersebut akan mengakibatkan hipertensi. Sistem hormonal seperti prostaglandin meduler yang bersifat vasodepressor dapat menurun dan menyebabkan hipertensi, substansi lipid pada medulla ginjal juga menurun pada penyakit ginjal. Hipervolemia akibat retensi air dan garam menyebabkan curah jantung meningkat dan menimbulkan hipertensi. Hipertensi juga bisa disebabkan oleh farmakoterapi untuk penyakit parenkim ginjal yang diobati dengan kortikosteroid. 3

4. MANIFESTASI KLINIS Mayoritas anak dengan hipertensi umumnya tidak memperlihatkan gejala; satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah mengukur tekanan darah. Tekanan darah harus diukur pada anak berusia di atas 3 tahun pada satiap saat kunjungan rutin. Pemilihan ukuran manset sangat penting. Riwayat kelahiran dan periode neonatal (berat badan lahir rendah atau penggunaan kateter arteri umbilikalis); riwayat hipertensi dalam keluarga, stroke, serangan jantung, dan riwayat diit( konsumsi garam atau kafein berlebihan, serta obat-obatan), sangat penting. Tanda dan gejala yang berkaitan dengan hipertensi adalah gagal jantung, stroke, ensefalopati (kejang, nyeri kepala, koma), poliuria, oligouria, edema, edema papil, dan retinopati (penglihatan kabur). Temuan tambahan yang dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab hipertensi termasuk abdominal bruit, tekanan ekstremitas bawah rendah (koarktasio aorta). 2 6

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Tekanan darah sebaiknya diukur dengan menggunakan sfigmomanometer air raksa, sedangkan sfigmomanometer aneroid memiliki kelemahan yaitu memerlukan kalibrasi secara berkala.16-18 Osilometrik otomatis merupakan alat pengukur tekanan darah yang sangat baik untuk bayi dan anak kecil, karena saat istirahat teknik auskultasi sulit dilakukan pada kelompok usia ini. Sayangnya alat ini harganya mahal dan memerlukan pemeliharaan serta kalibrasi berkala.

Gambar 1. Lingkaran lengan atas harus diukur tengah-tengah antara olekranon dan akromion Ukuran cuff yang terlalu besar akan menghasilkan nilai tekanan darah yang lebih rendah, sedangkan ukuran cuff yang terlalu kecil akan menghasilkan nilai tekanan darah yang lebih tinggi.1

7

Gambar 2. Cuff Pengukur Tekanan darah Panjang cuff manset harus melingkupi minimal 80% lingkar lengan atas, sedangkan lebar cuff harus lebih dari 40% lingkar lengan atas (jarak antara akromion dan olekranon).1

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi pada Anak usia 1 tahun atau lebih dan usia remaja

8

Tekanan darah sebaiknya diukur setelah istirahat selama 3-5 menit, suasana sekitarnya dalam keadaan tenang. Anak diukur dalam posisi duduk dengan lengan kanan diletakkan sejajar jantung, sedangkan bayi diukur dalam keadaan telentang. Jika tekanan darah menunjukkan angka di atas persentil ke-90, tekanan darah harus diulang dua kali pada kunjungan yang sama untuk menguji kesahihan hasil pengukuran. Teknik pengukuran tekanan darah dengan ambulatory blood pressure monitoring (ABPM) menggunakan alat monitor portable yang dapat mencatat nilai tekanan darah selama selang waktu tertentu. ABPM biasanya digunakan pada keadaan hipertensi episodik, gagal ginjal kronik, anak remaja dengan hipertensi yang meragukan, serta menentukan dugaan adanya kerusakan organ target karena hipertensi. Tekanan darah sistolik ditentukan saat mulai terdengarnya bunyi Korotkoff ke-1. Tekanan darah diastolik sesungguhnya terletak antara mulai mengecil sampai menghilangnya bunyi Korotkoff. Teknik palpasi berguna untuk mengukur tekanan darah sistolik secara cepat, meskipun nilai tekanan darah palpasi biasanya sekitar 10 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan auskultasi.1 Pemeriksaan anak yang menderita hipertensi, setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan tekanan darah beberapa kali, meliputi :2 -

Pengkajian adanya kerusakan organ target (ekokardiografi untuk hipertrofi ventrikel kiri)

-

Pengkajian data dasar untuk menentukan etiologi (urinalisis, kadar elektrolit, kalsium, rasio blood urea nitrogen [BUN]/kreatinin, dan USG ginjal)

-

Pemeriksaan terarah sesuai dengan temuan spesifik (kadar katekolamin dan metanefrin, pemeriksaan fungi tiroid, dan pemeriksaan Doppler)

-

Pengkajian faktor risiko kardiovaskular lain (kadar lemak, asam urat)

9

Tabel 2. Tekanan Darah Untuk Anak Laki-laki Berdasarkan Usia dan Persentil Tinggi Badan

10

Tabel 3. Tekanan Darah Untuk Anak Perempuan Berdasarkan Usia dan Persentil Tinggi Badan

11

6. EVALUASI Setelah hipertensi dapat didiagnosis, maka perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara teliti agar dapat dideteksi adanya penyebab dasar serta kerusakan organ target. Informasi yang didapat secara akurat melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis dapat menghindarkan pemeriksaan laboratorium dan radiologis yang tidak perlu dan mahal. Evaluasi adanya hipertensi tergantung pada usia anak, beratnya tingkat hipertensi, adanya kerusakan organ target, dan faktor-faktor risiko jangka panjang yang bersifat individual.1,5 Anamnesis terhadap pasien dan keluarganya serta pemeriksaan fisis harus diikuti dengan pemeriksaan urin rutin dan kimia dasar. USG abdomen merupakan alat diagnostik yang tidak invasif tetapi sangat bermanfaat dalam mengevaluasi ukuran ginjal, deteksi tumor adrenal dan ginjal, penyakit ginjal kistik, batu ginjal, dilatasi sistem saluran kemih, ureterokel, dan penebalan dinding vesika urinaria.1,5

7. TERAPI Tujuan pengobatan hipertensi pada anak adalah mengurangi risiko jangka pendek maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ target. Upaya mengurangi tekanan darah saja tidak cukup untuk mencapai tujuan ini. Selain menurunkan tekanan darah dan meredakan gejala klinis, juga harus diperhatikan faktor-faktor lain seperti kerusakan organ target, faktor komorbid, obesitas, hiperlipidemia, kebiasaan merokok, dan intoleransi glukosa.3 Pengobatan

hipertensi

ditujukan

terhadap

anak

yang

menunjukkan

peningkatan tekanan darah di atas persentil ke-99 yang menetap. Tujuan akhir pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah hingga di bawah persentil ke-95 berdasarkan usia dan tinggi badan anak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengobatan yang dilakukan secara tepat sejak awal pada anak yang menderita hipertensi ringan-sedang akan menurunkan risiko terjadinya stroke dan penyakit jantung koroner di kemudian hari. 3

12

Pengobatan hipertensi pada anak dibagi ke dalam 2 golongan besar, yaitu nonfarmakologis dan farmakologis yang tergantung pada usia anak, tingkat hipertensi dan respons terhadap pengobatan. 3 1. Pengobatan Non-farmakologis Anak dan remaja yang mengalami prehipertensi atau hipertensi tingkat 1 dianjurkan untuk mengubah gaya hidupnya. Pada tahap awal anak remaja yang menderita hipertensi primer paling baik diobati dengan cara nonfarmakologis. 3 Pengobatan tahap awal hipertensi pada anak mencakup penurunan berat badan, diet rendah lemak dan garam, olahraga secara teratur, menghentikan rokok dan kebiasaan minum alkohol. Seorang anak yang tidak kooperatif dan tetap tidak dapat mengubah gaya hidupnya perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan obat anti hipertensi. 3 Penurunan berat badan terbukti efektif mengobati hipertensi pada anak yang mengalami obesitas. Dalam upaya menurunkan berat badan anak ini, sangat penting untuk mengatur kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Banyaknya makanan yang dikonsumsi secara langsung akan mempengaruhi berat badan dan massa tubuh, sehingga juga akan mempengaruhi tekanan darah. Hindarilah mengkonsumsi makanan ringan di antara waktu makan yang pokok. Demikian juga makanan ringan yang mengandung banyak lemak atau terlampau manis sebaiknya dikurangi. Buatlah pola makan teratur dengan kandungan gizi seimbang dan lebih diutamakan untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayuran. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami obesitas dan hipertensi dibandingkan dengan anak yang mendapat susu formula. 3 Diet rendah garam yang dianjurkan adalah 1,2 g/hari pada anak usia 4-8 tahun dan 1,5 g/hari pada anak yang lebih besar. Diet rendah garam yang dikombinasikan dengan buah dan sayuran, serta diet rendah lemak menunjukkan hasil yang baik untuk menurunkan tekanan darah pada anak. 13

Asupan makanan mengandung kalium dan kalsium juga merupakan salah satu upaya untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga secara teratur merupakan cara yang sangat baik dalam upaya menurunkan berat badan dan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan aliran darah, mengurangi berat badan dan kadar kolesterol dalam darah, serta stress. 3

2. Pengobatan farmakologis Pada saat memilih jenis obat yang akan diberikan kepada anak yang menderita hipertensi, harus dimengerti tentang mekanisme yang mendasari terjadinya penyakit hipertensi tersebut. Di bawah ini dicantumkan beberapa keadaan hipertensi pada anak yang merupakan indikasi dimulainya pemberian obat antihipertensi: a. Hipertensi simtomatik b. Kerusakan organ target, seperti retinopati, hipertrofi ventrikel kiri, dan proteinuria c.

Hipertensi sekunder

d. Diabetes mellitus e. Hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan perubahan gaya hidup f. Hipertensi tingkat 2 Golongan diuretik dan β-blocker merupakan obat yang dianggap aman dan efektif untuk diberikan kepada anak. Golongan obat lain yang perlu dipertimbangkan untuk diberikan kepada anak hipertensi bila ada penyakit penyerta adalah penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) pada anak yang menderita diabetes mellitus.5 Penggunaan obat penghambat ACE harus hati-hati pada anak yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Meskipun kaptopril saat ini telah digunakan secara luas pada anak yang menderita hipertensi, tetapi saat ini banyak pula dokter yang menggunakan 14

obat penghambat ACE yang baru, yaitu enalapril. Obat ini memiliki masa kerja yang panjang, sehingga dapat diberikan dengan interval yang lebih panjang dibandingkan dengan kaptopril.5 Setelah diagnosis hipertensi ditegakkan, terapi dapat dimulai meskipun etiologi belum diketahui. Pada hipertensi ringan tanpa kerusakan target organ, penyakit sistemik, atau faktor risiko lain, perubahan pola hidup harus dimulai (diet dan olahraga). Pemberian obat antihipertensi diberikan pada hipertensi sedang, berat, atau simtomatik.

Gambar 3. Langkah-langkah pendekatan pengobatan hipertensi1 Obat antihipertensi golongan calcium channel blockers, inhibitor angiotensinconverting enzyme, beta blockers, atau kombinasi alfa/beta blockers dapat dipilih untuk hipertensi ringan sampai sedang. Terapi satu jenis obat biasanya cukup. Kombinasi terapi obat antihipertensi (diuretic dan calcium channel blocker atau inhibitor angiotensin-converting enzyme) mungkin diperlukan untuk hipertensi berat. Hipertensi emergensi (adanya ensefalopati dan gagal jantung kongestif) dan hipertensi urgensi (peningkatan tekanan darah jantung) memerlukan perawatan dirumah sakit segera dan antihipertensi parenteral dengan nifedipin, labetalol, 15

esmolol, atau natrium nitroprusid. Angioplasty mungkin diperlukan pada hipertensi renovaskular. 2 Tabel 4. obat antihipertensi yang digunakan pada anak dan remaja1

Golongan Obat

Jenis Obat

Dosis dan Interval

Angiotensin

Kaptopril

Dosis

0,3

s/d

Efek samping 0,5 Kontraindikasi

pada

Converting

mg/kg/kali. Maksimum ibu

hamil.

Enzyme Inhibitor

6 mg/kg/hari.

serum

(ACEi)

Enalapril

Pemeriksaan

Dosis 0,08 mg/kg/hari kreatinin dan kalium. sampai 5 mg/hari

Beazepril

Hati-hati

pemakaian

Dosis 0,2 mg/kg/hari pada penyakit ginjal sampai 10 mg/hari Maksimum

dengan

proteinuria

0,6 dan diabetes mellitus.

mg/kg/hari sampai 40 mg/hari. Lisinopril

Dosis 0.07 mg/kg/hari sampai

Fosinopril

40

mg/hari.

Anak > 50 kg. Dosis 5 s/d 10 m/hari.

Kuinapril

Dosis 5 s/d 10 mg/hari Dosis maksimum 80 mg/hari

Angiotensin

Irbesartan

6 s/d 12 tahun : 75 Semua ARB dikontra

Receptor Blocker

sampai

(ARB)

(satu kali perhari) ≥13

150

tahun

300mg/hari Losartan

mg/hari indikasikan pada ibu 150

hamil.

Pemeriksaan

s/d kadar serum kretinin dan kalium. Losartan

Dosis 0,7 mg/kg/hari dapat dibuat menjadi

16

sampai

50

mg/hari suspensi

(satu kali sehari)

FDA

membatasi

Dosis maksimum 1,4 pemakaian

losartan

mg/kg/hari sampai 100 hanya untuk anak ≥ 6 mg

tahun dan kreatinin klirens ≥ 30 ml/min per 1,73 m3

Calcium

Chanel Amlodipin

Blocker

Felodipin

Isradipin

Extended release Nifedipin

Anak usia 6 sampai 17 tahun: 2,5 sampai 5 mg satu kali sehari Dosis: 2,5mg/hari Dosis maksimum: 10 mg/hari Dosis: 0,15 sampai 0,2 mg/kg/hari (dibagi 3 sampai 4dosis) Dosis maksimum: 0,8 mg/kg/hari sampai 20 mg/hari Dosis 0,25 sampai 0,5 mg/kg/hari (satu sampai dua kali perhari) Dosis maksimum: 3

Dapat menyebabkan takikardi dan edema

mg/kg/hari Alpha dan Beta

Labetalol

Blocker

Dosis: 1 s/d 3

Kontraindikasi pada

mg/kg/hari

penderita

Dosis maksimum: 10

asma dan gagal

s/d 12 mg/kg/hari

jantung

sampai 1200 mg/hari

Tidak digunakan pada pasien diabetes yang insulin dependent

Beta Blocker

Atenolol

Dosis: 0,5 s/d 1 mg/hari

Noncardioselective agents 17

(satu sampai dua kali Tidak digunakan pada perhari) pasien Dosis maksimum: 2 diabetes mellitus mg/kg/ hari sampai 100mg/hari Metoprolol

Propanolol

Dosis: 1 s/d 2 mg/kg/ hari(dua kali perhari) Dosis maksimum: 6 mg/kg/ hari sampai 200mg/hari Dosis: 1-2 mg/kg/hari (dibagi dua sampai tiga dosis) Dosis maksimum: 4 mg/kg/ hari sampai 640 mg/hari

Central Alpha Blocker

Klonidin

Vasodilator

Hidralazin

Minoxidil

Anak ≥ 12 tahun: Dosis: 0,2 mg/hari (dibagi dua dosis) Dosis maksimum: 2,4 mg/ Hari

Dapat menyebabkan mulut kering atau sedasi Penghentian terapi yang tiba tiba dapat menyebabkan rebound hypertension Dosis: 0,75 mg/kg/hari Sering menyebabkan Dosis maximal: 7,5 takikardi mg/kg/ dan retensi cairan hari sampai 200mg/hari Dapat menyebabkan Dosis: 0,2 mg/kg/hari lupus like (dibagi satu sampai 3 syndrome dosis) Kontraindikasi pada Dosis maksimum: efusi 50mg/Hari pericardium, supraventrikular takikardia, dan takidisritmia Minoxidil biasanya digunakan pada pasien hipertensi yang 18

Diuretik

Hidroklorotiazid Furosemid

Spironolakton

Triamteren

resisten terhadap multiple drug Dosis: 1 mg /kg/hari Harus dimonitor (sekali sehari) kadar elektrolit Dosis: 0,5 mg s/d 2 secara periodik mg/kg/hari Diuretik hemat Dosis maksimum: 6 kalium dapat mg/kg/hari menyebabkan hiperkalemia Dosis: 1 mg/kg/hari berat terutama bila (dibagi1-2 dosis) dikombinasikan dengan ACEi Dosis: 1 s/d 2 atau ARB mg/kg/hari Furosemid berguna Dosis maksimum: 3 s/d sebagai 4mg/hari sampai 300 terapi tambahan pada mg/hari penyakit ginjal

Penanganan krisis hipertensi Hipertensi krisis merupakan peninggian tekanan darah secara akut yang mengganggu fungsi organ vital tubuh yang dapat mengancam jiwa. Hipertensi krisis didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg atau setiap tingkat hipertensi (sistolik <> 1 ½ kali batas atas tekanan darah normal berdasarkan umur dan jenis kelamin. (www.idai.or.id) Pada keadaan krisis hipertensi yang ditunjukkan dengan naiknya tekanan darah secara mendadak dalam waktu yang cepat dapat timbul ensefalopati hipertensif yang ditandai kejang baik kejang fokal maupun kejang umum, diikuti dengan penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma.Manifestasi klinik ini lebih sering terlihat pada hipertensi anak daripada orang dewasa. Manifestasi krisis hipertensi ini sering dikacaukan dengan epilepsi dan bila tekanan darah tidak diukur maka diagnosis krisis hipertensi sebagai penyebab ensefalopati akan terlewatkan begitu saja. Manifestasi lain ensefalopati hiper tensif adalah hemiplegia, gangguan penglihatan dan pendengaran, parese nervus fasialis. Pada pemerikasaan funduskopi dapat ditemukan kelainan retina berat berupa perdarahan, eksudat, edema pupil, atau penyempitan pembuluh darah arteriol retina. 19

Krisis hipertensi jarang meninggalkan gejala sisa, bila penurunan tekanan darah segera dilaksanakan dengan menggunakan obat antihipertensi secara adekuat. Walaupun demikian, ditemukan atrofi otak pada pemeriksaan computer tomography. Manifestasi klinik krisis hipertensi lainnya adalah dekompensatio cordis dengan edema paru yang ditandai dengan gejala edema, dispnu, sianosis, takikardi, ronkhi, kardiomegali, suara bising jantung dan hepatomegali. Pada pemeriksaan foto thoraks terlihat pembesaran jantung dengan edema paru. Sedang pada pemeriksaan EKG kadang-kadang dapat ditemukan pembesaran ventrikel kiri. Manifestasi dekompensatio cordis ini lebih sering ditemukan pada bayi. Gangguan faal ginjal selain dapat diakibatkan oleh krisis hipertensi juga dapat ditimbulkan oleh hipertensi berat kronik yang menetap. Umumnya manifestasi klinik hipertensi berat atau krisis hipertensi pada bayi dan anak hampir selalu penyebabnya berkaitan dengan hipertensi sekunder. (Husein Alatas et al,2002) Prinsip pengobatan hipertensi krisis adalah menurunkan tekanan darah secepat mungkin dengan obat antihipertensi yang onsetnya cepat, mencegah dan menanggulangi kerusakan organ target, dan mencari penyebab hipertensi. Obat-obat yang bekerjanya paling cepat adalah obat parenteral seperti natrium nitroprusid dan diazoksida tetapi kedua obat ini jarang digunakan. Natrium nitroprusid diberikan melalui pompa infus dengan dosis yang dititrasi, 0,5 - 8 mg/kgbb per menit. Penggunaan obat ini memerlukan pengawasan ketat dan biasanya dilakukan di ruang perawatan intensif. Diazoksida diberikan secara intravena dengan dosis 2 - 5 mg/kgbb dengan bertahap. Respons obat ini sangat cepat dan responsnya sering tidak dapat diprediksi.

Obat

yang

sering digunakan

adalah

klonidin

drip.

Nifedipin

sublingual/oral mulai banyak digunakan karena pemberiannya mudah, tidak memerlukan ruang perawatan intensif, dan hasilnya cukup memuaskan. Krisis hipertensi, yaitu tekanan darah meningkat dengan cepat hingga mencapai sistolik ≥ 180 mmHg atau diastolik ≥ 120 mmHg, sehingga perlu ditangani dengan obat-obatan seperti terlihat pada Tabel 3

20

Tabel 5. Obat-obat Antihipertensi untuk Penanggulangan Krisis hipertensi1

Pada anak dengan hipertensi kronis atau yang kurang terkontrol, masalah pengobatan menjadi lebih rumit. Beberapa anak dengan keadaan tersebut seringkali memerlukan obat antihipertensi kombinasi untuk memantau kenaikan tekanan darah. Prinsip dasar pengobatan anti hipertensi kombinasi adalah menggunakan obat-obatan dengan tempat dan mekanisme kerja yang berbeda. Pemilihan obat juga harus sesederhana mungkin, yaitu dengan menggunakan obat dengan masa kerja panjang, sehingga obat cukup diberikan satu atau dua kali sehari.

21

Lama pengobatan yang tepat pada anak dan remaja hipertensi tidak diketahui dengan pasti. Beberapa keadaan memerlukan pengobatan jangka panjang, sedangkan keadaan yang lain dapat membaik dalam waktu singkat. Oleh karena itu, bila tekanan darah terkontrol dan tidak terdapat kerusakan organ, maka obat dapat diturunkan secara bertahap, kemudian dihentikan dengan pengawasan yang ketat setelah penyebabnya diperbaiki. Tekanan darah harus dipantau secara ketat dan berkala karena banyak penderita akan kembali mengalami hipertensi di masa yang akan datang. Pada Tabel dibawah ini diperlihatkan petunjuk untuk menurunkan secara bertahap pengobatan hipertensi bila tekanan darah telah terkontrol. Tabel 6. Petunjuk untuk Step Down Therapy pada bayi, Anak, atau Remaja1

22

8. PENCEGAHAN Upaya pencegahan terhadap penyakit hipertensi pada anak harus mencakup pencegahan primer, sekunder, maupun tersier. Pencegahan primer hipertensi harus dilihat sebagai bagian dari pencegahan terhadap penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular dan stroke yang merupakan penyebab utama kematian pada orang dewasa. Penting pula diperhatikan faktor-faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular seperti obesitas, kadar kolesterol darah yang meningkat, diet tinggi garam, gaya hidup yang salah, serta penggunaan rokok dan alkohol. Pencegahan sekunder dilakukan bila anak sudah menderita hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal atau kelainan organ target. Pencegahan ini meliputi modifikasi gaya hidup menjadi lebih benar, seperti menurunkan berat badan, olahraga secara teratur, diet rendah lemak dan garam, menghentikan kebiasaan merokok atau minum alkohol. Asupan makanan mengandung kalsium dapat dilakukan sebagai pengobatan alternative untuk mengatasi hipertensi. Kadar kalsium yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar natrium. Apabila komplikasi sudah terjadi, misalnya stroke dan retinopati, maka upaya rehabilitatif dan promotif yang merupakan bagian dari pencegahan tersier dapat dilakukan untuk mencegah kematian dan mempertahankan fungsi organ yang terkena seefektif mungkin.

9. PROGNOSIS Prognosis tergantung etiologi yang mendasari. Hipertensi esensial, bila mengenai remaja, biasanya tidak menunjukkan morbiditas pada saat awal, namun bila tidak diterapi bahkan hipertensi esensial asimptomatik dapat menyebabkan morbiditas kardiovaskular, sistim saraf pusat, dan gangguan ginjal pada masa dewasa.

23

BAB III KESIMPULAN

1. Hipertensi pada anak adalah rerata tekanan darah sistolik dan atau tekanan darah diastolik ≥ persentil 95 sesuai dengan jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada ≥ 3 kali pengukuran.1 2. Hipertensi diketahui merupakan salah satu faktor risiko terhadap terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan adanya hipertensi pada anak mungkin berperan dalam perkembangan dini penyakit jantung koroner tersebut.1,4 3. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis.1

24

DAFTAR PUSTAKA 1.

Sekarwana, N. Rachmadi, D. Hilamnto, D. 2011. Consensus tatalaksana hipertensi. Bandung: Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

2.

Marcdante, K.J. Kliegman, R.M. Jenson,H.B, Behrman, R.E. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi Keenam. Singapore:Elsivier.

3.

Supartha, M. Suarta, I.K. Winaya, I.B.A, 2009. Hipertensi pada Anak. Volum: 59, Nomor:5. IDI.

4.

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS. Standar pelayanan Medis KEsehatan Anak, SMF Anak RS dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar, 2015.

5.

Pudjiadi HA, et al. pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta; 2009.

25

More Documents from "Yogo Prasetya"