LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKA SENIOR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
Nama
: Indah Melati
NIM
: 0911121203
Ruangan
: Nuri 1 RSUD Arifin Achmad
Diagnosa
: Hipertensi Heart Disease
A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai dengan derajad keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna (Doenges, 2000). Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001).
2. Jenis Hipertensi Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: a. Hipertensi primer Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai factor diduga turt berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertembahnya umur, stres psikologis, dan keturunan.
b. Hipertensi sekunder Merupakan hipertensi yang penyebabnya pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormone yang merupakan factor pengatur tekanan darah.
3. Pembagian Stadium Hipertensi Kategori normal normal tinggi stadium 1 (hipertensi ringan) stadium 2(hipertensi sedang) stadium 3 (hipertensi berat) Stadium 4 (hipertensi maligna)
Tekanan darah sistolik < 130 mmHg 130-139 mmHg 140-159 mmHg 160-179 mmHg 180-209 mmHg ≥ 210 mmHg
Tekanan darah diastolik < 85 mmHg 85-89 mmHg 90-99 mmHg 100-109 mmHg 110-119 mmHg ≥120 mmHg
4. Etiologi Hipertensi Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain (Yogiantoro, 2006): 1. faktor genetic 2. umur 3. jenis kelamin 4. etnis / RAS 5. stress 6. obesitas dan 7. nutrisi
5. Komplikasi Hipertensi Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi adalah (Hoeymans, 1999.): a. Penyakit jantung (mis: penyakit jantung kongestif, angina pectoris, MCI) b. Ensefalopati hipertensi c. Gagal ginjal kronik d. Retinopati hipertensif e. Penyakit pembuluh darah perifer.
B. Hipertensi Heart Disease 1. Definisi Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit yang disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol dan tidak diobati sehingga merusak otot jantung. Penyakit jantung hipertensi cenderung menyerang laki-laki.
2. Etiologi Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na; b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat; c. Stress Lingkungan; d. Hilangnya elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
3. Manifestasi Klinis Penderita menunjukkan gejala-gejala hipertensi seperti: a. Palpitasi b. sakit kepala c. lemas d. hypertensive retinophaty (adanya kelainan pembuluh darah retina), disertai hipertensi yang tinggi e. adanya tanda-tanda payah jantung (terutama menunjukan payah jantung ventrikal kiri) Gejala klinik terutama disebabkan oleh kongesti dan edema paru-paru akibat stasis darah vena pada paru-paru, terdiri atas: a. dyspnoe paroxysmal malam hari b. dyspne
c. orthopnoe d. batuk, dan e. hemoptysis.
4. Patofisiologi Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer. Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
WOC: Hipertensi yang tidak terkontrol
Kerusakan otot jantung
Penebalan otot jantung & pembesaran jantung
Kerusakan pembuluh darah koroner
Penyakit jantung hipertensi
5. Pemeriksaan Penunjang a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan
dapat
mengindikasikan
faktor
resiko
seperti:
hipokoagulabilitas, anemia. b. BUN / kreatinin: Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. c. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. d. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor serebral, enselopati f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.. g. Foto dada: Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
6. Analisa Kebutuhan Pasien a. Aktivitas/Istirahat Kaji gejala kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup yang monoton. Dapat ditandai dengan frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi Kaji adanya riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup, penyakit serebrovaskular, adanya palpitasi dan perspitasi. Dapat ditandai dengan: 1) Kenaikan TD (diperlukan untuk menegakkan diagnosa) 2) Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat) 3) Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis; adanya perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. 4) Bunyi jantung: terdengar S2 pada dasar; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). 5) Murmur stenosis valvular. 6) Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri). 7) DVJ (distensi vena jugularis)/ kongesti vena 8) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi). 9) Kulit pucat, sianosis, dan diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma). c. Integritas Ego Adanya riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik (indikasi kerusakan serebral). d. Eliminasi Adanya gejala gangguan batu ginjal saat ini atau yang lalu. e. Makanan/Cairan Kaji makanan yang mungkin biasa di konsumsi dalam keadaan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol atau kandungan makanan yang tinggi kalori. Adanya reaksi mual/muntah, perubahan berat badan naik/turun, riwayat pengguna diuretik. Ditandai dengan adanya edema, kongesti vena, DVJ; glikosuria(10% hipertensi penderita diabetik).
f. Neorosensori Gejala
yang
mungkin
timbul
pusing,
sakit
kepala
suboksipital,
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh gangguan penglihatan, mengalami epistaksis. g. Nyeri/Ketidaknyamanan Ajarkan klien tehnik relaksasi napas dalam untuk mengurari nyeri yang mungkin hilang timbul pada tungkai/klaudikasi, pernah terjadi nyeri berat, Adanya nyeri abdomen. Jelaskan kepada klien penyebab nyeri yang dirasakan. Kolaborasi pemberian analgesik setiap 3-4 jam. h. Keamanan Adanya gangguan koordinasi cara berjalan, adanya gejala hipotensi postural, riwayat parestesia unilateral transien.
7. Diagnosa keperawatan a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi b. Ketidaknyamanan: nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskular serebral. c. Intoleren aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan b.d masukan berlebihan sehubung dengan kebutuhan metabolik. e. Koping individu tidak efektif b.d sistem pendukung tidak adekuat. f. Kurang pengetahuan (butuhan belajar), mengekenai kondisi, rencana pengobatan
8. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi
Tujuan & Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam klien berpartisivasi dalam beraktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung Kriteria hasil : - TTV normal - Tidak ada hipotensi orthostatic - AGD dalam batas normal. - Edema ekstrimitas (-) - asites (-) - Suara nafas tambahan tidak ada. - Distensi vena jugularis (-)
Intervensi Intervensi mandiri: 1. Pantau TTV: Frekuensi jantung, TD.
Rasional 1.
Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan TD tergantung pada respons jantung.
2.
Catat keberadaan kualitas denyutan nadi dan warna kulit.
2.
Denyut karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek vasokontriksi dan kongesti vena.
3.
Auskultasi bunyi jantung, dan bunyi napas.
3.
S3, S4 atau krekels terjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat.
4.
Amati warna kulit, kelembapan, suhu, dan massa pengisian kapiler.
4.
Penurunan sirkulasi perifer dengan adanya pucat, dingin, kulit lembab dan massa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi/mencerminkan penurunan curah jamtung.
5.
Pertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama periode akut.
5.
Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan menurunkan frekuensi kerja jantung.
6.
Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam melakukan aktifitas perwatan diri.
6.
Penghematan energi menurunkan kerja jantung.
7.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, tekankan pentingnya menghindari regangan/angkat berat khususnya selama defekasi.
7.
Manuver valsava meningkatkan rangsangan vagal, menurunkan kerja jantung yang mengganggu curah jantung.
8.
dorong pelaporan cepat pada nyeri untuk upaya pengobatan sesuai indikasi.
8.
Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsangan simpatis.
9.
Catat/pantau kerugian respons obat, catat TD, frekuensi jantung dan irama.
Intervensi kolaborasi: 10. Berikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
9.
Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress ventrikuler.
10. Meningkatkan seandainya oksigen untuk kebutuhan miokard untuk memperbaiki kontraktilitas, menurunkan iskemia, dan kadar asam laktat.
11. Berikan obat-obat sesuai indikasi: Penyekat 11. Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat Saluran Kalsium: Ditiazem, nifedipin, saluran kalsium berperan penting dalam mencegah verapamil. dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri - Penyekat beta: atenolol, nadolol, koronerdan menurunkan tahanan veriver. propanolol, esmolal. 12. Diskusikan tujuan dan sikap untuk menekankan tes dan keteterisasi jantung bila di indikasikan.
12. Tes stress memberikan informasi tentang ventrikel sehat/kuat yang berguna pada penentuan tingkat aktivitas yang tepat.
13. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium 13. Dapat menangani retensi cairan dengan respons sesuai indikasi. hipertensif untuk menurunkan beban kerja jantung. Gangguan rasa nyaman:nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskular serebral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam klien melaporkan nyeri/ketidak nyamanan hilang/terkontrol Kriteria hasil: - Klien menyatakan nyeri hilang/berkurang.
Intervensi mandiri: 1. Pertahankan tirah baring pada pasien selama fase akut.
1.
Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2.
Menurunkan tekanan vaskular serebral dan memperlambat respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3.
menurunkan/ mengontrol nyeri
1. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, gula sesuai indikasi.
1.
Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya sklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi & komplikasinya.
2. Kaji ulang masukan kalori harian dan
2.
Membantu dalam menentukan kebutuhan individu
2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misal; kompres hangat, pijat, relaksasi. Kolaborasi 3. Berikan analgetik sesuai indikasi
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan b.d masukan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam klien mengidentivikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
berlebihan sehubung dengan kebutuhan metabolik.
Intoleren aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
pilihan diet. Kriteria hasil: - menunjukkkan perubahan pola makan - melakukan/ mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual
Setelah dialakukan tindakan keperawatan selama 2x8 jam klien mampu melakukan aktivitas minimal Kriteria hasil: - Klien terlihat segar - Suplai dan kebutuhan oksigen terpenuhi
untuk penyesuaian atau penyuluhan.
3. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan & dimana makan dilakukan & lingkungan sekitar pasien.
3.
Memberikan data dasar keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien dapat mengontrol perubahan.
4. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan kolesterol.
4.
Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas
1. Menyebutkan para meter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stres aktivitas
2. Instruksikan klien untuk tenang penghematan energy
2. Membantu keseimabangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi
3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2001). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: Penerbit buku: EGC. Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien. Jakarta: Penerbit buku: EGC. Gray. H. Huon & Dawkins. D. Keith (2002). Kardiografi. Jakarta: Erlangga. Potter, P. A., & Perry, A. G .(2005). Fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC. Yasmin, A. N. G. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit buku: EGC.