KATA PENGANTAR
A
tAs tuntunan Ida sang Hyang Widhi Wasa/tuhan yang Maha Kuasa, buku ini dapat dirampungkan dalam tenggang waktu yang direncanakan. Pemikiran untuk menulis buku yang diberi judul : “ Kebun Eka Premana” ini berawal dari hobby penulis menanam dan memelihara tumbuh-tumbuhan di sekitar rumah kemudian disertai kesadaran bahwa memelihara tanaman itu sangat penting, pertama untuk melestarian lingkungan, kedua untuk mengenali secara lebih jauh tentang berbagai manfaat dari tanaman tersebut, dan ketiga, menggunakannya untuk konsumsi sendiri (untuk obat, untuk keperluan upakara, ataupun untuk membuat lingkungan itu asri dan sejuk). Usaha menanam dan melestarikan tumbuh-tumbuhan/tanaman merupakan penerapan dari ajaran tri Hita Karana dan aplikasi dari ajaran Empu Kuturan tentang sad Kerthih (ada 6 hal yang harus disucikan), antara lain lingkungan (wana kerthih). terkait dengan hal tersebut hampir semua agama mengajarkan bahwa manusia wajib melindungi alam (lingungan), ternasuk di dalamnya alam tumbuh-tumbuhan. selain merupakan penerapan ajaran agama, menanam dan memelihara tumbuh-tumbuhan juga menunjang program penghijauan. tanaman-tanaman yang dikoleksi juga dapat dimanfaatkan iii
untuk beryadnya dalam wujud berbagi kepada warga masyarakat sekitar yang memerlukannya. Pada saat ini, penulis mencoba berbagi dalam jangkauan yang lebih luas, dengan membuat foto dari tanaman-tanaman tersebut kemudian disusun dalam bentuk buku sehingga para pembaca nanti dapat ikut mengenal berbagai tanaman, mengetahui fungsinya dan tahu dimana mendapatkannya apabila diperlukan. Diharapkan buku ini dapat berguna sebagai referensi bagi masyarakat luas, seperti anak-anak sekolah yang perlu melakukan penelitian, para sarati Banten yang sering membuat upakara, ibu-ibu yang masih memanfaatkan obatobatan herbal dan juga para pencinta tanaman. sebenarnya sudah banyak penulis buku yang menulis tentang tanaman, seperti Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Udayana telah menerbitkan buku yang diberi judul “taman Gumi Banten” memberi informasi tentang tanaman khusus untuk upakara. Dra I Gusti segotri Putra juga telah menulis buku tentang tanaman yang diberi judul” taru Premana” yang memberikan informasi tentang fungsi berbagai jenis tanaman. Gede Agus Budi Adnyana, dkk. telah menulis buku tentang tanamam khususnya yang mempunyai kekuatan magis dan mistik dalam bukunya yang berjudul: “tanaman Magis dan Mistik: Kekuatan, Manfaat, dan Fungsinya” dan banyak lagi penulis lain yang memberikan informasi tentang tanaman yang dikaitkan dengan fungsinya sebagai pengobatan herbal dan tradisional, seperti Herlina Widyaningrum beserta tim solusi Alternatif yang menulis tentang tanaman Obat Nusantara. Buku ini disusun untuk memperingati hari ulang tahun diksa yang ke-2 yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2017. sifatnya hanya memberikan informasi secara global tentang tiga katagori tanaman yaitu pertama yang tergolong tanaman hias (ornamental plants), kedua yang tergolong tanaman upakara (ceremonial plants), dan ketiga adalah tanaman-tanaman yang tergolong tanaman obat (medical plants). Dalam penggolongan ini ada beberapa tanaman iv
yang dapat dimasukkan sebagai tanaman hias juga sebagai tanaman upakara maupun tanaman obat. Jika anda membaca buku ini, sambil melihat-lihat gambar tumbuh-tumbuhan yang ditampilkan dalam setiap bab, anda juga dapat sambil menyanyikan lagu-lagu/tembang yang disajikan di bagian depan setiap bab, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Bali. seperti misalnya, di bagian awal bab II disajikan lagu anak-anak, yang dapat dinyanyikan dengan lagu seperti : “ Lihat kebunku…….”. Pada bab-bab berikutnya, tiap bab diawali dengan tembang Ginada dan sinom, disajikan bagi pembaca yang senang gaguritan. Perlu disampaikan bahwa dalam lagulagu (tembang) yang disajikan itu tidak lupa diselipi sedikit pengetahuan tentang ajaran agama Hindu yang sifatnya ringan dan sederhana, seperti misalnya konsep pangideran. Penulis berharap supaya para pembaca mendapat informasi tentang berbagai jenis tanaman dan pengetahuan tentang ajaran agama Hindu dan juga terhibur. “sambil menyelam minum air” kata orang bijak. Di bagian akhir buku ini juga dilampirkan informasi tentang upakara dan upacara “tumpek Wariga” suatu hari suci umat Hindu yang ada kaitannya dengan tumbuh-tumbuhan. semoga ada gunanya. Payangan, 15 Maret 2017 ttd Ida Bhagawan Istri Suwitra Pradnya
v
KATA PENGANTAR
K
EANEKArAGAMAN flora dan fauna adalah sumberdaya genetik tumbuhan dan hewan yang sering disebut sebagai plasma nutfah. Keberadaan plasma nutfah selalu menjadi perhatian dunia mengingat nilai penting dan multiguna plasma nutfah tersebut untuk kesejahteraan manusia dan keseimbangan ekosistem alam semesta. Perhatian yang besar terhadap keberadaan plasma nutfah dapat dilihat dengan dicanangkannya program Millinium Development Goals (MDGs) dan dilanjutkan dengan program sustainable Development Goals (sDGs) serta program inovatif lainnya yang kesemuanya didasarkan atas kesepakatan Iternasional dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati. Indonesia sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati sudah selayaknya melaksanakan perlindungan dan konservasi terhadap sumberdaya plasma nutfah terlebih lagi Indonesia telah dikenal sebagai negara Mega Biodiversitas. Berbagai aktivitas antropogenik (kegiatan yang dilakukan oleh manusia) telah memberikan tekanan yang besar terhadap keberadaan plasma nutfah Indonesia baik ragam vi
maupun kualitasnya. selain tingginya keanekaragaman hayati, Indonesia juga dilewati oleh beberapa garis Wallacea yang memberikan ciri spesifik terhadap keberagaman sumberdaya hayati pada kawasan terentu. Ciri spesifik keanekaragaman hayati dapat dilihat dari habitasi yang sangat baik berbagai flora dan fauna di berbagai pulau di Indonesia. Misalnya di Kawasan timur Indonesia terkenal dengan habitasi pohon cendana, kemiri dan sebagainya. Di Bali, selain terdapat flora dan fauna yang beragam juga terdapat flora fauna yang spesifik seperti pohon wani, salak gula pasir, dan sebagainya. tekanan yang besar terhadap keberadaan plasma nutfah di Bali juga telah terjadi sehingga keberadaan plasma nutfah tersebut semakin langka dan nyaris mengalami kepunahan. Fenomena tersebut di atas mengisyaratkan kita semua bahwa perlindungan dan konservasi terhadap plasma nutfah merupakan keharusan dan mendesak untuk dilakukan. Kehilangan sumberdaya genetik adalah kerugian yang sangat besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan manusia. tumbuhan yang beranekaragam adalah salah satu komponen lingkungan yang paling strategis. Hewan dan manusia tidak akan dapat melangsungkan hidupnya tanpa keberadaan tumbuhan. Leluhur kita secara arif telah berpesan bahwa tumbuhan adalah saudara manusia yang pertama, hanya tumbuhan yang mampu mengolah komponen anorganik seperti air dan karbondioksida menjadi bahan organik yakni karbohidrat yang akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup lainnya. Ida Bhagawan Istri suwitra Pradnya ditengah-tengah kesibukan beliau memberikan kuliah, membimbing mahasiswa s1, s2, dan s3 di Fakultas Hukum Universitas Udayana serta memberikan pencerahaan di Asrham Prasanthi Puri juga telah menulis buku yang mengandung ajakan dan himbauan untuk melakukan perlindungan dan konservasi terhadap berbagai vii
tumbuhan yang disadari telah memberikan manfaat besar bagi kehidupan dan kelestarian alam. Buku Kebun Eka Pramana yang ditulis oleh Ida Bhegawan Istri suwitra Pradnya adalah sebuah buku yang sangat penting dibaca dan dicermati oleh generasi penerus bangsa, karena buku tersebut tidak saja mengulas keanekaragaman tumbuhan juga memberikan petunjuk pemanfaatannya untuk tanaman hias, tanaman upakara, dan tanaman berkhasiat obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan tumbuhan Pakan Universitas Udayana memberikan apresiasi yang sangat tinggi dengan diterbitkannya buku Kebun Eka Pramana ini dan terimakasih yang sebesar besanya karena telah memperluas khasanah pengetahuan tentang tumbuhan atau tanaman yang perlu dikembangkan untuk kelestarian alam dan lingkungan. semoga buku Kebun Eka Pramana ini dapat menjadi pelita dalam menelusuri multiguna tumbuhan lokal.
Denpasar, 16 Maret 2017 Puslitbang tumbuhan Pakan Universitas Udayana Kepala, ttd Prof. Dr. Ir. I Wayan suarna, M.s.
viii
KATA SAMBUTAN
s
AyA atas nama pribadi dan selaku pimpinan menyambut baik terbitnya buku dari Ida Bhagawan Istri suwitra Pradnya yang saat welaka nama beliau Prof. Dr. tjok Istri Putra Astiti,s.H.M.s, salah seorang dosen senior Fakultas Hukum Universitas Udayana. Adapun judul buku yang Beliau terbitkan saat ini berjudul “KEBUN EKA PrEMANA, Koleksi tanaman Asrham Prasanthi Puri”, yang berlokasi di Banjar Badung, Desa Melinggih Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar, Bali. Buku ini terbit dirangkaikan juga dalam rangka memperingati hari ulang tahun diksa Beliau ke-2 yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2017. Buku ini menguraikan kecintaan Beliau terhadap berbagai tumbuhan baik dalam rangka melestarikan Lingkungan Hidup beserta fungsinya, maupun untuk mengenali secara lebih jauh tentang berbagai manfaat tanaman untuk obat, keperluan upakara, dan keasrian penempatannya. Pada pihak lain secara spiritual, buku ini juga dipersembahkan dalam rangka mengejawantahkan filosofi tri Hita Karana dan ajaran hampir semua agama yakni untuk welas asih dengan lingkungan (back to nature) melalui kegiatan melindungi dan mengasihi lingkungan alam, termasuk didalamnya terhadap alam tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitan itu, narasi buku ix
Beliau disampaikan secara sederhana untuk mudah dipahami para pembacanya. Berbagai foto tanaman, syair lagu yang memudahkan mengingat, mengetahui, dan memahami kegunaan beserta upaya menyayangi tanaman juga tertuang dalam buku ini. Mendasarkan hal di atas, buku ini kiranya sangat tepat untuk dibaca bagi kalangan spiritual dan praktisi di bidang upakara, serta mereka yang mempunyai perhatian dalam bidang Lingkungan Hidup. Banyak manfaat akan dapat dijumpai dan ditemukan dalam buku ini untuk mewujudkan hidup yang berkelanjutan. Oleh karena, manusia yang merusak dan/atau mencemarkan Lingkungan Hidup (termasuk tumbuh-tumbuhan) pada hakikatnya secara tidak sadar adalah telah merusak dan/atau mencemarkan dirinya sendiri (manusia itu sendiri). Akhir kata saya sampaikan selamat kepada Ida Bhegawan Istri suwitra Pradnya atas diterbitkannya buku untuk menambahkan koleksi karya ilmiah Beliau di bidang Hukum Adat. Ucapan selamat juga disampaikan, karena dalam usia 70 tahun dan kesibukan Beliau dalam melayani umat dan mahasiswa, masih mampu menghasilkan karya tulis untuk generasi masa ini maupun masa mendatang. semoga Ida sang Hyang Widhi Waça (tuhan yang Mahaesa) senantiasa melimpahkan kesehatan dan kesejahteraan agar dapat terus berkarya dan mengabdi bagi kesejahteraan umat manusia dan alam semesta (Moksartham Jagadita ya ca iti Dharma). terima kasih. Denpasar, 17 Maret 2017 Fakultas hukum Univ. Udayana Dekan, ttd (Prof. Dr. I Made Arya Utama,s.H.M.Hum)
x
xi
xii
Daftar Isi KATA PENGANTAR/SAMBUTAN ……....... 1
Kata Pengantar Penulis
…………….....
2
Kata Pengantar Kepala Puslitbang Tumbuhan Pakan ………………..….…..
3
iii
VI
Kata Sambutan Dekan Fakultas Hukum …………………......……….........
IX
Kata Sambutan Ketua PHDI Bali ….......
XI
DAFTAR ISI.....………………………………..
XIII
4
BAB-BAB ……………………………………. BAB I
PENDAHULUAN …………......…
1
BAB II
TANAMAN HIAS …………...…...
5
BAB III
TANAMAN UPAKARA ……....…
37
BAB IV
TANAMAN OBAT …………....…
63
BAB V
PENUTUP ……………….........…..
89
REFERENSI …………………………….....….
91
LAMPIRAN ……………………………….......
92
BIODATA PENULIS ………………............…
96
xiii
Bab-I Pendahuluan
xiv
Bab-I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
D
ALAM susastra Hindu, tumbuh-tumbuhan merupakan ciptaan Ida sang Hyang Widhi Wasa yang hanya dianugrahi satu kemampuan, yaitu kemampuan bergerak (bayu), oleh karenanya tumbuh-tumbuhan itu disebut eka premana. Walaupun hanya mempunyai satu kemampuan, akan tetapi keberadaan tumbuh-tumbuhan itu banyak membantu kehidupan makhluk ciptaan tuhan yang lainnya yaitu binatang dan manusia yang masing-masing dianugrahi dua kemampuan (bayu dan sabda) untuk binatang, dan tiga kemampuan ( bayu sabda, idep) untuk manusia, sehingga binatang juga disebut dwi premana dan manusia disebut tri premana. tanpa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia tidak akan bisa hidup. Oleh karena itu, sudah sepantasnya manusia yang dianugrani kemampuan paling sempurna, terutama karena mempunyai “idep” (kemampuan untuk berpikir) berupaya melestarikan keberadaan tumbuh-tumbuhan tersebut. Dalam falsafah tri Hita Karana, menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dan tumbuh-tumbuhan (lingkungan hidup) merupakan salah satu penyebab tercapainya kebahagiaan. Hubungan yang harmonis tersebut dapat diwujudkan secara sekala dan niskala. secara niskala dengan melakukan ritual pada hari suci “tumpek Wariga” yang bermakna sebagai ungkapan rasa 1
Bab-I Pendahuluan
terimakasih kepada Ida sang Hyang Widhi/tuhan yang Maha Esa yang telah menciptakan tumbuh-tumbuhan yang sangat membantu manusia dalam menjalani kehidupan. secara sekala dapat dilakukan dengan menanam dan memelihara tumbuh-tumbuhan secara baik, sehingga dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya masing-masing. Dalam rangka menciptakan hubungan yang harmonis secara sekala inilah penulis berupaya mengoleksi berbagai jenis tanaman di pekarangan rumah dan sekitarnya. Dengan menanam tumbuhtumbuhan beraneka ragam, secara tidak disadari ternyata banyak manfaatnya baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat sekitar. Adapun manfaat nyata yang telah dirasakan, antara lain adalah : 1) suasana lingkungan menjadi sejuk dan nyaman sehingga kami sekeluarga betah tinggal di rumah, 2) binatangbinatang kecil seperti burung, kupu-kupu dan capung ikut datang menikmati suasana tersebut, 3) sangat membantu kalau penulis memerlukan daun-daunan, umbi-umbian serta berbagai macam bunga untuk keperluan upakara dan upacara, dan 4) juga memudahkan penulis kalau perlu membuat obat-obatan herbal untuk menjaga kesehatan. Memelihara dan memanfaatkan ciptaan Beliau sesuai fungsinya masing-masing (dalam hal ini tumbuhtumbuhan) merupakan satu wujud bakti kehadapan-Nya. sebagai seorang sulinggih dan juga akademisi, lebih jauh penulis menyadari perlunya berbagi informasi kepada masyarakat yang lebih luas sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat. Untuk itulah buku ini disusun sebagai karya tulis yang dibuat sedikit unik, karena dalam masing-masing bab selain disajikan foto tumbuh-tumbuhan juga diawali dengan lagu /tembang baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Bali yang dapat dinikmati oleh anak-anak maupun orang dewasa. Dalam lagu-lagu tersebut juga diselipi dengan pengetahuan yang ringan tentang ajaran agama Hindu khususnya yang terkait dengan tumbuh-tumbuhan.
2
Bab-I Pendahuluan
Bahan dan Metoda tumbuh-tumbuhan yang fotonya disajikan dalam buku ini adalah koleksi Penulis sekeluarga yang telah ditanam sejak tahun 2014. Foto/gambar tersebut kebanyakan masih menggunakan nama lokal, namun ada juga yang telah disertai nama lain (sinonim) dan nama ilmiahnya sepanjang yang Penulis telah ketahui. Hal tersebut terjadi karena kurangnya referensi dan keterbatasan pengetahuan Penulis tentang hal tersebut. Untuk memberikan nama lain dan nama ilmiahnya, Penulis memakai referensi buku-buku yang telah ditulis orang lain, baik yang secara langsung menulis tentang tanaman, maupun yang tidak langsung tentang tanaman, akan tetapi di dalamnya ada informasi tentang tanaman. selain itu, Penulis juga mendapatkan nama beberapa tanaman, terutama anggrek dengan mengakses di internet dan juga mewawancarai seseorang pengusaha tanaman anggrek. selanjutnya untuk memudahkan pembaca dalam mencari informasi tentang tumbuhan tertentu, Penulis mengupayakannya dengan menyajikan menurut abjad dan membuatnya dalam tiga katagori, yaitu katagori tanaman hias (ornamental plant), tanaman upakara (ceremonial plant), dan tanaman obat (medical plant) termasuk didalamnya tanaman untuk makanan (food plant). tanaman yang belum diketahui namanya baik lokal maupun nama lainnya dimasukkan dalam abjad X.
*****
3
4
BAB II TANAMAN HIAS (Ornamental Plants)
Lihat kebunku, penuh dengan bunga Ada yang putih dan ada yang merah Ada yang kuning dan ada yang hitam (biru) Yang warna-warni ada di tengah (madya) Yang warna putih terletak di purwa Warna yang merah ada di daksina Yang warna kuning ada di pascima Bunga yang hitam ada di uttara Bunga yang putih simbol Hyang Iswara Yang warna merah simbol Dewa Brahma Bunga yang kuning simbol Mahadewa Hitam, warna-warni, Wisnu dan Siwa
5
Bab-II Tanaman Hias
U ---------------- S 6
Bab-II Tanaman Hias
A
No. 1 Anggrek (Anusmum)
No. 2 Anggrek (Phalaenopsis pink)
No. 3 Anggrek (Phalaenopsis White)
No. 4 Anggrek (Dendrobium Thongchai Gold Luxana) 7
Bab-II Tanaman Hias
8
No. 5 Anggrek (Phalaenopsis black spot)
No. 6 Anggrek
No. 7 Anggrek Dendrobium Blue Planet
No. 8 Anggrek
Bab-II Tanaman Hias
No. 9 Anggrek
No. 10 Anggrek
No. 11 Anggrek
No. 12 Anggrek
9
Bab-II Tanaman Hias
10
No. 13 Anggrek Kalajengking
No. 14 Anggrek Catteleya Mantini
No. 15 Anggrek
No. 16 Anggrek
Bab-II Tanaman Hias
No. 17 Alamanda merah (Allamanda Cathartica)
No. 18 Alamanda Kuning (Allamanda Cathartica)
No. 19 Bregu (Palem waregu)
No. 20 Blatung Gada
B
11
Bab-II Tanaman Hias
No. 21 Buyung-buyung (Vernonia Cymasa) (Aseraceae)
No. 22 Bunga kuning
No. 23 Bromelia Ungu
No. 24 Bromelia putih
12
Bab-II Tanaman Hias
D
H
No. 25 Dani-dani
No. 26 Herbra merah
No. 27 Jepun Bali (Plumeria Rubra) (Apocinaceae)
No. 28 Jepun jepang ( Apocinaceae)
J
13
Bab-II Tanaman Hias
14
No. 29 Jepun cendana (Plumeria Rubra)
No. 30 Jepun (Plumeria Rubra)
No. 31 Jepun (Flumeria Rubra)
No. 32 Jempiring (Gardenia Angusta) (Rubiceae)
Bab-II Tanaman Hias
K
No. 33 Keladi lurik (Araceae)
No. 34 Keladi kupu-kupu (Araceae)
No. 35 Keladi (Araceae)
No. 36 Keladi (Araceae)
15
Bab-II Tanaman Hias
16
No. 37 Keladi putih (Araceae)
No. 38 Kusumawijaya
No. 39 Kembang kertas (Bougainvilles Spectabilis)
No. 40 Kembang kertas (Bougainvilles Spectabilis)
Bab-II Tanaman Hias
No. 41 Kembang taram (Dahlia)
No. 42 Kembang ros merah (Zinia)
No. 43 Kembang Ros kuning (Zinea)
No. 44 Kembang Desember 17
Kebun Eka Premana Tanaman Hias
No. 45 Kembang jaler Kecubung) (Solanaceae)
No. 46 Kenyeri
L
No. 47 Lilin kuning (Pachyahiys Lutea ) (Acanthaceae)
18
No. 48 Lidah Buaya (Aloevera)
Bab-II Tanaman Hias
49. Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata)
M
No. 50 Mangkok (Nothopanax Seutellarium)
No. 51 Mawar merah (Roza Hybrid) (Rozaceae)
19
Bab-II Tanaman Hias
20
No. 52 Mawar kuning (Roza Hybrid) (Rozaceae)
No. 53 Mawar Putih Bali (Rosa Hybrid) (Rozaceae)
No. 54 Mawar putih (Rozaceae)
No. 55 Melati (Jasminum sambac) (Oleaceae)
Bab-II Tanaman Hias
N
No. 56 Nam-nam (Cynometa Cauliflora)
No. 57 Nusa Indah
P
No. 58 Pucuk bang (Hibiscus Rosa Sineusis) 21
Bab-II Tanaman Hias
22
No. 59 Pudak pandan
No. 60 Puring (Codiaeum variegatum) (Euphorbiaceae)
No. 61 Puring (Codiaeum variegatum) (Euphorbiaceae)
No. 62 Puring (Codiaeum Variegatum)
Bab-II Tanaman Hias
No. 63 Puring
No. 64 Paku (Athyriaceae)
No. 65 Paku Tanjung (Diplazium Esculentum)
No. 66 Pajeng-Pajeng/rumput Payung (Cyperus payrus)
23
Bab-II Tanaman Hias
No. 67 Pacah Oranya
No. 68 Pucuk lenter
24
Bab-II Tanaman Hias
R
No. 69 Rejeki
No. 70 Rumput Kucai
No. 71 Simbar Manjangan
No. 72 Soka merah (Ixora) (Rubiaceae)
S
25
Bab-II Tanaman Hias
26
No. 73 Suplir
No. 74 Suplir
No. 75 Siulan
No. 76 Sandat (Kenanga) (Canangium odoratum)
Bab-II Tanaman Hias
No. 77 Sri Gading (Premna) (Verbenaceae)
No. 78 Seruni (Chrysanthemum)
No. 79 Samblung (Sirih gading (Aureus tricolor)
No. 80 Soka kuning (Rubiaceae)
27
Bab-II Tanaman Hias
T
28
No. 81 Tunjung putih (Nelumbium nelumbo)
No. 82 Tunjung bang (Nelumbium nelumbo)
No. 83 Tunjung biru (Nelumbium nelumbo)
No. 84 Tunjung kuning (Nelumbium nelumbo)
Bab-II Tanaman Hias
No. 85 Tapak dara (Cathorantus Rosius)
No. 86 Trijata
No. 87
No. 88
X
29
Bab-II Tanaman Hias
30
No. 89
No. 90
No. 91
No. 92
Bab-II Tanaman Hias
No. 93
No. 94 Bambu Jepang (Florida beauty)
No. 95
No. 96
31
Bab-II Tanaman Hias
32
No. 97
No. 98
No. 99
No. 100
Bab-II Tanaman Hias
No. 101
No. 102
No. 103
No. 104
33
Bab-II Tanaman Hias
34
No. 105
No. 106
No. 107
No. 108
Bab-II Tanaman Hias
No. 109
No. 110
No. 111
No. 112
35
36
Biru
Putih
Pink
Hitam/Ungu
Brumbun
Merah
Hijau
Kuning
Oranye
BAB III TANAMAN UPAKARA Sane mangkin kesatwayang Pariindik sarwa mentik Nganggen kidung gaguritan Ginadane mangge dumun Manyelehin sasorohan Sarwa mentik Wenten patpat keaturang —— Kaping siki marupa padang Kaping rwa mabun malilit Tur maumbi sorohanya Kaping tri marupa perdu Kekayonan kaping patpat Manda uning Wigunane magenepan —— Wenten mangge tetamanan Katon asri ngulangunin Wenten dados upakara Panca yadnyane puniku Wenten malih dados tamba Malih siki Ne dados ajeng-ajengan 37
—— Mangkin ngawit kauningang Entik-entikan puniki Sane mangge upakara Pejati lan suci iku Banten caru lan ayaban Dewa-dewi Banten ne munggah ring surya —— Taler banten ne tiosan Masarana sarwa mentik Ageng alit manut tattwa Ngiring mangkin mangda rungu Ring sarwa mentik punika Ne nulungin Iraga ngaryanin yadnya ——
38
Bab-III Tanaman Upakara
A
No. 1 Andong bang (Curdyline Terminalis (Dracaenaceae)
No. 2 Ancak
No. 3 Asem (celagi) (Tamarindus Indika (Fabaceae)
No. 4 Andong hijau (Curdylineterminalis) (Dracaenaceae) 39
Bab-III Tanaman Upakara
40
B
No. 5 Bayam Luwur (Amaranthaceae)
No. 6 Bingin (Beringin) (Ficus benjamina) (Moraceae)
No. 7 Blimbing wuluh (Averhoa Bilimbi)
No. 8 Blimbing Besi (Averhoa Bilimbi)
Bab-III Tanaman Upakara
No. 9 Buni (Antidesma bunius) (Euphorbiaceae)
C
No. 10 Cempaka (Michelia Champoca) (Magnoliaceae)
No. 11 Cendana (Sandalwood)
41
Bab-III Tanaman Upakara
No. 12 Cabai rawit (Capsicum Frutescens)
D
No. 13 Dadap (Erythirna subumbrans) (Fabaceae) 42
No. 14 Duku (Ceruring) (Lansium domesticum)
Bab-III Tanaman Upakara
No. 15 Delima (Punica Granatum (Punicaceae)
No. 16 Delundung (Erythrina) (Fabaceae)
G
No. 17 Gadung (sekapa) (Dioscorea Hispida)
43
Bab-III Tanaman Upakara
I
J
44
No. 18 Intaran (Mimba) Azadiracta Indica) (Meliaceae)
No. 19 Ilalang (ambengan) (Imperata Cilindrica)
No. 20 Jangu (Acorus Calamus) (Acoraceae)
No. 21 Jepun Bali putih (Flumeria rubra)
Bab-III Tanaman Upakara
No. 22 Jali-jali (Coix lachrima)
No. 23 Jer uk Bali (Cytrus Nobilis)
No. 24 Jambu
45
Bab-III Tanaman Upakara
K
No. 25 Kayu Tulak (Schefflera Eliptica) (Ararliaceae)
No. 26 Kayu sisih (Phyllanthus Buxifolius) (Euphorbiaceae)
No. 27 Kemuning (Murraya nucifera) Paniculata)
No. 28 Kela pa (Cocos (Arecaceae)
46
Bab-III Tanaman Upakara
No. 29 Kelapa (hijau) (Cocos nucifera) (Arecaceae)
No. 30 Kelapa bulan (Cocos nucifera) (Arecaceae)
No. 31 Kelapa bibit (Pujer) (Cocos nucifera) (Arecaceae)
No. 32 Kelor (Moringa Oleifera) 47
Bab-III Tanaman Upakara
48
No. 33 Kecarum (Kemanggi) (Ocimum basilicum)
No. 34 Kesimbukan (orang-aring) (Paedera foetida) (Rubiaceae)
No. 35 Kelengkeng
No. 36 Keladi (Thyponium flagelliforme) (Araceae)
Bab-III Tanaman Upakara
No. 37 Kesegseg (Fortulaca) (Oleraceae)
No. 38 Kembang kertas (Bougainville)
M
No. 39 Majagau (Dysoxylum caulostachyum) (Meliaceae)
No. 40 Maduri putih (atas)
49
Bab-III Tanaman Upakara
No. 41 Mangga (Mangifera Indica)
No. 42 Mawar putih Bali (Rosa Galica)
No. 43 Merak kuning (Kamerakan kuning) (Caesalpinia pulcherrima) (Fabaceae) 50
Bab-III Tanaman Upakara
N
No. 44a Nenas (Ananas Comosus)
No. 44b Nenas (Ananas Comosus)
No. 45 Puring (Codiaeum Varriegatum)
No. 46 (Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius)
P
51
Bab-III Tanaman Upakara
52
No. 47 Pisang gading (Musa Paradisiaca)
No. 48 Paku Pipid (Nephroepis) Cordifoia) (Dennstaediaceae)
No. 49 Plendo (Malvaceae)
No. 50 Pudak Pandan (Pandanaceae)
Bab-III Tanaman Upakara
No. 51 Pandan Maduwi (Pandanaceae)
No. 52 Pepaya (Carica papaya)
No. 53 Padang lepas
No. 54 Pisang Emas (Musa paradisiaca)
53
Bab-III Tanaman Upakara
54
No. 55 Pepe (Sarcostemma) (Asclepiadaceae)
No. 56 Paku (Pakis) (Diplazium Esculentum) (Athyriaceae)
No. 57 Puring (Codiaeum Variegatum)
No. 58 Pancar galuh (Pacah) Ampatiens balsamina
Bab-III Tanaman Upakara
No. 59 Pucuk (Malvacaceae)
No. 60 Pucuk lenter (Malvacaceae)
No. 61 Pucuk Bang (Impatiens balsamina) (Malvacaceae)
55
Bab-III Tanaman Upakara
R
No. 62a Ratna (Gomphrena)
No. 62b Ratna (Gomphrena)
No. 63 Suji (Dracaena Angustifolia)
No. 64 Selasih (Ocinum basilicum) (Dracaenaceae)
S
56
Bab-III Tanaman Upakara
No. 65 Sirih hijau (Piper betle)
No. 66 Sente hijau
No. 67 Sueg
No. 68 Sotong (Psidium Guajaya (Myraceae)
57
Bab-III Tanaman Upakara
58
No. 69 Sandat (Kenanga) (Canangium Odoraum)
No. 70 Salak (Zallaca)
No. 71 Sirih hitam (Daun karuk (Piper Betle)
No. 72 Silik bulat (Srikaya) (Annona Squamosa)
Bab-III Tanaman Upakara
T
No. 73 Tabia bun (Piper Retrofractum)
No. 74 Temen (Graptophyllum Pictum) (Acanthaceae)
No. 75 Tebu (Sacharum afficinarrum)
No. 76 Terong Bola (Solanum Sanitwongsel) 59
Bab-III Tanaman Upakara
60
No. 77a Teleng (Clitoria ternatea)
No. 77b Teleng (Clitoria ternatea)
No. 78 Tebel-tebel (Hoya macrophylla) Asclepiadaceae)
No. 79 Tabia gede (Tabia lombok)
Bab-III Tanaman Upakara
U
No. 80 Ubi
61
62
BAB IV TANAMAN OBAT Sane mangkin kelanturang Pariindik sarwa mentik Nganggen tembang sinom iku Wigunane mangda uning Ne dados tamba puniki Akah, babakan, lan daun Buah, sekar, tur umbinya Samian pada memargi Manut tutur Ring buku Taru Premana —— Mangkin pacang kauningang Ne madan punyan tulasi “Satwika tree”ne kaucap Satwika marti utami Dados tamba, minekadi Anggen nenangang pikayun Taler makta katentraman Kaucap ring Ayur Weda Ngiring tandur Ring genahe suang-suang
63
Bab-IV Tanaman Obat
64
A
No. 1 Adas (Foeniculum vulgare mill)
No. 2 Anti nyamuk (lavender (Lavandula Angustifolia
No. 3 Awar-awar (Ficus Septica)
No. 4 Ambengan (Ilalang)
Bab-IV Tanaman Obat
No. 5 Asem (Celagi)
B
No. 6 Brotowali (Kantawali) (Tinosporacrispa)
No. 7 Blimbing Besi (Averha Caram 65
Bab-IV Tanaman Obat
No. 8 Blimbing Wuluh (Averhoa Bilimbi)
No. 10 Buyung-buyung (Vernnia cymosa) (Asteraceae) 66
No. 9 Bawang (Allium sativum) (Amaryllidaceae)
No. 11 Bunga bintang
Bab-IV Tanaman Obat
No. 12 Bulun Baon (Premna Integrifolia)
C
No. 13 Cendana (Sandalwood)
No. 14 Cabai Rawit (Capsicum rutecents)
67
Bab-IV Tanaman Obat
No. 15 Ciplukan (Physalis Minina) (Solanaceae)
68
Bab-IV Tanaman Obat
D
No. 16 Delapan Dewa (Phytolacca Americana)
No. 17 Daun Delem (Nilam) (Pogostemon cablin)
No. 18 Daluman (Cincau) Cyclea Barbata)
No. 19 Damuh lengis (Drymaria Cordata (Caryophillaceae) 69
Bab-IV Tanaman Obat
No. 20 Dewan Daru (Eugenia Uniflora)
No. 21 Delima (Punica granatum) (Punicaceae)
No. 22 Dadap (Erythrina subumbrans) (Fabaceae)
70
Bab-IV Tanaman Obat
G
No. 23 Gempur batu
No. 24 Ginten (Jinten) (Coeus Amboinicus
No. 25 Ganda Rusa (Justicia Gendarussa)
No. 26 Gamongan (Zingiber aromat icum) (Zingiberaceae)
71
Bab-IV Tanaman Obat
No. 27 Gendola
I
No. 28 Intaran (Mimba) (Azadirachta indica) (Meliaceae)
72
Bab-IV Tanaman Obat
J
No. 29 Jeruk Nipis (Cytrus Aurantifolia)
No. 30 Jeruk Limau (Cytrus)
No. 31 Jaruju
No. 32 Jangu (Acorus calamus) (Araceae)
73
Bab-IV Tanaman Obat
74
K
No. 33 Kelor (Moringa Oleifera)
No. 34 Kayu Manis (Sauropus androgynus) (Euphorbiaceae)
No. 35 Kecarum (Kemanggi) (Ocimum basilicum)
No. 36 Kaswa
Bab-IV Tanaman Obat
No. 37 Kumis kucing (Orthosiphon Aristatus)
No. 38 Kusambi (Schleicera Oleosa)
No. 39 Kambo-kambo
No. 40 Kecirenan
75
Bab-IV Tanaman Obat
No. 41 Kalipiseh
No. 42 Kecibling
No. 43 Kem
76
Bab-IV Tanaman Obat
L
No. 44 Lamtoro (Turi) (Sesbania grandiflora)
No. 45 Lidah Buaya (Aloevera)
No. 46 Legetan? (Synedrella nodiflora)
No. 47 Liligundi (Vitex trifolia) (Verbenaceae)
77
Bab-IV Tanaman Obat
M
No. 48 Meniran (Phylantus Urinaria)
No. 49 Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa)
No. 50 Mengkudu (Marinda Cetrifolia)
78
Bab-IV Tanaman Obat
N
No. 51 Nasi-nasi
P
No. 52 Pegagan (Kepiduh) (Centella Asiatica)
No. 53 Patikan Kebo (Eiphorbia hirta)
79
Bab-IV Tanaman Obat
No. 54 Pepe (Sarcostemma) (Asclepiadaceae)
No. 55 Pulet (Urena Lobata) (Malvaceae)
R
No. 56 Rumput bambu (Pogonatherum Crinitum)
80
Bab-IV Tanaman Obat
S
No. 57 Sirih merah (Piper Betle)
No. 58 Selasih miyik (Ocinum Basillicum)
No. 59 Sirih Hijau (Piper betle ) (Annona Muricata)
No. 60 Silik (Zirsak) (Annona Muricata)
81
Bab-IV Tanaman Obat
82
No. 61 Samiloto (Andrographis)
No. 62 Sotong (Psidium)
No. 63 Sembung bikul (Sonchus Arvensis) (Malvaceae)
No. 64 Selegui (Sidafolia) (Malvaceae)
Bab-IV Tanaman Obat
No. 65 Selasih miik (Ocinum Basillicum)
No. 66 Sembung (Blumea Balsamifera)
No. 67 Semanggi hijau (Hydrocotyle sibthorpioides)
No. 68 Semanggi merah (Hydrocotyle sibthorpioides)
83
Bab-IV Tanaman Obat
No. 69 Sre (Sereh wangi) (Cyombopogon nardus)
T
No. 70 Temu Ireng (Curcuma Aeruginosa)
84
No. 71 Temu
Bab-IV Tanaman Obat
No. 72 Temu (Curcuma )
No. 73 Temu (Curcuma)
No. 74 Temu (Curcuma)
No. 75 Tulasi (Ocinum Basillicum)
85
Bab-IV Tanaman Obat
86
No. 76 Tunjung
No. 77 Tabia Gede (lombok) (Capsicum Annum)
No. 78 Teki
No. 79 Tapak dara (Catharantus roseus cynaceae)
Bab-IV Tanaman Obat
No. 80 Terong ?
No. 81 Teleng
No. 82 Temen (Graptophyl-lum pictum) (Acanthaceae)
No. 83 Temu Tis (Curcuma xanthorriza) (Zingiberaceae)
87
Bab-IV Tanaman Obat
No. 84 Uyah-uyah ((Ficus Quercifoia) (Moraceae)
W
No. 85 Waru (Hibiscus Tiliaceus) (Malvaceae) 88
U
BAB V PENUTUP Pidartane mangkin puputang Indik gunan sarwa mentik Ngiring ngaturang suksma Maring Ida Sang Hyang Widhi Ring tumpek wariga iki Taler madan tumpek bubuh Patut ngawe upakara Bubuh sumsum warna-warni Pacang katur Ring Ida Sang Hyang Sengkara
89
Contoh-contoh tanaman katagori Padang (rumput). Tanaman Mabun (malilit), Tanaman Perdu-perduan, dan Pepohonan.
90
Padang-padangan Ambengan (ilalang) (Imperata Cylindrica)
Mabun/Malilit Daluman (Cincau) (Cyclea Barbata)
Perdu-perduan Andong (Cordyline stricta)
Pepohonan Mangga (Mangifera Indica)
Referensi Andri Wang, 2002, Menuju Hidup sehat dan Panjang Umur: Mampukah Manusia Hidup sampai 100 tahun? (Lihat Lampiran 1), Pt Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Chee Yoke Ling, 1994, Manusia wajib Melindungi Alam: Ajaran Agama Islam, Kristen, taoisme dan Hinduisme tentang Perlindungan Lingkungan, Konphalindo, Jakarta. Gede Agus Budi Adnyana SPdBM Pd H, Kadek Agus Bayu Premana s Pd, Gede Darmika, 2014, tanaman Magis dan Mistik, Kekuatan, Manfaat, dan Fungsinya, Ganda Pura, Gianyar, Herlina Widyaningrum & Tim Solusi Alternatif, 2011, Kitab tanaman Obat Nusantara Medpress, yogyakarta. Inggit Puji Astuti, syamsul Hidayat, IBK Arinasa, 2000, traditional Plant Usage in four Villages of Bali Aga : tenganan, spang, tigawasa, and sembiran, Bali, Indonesia, the John D. and Catherine t. Mac Athur Foundation Botanical Gardens of Indonesia, Indonesian Institute of science, Bogor, Indonesia. Junus Kartasubrata, 2010. sukses Budi Daya tanaman Obat, IPB Press, Bogor. LPPM Unud, 2002, taman Gumi Banten Padma Herbal Training Center, tt. Materi Pelatihan Pengenalan dan Pemanfaatan tanaman Obat, Buku I : Penyakit dan Pengobatannya. tabanan. Padma Herbal Training Center, tt. Materi Pelatihan Pengenalan dan Pemanfaatan tanaman Obat, Buku II : Pengenalan tanaman Obat dan khsiatnya, tabanan. Segotri Putra, I Gusti, Dra. 1999, taru Premana Trubus l Oktober 1992 No 275 tahun XXIII Trubus 1 Novamber 1992, No 276 tahun XXIII Vaidya Bhagwan Dask & Sukasini Ramaswanoy, 2006, Ayur Weda, Ilmu Pengetahuan tradisional India, Paramita surabaya. Yasant Lad dan Robert E Svoboda, 2000, Ayur Weda, Paramita, surabaya.
91
LAMPIrAN:
UPAKARA DAN UPACARA TUMPEK WARIGA
t
UMPEK Wariga merupakan salah satu hari suci umat Hindu yang jatuh tiap 210 hari (enam bulan), tepatnya pada hari sabtu Kliwon Uku Wariga, 25 hari sebelum Hari raya Galungan. tumpek Wariga disebut juga tumpek Bubuh, tumpek Uduh, dan tumpek Pengarah/Pengatag. Disebut tumpek Bubuh karena upakaranya memakai bubuh sumsum berwarna warni (putih, merah, kuning dan hijau). Bubur warna putih simbul tumbuhtumbuhan yang berumbi, malilit (seperti ubi dara, gadung, dll), bubuh warna merah simbul tumbuh-tumbuhan yang tergolong rerumputan (padang-padangan) seperti padi, ambengan, gandum, dll. Bubur warna kuning simbul tumbuh-tumbuhan yang tergolong perdu-perduan, dan bubur warna hijau untuk tumbuh-tumbuh yang tergolong pepohonan (seperti mangga, durian, kelapa dll.) Upakara (banten) yang dipersembahkan: Upakara munggah di Kemulan rong tengah berupa: Pejati, Canang geti-geti, Penyeneng, Pasucian, Bubuh dengan alas limas 4 macam (Putih, merah, kuning dan hijau). 92
Banten Ayaban : tumpeng 7, rayunan maulam sarwa mentik, dan banten pangresikan (bea kaonan, pangulapan, prayascita) Untuk tanaman: sasat gantung-gantungan, dan bubur beralas limas (cau) 4 warna (putih, merah, kuning, hijau. Upacara dilaksanakan di sanggah/Pamerajan dihadapan Bhetara Hyang Guru. yang di puja adalah sang Hyang sengkara. selesai menghaturkan upakara, anggota keluarga orang yang melaksanakan upacara nyurud ayu (ngayab upakara tersebut). setelah itu diambil banten dapetannya saja diedarkan dan diayabkan kepada tumbuh-tumbuhan yang dimiliki baik berupa rumput-rumputan, perdu-perduan, umbi-umbian (yang menjalar), dan pepohonan yang berbuah seperi kelapa, mangga,dll. Mengapa orang yang melaksanakan upacara ikut ngayab? Karena di buana alit (tubuh orang yang melaksanakan upacara juga ada tumbuh-tumbuhan yaitu bulu-bulu yang tumbuh di beberapa tempat tubuh manusia. Hal ini sering tidak dipahami di masyarakat. Mengapa disebut tumpek Uduh? Dari kata uduh menjadi nguduhang berarti memerintahkan. Di sini Ida sang Hyang Widhi menugaskan sang Hyang sangkara (manifestasi-Nya) untuk menciptakan tumbuh-tumbuhan, dan oleh karena itu, manusia dalam pelaksanaan upacara tum,pek Uduh memuja sang Hyang sangkara. Mengapa disebut tumpek Pengarah? Mapengarah berarti memberitahu/meminta. tradisi di masyarakat dalam upacara tumpek Wariga sang pelaksana upacara membertahu/meminta agar tanaman berbuah lebat.
93
(sumber: Drs. Ida Bagus Putu sudarsana, MBA,MM, 2003, Ajaran Agama Hindu” Acara Agama” yayasan Darma Acarya) Menurut tradisi di masyarakat ketika perayaan tumpek Wariga/ tumpek Ngatag, tumbuh-tumbuhan yang diupacarai hanyalah tumbuh-tumbuh yang berbuah seperti kelapa, mangga, dll. Ada kalanya pada waktu ngatag, tumbuh-tumbuhan itu ditoreh atau diketok-ketok sambil mengucapkan kata-kata sebagai berikut: “ “Kaki-kaki buin selae lemeng Galungane, Ingetang kaki mabuah apang nged, nged, nged”. (Kakek, lagi 25 hari Galungan. Ingat berbuah yang lebat). Kebiasaan menoreh ataupun mengetok-ngetok tumbuhtumbuhan pada saat ngatag tampaknya kurang mencermin-kan hubungan yang harmonis antara manusia dan tumbuh-tumbuhan, padahal menurut ajaran tri Hita Karana manusia diharapkan bersikap sih (sayang) terhadap tumbuh-tumbuhan (lingkungan). Untuk menunjukkan hubungan yang lebih harmonis, di bawah ini disajikan sebuah lagu untuk ngatag sbb: (ditembangkan seperti “Jenggot Uban”)
94
i.......i......i.....i.....a......i.....u....a.....i ka ki ka ki e ne gap gap an ka ki ka ki buin sla e di na a….o…..i….a…..i…..i…..u…..a…..i…..i…..a Bu buh sum sum war na ne ma ge ne pan Ga lu nga ne Bu da Kli won Du ngu lan a….a….a….a….i…..i…..u……a….i….i….a A da pu tih ba rak ku ning lan ga dang I nge tang ja ka ki ma bu wah e nged i…..o….e….o.….i…..o…e…..o….i E ne da har a pang ma bwah enged La kar ang gon ti yang ma yad nya
(tembangkanlah sambil memasang sasat gantung-gantungan dan ngayabang banten bubur sumsumnya)
95
Biodata Penulis
P
ENULIs waktu walaka adalah Prof. Dr. tjokorda Istri Putra Astiti, sH.Ms, lahir di Puri Agung Payangan Gianyar pada tanggal 17 Nopember 1945. sekarang berdomisili di Ashram Prasanthi Puri, Banjar Badung, Kecamatan Payangan.
Penulis menyelesaikan pendidikan s1 di Fakultas Hukum Universitas Udayana, tamat tahun 1974. Melanjutkan s2 di IPB jurusan sosiologi Pedesaan (1986), tamat s3 di IPB Jurusan sosiologi Pedesaan. 1994. Diangkat menjadi Dosen tahun 1975 dan dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Hukum Universitas Udayana tahun 1997. Penulis mengajar dan membimbing pada Program s1, s2 dan s3. sebagai peserta dan narasumber dalam berbagai pertemuan ilmiah di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional. selain mengikuti pendidikan formal penulis juga pernah mengikuti beberapa kursus dan pelatihan antara lain: Pelatihan Belajar-Mengajar dan teknik Evaluasi, Akta Mengajar V, teknik PBL (Problem Base Learning), Metode Penelitian Hukum, Penulisan Artikel Hukum, Penulisan Buku Ajar, Praktisi Agama Hindu, sarati Banten, Kepemangkuan, Kesulinggihan, dan Pengobatan Herbal. 96
Pengalaman menduduki jabatan antara lain: Ketua Dewan redaksi Majalah Kertha Patrika, Ketua Pusat studi Wanita Unud, Ketua Unit Penjaminan Mutu Program Pascasarjana Universitas Udayana, Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana, sebagai tim Ahli Pembangunan Propinsi Bali, dan sebagai anggota sabha Walaka PHDI Pusat. terakhir, sebagai sulinggih sejak 1 Juli 2015. Beberapa buku dan karya tulis yang pernah dihasilkan, antara lain : “Pemberdayaan Awig-awig menuju Ajeg Bali; Desa Adat Menggugat dan Digugat”; “ Makna Purusha dan Predhana dalam Agama Hindu dan Hukum Adat Bali”; “Pemberdayaan Awig-awig Menuju Ajeg Bali”; “Warna-warni Pemikiran tentang Adat dan Budaya Bali”; “Awig-awig sebagai sarana Pelestarian Lingkungan Hidup” (artikel dalam buku ; Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup”; “Peranan Awig-awig subak dalam Penglolaan Lingkungan Hidup” (artikel dalam jurnal Hukum Lingkungan); “tourism Development and Customary Land Law in Bali: the Case of the tenganan Pagringsingan Village” (artikel dalam southwestern Journal of International Law); “reflecting on tourism Activity in Bali: A Discourse on Communal right, Culture and Hindu Values (artikel dalam buku: sustainable tourism and Law), dan lain-lain. Hobby : memelihara tanaman
97
Tulasi
98