LAPORAN MINI PROJECT Upaya Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Hipertensi
Oleh: dr. Mohamad Jumatman Pembimbing: dr. Ernawaty Madi
Bagian Kesehatan Masyarakat Puskesmas Wajo Kecamatan Murhum Kota Bau Bau Mei 2016
LEMBAR PERSETUJUAN KEGIATAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa laporan kegiatan ini dan semua sumber yang telah dikutip didalamnya tanpa ada tindakan plagiarisme dan tertulis sesuai aturan pada pendidikan formal. Semoga kegiatan yang telah dilakukan ini bermanfaat bagi warga masyarakat dan petugas puskesmas wajo. Terimakasih atas perhatiannya dan mohon maaf biala ada kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Mengetahui, Bau Bau, .. mei 2016
Pelaksana
Pendamping
dr. Mohamad Jumatman
dr. ernawaty Madi NIP. 198105142006042009
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan pada terjadinya transisi epidemiologi, transisi demografi
dan transisi teknologi, yang mengakibatkan terjadinya perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit tidak menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan dalam hal: sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk, yang mengakibatkan masyarakat mengadopsi perilaku hidup yang tidak sehat. Penyakit hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular dewasa ini menjadi masalah yang besar dan serius, karena prevalensi penyakit hipertensi yang tinggi dan cenderung meningkat. Hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala sehingga menjadi pembunuh diam-diam (the silent killer of death).1 hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.2 Hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta atau komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.3 Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.2 Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.c Namun demikina, Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor prilaku dan kebiasaan hidup. Apabila seseorang mau menerapkan gaya hidup sehat, maka kemungkinan besar akan terhindar dari hipertensi. Faktor risiko hipertensi antara lain adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, penggunaan obat hormonal, dan kebiasaan merokok.3 Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.2 World Health Organization (WHO, 2013) memperkirakan 1 milyar penduduk di dunia menderita penyakit hipertensi dan diprediksi pada tahun 2025 ada sekitar 29% jiwa di dunia yang akan menderita penyakit hipertensi.1 Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg); dengan persentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya. Menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III.4
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013.2 sedangkan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007 sebesar 31,7% dari total penduduk dewasa, dan prevalensi hipertensi pada remaja di Indonesia mencapai 6-15%.5 Di Indonesia sendiri berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia 2011, hipertensi termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan 80.615 pasien rawat jalan. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, provinsi Kalimantan Selatan (39,6%), Jawa Timur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah (36,6%), DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%).6 Di Puskesmas wajo sendiri, merupakan penyakit yang termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan dengan jumlah yang banyak setiap bulannya. Pada bulan januari jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang menderita hipertensi sebanyak 140 orang terdiri dari 61 orang laki laki dan 79 perempuan, pada bulan februari jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang menderita hipertensi sebanyak 123 orang terdiri dari 42 orang laki laki dan 81 perempuan, sedangkan bulan maret jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang menderita hipertensi sebanyak 109 orang terdiri dari 42 orang laki laki dan 67 perempuan Dari data-data tersebut di atas, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan angka kejadian hipertensi. Dalam hal ini, Puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting demi tercapainya tujuan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan penyuluhan untuk meningkat pengetahuan masyarakat terhadap hipertensi.7
1.2
Rumusan Masalah Bagaimana Tingkat pengetahuan Anggota Masyarakat Dasawisma kelurahan Wajo, kecamatan
murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara terhadap hipertensi? 1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat dan melakukan upaya peningkatan tingkat pengetahuna masyarakat Dasawisma kelurahan Wajo, kecamatan murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara terhadap hipertensi melalui metode penyuluhan 1.3.2 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai pada kegiatan mini project ini yaitu: a. Memperoleh informasi tentang
pengetahuan masyarakat terhadap hipertensi sebelum dan
sesudah penyuluhan melalui kuisioner b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang definisi, Gejala, faktor resiko dan komplikasi dari Hipertensi c. Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penatalaksanaan hipertensi. d. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pentingnya pencegahan hipertensi secara dini. 1.4. Manfaat Penyuluhan 1.4.1 Manfaat Bagi Teoritis
Dapat menambah wawasan pengetahuan terhadap hipertensi.
Dapat meningkatkan kemampuan dalam bersosialiasi dengan kelompok masyarakat sehingga terjalin hubungan/pendekatan yang lebih erat antara klinisi dengan masyarakat
1.4.2 Manfaat Puskesmas Sebagai salah satu bentuk pelaksanaa program dari Puskesmas Wajo dalam bentuk promosi kesehatan kepada masyarakat terkait hipertensi sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian hipertensi yang akan berdampak pada menurunnya angka kunjungan hipertensi di puskesmas wajo. 1.4.3 Manfaat bagi masyarakat Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang hipertensi sehingga masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan hipertensi secara dini, memeriksakan tekanan darahnya secara rutin dan menjalankan pengobatan secara teratur sehingga komplikasi dapat dihindari.
BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Definisi Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.8 Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.9 Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang di bawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.3 Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan alir balik vena. Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah.2,10
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah.10
B. Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat spygmomanometer (termometer) dan steteskop. Ada tiga tipe dari spygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau (merkuri), aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis spygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik.11,12 Teknik pengukuran tekanan darah melibatkan keseimbangan antara tekanan dimanset dan tekanan di arteri. Apabila tekanan manset lebih besar daripada tekanan pembuluh darah, pembulu terjepit dan tertutup, sehingga tidak ada darah yang mengalir melaluinya. Apabila teknan darah lebih besar daripada tekanan manset, pembuluh darah terbuka dan darah mengalir melaluinya.12 Spygmomanometer aneroid prinsip peggunaanya yaitu menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara didalamnya. Spygmomanometer elekrtonik merupakan pengukur tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa tetapi, akurasinya juga relatif rendah. Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :2, 3,12 1) Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan. 2) Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat). 3) Pakailah baju lengan pendek. 4) Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit. Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2 kali atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit 80 % lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2 / 3 kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama (korotkoff 1) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar lagi (korotkoff V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan, pada posisi berbaring, duduk dan berdiri.3,4,12
Gambar 2. Teknik pengukuran tekanan darah8 C. Etiologi Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.2, 4,10 1. Hipertensi primer (essensial) Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer).10 Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.2 Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gengen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.8,10 Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyababnya. Hipertensi menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi, masih banyak pasien yang belum mendapat pengobatan, maupun yang telah mendapat terapi tetapi target tekanan darah belum tercapai serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.13 2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang jika penyebabnya diketahui, mencakup sekitar 5-10% penderita hipertensi. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain penyakit ginjal, hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat obatan dan lain lain.10 Penyakit parenkim ginjal (3%). Setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) akan menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal.6,10 Yang termasuk hipertensi endokren antara lain akibat kealinan korteks adrenal (hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing), tumor medulla adrenal (feokromositoma), hipertiroidisme, dan lain lain. Pertimbangan aldosteronisme primer (sindrom Conn) jika terdapat hipokelemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air.6,10 Beberapa obat seperi kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, efedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin, amfetamin, kokain, siklosporin.10 Terdapatjenis hipertensi yang lain:8 1. Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pad a jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru. 2. Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu: a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan
kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tandatanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin. c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik. d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya. D. Klasifikasi Hipertensi Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Eveluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2, menurut World Health Organization (WHO) dan International Society Of Hypertension Working Group (ISHWG).10 Klasifikasi Tekanan
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Darah Normal
< 120
Dan
< 80
Prehipertensi
120 – 139
Atau
80 – 89
Hipertensi stadium 1
140 – 159
Atau
90 – 99
Hipertensi stadium 2
≥ 160
Atau
≥ 100
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 2
Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Optimal
< 120
Dan
< 80
Normal
< 130
Dan
< 85
130 – 139
Atau
85 – 89
Hipertensi derajat I
140 – 159
Atau
90 – 99
Hipertensi derajat II
160 – 179
Atau
100 – 109
Hipertensi derajat III
≥ 180
Atau
≥ 110
Normal tinggi / pra hipertensi
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah World Health Organization (WHO) dan International Society Of Hypertension Working Group (ISHWG) 4,8 E. Faktor Risiko Hipertensi Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang reversible dan irreversibel. Faktor risiko yang reversibel adalah usia,jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung
natrium tinggi, merokok, dan
sindroma metabolik.10,13,14 1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol a. Umur Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika 50an dan 60an.3,14 Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.3 b. Jenis Kelamin Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan pria banyak mempunyai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti merokok, kurang nyaman terhadap pekerjaan dan makan tidak terkontrol.1 Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, komplikasi hipertensi meningkat pada lakilaki.6 Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.6 c. Riwayat Keluarga Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.6
d. Genetik Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi.6 Faktor keturunan memang memilki peran yang besar terhadap munculnya hipertensi. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar homozigot jika dibandingkan dengan. Menurut hasil penelitian case control di Banyuwangi didapatkan hasil bahwa pada individu dengan genotip homozigot TT 3 kali lebih banyak mengalami hipertensi dari pada genotip heterozigot TC pada wilayah pantai maupun pegunungan. Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.1 2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol a. Kebiasaan Merokok Merokok tembakau mempengaruhi terjadinya kenaikkan tekanan darah dan bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri yaitu menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri serta memudahkan terjadinya aterosklerosis. Zatzat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.1 Menurut hasil penelitian case control study di Virginia Barat dengan jumlah sampel 2.889 peserta, diperoleh hasil bahwa kadar cotinine serum lebih tinggi pada perokok berhubungan positif dengan tekanan darah sistolik, dengan OR = 3,24, 95% CI : 1,86-5,63, p = 0,006. Hasil penelitian yang lain case control study di Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan jumlah sampel 164 responden, diperoleh hasil bahwa perilaku merokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi, dengan OR = 2,32; 95% CI : 1,24-4,35. Penelitian cross sectional di Semarang dengan sampel 115 responden menunjukkan hasil bahwa kebiasaan merokok berhubungan dengan terjadinya hipertensi p =0,005, jumlah rokok berhubungan dengan hipertensi p= 0,001, cara menghisap rokok dengan hipertensi p=0.003. Penelitan case control di Makasar dengan sampel 144 responden menunjukkan hasil pengaruh rokok dengan hipertensi OR= 1,42; 95%CI: 0,73-2,76).1
b. Konsumsi Asin/Garam Natrium dan klorida adalah ion utama pada cairan ekstraselular. Konsumsi garam dapur berlebihan dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler. Meningkatnya volume cairan pada ekstraseluler dapat meningkatkan volume darah sehingga berdampak pada kenaikan tekanan darah.1 c. Konsumsi Lemak Jenuh Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.1,13 d. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti. Orangorang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.1,6 Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah.6 Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO mengatakan bahwa pada beberapa populasi, konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan tekanan darah tinggi. Jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5 mmHg per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai aras TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu.6 e. Obesitas Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal. Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnyacenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih
besar jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi.3 Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO pada kebanyakan kajian, kelebihan berat badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan berat badan diperkirakan 30-65%.6 Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.3 f. Olahraga Kurangnya
aktifitas
fisik
meningkatkan
risiko
menderita
hipertensi
karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.6 g. Stres Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap.6 h. Penggunaan Estrogen Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah perempuan.3,6 F. Patogenesis Hipertensi Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah yang dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan tonus dari arteri (peripheral resisten). Urah jantung merupakan hasil kali anatara denyut jantung dan isi sekuncup, sedangkan isis sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraktilitas miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot pembuluh darah dan viskositas darah. Semua parameter diatas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem sraf simpatis dan para simpatis, sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan fakto lokal berupa
bahan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah. Faktor-faktor ini menentukan besarnya tekanan darah. Hipertensi terjadi karena kelainan dari salah faktor tersebut.10 Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung dan resistensi perifer.12
Gambar 3. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac output secara logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan (preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak meningkat yaiutu dengan cara meningkatkan resistensi perifer.14 Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga meningkatkan cardiac output. 14 G. Gejala Klinis Hipertensi Gejala hipertensi biasanya tidak spesifik. Pada hipertensi primer yang belum mengalami komplikasi, pasien biasanya tidak bergejala atau hanya mengeuh sakit kepala dan tegang di belakang leher. Apabila sudah terjadi kerusakan organ target, barulah timbul sesuai dengan gejala kerusakan organ target.2 Keluhan hipertensi antara lain: 13
1. Sakit atau nyeri kepala 2. Gelisah 3. Jantung berdebar-debar 4. Pusing 5. Leher kaku 6. Penglihatan kabur 7. Rasa sakit di dada Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi. Pemeriksaan Fisik didapatkan: 13 1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi komplikasi hipertensi ke organ lain. 2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII. 3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis dan pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena jugular, batas jantung, dan ronki). Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat dan tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua lengan, dan lebih baik dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi hipotensi postural. Dilakukan palpasi leher untuk mempalpasi dari pembesaran tiroid dan penilaian terhadap tanda hipotiroid atau hipertiroid. Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan dengan funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit pada arteri karotis. Retina merupakan jaringan yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan peningkatan derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke-2 karena penutuan dari katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan iktus kordis yang bergeser ke arah lateral.14
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang rutin yang direkomendasikan sebelum memulai terappi termasuk elektrokardiogram 12 lead, urinalisis, glukosa darah, dan hematokrit, kalium serum, kreatinin, dan profil lipid ( termasuk HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida. Test tambahan termasuk pengukuran terhadap ekskresi albumin atau albumin/ kreatinin rasio, ekokardiogram dan c-reactif protein.4
H. Diagnosis Hipertensi Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering
merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan tempat pengukuran.2,4,12 Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejalagejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dengan kontrolatera.2,4,12 diagnosa hipertensi HT yang pasti adalah berdasarkan pengukuran TD dengan tensi meter. menentukan penderita sudah hipertensi dan perlu pengobatan adalah keputusan penting karena pada penderita HT yang beresiko tinggi, keterlambatan pengobatan 3 bualn saja akan meningkatkan 2 kali lipat resiko kejadian kardiovaskuler.12 berhibing karena TD fluktuatif dan dipengaruhi banayak faktor, maka tidak dapat mendiagnosa hiperensi dengan hanya 1 kali penukuran TD. Canadian Hypertension education program recommendations (2005) memiliki cara sedrehana untuk menetukan penderita HT yang perlu diobati: 1. pasien yang pada kunjunagn pertamanya memiliki TD > 180/100 mmHg atau TD <180/100 mmHg namun sudah terjadi kerusakan organ target atau penderita digolongkan HT emergensi atau urgens, maka penderita diatas sudah dapat didiagnsa sebagai HT dan langsung dilakukan pengobatan. 2. pasien yang sudah kunjungan pertamanya memiliki TD 140-170/90-109 mmHg tidak ada riwayat hipertensi sebelumnya, maka dianjurkan diit rendah garam dan merubah pola hidup, kemudian dilakukan pengukuran ulang. pada kunjungan berikutnya ternyata TD meningkat, maka penderita ini sudah dapat didiagnosa hipetensi dan diberi pengobatan. apabila pada kunjungan kedua TD darah turun, dilakukan follow up. pada kunjungan ke tiga apabila TD dari sebelumnya atau memilki TD > 140/90 maka dapat didioagnosa sebagai hipertensi dan diberikan pengobatan.c Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dariCanadian Hypertension Education Program. The Canadian Recommendation for The Management of Hypertension 2014.9
HBPM : Home Blood Pressure Monitoring ABPM : Ambulatory Blood Pressure Monitoring.9 Gambar 4. Alur diagnosa hipertensi I. Komplikasi Hipertensi Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan seperti membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang. Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata, hipertensif encephalopathy sering dirujuk pada penyakit organ akhir.6
Stroke Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embulus yang
terlepas dari pembuluh non- otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri –arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah–daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri–arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma.3
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.14
Efek pada Jantung Peningkatan tekanan darah sistemik menyebabkan jantung harus bekerja lebih berat untuk mengkompensasinya. Pada awalnya, jantung akan mengalami hipertrofi ventrikel yang konsentris, yaitu meningkatnya ketebalan dinding otot jantung. Namun, pada akhirnya, kemampuan ventrikel ini akan semakin menurun, sehingga ruang ventrikel jantung akan ikut membesar. Pembesaran jantung ini lama-kelamaan akan mengakibatkan gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung mulai tampak.15 Angina pektoris juga dapat terjadi pada penderita hipertensi yang disebabkan oleh karena kombinasi dari kelainan pembuluh darah koroner dan peningkatan kebutuhan oksigen sebagai akibat dari peningkatan massa jantung. Iskemia dan infark miokard akan terjadi pada tahap lanjut dari perjalanan penyakit yang dapat mengakibatkan kematian.3
Efek pada Ginjal Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-
kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerous, protein akan keluar melalui urin sehingga sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.3
Ensefalopati (Kerusakan Otak) Ensefalopati (kerusukan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.3 Deteksi Komplikasi Pada Penderita Hipertensi - Pemeriksaan mata pada pasien dengan hipertensi berat guna mendeteksi kerusakan, penyempitan arteri kecil, kebocoran kecil pada retina, dan pembengkakkan syaraf mata.16 - Evaluasi pembesaran jantung dengan x-ray dada, elektrokardiogram (electrocardiogram), dan echocardiography (pemeriksaan jantung dengan ultrasound). Echocardiography berguna dalam menentukan ketebalan (pembesaran) dari jantung bagian kiri (sisi pompa utama).16 - Tes darah dan urine (air seni) akan berguna dalam mendeteksi kelainan ginjal pada penderita hipertensi. Tes darah untuk mengetahui kadar serum kreatinin (serum creatinine) didalam darah guna fungsi ginjal.
Tes urine untuk mengetahui kehadiran protein didalam air seni (proteinuria), dimana dapat merefleksikan kerusakan ginjal dari hipertensi.16 - Kontrol tekanan darah secara rutin dan berkelanjutan akan menjadi pencegahan yang paling baik untuk mengantisipasi komplikasi stroke.16 J. Penatalaksanaan Hipertensi 1. Penatalaksanaan Non Farmakologis Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obatobatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi.2,9 Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal: 1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis. Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.12,13,17 Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.13,17 Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.9
Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.9 2. Olahraga dan aktifitas fisik Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi. Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingat adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.9,11 Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan berikut ini perlu dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:9 a. Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa atau dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melebihi 100 mmHg. b. Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapat informasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita. c. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung dengan beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan darah serta perubahan aktifitas listrik jantung (EKG), sekaligus menilai tingkat kapasitas fisik. d. Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban. e. Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak menambah peningkatan darah. f. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan karena akan memicu emosi saat bertanding sehingga dapat meningkatkan tekanan darah g. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan karena dapat meningkatkan tekanan darah secara mendadak dan melonjak. Misalnya angkat berat dan sejenisnya. h. Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah latihan.
i. Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan tekanan darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat hipertensi. j. Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada kaitannya dengan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik dilakukan pula olahraga pengendalian emosi, artinya berusaha mengatasi ketegangan emosional yang ada. k. Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis/takaran obat yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan penyesuaian (pengurangan).20 3. Perubahan pola makan a. Mengurangi asupan garam Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garamtidak melebihi 2 gr/ hari Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi kebiasaan makan pasien secara drastis.2,9 b. Diet rendah lemak jenuh Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah. c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah lemak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buahbuahan mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan (banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu mengandung banyak kalsium.9,11,17 4. Menghilangkan stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban stres. Perubahan-perubahan itu ialah:12,17 a. Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau kita terpaksa harus terburu-buru untuk tepat waktu memenuhi suatu janji atau aktifitas. b. Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai. c. Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. d. Siapkan cadangan untuk keuangan e. Berolahraga. f. Makanlah yang benar. g. Tidur yang cukup. h. Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda stres. i. Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin. j. Binalah hubungan sosial yang baik. k. Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan kritis atau negatif terhadap diri sendiri. l. Sediakan waktu untuk hal-hal yang memerlukan perhatian khusus. m. Carilah humor. n. Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.
Modifikasi
Rekomendasi
Rerata penurunan TDS
Penurunan berat
Jaga berat badan ideal
badan
(BMI: 18,5 - 24,9
5 – 20 mmHg/ 10 kg
kg/m2) Dietary Approaches to
Diet kaya buah,
Stop Hypertension
sayuran, produk rendah
(DASH)
lemak dengan jumlah
8 – 14 mmHg
lemak total dan lemak jenuh yang rendah Pembatasan asupan
Kurangi hingga <100
natrium
mmol per hari (2.0 g
2 – 8 mmHg
natrium atau 6.5 g natrium klorida atau 1 sendok teh garam perhari) Aktivitas fisik aerobic
Aktivitas fisik aerobik
4 – 9 mmHg
yang teratur (mis: jalan cepat) 30 menit sehari, hampir setiap hari dalam seminggu Stop alkohol
2 – 4 mmHg
Tabel 3. Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi. 13
2. Penatalaksanaan Farmakologis Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :9 Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat nmengurangi biaya Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7:2,10 a. Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz) Aldosteron Antagonist (Ald Ant) b. Beta Blocker (BB) c. Calcium channel blocker atau Calcium antagonist (CCB) d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor angiotensint/ blocker (ARB).2
Kelas obat
Indikasi
Kontraindikasi Mutlak
Diuretika
Gagal
(Thiazide)
kongestif,
Tidak mutlak
jantung Gout
Kehamilan
usia
lanjut,
isolated
systolic hypertension, ras afrika Diuretika (loop)
Insufisiensi ginjal,
gagal
jantung kongestif Gagal Diuretika
jantung
(anti kongestif,
pasca Gagal
aldosteron)
infark
penyekat β
miokardium Angina
ginjal,
hiperkalemia
pectoris,
pasca
infark Asma, penyakit Penyakit pembuluh
myocardium gagal
paru
obstruktif darah
jantung menahun,
kongestif,
block
perifer,
A-V intoleransi glukosa, atlit
atau
pasien
kehamilan,
yang aktif secara
takiaritmia
fisik
Calcium
Usia
Antagonist
isolated
(dihydropiridine)
hypertension, angina
lanjut, systolic
pectoris,
penyakit pembuluh
darah
perifer, aterosklerosis karotis, kehamilan
Takiaritmia, gagal jantung kongestif
Calcium
Angina
pectoris, A-V
Antagonist
aterosklerosis
(verapamil,
karotis, takikardia kongestif
diltiazem)
supraventrikuler
Penghmbat ACE
Gagal
gagal
block, jantung
jantung Kehamilan,
kongestif,
hiperkalimea,
disfungsi
stenosis
ventrikel
kiri, renalis bilateral
pasca
arteri
infark
myocardium, non-diabetik nefropati, nefropati DM tipe 1, proteinuria Nefropati Angiotensi reseptor
II tipe
2, Kehamilan,
mikroalbumiuria
antagonist blocker)
DM
(AT1- diabetic,
hiperkalemia, stenosis
proteinuria,
arteri
renalis bilateral
hipertrofi ventrikel batuk
kiri, karena
ACEI α-Blocker
Hyperplasia prostat
Hipotensi
(BPH), ortostatis
Gagal
jantung
kongestif
hiperlipidemia Tabel 4.Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas utama Obat Antihipertensi Menurut ESH. 4
Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas utama Obat Antihipertensi. Adapun Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC7 dapat dilihat pada tebel 5 dibawah ini : 4
Klasifikasi
TDS
TDD
Perbaikan
Tanpa
Dengan
Tekanan
(mmHg
(mmHg
Pola
indikasi yang
indikasi
Darah
)
)
Hidup
memaksa
yang memaksa
Normal
Prehipertens
< 120
120-139
i
Dan
Dianjurka
<80
n
atau
Ya
80-89
Tidak indikasi Obat-obatan obat
untuk indikasi yang memaksa
Hipertensi
140-159
derajat 1
Atau
Ya
90-99
Diuretic jenis Obat-obatan Thiazide
untuk
untuk
indikasi yang
sebagian
memaksa
besar
kasus, Obat
dapat
antihipertensi
dipertimbang
lain
kan
ACEI, (diuretika,
ARB,
BB, ACEI, ARB,
CCB,
atau BB,
kombinasi
CCB)
sesuai kebutuhan
Hipertensi derajat 2
≥160
Atau ≥100
Ya
Kombinasi 2 obat
untuk
sebagian besar
kasus
umumnya diuretika jenis Thiazide dan ACEI
atau
ARB atau BB atau CCB Tabel 5. Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC 7
Masing-masing obat antihipertensi memliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :2,10 a. Faktor sosio ekonomi b. Profil factor resiko kardiovaskular c. Ada tidaknya kerusakan organ target d. Ada tidaknya penyakit penyerta e. Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi f. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit lain g. Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan resiko kardiovasskular. Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat antihipertensi yang digunakan. Tetapi terdapat pula bukti-bukti yang menyatakan bahwa kelas obat antihipertensi tertentu memiliki kelebihan untuk kelompok pasien tertentu. Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasar yang memerlukan pertimbangan khusus (special considerations), yaitu kelompok indikasi yang memaksa (compelling indication) dan keadaan khusus lainnya (special situations).2,10 Indikasi yang memaksa meliputi:4,9 a. Gagal jantung b. Pasca infark miokardium c. Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi d. Diabetes e. Penyakit ginjal kronis f. Pencegahan strok berulang. Keadaan khusus lainnya meliputi : a. Populasi minoritas b. Obesitas dan sindrom metabolic c. Hipertrofi ventrikel kanan d. Penyakit arteri perifer e. Hipertensi pada usia lanjut f. Hipotensi postural g. Demensia h. Hipertensi pada perempuan i. Hipertensi pada anak dan dewasa muda
j. Hipertensi urgensi dan emergensi. Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatnya dosis obat tertentu, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.4 Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :4 a. dan ACEI atau ARB b. CCB dan BB c. CCB dan ACEI atau ARB d. CCB dan diuretika e. AB dan BB f. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.
Diuretika β Bloker
ARB
α Bloker
CCB
ACEI
Gambar 5. Kemungkinan kombinasi obat antihipertensi.4
BAB III METODE 3.1. Desain Kegiatan Kegiatan mini project dilakukan dalam bentuk penyuluhan secara langsung dengan pendekatan kelompok masyarakat Kelurahan Wajo, kecamatan murhum, kota Baubau, Sulawesi tenggara 3.2. Lokasi dan Waktu Kegiatan mini project ini dilakukan di Kelurahan Wajo, kecamatan murhum, kota Baubau, Sulawesi tenggara pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 15.30 – 17.30. 3.3. Target dan sasaran Sasaran pada kegiatan mini project ini adalah anggota kelompok masyarakat kelurahan Wajo, kecamatan murhum, kota Baubau, Sulawesi tenggara yang bersedia berpatisipasi dalam penyuluhan 3.4. Populasi dan sampel 3.4.1 populasi Populasi pada kegiatan mini project ini adalah seluruh warga dasawisma kelurahan wajo, kecamatan murhum, kota bau-bau, sulawesi tenggara. 3.4.2 sampel Sampel pada mini project ini adalah warga kelurahan wajo, kecamatan murhum, kota bau bau, sulawesi tenggara yang hadir pada saat penyuluhan 3.5 Kriteria Inklusi dan Eklusi 3.5.1 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi pada kegiatan mini project ini adalah
warga kelurahan wajo, kecamatan murhum, kota bau bau, sulawesi tenggara yang hadir pada saat penyuluhan
warga kelurahan wajo, kecamatan murhum, kota bau bau, sulawesi tenggara yang bersedia mengisi kuisioner pretes dan posttes
3.5.2 kriteria eksklusi Kriteria eksklusi pada kegiatan mini project ini:
warga yang hadir pada saat penyuluhan tapi tidak mengikuti materi penyuluhan sampai selesai.
Warga keluraha wajo yang tidak mengisi pretest atau posttest
3.6. Cara Kerja 3.6.1. Penjaringan peserta penyuluhan Kegiatan mini project ini diawali dengan bantuan kepala lurah Wajo, kecamatan murhum, kota Baubau, Sulawesi tenggar dan petugas kesehatan Puskesmas Wajo untuk mengajak mayarakatnya mengikuti penyuluhan 3.6.2. Pelaksanaa kegiatan penyuluhan Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan msyarakat terhadap hipertensi. Peserta penyuluhan akan diberikan pretest terlebih dahulu sebelum penyuluhan. Dilanjutkan dengan pemberian materi penyuluhan. Setelah pemberian materi penyuluhan, diadakan sesi tanya jawab. Terakhir diadakan posttest untuk menilai pemahaman peserta terhadap materi penyuluhan yang telah diberikan. Tujuan pretest dan posttes adalah untuk memperoleh gambaran pengetahuan masyarakat terhadap hipertensi sebelum dan sesudah penyuluhan. Pretes dan Posttes diberikan dalam bentuk kuisioner. 3.7. Sarana dan Prasarana
Slide power point
Layar proyektor
Kuisioner pre dan post tes tentang pengetahuan masyarakat.
Konsumsi
3.8. Sumber Daya Manusia
Warga kelompok dasawisma Kelurahan Wajo, kecamatan murhum, kota Baubau, Sulawesi tenggara
Petugas kesehatan Puskesmas Wajo, kecamatan murhum, kota Baubau, Sulawesi tenggara
Dokter internship
3.9. Rencana Manajemen dan Pengolahan Data Dilakukan verifikasi data, engeditan dan coding jawaban pertanyaan. Setelah itu dilakukan pehitungan terhadap tingkat pengetahuan responden. Data disajikan secara tekstular dan tabular.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Data Umum Puskesmas Wajo
4.1.1 Geografi Luas Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Wajo adalah 3,5 km2 dengan batas-batas adminsistrasi sebagai berikut : Sebelah Utara
:
Berbatasan dengan Wilayah kerja
Puskesmas
Meo – Meo Sebelah Timur
:
Berbatasan dengan Wilayah kerja Puskesmas Bataraguru
Sebelah Selatan
:
Berbatasan dengan Wilayah kerja Puskesmas Katobengke
Sebelah Barat
:
Berbatasan dengan Wilayah kerja Puskesmas Betoambari
Wilayah kerja puskesmas Wajo terdiri atas 3 kelurahan yaitu : o
Kelurahan Wajo
o
Kelurahan Lamangga
o
Kelurahan Tanganapada
4.1.2
Demografi Wilayah kerja Puskesmas Wajo berdasarkan data Demografi
adalah Total jumlah
penduduk : 17.070 jiwa
4.1.3
Jumlah penduduk laki-laki
:
8.420 jiwa
Jumlah penduduk perempuan
:
8.650 jiwa
Jumlah Rumah Tangga
:
2.242 KK
Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi Penduduk wilayah kerja Puskesmas Perawatan Wajo yang terdiri dari tiga kelurahan mempunyai penduduk 16.674 jiwa dengan berlatar belakang suku Muna, Jawa, Bugis /
Makassar,Bali dan Toraja. Dari jumlah penduduk tersebut menganut agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha. Perilaku masyarakat Sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, seperti persatuan yang diwujudkan dalam sikap kegotong royongan yang kokoh. Ini terlihat pada acara-acara seperti selamatan, pernikahan dan masih banyak lagi acara-acara lain yang sangat mencerminkan budaya atau adat istiadat setempat. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah pedagang dan penyedia jasa serta pegawai kantor. Sarana transportasi yang digunakan adalah angkutan umum (pete-pete) dan ojek. 4.1.4
Keadaan Fasilitas Kesehatan Untuk menunjang peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka sangat dibutuhkan fasilitas kesehatan. Puskesmas Perawatan Wajo berlokasi di Jl. DR. Wahidin No 137, Kel. Lamangga , Kecamatan Murhum Kota Baubau. Terbagi atas ruang rawat jalan dan ruang rawat inap, dengan luas bangunan 1.370,96 m²
Ruang rawat jalan, terdiri dari : o
Ruang Ka. UPT.
o
Ruang Tata Usaha
o
Ruang Pendaftaran
o
Ruang Poli Umum
o
Ruang Anak dan PKPR
o
Ruang Poli Gigi
o
Ruang Farmasi
o
Ruang Kesling, Promkes, Imunisasi dan P2 Diare, ISPA
o
Ruang P2 Kusta,TB dan PHN,Lansia,Surveilens
o
Ruang KIA / KB
o
Ruang Laboratorium
Ruang Rawat Inap, Terdiri dari : o
Kamar 3, Bangsal dewasa dan Bangsal Anak
o
Kapasitas tempat tidur sebanyak 11 buah
o
Kamar mandi/ WC 7 buah
o
Ruang Jaga
o
Kamar tidur Perawat Jaga
o
Ruang IMS
o
Dapur
1 Unit Pustu:
o
Pustu Wajo di kelurahan Wajo
3 Unit Poskedes masing-masing : o
Poskesdes Wajo yang berlokasi di kelurahan Wajo
o
Poskesdes Lamangga yang berlokasi di kelurahan Lamangga
o
Poskesdes Tanganapada yang berlokasi di kelurahan Tanganapada
15 Posyandu masing-masing : o
5 Posyandu di kelurahan Wajo
o
5 Posyandu di kelurahan Lamangga
o
5 Posyandu di kelurahan Tanganapada
4.15 Tenaga Kesehatan Tabel 2.12 DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN WAJO TAHUN 2015 No
Jenis Tenaga
Jumlah
1
Dokter Umum
3 orang
2
Dokter Gigi
1 orang
3
Perawat Gigi
2 orang
4
Perawat Umum
20 orang
5
Bidan
5 orang
6
Analis / Laboran
4 orang
7
Sanitarian
3 orang
8
Gizi
5 orang
9
Asisten apoteker
2 orang
10
Farmasi
1 orang
11
Tenaga Kesehatan masyarakat
2 orang
12
Tenaga Lainnya
5 orang JUMLAH
53 Orang
Tenaga bidan dengan pendidikan kebidanan ada 5 orang tapi masih tetap sebagai fungsional perawat
Dukun Terlatih 9, semua dukun sudah terlatih 75 Kader Kesehatan Posyandu
4.2
Hasil Kegiatan Telah dialkukan kegiatan penyuluhan "Upaya meningkatkan pengetahuan Masyarakat Terhadap
Hipertensi" pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 15.30-17.30 wita. Sebelum kegiatan dilakukan koordinasi dengaan kepala lurah setempat untuk memberi informasi mengenai penyuluan hipertensi. Sasaran dari penyuluhan adalah warga kelurahan wajo. Sebelum dan sesudah penyuluhan, responden diminta untuk mengisi kuisioner, untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan hipertensi. Diberikan waktu untuk mengisi kuisioner msing masing 15 menit. Berikut ini adalah analisis deskriptif tentang gambaran tingkat pengetahuan hipertensi terhadap warga kelurahan wajo kota bau-bau. 4.2.1 karakteristik Responden (22 orang) a. Jenis kelamin Laki-laki
: 2 orang
Perempuan
: 20 orang
Total
: 22 0rang
Dari data yang diperoleh, didapatkan bahwa responden yang menghadiri penyuluhan saat itu didominasi oleh perempuan (90%). b. Pendidikan terakhir SD
: 1 orang
SMP
: 2 orang
SMA
: 14 orang
D2
: 1 orang
S1
: 4 orang
total
: 22 orang
Dari data yang diperoleh, didapatkan bahwa responden yang menghadiri penyuluhan saat itu didominasi tamatan SMA (63 %), S1 (18%), SMP (9%), D1 (5%), SD (5%). 4.2.2
Kriteria Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup : menjawab benar 8- 11 dari 15 soal (60-79)
: menjawab benar 12-15 dari 15 soal (80-100)
Kurang
: menjawab benar ≤ 7 dari 15 soal (< 60)
Tabel 1. Tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan Kriteria
Frekuensi
Persen (%)
Kurang (<60)
1
4
Cukup (60-79)
3
14
Baik (80-100)
18
82
Total
22
100
Sebelum dilakukan penyuluhan, dilakukan pretest terhadap 22 responden dengan didapatkan hasil 1 orang (4%) berpengetahuan kurang, 3 orang (14%) berpengetahuan cukup dan 18 orang (82%) berpengetahuan baik menegnai hipertensi. Dari data tersebut didapatkan bahwa sebagian besar warga kelurahan wajo sudah berpengetahuan baik terhadap hipertensi.
Tabel 2. Tingkat pengetahuan responden setelah penyuluhan kriteria
Frekuensi
Persen (%)
Kurang (<60
0
0
Cukup (60-79)
2
9
Baik (80-100)
20
91
TOTAL
22
100
Setelah dilakukan penyuluhan, dilakukan posttest terhadap 22 orang responden dengan didapatkan hasil 20 orang (91%) berpengetahuan baik, 2 orang berpengetahuan cukup dan tidak didapatkan orang yang berpengetahuan kurang terhadap hipertensi. Dari data ini bahwa hampir semua responden yang hadir berpengetahuan baik. Dari hasil kedua data di atas didapatkan bahwa terjadi peningkatan kategori/kriteria berpengetahuan baik, serta penurunan kategori/kriteria berpengetahuan cukup dan berpengetahuan kurang setelah membandingkan setelah dan sebelum penyuluhan. 4.2.3 Tingkat pengetahuan responden dengan membandingkan nilai pretest dan posttes dari masing masing responden.
Meningkat
: jika nilai posttes lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pretest
Stabi/tetap
: jika nilai posttes sama dengan dengan nilai pretest
Menurun
: jika nilai posttes lebih rendah dibandingkan dengan nilai pretes
Tabel 3. Tingkat pengetahuan dengan membandingkan nilai pretest dan posttes kriteria
Frekuensi
Persen (%)
menurun
2
9
tetap
4
18
meningkat
16
73
TOTAL
22
100
Setelah dibandingkan nilai pretest dan post tes dari masing-masing responden didapatkan 2 orang (9%) yang mengalami penurunan pengetahuan , 4 orang (18%) yang stabil/tetap pengetahuannya, 16 orang (73%) yang mengalami peningkatan pengetahuan. Dari hasil data diatas didapatkan bahwa sebagian besar peserta yang hadir mengalami peningkatan pengetahuan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Dari hasil analisis deskriptif dan pembahasan yang telah dijelaskan , maka penulis membuat
kesimpulan atas hasil analisis tersebut sebagai berikut:
Telah dilakukan penyuluhan upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap hipertensi di kelurahan Wajo kota bau-bau dengan tidak ditemukan hambatan.
Berdasarkan presentase dari kriteria berpengetahuan baik, cukup dan kurang, sebagian besar masyarakat yang hadir saat penyuluhan telah berpengetahuan baik sebelum maupun sesudah penyuluhan
Terjadi peningkatan presentase dari kriteria berpengetahuan baik setelah penyuluhan bila dibandingkan dengan sebelum penyuluhan.
Berdasarkan presentase dari kriteria berpengetahuan meningkat, tetap, dan menurun dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah penyuluhan, sebagian besar warga yang hadir saat penyuluhan mengalami peningkatan pengetahuan terhadap hipertensi.
5.2.
saran
Perlu dilakukan penyuluhan berkelanjutan dan berkesinambungan mengenai hipertensi
Kurangnya waktu yang diberikan sehingga materi yang diberikan tidak maksimal, oleh karena itu kedepannya perlu disediakan waktu yang cukup.
Sebagian masyarakat kurang fokus saat penyuluhan disebabkan karena kegiatan penyuluhan dirangkaikan dengan kagiatan internal masyarakat, oleh karena itu sebaiknya kagiatan penyuluhan tidak dibarengi dengan kagiatan lainnya.
LAMPIRAN
Lampiran Kuisioner Hipertensi Nama / Umur
:
Pendidikan Terakhir :
Jenis Kelamin:
Pekerjaan
:
Alamat : Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar. 1) Apa yang dimaksud dengan hipertensi? a. Tekanan darah tinggi
c. Tekanan darah rendah
b. Tekanan darah normal
d. Penyakit akibat kelelahan
2) Berapakah nilai normal tekanan darah pada orang dewasa? a. Kurang dari 120/80 mmHg
b. 130/90 mmHg c. 140/90 mmHg
d.150/90 mmhg
3) Berapakah nilai tekanan darah seseorang dikatakan menderita hipertensi? a. < 120/80 mmHg
c. ≥ 140/90 mmHg
b. < 139/89 mmHg
d. 130/88 mmHg
4) Hal hal dibawah ini yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi adalah a. Kurang minum air putih
c. Makanan berlemak, merokok, stress dan kurang olahraga
b. Kurang tidur, kelelahan
d. Makanan yang pedis, asam dan manis
5) Apa gejala atau tanda tanda orang yang menderita tekanan darah tinggi? a. Keringat dingin, pusing, pingsan b. Sakit kepala, rasa berat di tengkuk, penglihatan kabur, mual muntah c. Sakit lutut, badan pegal-pegal, batuk, flu dan demam d. Lemas, sering lapar, banyak makan, berat badan menurun dan sering berkeringat 6) Hipertensi yang tidak terkontrol dan berkelanjutan dapat menyebabkan komplikasi seperti…. a. Kelelahan
c. Penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan dan kematian
b. Hepatitis dan sakit kuning
d.Gangguan berfikir dan berkosentrasi
7) Berapa lama penedrita hipertensi harus mengkonsumsi obat ? a. 1 tahun
b. seumur hidup
c. 1 bulan
d. 6-9 bulan
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan memberi tanda (x) pada huruf pilihan tersebut!
1. Penyakit hipertensi disebut juga dengan tekanan darah tinggi Benar
Salah
2. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah kepelayanan kesehatan yang terdekat Benar
Salah
3. Hipertensi hanya terjadi pada kelompok laki laki saja Benar
Salah
4. Semakin tua usia seseorang maka semakin besar resiko terkena hipertensi. Benar
Salah
5. Orang yang mempunyai keturunan hipertensi memiliki resiko menderita hipertensi lebih besar. Benar
Salah
6. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah meningkat. Benar (1)
Salah (0)
7. Minum kopi dan alkohol merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Benar (1)
Salah (0)
8. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola makan adalah usaha mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi Benar (1)
Salah (0)
Lampiran Hasil Olah Data No.
Nama
Nilai pretes
Nilai posttes
Umur
JK
Pendidikan terakhir
1
Tn. Ma
80
86
50
L
SLTA
2
Ny. Sa
93
100
38
P
SMA
3
Ny. Ha
93
100
P
SMA
4
Ny. Er
86
93
P
S1
5
Ny. M
86
100
64
P
S1
6
Ny. Si
80
100
26
P
SMA
7
Ny. Y
80
93
54
P
S1
8
Ny. Am
80
100
41
P
SMA
9
Ny. R
80
93
24
P
SMP
10
Ny. ME
86
93
34
P
SMA
11
Ny. RA
80
93
27
P
SMA
12
Ny. SH
93
100
45
P
SMP
13
Ny. SL
73
100
P
SMA
14
Ny. Z
60
73
46
P
SMA
15
Tn. H
73
86
52
P
SMA
16
Ny. Ma
53
73
P
SD
17
NY. SY
100
100
P
SMA
18
Ny. AR
100
100
60
P
SLTA
19
Ny. HS
86
86
40
P
SMA
20
Ny. NU
80
80
P
SMA
21
Ny. RU
100
93
P
D2
22
Ny. S
100
93
P
S1
38
Daftar Pustaka 1. Aripin. 2015. Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok Dan Riwayat Penyakit Dasar Terhadap Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015. 2. Kabo P. Hipertensi. Bagaimana Menggunakan Obat-Obatan Kardiovaskular Secara Rasional.Jakarta. Balai penerbit FKUI. P 63-102. 3. Suheni Y. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Ke Atas Di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu. 4. Yogiantoro M. Ginjal hipertensi. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009; p. 610-4. 5. Riskesda. 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 6. Sulthony MR. Laporan kasus hipertensi. Universitas mataram. 7. Bagian kesehatan masyarakat. Data primer puskesmas wajo. 8. Infodatin. Hipertensi. Pusat data dan informasi kementrian Kesehatan RI. 2015. 9. Erwinanto, Soenarta AA. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular . edisi pertama. 2015. 10. Nafrialdi. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. 2011. FKUI. In jakarta. P 341-360 11. Kusmana Dede. Olahraga, dalam:hendra utama,Olahraga Untuk Orang sehat dan Penderita Penyakit jantung. edisi 2. 2007. Jakarta, Balai Penerbit FKUI 12. Sherwood L. Pembuluh Darah Dan Tekanan Darah. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. 2001. Jakarta. P 290. 13. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi Revisi tahun 2014 14. Yogya Y. Refarat Hipertensi. Atma Jaya. 2010. Sukabumi 15. Raspati A, Faldian Y, Firdaus W. hipertensi. Universitas Padjajaran. 2011. Bandung 16. ASKES. Sehat Bersama Hipertensi. Promosi Kesehatan Pt Askes (Persero).2010 17. MB, Arisman. 2008. Obesitas, Diabetes Mellitus & Dislipidemia. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.