”HIPEREMESIS GRAVIDARUM”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Dosen Pembimbing : Jenny JS Sondakh, M.Clin.Mid Disusun Oleh : Nama : Fatma Dewi NIM
: 1602100051
Kelas
: DIII Kebidanan 3B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN MALANG 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Malang, 31 juli 2018
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Menurut data World Health Organitation (WHO), pada tahun 2012, sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. ( WHO, 2012 ) (http://wordpress.com/2012/02/angka -kematian-meurutwho.html) Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik serta dalam proaes pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinannya. Dengan pengawasan
tersebut
dapat
diketahui
berbagai
komplikasi
yang
dapat
mempengaruhi kehamilan sehingga dapat segera diatasi. (Jannah, 2012;h.9) Penyebab hiperemesis gravidarum belum di ketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini belum di ketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini di sebabkan oleh faktor toksis juga tidak di temukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, di sebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah di temukan adalah sering terjadi pada primigravida, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolisme akibat hamil serta resistensi yang menurun dan pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik alergi, faktor psikologik, molahidatidosa, faktor adaptasi dan hormonal (Rukiyah, 2010;h.118-119) Hiperemesis gravidaraum adalah Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari , tetapi dapat pula timbul setiap
saat dan malam hari. Gejala –gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormone
esterogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologi menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2005;h.275) 1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hiperemesis abdominalis? 1.2.2 Bagaimana etiologi hiperemesis abdominalis? 1.2.3 Bagaimana patofisiologi hiperemesis abdominalis? 1.2.4 Bagaimana Klasifikasi dan diagnosis hiperemesis abdominalis? 1.2.5 Bagaimana Prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan hiperemesis abdominalis?
1.3.Tujuan 1.3.1 Memahami apa yang dimaksud dengan hiperemesis abdominalis 1.3.2 Mengetahui bagaimana etiologi hiperemesis abdominalis. 1.3.3 Memaparkan bagaimana patofisiologi hiperemesis abdominalis. 1.3.4 Menjelaskan bagaimana Klasifikasi dan diagnosis hiperemesis abdominalis. 1.3.5Menjelaskan bagaimana prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan hiperemesis abdominalis
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari -hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendicitis, pielititis, dan sebagainya ( Joseph HK, M. Nugroho S. 2010;161) Hipeemesis Gravidarum juga dapat diartikan keluhan mual muntah yang dikatagorikan berat jika ibu hamil selalu muntah setiap kali minum ataupun makan. Akibatnya, tubuh sangat lemas, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, aktifasi sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menurun. Meski begitu, tidak sedikit ibu hamil yang masih mengalami mual muntah sampai trimester ketiga (Rukiyah, dkk, 2010;h.118) Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi. Biasanya mual terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung kurang lebih selama 10 minggu. Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistematik, dehidrasi dan penurunan berat badan, hiperemesis gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan Insiden dari hiperemesis gravidarum adalah 0,5-10/1.000 kehamilan. Kemungkinan terjadinya penyakit ini adalah tinggi pada orang kulit putih (16/1.000 kelahiran )dan rendah pada orang kulit hitam (17/1.000 kelahiran ).
Penyakit ini rata-rat muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu .(Fadlun, dkk, 2011;h..39)
2.2 Etiologi Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan
oleh
kekurangan
vitamin
serta
zat-zat
lain
akibat
inanisia.Beberapa faktor predisposisi dan factor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut. a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulakan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormone khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic. c. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organic. d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.(Rukiyah, dkk, 2010;h.118-119) Menurut Teori Psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan gangguan psikologik yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak di rencanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan hal
tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum. (Runiari, 2010;h.9)
2.3 Patofisiologi Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormone hormone esterogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung bebulan-bulan. Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokoremik. Belum jelas mengapa gejalagejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping itu pengaruh hormonal. Yang jelas, Wanita yang sebelum kehamilan sesudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karna oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis denagn tertimbun nya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi mual-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender dan esofagus dan lambung(Sindroma Mallory-Weiss), Denagn akibat perdarahan gastro intestinal. Pada umunya robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfuse atau tandaka operatif. 2.4 Klasifikasi Hiperemesis gravidarum berdasarkan berat ringannya di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu: a. Tingkat I Ringan di tandai dengan muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang lidah mengering dan mata cekung. b. Tingkat II Sedang penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris
berat
badan
turun
dan
mata
cekung,
tensi
turun
dan
hemokonsentrasi,oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula di temukan dalam kencing. c. Tingkat III Berat keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan samnolen sampai koma nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf yang di kenal sebagai ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati (Rukiyah, dkk, 2010:121122).
2.5 Diagnosis Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa
pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat. Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hati, ginjal, dan penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai penyakit . ( Manuba, 2010;h.230 ) Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebi yang dapat pula memberikan gejala muntah. 2.6 Komplikasi Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, a. Komplikasi pada ibu Menurut Setiawan (2007) dalam Ai Yeyeh, dkk (2010. 128) ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan mukosa pada hubungan
asam basa, pneumini aspirasi, robekan
gastroesofagi yang menyebabkan peredaran rupture
esophagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal. b. Komplikasi pada janin Menurut Setiawan (2007) dalam Ai Yeyeh, dkk (2010.129) pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang. Winkjosastro (2005) Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tetapi jika sepanjang
kehamilan
si ibu menderita
hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Prematur hingga abortus. Hal ini didukung oleh pernyataan Gross et al dalam Ai Yeyeh, dkk (2010, 129) menyatakan bahwa ada peningkatan
peluang retradasi pertumbuhan
intaruterus jika ibu mengalami penurunan berat bada sebesar 5 % dari berat badan sebelum kehamilan, karena pola pertumbuhan janin tergangu oleh metabolisme maternal. Menurut Tiran (2008) dalam Ai Yeyeh, dkk (2010, 129).Terjadinya pertumbuhan janin terlambat sebagai akibat kurangnya pemasokan oksigen dan makanan yang kurang adekuat dan hal ini mendorong terminasi kehamilan lebih dini (Wiknjosastro, 2005). Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu pada waktu hamil berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Apabila makanan yang dikonsumsi ibu kurang dan keadaan gizi ibu jelek maka besar kemungkinan BBLR, menurut Chase dalam Ai Yeyeh, dkk (2010, 128) konsekuesinya adalah bayi yang lahir kemungkinan meninggal 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir normal. Admin (2007) dalam Ai Yeyeh, dkk (2010. 129).
2.6 Prognosis Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin 2.7 Penatalaksanaan a. Pencegahan Pencegahan
terhadap
hiperemesis
gravidarum
diperlukan
dengan
jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara : a) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan. b) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan sehari-hari dalam makanan jumlah kecil tetapi sering c) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat d) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak e) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin
f) Usahakan defekasi teratur
b. Terapi obat-obatan Apabila dengan cara tersebut diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurakan adalah vitamin B1 dan B6, Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin
hidrokkloride
atau
khlorpromasin.
Penanganan
hiperemesis
gravidarum yang lebih berat perlu dikelola dirumah sakit. a) Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hnaya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadangkadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. b) Terapi psikologik Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
BAB III KASUS 3.1 Subyektif a. Identitas Berisi tentang biodata pasien dan penanggung jawab yaitu menurut nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Keluhan Utama Ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum mengalami keluhan muntah kadang kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan diminum dimuntahkan dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin .
c.
Kehamilan sekarang
Hiperemesis gravidarum dialami ketika awal hemalinan sampai umur kehamilan 20 minggu
d. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan dahulu dikaji untuk mengetahui adakah riwayat penyakit yang pernah diderita pasien berkaitan dengan factor presdiposisi, yaitu 1.
Molahidatidosa
MenurutManuaba (2009;48) menyebutka bahwa pada mola jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan hiperemesis gravidarum 2.
Diabetes
Gejala mual muntah juga disebakan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada penderita diebetes melitus (gastroparesis diabeticorm). Hal ini disebkan oleh gangguan mortilitas usus pada penderita atau pada setelah operasi vagotomi 3.
Grastitis (Muntah tanpa isi)
Vomitus yang terjadi pada saat makan atau segera sesudahnya dapat menunjukkan vomitus psikogenetik atau ulkus peptik dengan pilorospasme. Muntah yang terjadi 4-6 jam atau lebih setelah makan dan mengenai eliminasi jumlah besar makanan
yang tidak ditelan sering menunjukan retensi lambung atau gangguan esofagus tertentu. Vomitus yang bersifat proyektif atau tanpa didahului nausea menunjukan kemungkinan lesi pada sistem saraf pusat
e. Pola nutrisi Hiperemesis gravidarum menyebabkan pola makan ibu ketika awal hamil menurun dikarenakan setiap kali makan dan minum akan dimuntahkan
f. Pola aktivitas( terkait kegiatan fisik, olahraga) Pada ibu yang mengalami hiperemesis berat akan mengganggu setiap pekerjaan sehari-hari
g. Psikososial Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini
3.2 Obyektif a. Keadaan Umum Untuk menilai status keadaan umum pasien, pada pasien dengan hiperemesis gravidarum dikaji apakah ibu tampak lemah, hal tersebut merupakan tanda dan gejala hiperemesis gravidarum
b. Tingkat Kesadaran 1) Composmentis: sadar penuh, respon cukup terhadap stimulasi yang diberikan 2) Apatis: acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar 3) Somnolen : kesadaran yang rendah, tampak ,mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon terhadap rangsangan kuat 4) Sopor: tidak memberikan respon ringan maupun sedang tapi masih memberikan respon kuat ditandai reflek pupil terhadap cahaya masih positif
5) Koma: tidak dapat bereaksi terhadap stimulasi apapun 6) Delirium: tingkat kesadaran paling rendah, merona
c. Tanda Vital Tekanan darah : tekanan darah sistolik menurun Nadi : nadi meningkat sekitar 100 per menit Suhu : suhu kadang meningkat BB : berat badan menurun
d. Pemeriksaan Fisik Hiperemesis gravidarum berat bisa menyebabkan ibu sampai dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)
e. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan USG: mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, dan proteinuria
3.3 Analisa data a. Diagnosa Kebidanan : Seorang ibu Ny “N” umur .. tahun G..P..A.. UK... dengan hiperemesis gravidarum tingkat ... DS : Ibu mengatakan mual muntah yang berlebihan dan terus menerus, apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi pekerjaan sehari hari DO : Ibu terlihat pucat, mata cekung, lemas, nadi meningkat 100 kali per menit, ikterus, sianosis, dan tekanan darah menurun
b. Masalah Masalah yang muncul akibat ibu hamil dengan hiperemesis greavidarum adalah ibu merasa cemas c. Kebutuhan Informasi tentang keadaan ibu KIE tentang gizi d. Diagnosa Potensial Dignosa yang mungkin timbul dari kasus hiperemesis gravidarum adalah : Hiperemesis gravidarum tingkat II (jika pada penderita tidak segera di tangani/diobati sesegera mungkin akan mengalami hiperemesis tingat selanjutnya e. Antisipasi Masalah/Tindakan Segera Memasang infuse D5% jika keadaan ibu melemah Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
3.4 Penatalaksanaan a. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini, .
Memberitahu pada
ibu dan keluarga tentang kondisi ibu, bahwa kondisi ibu sedang lemah, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang khusus, Ibu dan keluarga telah diberitahu kondisi dan keadaan ibu saat ini b. Pasang infuse (advis dokter), Memasang infuse sebagai pengganti cairan yang hilang untuk menambah tenaga ibu karena mengandung glukosa (advis dokter). c. Berikan terapi obat dan vitamin (advis dokter), d. Anjurkan ibu untuk bedrest, Menganjurkan ibu untuk bedrest agar kondisi tubuhnya segera pulih, Ibu bersedia untuk bedrest. e. Tempatkan ibu di dalam kamar yang tenang, penerangan yang cerah, dan ventilasi udara yang baik, Menempatkan ibu di dalam kamar yang tenang, penerangan yang cerah, dan ventilasi udara yang baik agar ibu dapat beristirahat tanpa adanya gangguan f. Anjurkan
ibu
untuk
makan
dalam
jumlah
yang
kecil
tapi
sering, Menganjurkan ibu untuk makan dalam jumlah yang kecil tetapi
sering, sewaktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan jahe hangat g. Beritahu ibu untuk menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, Memberitahu ibu untuk menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak karena jenis makanan ini dapat merangsang rasa mual-mual. Ibu bersedia untuk menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak. 3.5 Evaluasi Kriteria keberhasilan :Ibu sudah tidak mual muntah dan dapat makan dan minum seperti biasa, ibu tidak pucat, nadi dan tekanan darah kembali normal, ibu sudah bisa berjalan dan tidak merasa lemas
BAB IV PEMBAHASAN Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik serta dalam proaes pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinannya. Dengan pengawasan
tersebut
dapat
diketahui
berbagai
komplikasi
yang
dapat
mempengaruhi kehamilan sehingga dapat segera diatasi. Hiperemesis gravidaraum adalah Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari , tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala –gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormone
esterogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologi menentukan berat ringannya penyakit. Berdasarkan tinjauan teori dengan data kasus yang sudah terfokus akan mempermudah untuk mengidentifikasi keadaan pasien.
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
5.2. Saran 1. Bagi klien Diharapkan melakukan control ulang/apabila sewaktu-waktu ada keluhan dan melakukan semua anjuran atau nasihat yang diberikan oleh petugas. 2. Bagi petugas Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan wewenang, dapat bekerja sama dengan klien dan dapat meningkatkan peran bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana kebidanan, lebih meningkatkan kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien, dan keluarga. 3.
Bagi pendidikan Agar dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa baik teori maupun
praktek
sehingga
mahasiswa
dapat
dengan
mudah
dan
mandiri
mengimplementasikan dengan baik dan sesuai langkah-langkah yang telah ditentukan.
DAFTAR RUJUKAN Ayu, Ida Manuaba, dkk. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC Fadlun & Achmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika Jannah, Nurul. 2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. Maryunani, Anik. 2010. Biologi reproduksi dalam kebidanan. Jakarta: Trans info media Nugraeheny, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Rihana Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti..2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis Sgravidarum : penerapan konsep dan teori keperawatan. Jakarta : Salemba Medika T.D, Niwang Ayu. 2016. Patologi dan Patofisiologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika “First trimester hyperemesis gravidarum”: A case report” (Angel Rajakumari.G1, Sunitha M2, Soli.T.K,2014. 491-493)