Hidung.docx

  • Uploaded by: Deviwahyuni
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hidung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,600
  • Pages: 15
Anatomi dan Fisiologi Hidung Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.1 Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise). 1

Gambar 2. Anatomi hidung tampak lateral dan medial 3 Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung.1 Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema ini biasanya rudimenter.1 Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung. Terdapat meatus yaitu meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.1

Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasalis adalah: 1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal, 2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius. 3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang, 4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas, dan 5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang dapat menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

2.1

DEFINISI Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang berasal baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing eksogen) tubuh yang dalam normal tidak ada. Benda asing di hidung merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok yang cukup sering

terjadi pada anak-anak.

Kebanyakan kasus benda asing asimtomatik dan terdapat sekitar 11% dari seluruh kedaruratan dibidang telinga hidung dan tenggorok.3,4 2.2

EPIDEMIOLOGI Benda asing pada hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang berusia 1-3 tahun belum terjadi koordinasi menelan dan penutupan glottis yang sempurna.3,4 Pada anak-anak juga sering ditemukan benda asing pada bagian anterior kavum nasi hingga ke bawah konka inferior dan medial. Kavum nasi kanan lebih sering terkena pada anak-anak, hal ini disebabkan oleh karena bnyak anak yang lebih dominan

memakai tangan kanan.7 Benda asing yang lazim ditemukan pada anak adalah manikmanik, kancing, karet penghapus, kelereng, kacang polong, kacang buncis, batu dan kacang tanah.1

2.3

FAKTOR PREDISPOSISI Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas, antara lain : a.

Faktor Personal : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal

b.

Kegagalan mekanisme proteksi yang normal: keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi

c.

Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologi

d.

Faktor kejiwaan, antara lain, emosi, gangguan psikis.

e.

Ukuran dan bentuk benda asing

f.

Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di hidung, persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak-anak.3

2.4

PATOGENESIS 4 Daerah hidung merupakan daerah yang mudah diakses karena lokasinya yang berada di wajah. Memasukkan badan asing ke dalam cavum nasi sering kali terjadi pada pasien anak yang kurang dari 5 tahun disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rasa penasaran untuk mengekspolarsi orifisium atau lubang. Hal ini disebabkan pula oleh mudahnya akses terhadap benda asing tersebut, kurang perhatian saat pengasuhan anak. Hal–hal lain yang menjadi penyebab antara lain kebosanan, untuk

membuat

lelucon,

retardasi

mental,

gangguan

jiwa,

dan gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). 6 Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah konka inferior atau di bagian atas fossa nasal anterior hingga ke bagian depan konka media. Benda-benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. 10,11

Gambar 7. Lokasi tersering benda asing di hidung 12 Beberapa

benda

asing

menetap

di

dalam

rongga

hidung

tanpa

menimbulkan perubahan mukosa. Namun, kebanyakan objek yang berupa benda mati menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi, erosi, dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Sekret yang tertinggal,

dekomposisi

benda

asing,

dan

ulserasi

yang

menyertai dapat

menghasilkan fetor yang berbau busuk. 16 Benda asing yang berupa benda hidup, menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di hidung dapat menimbulkan karena

iritasi

dengan

derajat

yang

bervariasi

gerakannya. Perubahan-perubahan ini apabila lebih lanjut, maka akan

memengaruhi benda asing karena dikelilingi oleh udema, granulasi, dan kotoran. 12 Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa. Kadang-kadang, reaksi inflamasi dapat menghasilkan toksik. Benda asing anorganik, menimbulkan rekasi jaringan yang lebih ringan dan lebih mudah didiagnosa dengan pemeriksaaan

radiologis

karena

umumnya

benda

asing

anorganik bersifat radiopak. 12 Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan apabila tertanam dalam jaringan granulasi yang terpapar oleh kalsium, magnesium fosfat, karbonat, dan kemudian akan menjadi rhinolith. Kadang-kadang, proses ini dapat terjadi di sekitar area mukopus dan bekuan darah. Rhinolit biasanya terletak dekat bagian basal hidung dan bersifat radiopak. Baterai cakram dapat menyebabkan destruksi pada septum nasi karena tersusun atas beberapa logam berat, seperti merkuri, zink, perak, nikel, cadmium, dan lithium. 5 Beberapa faktor dikatakan berperan dalam timbulnya komplikasi akibat baterai cakram ini antara lain interval waktu saat baterai masuk hingga dikeluarkan dan kontak antara permukaan mukosa hidung dan kutub negatif baterai (anode). Karena

itu, perforasi septum (90 jam setelah baterai masuk ke hidung) umumnya terjadi ketika adanya kontak antara mukosa hidung dan kutub negatif baterai. 5 Etiologi kerusakan jaringan diyakini terdiri atas 3 bagian, yaitu (1) perembesan substansi baterai dengan sifat korosif langsung yang menyebabkan kerusakan, (2) efek langsung ke mukosa, (3) nekrosis oleh tekanan. Dari hasil dari reaksi ini, dapat menyebabkan perforasi septum (umumnya 7 jam setelah baterai masuk ke hidung), sinekia, konstriksi, dan stenosis kavum nasi. 4 2.5

MANIFESTASI KLINIK Gejala sering tidak ada sehingga luput dari perhatian orang tua dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rhinolith disekitar benda asing. Gejala yang paling sering adalah Hidung tersumbat, Rinore unilateral dengan cairan yang kental dan berbau, Nyeri, Demam, Epistaksis, Bersin. 1,3 Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk. Hal ini dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang terjadi di sekeliling benda asing sehingga berakumulasinya jaringan epitel yang mati, sel-sel leukosit dan mediator-mediator inflamasi. Tak jarang pula akibat benda asing yang tidak segera dikeluarkan, akan menimbulkan infeksi sekunder. 12,13

2.6

DIAGNOSIS Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu lama. Gejala paling sering muncul adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan rinoskopi yaitu terlihat benda asing di kavum nasi. Penggunaan nasoendoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi jika dengan rinoskopi anterior sulit dinilai lokasi benda asing tersebut. 3,7 Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien datang dengan usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret unilateral kavum nasi yang kronik, nyeri di hidung tanpa penyebab yang jelas, atau gejala yang menyertai seperti bersin-bersin, mendengkur, dan bernapas melalui mulut. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, dan bersin. Benda asing, seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.3,7

Gambar Cara fiksasi Anak pada saat pemeriksaan THT 4

Gambar Alat yang digunakan untuk pemeriksaan hidung 4

Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan pemeriksaan penunjang. Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing berjenis metal yang memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.3 Jika fasilitas memadai, maka diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi.

Gambar Rhinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi 14

2.7

PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena biasanya pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri yang ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan.1

Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk mengeluarkan benda asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi duduk. Pada anakanak, sebaiknya dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya sambil duduk di kursi pemeriksaan agar tenang sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi.5,6 Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung, seperti dengan memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan. Dapat pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.1 Berikut ini beberapa teknik mengeluarkan benda asing di hidung. 9

a.

Persiapan sebelum melakukan Teknik Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak kooperatif.

Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus dicoba pada pasien ini.7 Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya karena dapat menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat menjadi lebih dalam. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat penting untuk memaksimalkan kemungkinan pengangkatan pada usaha pertama. Selain itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia untuk menanggulangi kebutuhan oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi aspirasi.7 Peralatan yang digunakan meliputi:7 1. Lampu kepala 2. Vasokonstriktor topical 3. Spekulum hidung 4. Bag-valve mask 5. Forseps alligator 6. Probe hooked 7. Balon kateter 8. Kuret 9. Peralatan suction Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak muncul pada pasien selama pengangkatan. 5 Namun, vasokonstriksi farmakologis dari mukosa hidung dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari benda asing di hidung. Anestesi dan

vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa epinefrin) dan 0,5% phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik mengeluarkan benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan anestesinya yaitu lidokain.5 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari 1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari laporan kasus epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di hidung cukup besar, gerakan ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran pernafasan aman.7 Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat mengakibatkan perpindahan benda asing ke posterior.7 Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung selain berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan lokasi dan bentuk benda asing tersebut.10 b. Jenis-jenis Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung 1) Instrumentasi langsung Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat, benda asing tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep alligator. Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan mudah pindah ke posterior.7

Gambar 11. Removal of foreign object using alligator forceps14

Gambar 12. Removal of a foreign object with a hooked probe 14

Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut kemudian ditarik ke depan. Shresta and Amatya melaporkan menggunakan endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing di hidung kemudian menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif.7

2) Kateter balon Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat yang tidak mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat digunakan yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6), atau Katz Extractor Oto-Rhino Foreign Body Remover (California) juga merupakan pilihan.7 Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah sama. Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly. Kemudian pasien berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter (2ml pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar). Setelah dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut tertarik.7 Teknik dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda asing di bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.8

Gambar 13. Pengunaan Forgarty Catheter 9

3) Tekanan positif

Gambar 13. Positive Pressure Tehnique for Nasal Foreign Body removal

Gambar 14. Parent Kiss for Positive Pressure Tehnique

Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve.2,3,4 Ketika topeng bag-valve digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal insuflasi udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan komplikasi seperti barotrauma di telinga dan emfisema periorbital. Tekanan positif juga memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas, paru-paru, atau membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan volume besar udara paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi yang terakhir belum dilaporkan.2,11

4) Tekanan Negatif (Suction)

Gambar 15. Ilustration of suction nasal

Gambar 16. Remove foreign body nasal using Vacutract suction device

Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang diberikan pada pasien biasanya yang bertekanan 100-140 mmHg.11

5) Lem atau Perekat Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil haruslah yang kering dan terlihat sehingga risiko kontak dengan mukosa sekitar benda asing dihidung minimal.11

Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan tipis ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel benda asing selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung dapat dengan mudah terluka oleh lem tempatnya.8

Gambar 16. Cyanoacrilate glue

Gambar 17. Cyanoacrilate glue for removing body foreign

6) Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan biasanya apabila riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis. Pemilihan alat atau instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut. Forcep alligator dapat digunakan terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan memiliki sudut yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes, dan loop dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara umum, benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum. Namun, jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke dokter spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor atau massa.7,8

Gambar 18. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator 13

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat terus

masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat.1 Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.1

c.

Penatalaksanaan benda asing hidung yang tidak hidup 1) Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat merupakan hal yang sulit karena tidak mudah untuk mencengkram benda asing tersebut. Serumen hook yang sedikit dibengkokkan merupakan alat yang paling tepat untuk digunakan. Pertama-tama, pengait menyusuri hingga bagian atap cavum nasi hingga belakang benda asing hingga terletak di belakangnya, kemudian pengait diputar ke samping dan diturunkan sedikit, lalu ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa keluar. Selain itu, dapat pula digunakan suction. Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu, benda asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah yang menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadaan yang gawat. Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus. 2) Suction (teknik tekanan negatif) biasanya digunakan apabila ekstraksi dengan forsep atau hook tidak berhasil dan juga digunakan pada benda asing berbentuk bulat. Suction dapat dengan mudah ditemukan pada bagian emergensi dan kemudian diatur pada tekanan 100 dan 140 mmHg sebelum digunakan. 3) Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung lainnya seperti spons dan potongan kertas dapat diekstraksi dengan menggunakan forsep. 4) Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan dapat diekstraksi dengan menggunakan pengait tumpul. 5) Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat digunakan cara: pasien dapat mengeluarkan benda asing hidung tersebut dengan cara menghembuskan napas kuat-kuat melalui hidung sementara lubang hidung yang satunya di tutup. Jika cara ini tidak berhasil atau benda asing pada hidung tersebut terdapat pada pasien pediatrik yang tidak kooperatif, maka dapat digunakan ventilasi tekanan positif melalui mulut. Pada teknik ini, orang tua penderita melekatkan mulutnya ke mulut anaknya, lalu menutup lubang hidung yang tidak

terdapat benda asing dengan jari, lalu meniupkan udara secara lembut dan cepat melalui mulut. Walaupun secara reflex epiglottis anak akan tertutup untuk melindungi paru-paru dari tekanan, penting diperhatikan bahwa tidak boleh diberikan hembusan bertekanan tinggi dan volume yang banyak.

d. Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup 1) Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada kasus benda asing hidup berupa cacing, larva, dan lintah, penggunaan kloroform 25% yang dimasukkan ke dalam hidung dapat membunuh benda asing hidup tersebut. Hal ini mungkin harus kembali dilakukan 2-3 perminggu selama 6 minggu hingga semua benda asing hidup mati. Setiap tindakan yang selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan dengan suction, irigasi, dan kuretase. 8, 2) Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang tinggi, dilakukan operasi debridement dan diberikan antibiotik parenteral, serta Ivermectin (antiparasit) dapat dipertimbangkan. Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan, pemeriksaan yang teliti harus dilakukan untuk mengeksklusi kehadiran benda asing lainnya. Orang tua juga harus diberikan edukasi untuk menjauhkan paparan benda asing hidung potensial lainnya dari anakanaknya. 8

2.8

DIAGNOSA BANDING 1. Rinolit Rinolit juga dianggap sebagai suatu benda asing tipe khusus yang biasanya diamati pada orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung membentuk suatu masa berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama atau bekuan darah. Sekret sinus kronik dapat mengawali terbentuknya masa seperti itu di dalam hidung. 2. Sinusitis Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. Biasanya, sinus diisi dengan udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan penuh dengan cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat tumbuh dan menyebabkan infeksi. Kondisi yang dapat menyebabkan penyumbatan sinus termasuk pilek, alergi

rhinitis (pembengkakan selaput hidung), polip hidung (pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau septum menyimpang (pergeseran dalam rongga hidung). Manifestasi Klinis : a) Gejala Utama : 1. Nyeri wajah/tekanan 2. Hidung tersumbat 3. Batuk 4. Menurunnya penciuman b) Gejala Tambahan 1. Demam 2. Bau mulut 3. Kelelahan 4. Sakit gigi

3. Polip Polip hidung adalah lesi abnormal yang berasal dari bagian manapun dari mukosa hidung atau sinus paranasal. Polip merupakan hasil akhir dari berbagai proses penyakit pada rongga hidung. Polip yang paling sering dibahas adalah lesi jinak semitransparan hidung yang timbul dari mukosa rongga hidung atau dari satu atau lebih sinus paranasal, sering pada saluran keluar sinus. Manifestasi Klinis : a. Mudah merasakan sakit kepala b. Hidung tersumbat yang menetap dan selalu terasa akan adanya lendir pada sinus hidung c. Sering mengeluarkan lender dari hidung seperti gejala influenza d. Daya penciuman menurun e. Rongga hidung sering terasa gatal dan sering bersin f. Mata berair sebab alergi

4. Neoplasma maligna Gejala yang menyolok adalah nasal obstruction yang bersifat unilateral dan nasal bleeding. Kadang-kadang ulserasi awal dan nasal bleeding terlihat lebih dulu sebelum nasal obstruction, terutama pada tumor kavum nasi yang anaplastik.

Diagnosis ditegakkan dengan biopsi yang diambil dari bagian yang tidak nekrotis. Perlu diagnosis sedini mungkin, maka bila ada kecurigaan kearah malignansi, biopsi perlu segera dilakukan.

2.9

KOMPLIKASI Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda asing pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi hingga menyebabkan hidung mengeluarkan sekret yang muko purulen dan mengalami obstruksi. Benda asing juga dapat menyebabkan infeksi pada mukosa hidung. Tidak jarang pasien datang dengan sudah adanya perforasi septum.13 Pada pasien dengan benda asing yang tidak dikeluarkan, akan mencetuskan terjadinya rhinolithh. Rhinolithh terjadi karena adanya benda asing yang telah lama tinggal dalam hidung (misalnya sejak kecil), kemudian terbungkus oleh endapan garam-garam kalsium atau magnesium sebagai ikatan fosfat atau karbonat yang berasal dari lacrima. Kalsifikasi benda asing di hidung dulunya dikenal dengan rhinolith palsu (false rhinoliths) atau rhinolith benar (true rhinoliths). Saat ini, istilah-istilah ini telah digantikan oleh eksogen dan endogen, tergantung apakah ada atau tidak ada inti. Rhinolith dapat terbentuk dari bahan di luar tubuh manusia yang masuk ke dalam hidung dan yang tersisa di dalam rongga hidung seperti batu berbentuk cherry, batu, nasal swab yang tertinggal, atau benda semacam ini yang disebut eksogen. Rhinolith endogen adalah bahan-bahan yang dikembangkan yang berasal di sekitar tubuh sendiri misalnya, gigi ektopik di sinus maksilaris, disekap tulang, bekuan darah yang mengering di rongga hidung, dan lendir mengeras. Sekitar 20% dari rhinolith berasal dari materi endogen. 14,15

2.10 PROGNOSIS Jika dilakukan tindakan dengan segera maka pada umumnya prognosis dari corpus alienum cavum nasal ini adalah baik, dan mencegah adanya infeksi sekunder. 16

More Documents from "Deviwahyuni"

Hidung.docx
October 2019 5
Esofagus.docx
October 2019 1