TUGAS ETNOZOOLOGI HEWAN VERTEBRATA YANG DIMANFAATKAN SEBAGAI OBAT
OLEH
WAHYU CANDRA EKA PRAPTI LUH ANI FEBRIANTI AYU CITRA DEWI NI KOMANG TRI WIDIANINGSIH GUSTI AGUNG ANINTYA NOFIANTI
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HINDU INDONESIA DENPASAR 2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Sampai saat ini telah diketahui bahwa sekitar 12% mamalia, 17% aves, 25% pisces, 15% insekta dan 15% tumbuhan berbunga ditemukan di Indonesia (Wahyono dan Edi, 2006). Menurut Biodiversity Action Plan for Indonesian, 16% dari amphibi dan reptil dunia terdapat di Indonesia dengan jumlah lebih dari 1100 jenis, sehingga Indonesia menjadi negara yang mempunyai jumlah amphibi dan reptil terbesar di dunia. Tetapi jumlah tersebut diperkirakan masih jauh di bawah keadaan yang sebenarnya (Iskandar and Erdelen, 2006). Reptil sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu contohnya yaitu ular merupakan sumberdaya fauna yang banyak dimanfaatkan sebagai salah satu komoditi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Ular dimanfaatkan antara lain sebagai bahan percobaan medis, satwa peliharaan, bahan kerajinan (tas, sepatu, tali pinggang, dan lain-lain) dan dikonsumsi (Situngkir, 2009). Amphibi juga memberikan manfaat bagi manusia, seperti sebagai sumber protein hewani ataupun manfaat tak langsung sebagai bagian dari rantai makanan. Di beberapa negara berkembang katak dijadikan sebagai komoditi penting yang diekspor ke negara maju, salah satu contohnya yaitu produksi paha katak beku yang diekspor oleh Indonesia ke negara-negara Eropa yang 80% diantaranya adalah hasil tangkapan dari alam (Kusrini dan Alford, 2006). Sekresi kulit dari beberapa jenis amphibi juga dikembangkan sebagai antibiotika dan obat penghilang rasa sakit (Stebbins and Cohen, 1995). Indonesia juga dikenal dengan keberagaman budayanya. Salah satu budaya turun temurun yang ada di Indonesia yaitu budaya pengobatan tradisional. Penggunaan bahan alam sebagai obat telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang
meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sukandar, 2006). Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1992 obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turuntemurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional baik berupa jamu maupun tanaman obat keluarga masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah ke bawah. Bahkan dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature) (Katno, 2008). Di Sumatera Barat dapat ditemukan pengobatan tradisional pada masingmasing kota, namun belum banyak informasi yang didokumentasikan. Hal ini berbeda dengan pengobatan tradisional pada daerah lain seperti hasil Susenas 1995 yang menjelaskan penggunaan obat tradisional oleh masyarakat untuk pengobatan di DKI Jakarta 2,76%, di D.I Yogyakarta 3,19%, dan Jawa Timur 5,59%. Obat tersebut dibuat oleh warga dari daerah lain di DKI Jakarta 0,48%, di DI Yogyakarta 3,77% dan di Jawa timur 1,81% (BPS, 1995). Hasil Susenas tersebut dapat menjadi bukti bahwa pengobatan tradisional masih banyak digunakan oleh masyarakat dan juga pada kalangan tertentu termasuk kalangan intelektual (Santoso, 1998).
1.2 Rumusan masalah Apa saja jenis hewan vertebrata yang dapat digunakan sebagai obat?
1.3 Tujuan Mengetahui jenis hewan vertebrata yang dapat digunakan sebagai obat.
BAB II ISI
Hewan-hewan vertebrata banyak dijumpai di masyarakat yang digunakan sebagai obat, selain itu banyak dijual dalam bentuk minyak dan daging yang diolah maupun yang mentah. Berikut beberapa hewan vertebrata yang digunakan sebagai obat pada umumnya : 1. Kadal kebun/Bengkarung Kadal mempunyai karakteristik diantaranya, tubuh memanjang, tertekan lateral, badannya tertutup oleh squama yang menanduk dan tidak berlendir, mempunyai dua pasang kaki yang kuat dan dapat digunakan untuk memanjat dengan tiga digiti yang vascular, bernafas dengan pulmo dan fertilisasinya secara internal, serta mempunyai alat kopulasi berupa sepasang hemipenis. Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering dengan sisik-sisik zat tanduk dipermukaannya tanpa danya kelenjar-kelenjar lendir. Warna pada kadal dapat berbeda-beda berdasarkan lingkungan atau umur kadal itu sendiri. Klasifikasi kadal kebun/bengkarung Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Scincidae
Genus
: Eutropis
Spesies
: Eutropis multifasciata
Bagian dagaing dan kulit dari kadal kebun ini dapat diolah menjadi minyak ataupun dikonsumsi secara langsung. Minyak dan daging serta kulitnya ini diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya yaitu: a. Dapat menyembuhkan berbagai macam kulit berupa alergi, eksim dan gatalgatal. b. Dapat menyembuhkan sakit pinggang dan reumatik.
c. Dapat menyembuhkan diabetes, kusta, ambeyen, sesak nafas, koreng, eksim, asam urat, telapak kaki pecah-pecah, sakit gigi, panu dan bercak hitam di wajah. Pembuatannya dilakukan dengan cara memasak reptil menggunakan minyak goreng hingga lemak pada reptil mencair. Jika ada campuran lain (hewan atau tumbuhan) maka dimasak secara bersamaan. Minyak tersebut dikemas di dalam botol dan siap untuk dipasarkan. Penggunaan minyak reptil dilakukan dengan cara mengoleskan minyak ke bagian tubuh yang sakit hingga merata. Pengobatan dilakukansecara rutin hingga penyakit yang diderita menjadi sembuh.
2. Labi-labi/Bulus Bulus (Amyda cartilaginea) adalah jenis kura-kura berpunggung lunak dari suku Trionychidae. Keparas pada bulus terdiri dari tulang lunak dan dilapisi kulit tebal dan licin. Diameter punggung bulus sekitar 100 cm, kepala bulat, mata kecil dengan lubang hidung terdapat pada ujung belalai yang kecil dan pendek. Bulus memiliki leher yang panjang yang bisa mencapai setengah dari kerapasnya, memiliki tungkai yang berselaput, memiliki cakar yang kuat dengan kuku runcing. Bulus memiliki warna yang bervariasi mulai dari hitam, abu-abu hingga kecoklatan. Pada bulus muda terdapat bintik-bintik kekuningan, terang atau buram dengan terkadang terdapat sekitar 6-10 bercak bulat agak gelap bertepi putih yang tersusun melengkung di punggung. Pada sisi bawah tubuh bulus halus licin dengan warna keputihan. Klasifikasi dari bulus yaitu : Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Testudines
Famili
: Trionychidae
Genus
: Amyda
Spesies
: Amyda cartilaginea
Bulus dapat diolah menjadi minyak bulus dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali organ bagian dalam yang diyakini dapat mengobati lemah syahwat, ejakulasi dini dan mencegah penyakit kelamin (syphilis).
3. Katak Katak memiliki tubuh yang ramping dan berwarna hijau zaitun, hijau lumut atau hijau muda di punggungnya. Sepasang lipatan dorsolateral yang jelas, besar, berwarna kuning gading dan terkadang disertai dengan garis hitam, terdapat di kiri kanan punggung. Tangan dan kaki berwarna kuning coklat muda, dengan coreng-coreng terutama pada paha. Sisi bawah tubuh berwarna putih. Kulit licin dan halus. Kodok jantan sekitar 30-45 mm, dan yang betina 50-75 mm. Tangan dengan ujung jari melebar serupa piringan yang meruncing, yang terbesar sekitar setengah diameter timpanum (gendang telinga). Klasifikasi ilmiah: Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Rana
Spesies
: Rana erythraea
Katak ini diolah menjadi jus dengan menggunakan bagian dagingnya, yang diyakini dapat menghilangkan alergi pada kulit, gatal-gatal, penyakit kulit lainnya dan dapat menambah stamina. Proses pengolahannya yaitu katak terlebih dahulu dikuliti dan dibuang organ tubuh bagian dalam agar konsumen terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang terdapat pada hewan tersebut. Katak mentah diolah untuk dijadikan jus katak yang dicampur dengan madu, susu dan rempahrempah. Campuran tersebut bertujuan untuk menghilangkan bau amis dan membuat rasa jus lebih enak.
4. Ular Sendok Jawa/ Ular Cobra Ular bertubuh sedang hingga agak besar, kekar, dapat mencapai panjang 185 m, namun kebanyakan hanya sekitar 13 m saja. Tubuhnya hampir bulat torak, namun acap memipih datar di bagian muka; bagian di sekitar leher dapat dilebarkan serupa tudung apabila merasa terancam. Bentuk kepalanya agak jorong, sedikit lebih besar dari lehernya; dengan moncong tumpul membulat dan lubang hidung besar. Matanya berukuran sedang, dengan pupil bundar. Klasifikasi ular cobra Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Elapidae
Genus
: Naja
Spesies
: Naja sputatrix Ular cobra ini diproses menjadi minyak urut dengan menggunakan
bagian daging dan kulitnya, minyak urut ini diyakini dapat menyembuhkan patah tulang, terkilir dan luka.
5. Ular Piton Ular Python reticulatus berbentuk langsing dengan lingkar tubuh yang berotot yang cenderung tetap membulat dari pada memipih seperti ular pembelit lainnya. Ular Python reticulatus ini sangat bervariasi, dengan motif jaringan atau rantai dengan warna dasar perak (abu-abu) atau perak coklat. Motif punggungnya merupakan ciri khas warna dasar dari ular ini dan bergaris tepi warna hitam dan kuning, orange atau coklat. Bintik-bintik di samping badannya berwarna terang. Seluruh tubuhnya memantulkan warna “hologram”. Klasifikasi ular piton Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Pythonidae
Genus
: Malayopython
Spesies
: Malayopython reticulatus
Ular piton ini dapat diolah menjadi kulit dan minyak dengan menggunakan daging dan kulitnya, khasiat dari produk ular piton ini diyakini yaitu sebagai berikut: a. Menyembuhkan penyakit kulit, biang keringat, luka bakar dan alergi. b. Menghaluskan kulit, menyembuhkan luka bakar, eksim, koreng, bisul, jerawat, menghilangkan flek hitam. Ular memiliki kelebihan dalam mengganti kulit mereka agar tetap bersih dan terawat. Itulah yang menjadi alasan pedagang obat tradisional untuk menjadikan kulit ular sebagai bahan obat. Pembuatan obat dari kulit ini dilakukan dengan cara sebagai berikut; ular yang didapatkan dari alam terlebih dahulu diambil kulitnya. Kulit tersebut dibersihkan dan dijemur hingga kering. Kulit itulah yang dijual oleh pedagang kepada konsumen. Pedagang hanya menjelaskan cara pemakaian kulit ular tersebut agar konsumen tidak salah dalam penggunaannya. Cara pembuatan obatnya yaitu dengan cara kulit ular dipanaskan di atas api hingga kulit ular berminyak. Setelah itu kulit ular tersebut dioleskan ke bagian tubuh yang sakit atau alergi
6. Kelelawar Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang dapat terbang. Chiroptera berarti memiliki “sayap tangan” karena kaki depannya termodifikasi sebagai sayap. Perbedaan nyata antara sayap burung dan sayap kelelawar adalah pada perluasan tubuhnya yang berdaging dan sayapnya tidak berbulu yang terbuat dari membran elastis berotot. Sayap ini dinamakan patagium, yang membentang dari tubuh sampai jari kaki depan, kaki belakang dan ekor (Medway, 1978) Saat terbang kelelawar membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan saat tidak terbang. Kelelawar memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kelelawar pemakan buah dan nektar memainkan peranan penting secara ekologi sebagai penyebar biji dan penyerbuk (Dumont and Reilly, 2004).
Kelelawar merupakan penyebar biji buah-buahan seperti sawo (Manilkara kauki), jambu air (Eugenia aquea), jambu biji (Psidium guajava), duwet (Eugenia cuminii) dan cendana (Santalum album). Jenis kelelawar yang memiliki peranan ini mayoritas adalah jenis dari famili Pteropodidae. Kelelawar juga berperan sebagai penyerbuk bunga dari tanaman bernilai ekonomis seperti durian (Durio zibethinus), bakau (Rhizophora conjugate), kapuk (Ceiba pentandra) dan mangga (Mangifera indica) (Satyadharma, 2007; Maryati, 2008). Penyerbukan bunga terbantu dengan keberadaan kelelawar, saat kelelawar memasukkan kepalanya ke dalam kelopak bunga untuk memakan madu. Serbuk benang sari bunga tersebut akan menempel di rambut kelelawar dan membuahi bunga berikutnya yang dikunjungi oleh kelelawar (Satyadharma, 2007). Klasifikasi Kelelawar : Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Chiroptera
Famili
: Pteropodidae
Genus
: Cynopterus
Spesies
: Cynopterus minutus
Bebagai penggunaan daging kelelawar sebagai obat antara lain adalah untuk penyakit asma, alergi hingga menambah stamina bagi pria maupun wanita
7. Tokek Tokek adalah salah satu jenis Gekko (semacam cicak) terbesar yang hidup hingga hari ini dengan panjang sekitar 35 cm. Badan tokek adalah silinder, dan agak gepeng di sisi atas. Kepala besar dari leher, dan mereka memiliki mata besar yang menonjol. Kelopak mata hewan ini menyatu dan transparan. Tokek merupakan sejenis reptil yang biasa hidup di pepohonan atau di bebatuan. Reptil ini memiliki sebutan berbeda di berbagai daerah, seperti tokek (Sunda), teko atau tekek (Jawa), dan tokkek (Sulawesi). Sementara orang Inggris sering menyebutnya gecko atau tucktoo.
Secara morfologi, tokek memiliki warna kulit yang beragam, dari abu kebiruan hingga kecoklatan, yang dihiasi dengan bintik-bintik berwarna merah hingga jingga. Bahkan, ada juga yang berwarna putih susu atau kuning polos (albino), hitam polos, dan belang hitam putih. Jika disentuh, sisi punggungnya terasa kasar. Bagian punggung tersebut diselimuti oleh bintil-bintil berukuran besar. Sementara itu, sisi bawah tubuh berwarna abu-abu biru kekuningan atau keputihan. Bentuk pangkal ekor tokek cenderung membulat, dengan enam baris bintil di atasnya yang terlihat belang. Kulit bertindak sebagai lapisan pelindung yang mencegah tokek dari dehidrasi. Klasifikasi tokek : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Famili
: Geckonidae
Genus
: Gecko
Spesies
: Gecko gecko (Mukayat, 1989)
Tokek dipercaya dapat mengobati asma, penyakit kulit dan menambah stamina, bahkan menurut penelitian daging tokek juga dapat menambah kekebalan tubuh yang juga membantu menghancurkan sel-sel tumor maupun kanker.
8. Tupai Tupai adalah segolongan mamalia kecil yang mirip bajing. Secara ilmiah, tupai tidak sama dan jauh kekerabatannya dengan keluarga bajing. Perbedaannya dengan bajing yaitu, tupai tidak mempunyai kumis yang panjang. Moncongnya pun lebih panjang dan meruncing serta tidak mempunyai sepasang gigi seri yang besar berbentuk pahat. Seperti bangsa bajing, bangsa tupai umumnya aktif mencari makan pada siang hari. Tupai umumnya pandai memanjat dan memiliki indera penglihatan, pendengaran dan penciuman yang baik. Makanannya terdiri dari serangga dan buah-buahan, namun kadang kala juga memakan bagian tumbuhan dan binatang lain. Tupai memiliki otak relatif
besar. Rasio besar otak berbanding besar tubuh yang terbesar pada makhluk hidup, bahkan mengalahkan manusia. Tupai memiliki Tubuh kecil dan ramping, kepala dan tubuh sekitar 15cm, ekor sekitar 18 cm. Di belakangnya sering kali terjuntai ekor di atas punggungnya, lebar, tegak, berumbai dan hampir sama panjang dengan badannya. Berkat ekor panjangnya, tupai dapat melompat dari satu pohon ke pohon yang lain tanpa kehilangan keseimbangan. Habitat Tupai hidup hampir semua habitat dari tropis hutan hujan ke semi kering padang pasir, dan hanya menghindari daerah kutub tinggi dan gurun terkering. Tupai kebanyakan hidup di hutan-hutan Eropa dan Amerika Utara dan ada juga di Pulau Kalimantan (Borneo). Dari segi lokasi para tupai memilih bersarang di tempat atau pohon yang lebat berfungsinya melindungi diri dari hujan dan keselamatan dari bahaya.Tupai ini tergolong binatang pintar dilihat dari cara mereka membangun sangkarnya. Mereka membuat sangkar berbentuk lingkaran dan hanya ada satu jalan keluar. Didalam lingkaran itualah mereka beristirahat dan bereproduksi. Bahan-bahan sangkarnya pun tergolong bahan bahan halus seperti kapas dan daun pisang yang sudah matang. Anatomi Tupai mempunyai moncong (bagian muka, mulut, dan hidung) sangat panjang, bulu ekor tidak terlalu tebal. Secara anatomi memiliki bagian: esophagus, ventriculus, intestinum tenue, coecum, vesica fellea, hepar, pancreas, glandula suprarenalis, ren, ureter, ovarium, oviduct, lien, dan uterus musculinus. Keseluruhan organ akan membentuk suatu sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem urogenital dan terakhir sistem saraf. Klasifikasi Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Scandentia
Famili
: Tupaiidae
Genus
: Tupaia
Spesies
: T. javanica
Manfaat daging tupai untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti diabetes, kanker, reumatik dan penyakit lever apabila rutin dikonsumsi.
9. Kelinci Kelinci merupakan salah satu komoditi peternakan yang potensial sebagai penyedia daging. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Kelinci jugamempunyai kualitas daging yang baik dengan kadar protein yang tinggi (20,1%). Namun kadar lemak dan kolesterol rendah dibanding dengan daging dari ternak lain. Kandungan lemak kelinci sebesar 8 %, sedangkan daging ayam, daging sapi, daging domba dan daging babi masing-masing 12 %, 24 %, 14 % dan 21 %. Kadar kolesterol daging kelinci sekitar 164 mg/100gram, sedangkan daging ayam, domba, sapi, kambing dan babi berkisar 220-250 mg/100 g daging. Kandungan protein daging kelinci mencapai 21 %, sementara ternak lainnya hanya17-20 %. Klasifikasi Kelinci : Kingdom : Animalia Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Lagomorpha
Family
: Leporidae
Genus
: Orytolagus
Spesies
: Orytolagus cuniculus
Protein dalam daging kelinci sangatlah tinggi, sedangkan kalorinya rendah. Daging kelinci memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan anda. a) Banyaknya kandungan protein yang baik bagi tubuh dan sangat baik dikonsumsi anak dalam masa pertumbuhan (protein memaksimalkan pertumbuhan anak) dan bagi lanjut usia sangat baik dikonsumsi untuk memelihara atau menjaga kesehatanmasa tua. b) Bagi penderita asma, senyawa molekul pada bagian organ hati kelinci bisameredakan atau melenyapkan penyakit asma dengan cara
pengolahan direbusuntuk dapat mempertahankan kandungan gizi dari hati kelinci tersebut. c) Dapat mencegah kanker karena memiliki kandungan niasin (8,43 mg/100 gr bahan, setara dengan 42% dari total kebutuhan harian), vitamin
B12
(8,3
ug/100
dengan kadar 38,5 ug/100 g
gr
bahan)
dan
bahan setara dengan
selenium 55%
dari
(Se) total
kebutuhan harian tubuh.
10. Berbagai jenis ikan a. Ikan Tuna Tuna (Thunnus sp.) merupakan jenis ikan laut pelagis yang termasuk dalam keluarga Scombroidae. Tubuh ikan ini seperti cerutu, mempunyai sirip punggung, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Ditjen Perikanan, 1983) Tuna terdiri dari 5 spesies yaitu Albacore (Thunnus alalunga), Yellowfin Tuna (Thunnus albacores), Tuna Sirip Biru/Southtern Bluefin Tuna (Thunnus macoyii), Big eye Tuna (Thunnus obesus), Longtail Tuna (Thunnus tongkol) (Saanin, 1984). Klasifikasi ikan tuna (Thunnus sp.) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Teleostei
Ordo
: Perciformes
Genus
: Thunnus
Species
: Thunnus alalunga (Albacore)
Thunnus albacores (Yellowfin Tuna) Thunnus macoyii (Southtern Bluefin Tuna) Thunnus obesus (Big eye Tuna) Thunnus tonggol (Longtail Tuna).
Ikan tuna kaya akan asam lemak Omega-3, kandungannya 28 kali lebih banyak daripada ikan air tawar. Zat ini berperan penting dalam proses pertumbuhan sel-sel saraf, termasuk sel otak dan sangat penting bagi anakanak. Selain itu, Omega 3 mampu menurunkan kadar kolesterol darah dan menghambat proses terjadinya aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah). Dengan mengonsumsi 30 gram tuna tiap hari, dapat mencegah risiko kematian hingga 50 persen.
b. Ikan Teri Ikan teri atau ikan bilis merupakan sekelompok ikan laut kecil anggota keluarga Engraulidae. Ikan teri memiliki ciri bermoncong tumpul dengan gigi kecil dan tajam pada kedua-dua rahangnya. Ikan pemakan plankton ini kerap identik dengan makanan rakyat bawah, padahal ikan teri ini memiliki banyak manfaat, salah satunya dapat mencegah osteoporosis atau pengeroposan tulang. Klasifikasi Ikan teri : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Class
: Pisces
Ordo
: Malacopterygii
Famili
: Clupeidae
Genus
: Stelesphorus
Spesies
: Stelephorus Sp
c. Ikan Tenggiri Tenggiri adalah nama umum bagi sekelompok ikan yang tergolong ke dalam marga Scomberomorus. Ikan ini merupakan kerabat dekat tuna,
tongkol, madidihang, dan ikan kembung. Tenggiri banyak disukai orang karena kelezatannya, khususnya bagi masyarakat Palembang yang identik dengan mpek-mpeknya. Klasifikasi : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Percomorphi
Famili
: Scombridae
Genus
: Scomberomorus
Spesies
: Scomberomorus commersonii
Banyak orang memanfaatkan tenggiri hanya sebatas konsumsi seharihari. Padahal ikan yang termasuk kelompok pemangsa ini menyimpan banyak manfaat, mulai dari: sirip, jeroan, daging, hingga durinya. Ikan tengiri memang mengandung protein hewani yang sangat tinggi. Namun jika campuran bumbu dan penyedap serta pengolahan ikan tengiri yang salah ternyata dapat menyebabkan khasiat tengiri malah turun hingga 60%. Walaupun demikian, jika dikonsumsi secara teratur ikan tengiri dapat menghambat radang tenggorokan (bronchitis) ringan hingga sedang. Selain radang tenggorokan, tenggiri juga dapat menyembuhkan asma, khususnya di bagian sekitar ekor dan sirip. Pengolahannya cukup direbus dengan sedikit garam hingga matang, air rebusannya juga dapat digunakan. Pengobatan tersebut dapat dilakukan beberapa kali hingga menunjukkan hasilnya. Ikan tenggiri juga mampu mengobati linu di sekitar kaki, khususnya bagi para manula. Daging yang terletak disekitar insanglah yang mengandung zat pereda ngilu dan linu persendian.
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
3.1 SIMPULAN Golongan vertebrata yang dimanfaatkan sebagai obat adalah kadal, labilabi, katak, kelelawar, tokek, tupai, kelinci, ular kobra, ular piton, ikan tuna, ikan tenggiri, ikan teri.
3.2 SARAN Obat tradisional baik berupa jamu maupun tanaman obat keluarga masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah ke bawah. Bahkan dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan semakin meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature). Diharapkan ada penelitian-penelitian tentang pemanfaatan hewan khususnya vertebrata dalam pemanfaatannya sebagai obat, sehingga penggunaanya lebih meyakinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arisnagara, F. 2009. Pemanfaatan Reptil sebagai Obat dan Makanan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bandung. Biro Pusat Statistik,1995. Statistik Kesehatan. Biro Pusat Statistik Jakarta. Indonesia. Iskandar, D.T. and W. R. Erdelen. 2006. Conservation of Amphibians and Reptiles in Indonesia: Issues and Problems. Amphibian and Reptile Conservation 4 (1) : 60-87. Katno, P. S. 2008. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. Fakultas Farmasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Kusrini, M. D. and R. A. Alford. 2006. Indonesia’s exports of frogs’ legs. Traffic Bull. Bogor. Kusrini, M. D., A.U.Ul-Hasanah dan W. Endarwin.2008.Pengenalan Herpetofauna - Disampaikan Pada Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santoso, S. S. 1998. Profit Penderita Diabetes mellitus Yang Berobat ke Pengobatan Tradisional di DKI Jakarta. DI Yoyakarta. Situngkir, S. 2009. Perdagangan dan Pemanfaatan Ular Secara Tradisional di Wilayah Bogor.[Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Stebbins, R. C. and N. W. Cohen. 1995. A Natural History of Amphibian. Princeton University Press. New Jersey. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif.Alfabeta, Bandung. Sukandar, E. Y.2006. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-KlinikTeknologi Kesehatan. http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies45.pdf. Sundari, W.S. 2011. Etnobotani Upacara Adat Batagak Panghulu Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat.[Skripsi]. Universitas Andalas. Padang.
Wahyono, E dan H. Edi. 2006. Panduan Pendidikan Konservasi Alam dan Lingkungan Hidup. Conservation International Indonesia. Jakarta