TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hepatitis Hepatitis virus didefinisikan sebagai infeksi sistemik oleh virus yang disertai oleh nekrosis dan imflamasi pada sel – sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta selular yang khas (Smeltzer dan Bone, 2002). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik yang dominan yang menyerang hati.
Hepatitis yang disebabkan oleh virus, virus – virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera hepatosit terutama dengan rangsang reaksi peradangan dan imun sel inang yang pada akhirnya merusak; meski pada beberapa keadaan virus tersebut dapat secara langsung mencederai sel – sel tersebut. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin, pembentukan sitokin, aktivasi komplemen, lisis sel – sel terinfeksi dan sel – sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan interstisium. Respons imun yang timbul kemudian mendukung respons peradangan. Perangsangan komplemen dan lisis sel lebih lanjut serta serangan antibodi langsung terhadap antigen virus menyebabkan destruksi sel terinfeksi. Hati menjadi edematosa sehingga kapiler kolaps dan aliran darah berkurang, yang menyebabkan hipoksia jaringan. Akhirnya, terbentuk jaringan ikat dan fibrosis di hati.
Hampir semua kasus hepatitis akut disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus yaitu hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), hepatitis E (HEV). B. Anatomi dan Fisiologi 1) Anatomi
1
Hepar (hati) meruapakan kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat 1,5 kg atau lebih. hati menampung semua bahan yang diserap dari usus, kecuali lemak melalui vena porta. Selain bahan yang dicerna, darah porta juga membawa berbagai bahan toksik ke dalam hati untuk kemudian didetoksikasikan atau diekskresikan oleh hati. Empedu yang dihasilkan hati
untuk
kemudian didetoksikasikasikan atau di
ekskresikan oleh hati. Empedu yang dihasilkan oleh hati, mengalir keluar melalui sistem saluran ke kandung empedu. Bila diperlukan empedu dari kandung empedu dikeluarkan ke duodenum berupa garam empedu. Sel – sel parenkim hati mendapat darah dari cabang cabang arteri hepatika. Vena porta dan arteri hepatika masuk, dan saluran empedu keluar dari hati melalui porta hepatika.
Hati diliputi simpai jaringan ikat fibrosa (glisson), dan dari sini membentuk septa jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam hati porta hepatis dan membagi – bagi hati dalam lobus dan lobulus. Sel - sel parenkim
hati
(hepatosis)
tersusun
berupa
lempengan
saling
berhubungan dan bercabang, membentuk anyaman tiga dimensi. Diantara lempeng lempeng ada sinusoid darah (mirip kapiler darah). Penampangan hati tampak berlobuli segienam. Di sudut sudut lobuli tampak terlihat banyak jaringan ikat, yang mengandung cabang – cabang vena porta, cabang arteri hepatika, dan duktus biliaris (saluran empedu). daerah ini disebut daerah portal (kanal portal).
2
Di dalam hati terdapat beberapa macam lobulus: lobulus klasik (lobulus hati), lobulus portal, dan asinus hati (unit fungsional). Lobulus klasik dibatasi oleh daerah portal (biasanya hanya tampak 3 dari 6 sudutnya) dan di pusatnya terdapat lubang, yaitu vena sentralis, yang menampung darah dari sinusoid. Jadi darah mengalir dari daerah portal (cabang Vena porta dan cabang arteri hepatika) ke dalam sinusoid, lalu ke Vena sentralis. Sebaliknya empedu, yang disekresi sel - sel hati, mengalir melalui kanalikuli biliaris ke duktus biliaris di daerah portal. Lobulus portal mempunyai daerah asal sebagai pusatnya, dan bersudutkan tiga Vena sentralis. Asinus hati (unit fungsional), seperti halnya lobulus portal, tidak jelas batas-batasnya. Sudah dijelaskan bahwa tidak semua sudut dari lobulus klasik ada daerah portalnya. Daerah yang tidak memiliki daerah portal ini tetap mendapat darah dari asinus hati. Kedua sudut belah ketupatnya dalam Vena sentralis. Hati penting untuk hidup, dan karena letaknya yang unik, yaitu antara dua Vena, hati mudah rusak oleh bahan-bahan toksik yang diserap.
Fisiologi Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh . sekitar 25% sumber energi tubuh berasal dari hati dan 20-25 % oksigen darah digunakan oleh hati . aliran darah menuju hati berkiar sekitar 1500cc/1,75 m2. darah mengalir ke arteri hepatika dan didalam vena porta sekitar 75% dari seluruh aliran darah ke hati . oksigen yang mengalir ke dalam vena porta lebih tinggi daripada oksigen pada vena vena lain. tekanan pada vena porta berkidar 7-10 mmHg , dan pada serosis hati tekanan 40-50 mmHg . tekanan pada arteri hepatika dipengaruhi oleh faktor mekanis , pengaruh persyarafan , dan ssistem hormonal . hepar merupakan orng penting untuk mempertahankan tekanan darah . 3
Fungsi Hati Hati memiliki fungsi yang sangat vital bagi tubuh, berikut beberapa di antaranya: a. Berperan penting dalam proses metabolisme, yaitu mencakup proses sintesis dan' menguraian bahan-bahan nutrisi, seperti: 1) Mebolisme Karbohidrat Hati mengatur keseimbangan .glukosa darah dengan proses glikolisis, glukogenesis. glikogenolisis, dan glukoneogenesis unruk menjamin ketersediaan glukosa. Terjadi pembentukan, perubahan, dan pemecahan karbohidrat, lemak, serta protein yang saling berkaitan satu sama lain, sehingga disebut dengan metabolic pool. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang disemp dari usus menjadi glikogen. Mekanisme ini disebut glikOv . genesis. Glikogen lalu ditimbun dalam hati. kemudian hati akan memecah glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis). Proses pembentukan glukosa dari protein dan lemak disebut glukoneogenesis. Karena proses-proses ini teriadi dalam organ penting ini, hati mempakan sumber utama glukosa dalam tubuh. 2) Metabolisme Protein Hati mensintesis dan menghancurkan protein dari seluruh tubuh atau sel darah merah yang tclah rusak, dengan membentuk urea dad amoniak yang berlebih serta sisa-sisa nitrogen dalam tubuh. Hati juga mensintesis berbagai macam plasma dari asam amino dan beberapa faktor pembekuan darah serta enzim, seperti albumin dan fibrinogen, globulin (3 B-globulin hanya dibentuk di dalam hati), protrombrin, faktor V, VII, IX, dan faktor X (kecuali gamaglobulin yang tidak disintesis hati). Hati merupakan satu-satunya organ yang membentuk plasma albumin dan organ mama untuk produksi urea (urea mempakan 4
produk
akhir
metabolisme
protein).
Albumin
sendiri
mengandung i584 asam amino dengan berat molekul 66.000. Proses transaminasi pada hati akan memproduksi asam amino dari bahan-bahan nonnitrogen, scdangkan proses deaminasi pada hati akan mcnsintesis gula dari asam lemak dan asam amino. 3) Metabolisme Lemak Hati mampu mensintesis lemak dari karbohidrat dan pretein, serta berperan pen. ting dalam proses lipolisis dan lipogcnesis. Organ ini tidak hanya berperan membean mensintesis lemak, tapi iuga mengadakan proses katabolisis asam lemak. Asam lemak ini dipecah menjadi badan keton, asetat ak. tif kolesterol, dan fosfolipid. Perla juga diketahui bahwa hati mempakan organ tempat berlangsungnya proses pembentukan utama, sintesis, esterifikasi, dan ekskresi kolestroL Pemeriksaan scrum kolestetol sendiri mempakan standar pemeriksaan metabolism lemak. b. Hati mensintesis unsur pembentuk membran sel, yaitu lipoprocein, kolesterol, dan fospolipid. c. Hati menyimpan vitamin dan mineral, seperti Fe, Cu, dan vitamin yang
dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K), serta akan
mengeluarkannya apabila dipetlukan. d. Menetralkan atau mendetoksifdcasi zat-zat kimit. seperci racun atau hasil metabolisme. Dengan begitu, zat-zat tersebut menjadi lebih mudah untuk dikeluarkan dari tubuh melalui urine mu air kemih dan tidak terakumulasi di dalam tubuh. Proses detoksikasi, misalnya proses oksidasi , reduksi , metilassi berbagai macam bahanseperi zat racun dan substansi obat semua berlangsung dihati .
5
e. Hati merupakan tempat perubahan provitamin menjadi vit. AA sekaligus mengangtifkan vit. D menjadi 25-OHD , sebelum kemudian diubah oleh ginjal menjadi 1,25 – OHD3 f. Hati tempat menghasilkan cairan empedu . g. Hati berperan dalam filtrasi darh serta mengeliminasi bakteri dan benda asing yang masuk ke peredaran darah dari saluran pencernaan . h. Berperan dalam fagositosis dan imunita . sel kufar dalam hati merupakan perangkat penting dalam hati yang menyaring bakteri , pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis selain itu , sel kumper juga ikut memproduksi globulin sebagai mekanisme imun hepar i. Memperoduksi panas tubuh , karena aktivitas kimiawi tetap berlangsung didalam hati saat tidur , maka organ ini merupakan sumber Panas ketika sedang tidur . j. Hati
sebagai
organ
penyimpanan darah
,
ibaratnya
hati
mengeluarkan reservoir dari 30% curah jantung bersama dengan limfaa yang bersama sama mengatur volume plasma.
6
C. Patofisiologi Hepatitis
7
D. Klasifikasi Jenis – Jenis Hepatitis No
8
Perbedaan
A
B
C
D
E
Penyebab 1.
Virus hepatitis
Virus hepatitis
Sirosis dan
A
B dari
kanker hati
Virus delta
Virus RNA
golongan dna 2.
Masa
-
60 – 90 hari
2-24 minggu
-
2-9 minggu
Fecal oral (
Tranfusi
Melalui
Virus
Fecal oral (
makanan yang
darah, jarum
darah dan
hepatitis B
makanan
tidak dimasak,
suntik, pisau
cairan tubuh,
yang
yang tidak
personal
cukur, tatto
jarum suntik
berkembang
dimasak,
hygiene
dan tranplasi
dan tranplasi
biak maka
personal
rendah )
organ
organ
hanya
hygiene
ditemukan
rendah )
inkubasi 3.
Penularan
pada orang yang terinfeksi virus B 4.
Pengobatan
Menjaga
Pengobatan
Kombinasi
Imunisasi
Belum ada
keseimbangan
bersifat
pegylated
hepatitis B
pengobatan
nutrisi
simtomatis
interferon
antivirus
dan ribavirin 5.
Pencegahan
Kebersihan
Menghindari
Menghindari
Tidak ada
Kebersihan
lingkungan
factor risiko
factor risiko
vaksin tetapi
lingkungan
terutama
yang
karena
otomatis
terutama
terhadan
menyebabkan
sampai saat
orang akan
terhadan
makanan dan
terjadi
ini belum
terlindungi
makanan
minuman dan
penularan
tersedianya
jika telah
dan
menerapkan
vaksin untuk
diberikan
minuman
PHBS
hepatitis C
imunisasi
dan
hepatitis B
menerapkan PHBS
1. Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus ini menyebar terutama melalui ingests makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang yang terinfeksi. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya penggunaan air bersih, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.Tidak seperti 9
hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis dan jarang berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala yang melemahkan tubuh dan dapat menjadi hepatitis fulminan (gagal hati akut), yang berhubungan dengan kematian yang tinggi (WHO 2012).Hepatitis A terjadi secara sporadis dan dalam epidemi di seluruh dunia, dengan kecenderungan untuk kambuh siklik. Setiap tahun ada sekitar 1,4 juta diperkirakan kasus hepatitis A di seluruh dunia (WHO 2012).
Virus hepatitis A merupakan salah satu penyebab yang paling sering infeksi bawaan makanan. Wabah terkait dengan makanan atau air yang terkontaminasi dapat meletus eksplosif, seperti epidemi di Shanghai pada tahun 1988 yang mempengaruhi sekitar 300 000 orang. Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari Departemen Kesehatan, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus – kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8 – 68,3 %.1di beberapa daerah seperti Jakarta, Bandung, dan Makassar berkisar antara 35%-45% pada usia 5 tahun (Puspa R, 2011).
Penyakit ini dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi dan sosial yang signifikan dalam masyarakat, karena , diperlukan beberapa minggu atau bulan untuk orang sembuh dari penyakit untuk kembali ke pekerjaan, sekolah atau kehidupan sehari-hari. (WHO 2012).
a. Penyebab Hepatitis A disebabkan oleh Hepatitis-A Virus (HAV). Umumnya tidak sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati. Mereka yang terinfeksi oleh virus ini, 99% dapat pulih sepenuhnya. Virus HAV ini menular dengan cara fecal-oral (fecal: kotoran,/feses, oral: mulut). Artinya 10
penyebaran
danpenularan
virus
ini
terjadi
melalui
kontaminasi makanan atau air oleh virus HAV yang terdapat pada kotoran/feses penderita Hepatitis A. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan penyebaran virus ini meliputi:
1) Sanitasi yang buruk. 2) Kontak langsung dengan pengidap. 3) Berbagi jarum suntik. 4) Berhubungan seks dengan pengidap, terutama seks anal. 5) Pria yang berhubungan seks dengan sesama pria. 6) Bekerja di area yang berhubungan dengan kotoran, misalnya selokan. (Sari, 2008)
b. Faktor Risiko Hepatitis A Penularan hepatitis A sering terjadi dari orang ke orang,. Virus ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang yang terinfeksi. Selain itu hepatitis A dapat terjadi pada masyarakat yang : 1) Hygine dan sanitasi Lingkungan Rendahnya kualitas sanitasi lingkungan dan adanya pencemaran terhadap sumber air atau makanan yang dikonsumsi banyak orang mempermudah terjadinya penularan dan kejadian luar biasa hepatitis A. Kebiasaan masyarakat yang kurang memerhatikan kebersihan lingkungan seperti BAB di sungai dapat meningkatkan penularah hepatitis A. Tinja yang terkontaminasi hepatitis A akan mencemari lingkungan lain. Seperti air, tanah dan lain-lain. 2) konomi Tingkat
sosial
ekonomi
masyarakat
akan
mempengaruhi
ketersediaan air bersih dan perilaku hidup sehat serta kemampuan untuk menyediakan atau memberikan vaksinasi hepatitis A. Masyarakat dengan ekonomi sosial yang rendah pada umumnya 11
jarang memperhatikan kualitas air yang di pakai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air dengan kualitas yang buruk bisa saja terkontaminasi virus hepatitis A. Selain itu keluarga yang memiliki ekonomi sosial yang rendah pada umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah pula sehingga mereka tidak terlalu memikirkan betapa pentingnya pemberian vaksinasi hepatitis A. Sehingga hepatitis a dapat menular dengan cepat dari 1 orang ke orang lain.
3) Pola Hidup Bersih dan Sehat Pola hidup bersih dan sehat merupakan masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi penularan hepatitis A. Polah hidup bersih dan sehat yang rendah akan meningkatkan terjadinya penularan virus hepatitis tipe A tersebut. Hepatitis A dapat dengan cepat menular di tempat penitipan bayi, virus ini akan menular dengan cepat ketika si pengasuh bayi tidak mencuci tangan setelah mengganti popok bayi. Kesadaran mencuci tangan juga sangat penting dalam menangani penularan virus hepatitis. Kebiasaan buruk seperti berbagi makanan dan peralatan makan dengan penderita hepatitis A juga sebagai salah satu media penularan penyakit hepatitis A ini. 4) Gaya hidup Gaya hidup di masyarakat juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit hepatitis. Kebiasaan memakan sayur mentah, seperti lalapan akan meningkatnya kemungkinan penularan penyakit hepatitis A. Bahan makanan seperti sayur yang terkontaminasi virus hepatitis A jika di konsumsi virus tersebut akan berpindah kepada manusia. Virus tersebut akan menginfeksi manusia sehingga terjadi penyakit hepatitis.(Aryana, 2015)
12
c. Etiologi Hepatitis A virus akut merupakan infeksi virus yang ditularkan melalui transmisi enteral virus RNA yang mempunyai diameter 27 nm. Virus ini bersifat self-limiting dan biasanya sembuh sendiri, lebih sering menyerang individu yang tidak memiliki antibodi virus hepatitis A seperti pada anak-anak, namun infeksi juga dapat terjadi pada orang dewasa. Jarang terjadi fulminan (0.01%) dan transmisi menjadi hepatitis kronis tidak perlu ditakuti, tidak ada hubungan korelasi akan terjadinya karsinoma sel hati primer. KarierHAV sehat tidak diketahui. Infeksi penyakit ini menyebabkan pasien mempunyai kekebalan seumur hidup.
HAV terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh satu atau lebih protein, beberapa virus juga memiliki outer-membran envelop. Virus ini bersifat parasite obligat intraseluler, hanya dapat bereplikasi didalam sel karena asam nukleatnya tidak menyandikan banyak enzim yang diperlukan untuk metabolisme protein, karbohidrat atau lipid untuk menghasilkan fosfat energi tinggi. Biasanya asam nukleat virus menyandi protein yang diperlukan untuk replikasi dan membungkus asam nukleatnya pada bahan kimia sel inang. Replikasi HAV terbatas di hati, tetapi virus ini terdapat didalam empedu, hati, tinja dan darah selama masa inkubasi dan fase akhir penyakit. HAV digolongkan dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus, diameter 27 – 28 nm dengan bentuk kubus simetrik, untai tunggal (single stranded), molekul RNA linier 7,5 kb, pada manusia terdiri dari satu serotipe, tiga atau lebih genotipe, mengandung lokasi netralisasi imunodominan tunggal, mengandung tiga atau empat polipeptida virion di kapsomer, replikasi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi, tidak terdapat bukti adanya repliksai di usus, menyebar
13
pada galur primata non manusia dan galur sel manusia (IPD UI, 2009).
d. Gejala Hepatitis Masa inkubasi hepatitis A bervariasi antara 14-28 hari dengan gejala klinis yang juga bervariasi mulai dari asimtomatik hingga simtomatik, tergantung pada usia. Pada anak berusia <6 tahun, sekitar 70% kasus tidak menunjukkan gejala spesifik, sedangkan pada kasus dewasa sekitar 85% memperlihatkan gejala dan membutuhkan rawat inap. Gejala yang terjadi dapat berupa demam, tidak nafsu makan, diare, mual, rasa tidak nyaman di perut, kemih berwarna gelap, dan warna kuning pada kulit serta mata. Pada umumnya, gejala bertahan sekitar 2 bulan, tetapi pada kasus tertentu dapat melanjut hingga 6 bulan.
e. Manifestasi Klinis Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi asimptomatik tanpa ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan) 1) Fase Inkubasi. Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnyagejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.
14
2) Fase Prodromal (pra ikterik). Fase diantara timbulnya keluhan-keluhanpertama
dan
timbulnya
gejala
ikterus.
Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudahlelah, gejala saluran napas atas dan anorexia. Mual muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat rendah umunya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis. Gejala ini seperti “febrile influenza infection”. Pada anak-anak dan remaja gejala gangguan pencernaan lebih dominan, sedangkan pada orang dewasa lebih sering menunjukkan gejala ikterik disertai mialgia 3) Fase Ikterus.Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga munculbersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Akhir dari prodromal dan awal dari fase klinis di tandai dengan urin yang berwarna coklat, urobilinogenuria persisten, proteinuria ringan dan microhaematuria dapat berkembang. Feses biasanya acholic, dengan terjadinya ikteric (60-70% pada anak-anak, 80-90% pada dewasa). Sebagian gejala mereda, namun demam bisa tetap terjadi. Hepatomegali, nyeri tekan hepar splenomegali, dapat ditemukan. Akhir masa inkubasi LDL dapat meningkat sebagai espresi duplikasi virocyte, peningkatan SGOP, SGPT, GDH. Niali Transaminase biasanya tidak terlalu diperlukan untuk menentukan derajat keparahan. Peningkatan serum iron selalu merupakan ekspresi dari kerusakan sel hati. AP dan LAP meningkat sedikit. HAV RNA terdeteksi sekitar 17 hari sebelum SHPT meningkat dan beberapa hari sbelum HAV 15
IgM muncul. Viremia bertahan selama rata-rata 79 hari setelah peningkatan GPT , durasinya sekitar 95 hari (IPD UI, 2009). 4) Fase
konvalesen
(penyembuhan).
Diawali
dengan
menghilangnya ikterusdan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminant. (Wicaksono, 2014) Normalisasi dari serum asam empedu juga dianggap sebagai perameter dari penyembuhan gejala kilnis : a) Hepatitis A Klasik : timbul secara mendadak didahului gejala prodromal sekitar 1 minggu sebelum jaundice b) Hepatitis A relaps : Timbul 6-10 minggu setelah sebelumnya dinyatakan sembuh secara klinis. Kebanyakan terjadi pada umur20-40 tahun. Gejala relaps lebih ringan daripada
bentuk pertama. c) Hepatitis A kolestatik : Terjadi pada 10% penderita simtomatis. Ditandai dengan pemanjangan gejala hepatitis dalam beberapa bulan disertai panas, gatal-gatal dan jaundice. d) Hepatitis A protracted : Pada biopsi hepar ditemukan adanya inflamasi portal dengan piecemeal necrosis, periportal fibrosis, dan lobular hepatitis e) Hepatitis A fulminan : paling berat dan dapat menyebabkan kematian,
ditandai
dengan
memberatnya
ensefalopati, dan pemanjangan waktu protrombin. 16
ikterus,
f. Patogenesis Diawali
dengan
masuk
nya
virus
kedalam
saluran
pencernaan,kemudian masuk kealiran darah menuju hati(vena porta), lalu menginvasi ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hativirus mengalami replikasi yang menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel parenkim yang lain atau masuk kedalam ductus biliarisyang akan dieksresikan bersama feses. Sel parenkim yang telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi
yang
ditandai
dengan
adanya
agregasi
makrofag,
pembesaran sel kupfer yang akan menekan ductus biliaris sehingga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi (direk) akan terus menumpuk dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux (aliran kembali keatas) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke ginjal dan di eksresikan melalui urin. Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan gangguan dalam produksi asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat muntah yang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan menurun nya nafsu makan. (Kumar,2007)
17
Menurut IPD (2009), patogenesis hepatitis A yaitu HAV masuk ke hati dari saluran pencernaan melalui aliran darah, menuju hepatosit, dan melakukan replikasi di hepatosit yang melibatkan RNAdependent polymerase. Dari hepar HAV dieliminasi melalui sinusoid, kanalikuli, masuk ke dalam usus sebelum timbulnya gejala klinis maupun laboratoris.
g. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan serologi :
1) IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya
2) Anti HAV yang positif tanpa IgM anti HAV mengindikasikan infeksi lampaui
h. Upaya Pencegahan Untuk mencegah penularan dari virus HAV, hal yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan asupan makanan yang kita makan. Beberapa kebiasaan baik yang bisa dilakukan untuk tujuan ini diantaranya
adalah
dengan
membiasakan
mencuci
tangan
menggunakan sabun sebelum makan, menjaga sanitasi makanan, serta menghindari memakan makanan yang belum diketahui kebersihan pengolahannya (makanan yang dijual dipinggir jalan, dll). Selain itu, pencegahan penyakit Hepatitis A ini juga dapat dilakukan dengan pemberian vaksin Hepatitis A. (Sari, 2008)
Menurut WHO, cara terbaik dalam mencegah penularan Hepatitis A adalah dengan memperbaiki sanitasi lingkungan dan vaksinasi. Aspek sanitasi lingkungan merupakan hal yang penting agar penularan tidak 18
cepat terjadi sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai perlindungan. Di Indonesia sendiri terdapat undang undang yang memperkuat pentingnya melakukan vaksinasi untuk mencegah terjangkitnya Hepatitis A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, terdapat 3 jenis imunisasi yang diberikan kepada masyarakat khususnya pada bayi (untuk membentuk antibodi) yaitu imunisasi wajib, imunisasi tambahan dan imunisasi pilihan.Seperti yang tercantum
pada
Pasal
11
ayat
1
disebutkan
bahwa
“jenisimunisasi pillihan dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b (Hib), Pneumokokus, Rotavirus, Influenza Varisela, Measles Mumps Rubelle, Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papiloma Virus (HPV) dan Japanese Encephalitis”. Walaupun kedudukan Hepatitis A dalam pelaksanaanvaksinasi hanyalah sebagai imunisasi tambahan, akan tetapi Hepatitis A merupakan salah satu penyakit yang masuk ke dalam daftar penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dengan cara pemberian vaksin. Seperti yang tertera pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1611/Menkes/SK/XI/2006
Tentang
Pedoman
Penyelenggaraan
Imunisasi yaitu “Jenis jenis penyakit yang dapat dicegah melalui pemberian imunisasimeliputi penyakit menular tertentu : a) jenis jenis penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud meliputi antara lain penyakit Tuberculosis, Difteri,Pertusis, Campak, Polio, Hepatitis B, Hepatitis A,....”
19
i. Vaksinasi Hepatitis A sebaiknya diberikan kepada beberapa jenis kondisi seperti 1) Semua anak yang berusia dua tahun atau lebih 2) Anak dan remaja berusia 2-18 tahun yang tinggal di daerah dimana program vaksinasi rutin dilakukan karena tingginya kejadian penyakit 3) Penderita penyakit hati kronik
j. Pemberian vaksinasi untuk hepatitis A, diberikan kepada Pemberian vaksin untuk Hepatitis A diharapkan dapat mengurangi kejadian Hepatitis A, karena Hepatitis A merupakan jenis penyakit yang penularannya sangat cepat. Selain itu, perbaikan sanitasi lingkungan sangat diperlukan agar meminimalisir kejadian Hepatitis A.
Penyakit hepatitis dapat menghinggap siapa saja tidak memandang segi usia atau faktor ekonomi. Hepatitis dapat menyerang mulai dari balita, anak-anak hingga orang dewasa. Untuk hepatitis A bila menyerang anak-anak mulai dari 1-18 tahun dapat dilakukan vaksinasi dengan pemberian dosis vaksin 2 atau 3 tetes dosis vaksin sesuai dengan standar pengobatan. Sedangkan untuk orang dewasa dengan pemberian vaksinasi yang lebih besar dengan jangka waktu pemberian vaksin 6-12 bulan setelah dosis pertama vaksin. Dengan pemberian vaksinasi ini merupakan upaya pencegahan yang efektif dapat bertahan 15-20 tahun atau lebih. Pemberian vaksin bertujuan mencegah sebelum terjadinya infeksi dari virus hepatitis A dan memberikan perlindungan terhadap virus sedini mungkin 2-4 minggu setelah vaksinasi. (Price , 2005)
20
1) Mereka yang menggunakan obat-obat terlarang (psikotropika /narkoba) dengan menggunakan jarum suntik 2) Mereka yang bekerja sebagai pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang kurang mendapatkan perhatian akan keamanan dan kebersihan dari makanan itu sendiri.Orang yang tinggal dalam satu pondok atau asrama yang setiap harinya berkontak langsung. Mungkin diantara penghuni pondok asrama memiliki riwayat penyakit hepatitis A. 3) Balita dan anak-anak yang mungkin tinggal dalam lingkungan yang memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi akan hepatitis. 4) Seseorang yang suka melakukan oral seks/anal. 5) Seseorang yang teridentifikasi penyakit hati kronis.
Menjaga kebersihan terhadap diri pribadi dan lingkungan sekitar tempat tinggal merupakan upaya awal yang sangat penting sebagai proses pencegahan lebih dini sebelum terjangkit atau mengalami resiko yang lebih tinggi terhadap serangan penyakit hepatitis. Selalu menjaga kebersihan dengan mengawali langkah yang mudah salah satunya dengan cara membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu. Namun bagi mereka yang suka berpergian ke luar negeri yang mungkin di negara tersebut memiliki sanitasi yang kurang baik sebagai pencegahan tak ada salahnya untuk melakukan vaksinasi minimal 2 bulan sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri. Akan tetapi bagi mereka yang sudah teridentifikasi terkena virus hepatitis A (HAV), globulin imun (IG) harus diberikan sesegera mungkin dengan pemberian vaksin minimal 2 minggu setelah teridentifikasi virus hepatitis. (Hincliff, 2000)
21
k. Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk virus hepatitis A (HAV) . Pengobatan diberikan secara suportif bukan langsung kuratif. Medikasi yang mungkin dapat diberikan meliputi analgesik, antiemetik, vaksin, dan imunoglobulin. Pencegahan baik sebelum atau setelah terpapar HAV menjadi lebih penting.Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya sendiri biasanya akan sembuh sendiri. Pemberian farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Farmakoterapi atau obat-obatan yang biasa digunakan adalah antipiretik analgesik atau penghilang demam dan rasa sakit, antiemetik atau anti muntah, vaksin, dan imunoglobulin. Tidak ada terapi spesifik yang tersedia. Para antienteroviral diteliti obat pleconaril (Disoxaril; ViroPharma) tidak memiliki aktivitas terhadap virus hepatitis A (HAV).
Rawat Inap diindikasikan untuk pasien dengan dehidrasi yang signifikan karena muntah atau mereka dengan hepatitis fulminan. Tetapi pada keadaan lain yang berat dimana terjadi komplikasi kekuarangan cairan akibat muntah yang berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi komplikasi kekuarangan cairan dan elektrolit disarankan untuk dilakukan perawatan di rumah Sakit. Konsultasi dengan subspecialis umumnya tidak diperlukan.
Pada penderita Fulminant hepatitis mungkin perlu dikonsultasikan pada ahli pencernaan anak atau ahli perawatan intensif. Meskipun obat demam golongan asetaminofen dapat dengan aman digunakan untuk mengobati beberapa gejala yang berhubungan dengan hepatitis A virus (HAV) infeksi, sebaiknya dosis harus tidak lebih dari 4 gram sehari atau 8 tablet sehari. Pada anak usia 12 tahun jangan lebih 2 gram atau 4 tablet sehari. Untuk mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus 22
mempercepat proses penyembuhan dilakukan istirahat yang cukup sehingga memberi kekuatan bagi sistem kekebalan tubuh dalam hmemerangi infeksi. Pemberian obat anti mual dapat diberikan untuk mencegah rasa mual dan muntah yang berlebihan. Gangguan rasa mual dan muntah itu dapat mengurangi nafsu makan. Hal iniarus diatasi karena asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan.
Pada penyakit hepatitis A organ tubuh yang paling terganggu adalah hati atau lever. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat yang sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama sakit. Beberapa peneliti percaya bahwa penggunaan kortikosteroid dapat mempengaruhi pasien untuk mengembangkan kambuh hepatitis A.Meskipun sangat jarang tetapi dapat terjadi komplikasi yang sering menyertai infeksi hepatitis A seperti Gagal ginjal akut, nefritis interstisial, pankreatitis, aplasia sel darah merah, agranulositosis, aplasia sumsum tulang, blok jantung sementara, sindrom Guillain-Barré, arthritis akut, penyakit Still, sindrom lupuslike, Hepatitis autoimun dan sindrom Sjögren, kekambuhan infeksi Hepatiotis A terjadi pada sekitar 3-20% penderita. Setelah melewati fase infeksi akut, terjadi fase remisi berlangsung 3-6 minggu. Kekambuhan terjadi setelah periode singkat biasanya lebih 3 minggu dan gejalanya seperti hejala awal meskipun gejalanya lebih ringan ringan.Terdapat laporan kasus seorang pasien dilakukan transplantasi hari karena terjadi kekambuhan dan disertai penyakit lainnya yang tidak membaik dengan pengobatan (Children, 2012)
2. Hepatitis B Hepatitis B adalah infeksi serius pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa menyebabkan kondisi akut dan kronis 23
pada pasien. Jika sudah memasuki level kronis, penyakit ini bisa membahayakan nyawa penderitanya. Jika tidak segera ditangani, pendertia hepatitis B kronis berisiko terkena sirosis, kanker hati, atau gagal hati. Hepatitis B sulit dikenali karena gejala-gejalanya tidak langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena itulah, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Virus ini biasanya berkembang selama 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap virus sampai kemunculan gejala pertama. Beberapa gejala umum hepatitis B antara lain: a. Kehilangan nafsu makan. b. Mual dan muntah. c. Nyeri di perut bagian bawah. d. Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning). e. Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit kepala. Hepatitis B merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 680 ribu orang meninggal dunia tiap tahun akibat komplikasi hepatitis B, seperti siroris dan kanker hati. Di Indonesia sendiri, hasil riset Kesehatan Dasar pada yang dirilis pada 2015 menunjukkan bahwa penderita hepatitis di Indonesia diperkirakan mencapai 28 juta orang, dimana setengah di antaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan 10 persen dari risiko kronis tersebut akan mengalami sirosis atau bahkan kanker hati. a. Cara Penularan Hepatitis B Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh, misalnya sperma dan cairan vagina. Beberapa cara penularan umumnya antara lain: 1)
Kontak seksual. Misalnya berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks tanpa alat pengaman.
24
2)
Berbagi jarum suntik. Misalnya menggunakan alat suntik yang sudah terkontaminasi darah penderita hepatitis B.
3)
Kontak dengan jarum suntik secara tidak disengaja. Misalnya petugas kesehatan (paramedis) yang sering berurusan dengan darah manusia.
4)
Ibu dan bayi. Ibu yang sedang hamil dapat menularkan penyakit ini pada bayinya saat persalinan.
b. Hepatitis B Akut dan Kronis Ada dua jenis infeksi hepatitis B, yaitu akut (terjadi dalam waktu singkat) dan kronis (jangka panjang). Infeksi akut umumnya dialami oleh orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem kekebalan tubuh Anda biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan sembuh dalam beberapa bulan. Hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama lebih dari enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko mengalami hepatitis B empat sampai lima kali lebih besar dibanding anak-anak yang terinfeksi pada masa balita
Sebanyak 20 persen orang dewasa yang terpapar virus ini akan berujung pada diagnosis hepatitis B kronis. Penderita hepatitis B kronis bisa menularkan virus meski tanpa menunjukkan gejala apa pun. Berdasarkan penelitian WHO, sekitar 3 dari 10 penderita hepatitis B kronis akan mengalami sirosis. Sirosis adalah kerusakan hati jangka panjang atau kronis yang menyebabkan luka pada hati. Perkembangan penyakit yang perlahan-lahan mengakibatkan jaringan sehat digantikan oleh jaringan rusak. Fungsi hati dalam memproses nutrisi, hormon, obat, dan racun yang diproduksi tubuh akan melambat.
c. Pengobatan Hepatitis B Tidak ada langkah khusus dalam pengobatan hepatitis B. Tujuan pengobatan kondisi ini adalah untuk mengurangi gejala dengan obat pereda sakit, serta 25
menjaga kenyamanan sehari-hari si penderita dan keseimbangan gizinya. Sementara itu, pengobatan untuk hepatitis B kronis tergantung pada tingkat keparahan infeksi pada hati. Penanganan penyakit ini adalah menggunakan obat-obatan yang berfungsi untuk menghambat produksi virus dan mencegah kerusakan pada hati.
d. Vaksin dan Pencegahan Hepatitis B Langkah efektif dalam pencegahan hepatitis B adalah dengan melakukan vaksin. Di Indonesia sendiri, vaksin hepatitis B termasuk vaksin wajib dalam imunisasi. Proses pemberian vaksin dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat anak lahir, saat anak berusia 1 bulan, dan pada saat anak berusia 3-6 bulan. Meskipun begitu, orang dewasa dari segala usia pun dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis B, terutama apabila mereka berisiko tinggi tertular hepatitis B. Contohnya seperti: 1) Orang yang memiliki lebihdari satu pasangan seksual. 2) Orang yang menggunakan obat suntik atau berhubungan seks dengan pengguna obat suntik. 3) Petugas kesehatan (paramedis) yang berisiko terpapar virus hepatitis B. 4) Orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B. 5) Penderita penyakit hati kronis. 6) Penderita penyakit ginjal. Pemeriksaan hepatitis B juga diterapkan bagi ibu hamil. Jika sang ibu mengidap penyakit ini, bayinya harus menerima vaksin pada saat lahir (12 jam setelah persalinan) untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi. Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena hepatitis B di antaranya adalah:
26
1) Berhenti atau jangan menggunakan obat-obatan terlarang. 2) Hindari berbagi penggunaan barang seperti sikat gigi, anting-anting, ataualat cukur. 3) Waspadalah saat ingin menindik ataumenato tubuh. 4) Jangan berhubungan seks tanpa alat pengaman kecuali Anda yakin pasangan Anda tidak memiliki hepatitis B atau penyakit kelamin menular lainnya. Apabila Anda telah melakukan kontak dengan salah seorang penderita hepatitis B dalam rentang waktu 24 jam terakhir, segera periksakan diri ke dokter. Risiko penularan penyakit ini dapat diturunkan dengan pemberian suntikan imunoglobulin hepatitis B. Ini adalah larutan obat yang berisi antibodi guna melawan virus hepatitis B.
3. Hepatitis C
a. Pengertian Hepatitis C adalah jenis yang paling berbahaya dari semua jenis virus hepatitis, karena infeksi ini biasanya tidak menimbulkan gejala sampai di tahapan akhir infeksi kronis. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi hepatitis sampai akhirnya menderita kerusakan hati permanen beberapa tahun kemudian, saat dilakukan tes medis rutin. ( Silalahi, 2004 )
b. Etiologi Infeksi hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). HCV ditularkan dari satu orang ke orang lain lewat paparan darah yang terkontaminasi virus. ( Silalahi, 2004 )
c. Manifestasi Klinis 27
1) Hepatitis C akut 2) Hepatitis C fulminan 3) Hepatitis C kronis 4) Sirosis hati ( Sulaiman A, 2007 )
d. Penularan Virus hepatitis C berkembang dalam darah. Karena itu, kita akan tertular hepatitis C jika mengalami kontak dengan darah penderita.Cara penularan hepatitis C yang paling umum terjadi adalah melalui jarum suntik, misalnya pengguna obat-obatan terlarang yang berbagi jarum suntik atau menjalani proses pembuatan tato di tempat yang tidak memiliki peralatan steril. Di samping itu, saling meminjamkan barang pribadi seperti gunting kuku dan sikat gigi serta hubungan seks bebas juga dapat mempertinggi risiko seseorang untuk tertular penyakit ini.
Meski demikian, virus hepatitis C tidak akan menular melalui air susu ibu, makanan, minuman, maupun bersentuhan seperti bersalaman atau berpelukan. ( Mukherjee S. , 2009 )
e. Tanda dan Gejala Kebanyakan orang yang terinfeksi virus hepatitis C (HCV) tidak mengalami gejala. Pada tahapan awal, gejala mungkin tampak ringan sekitar satu sampai tiga bulan sejak terpapar virus. Gejala umum dari hepatitis C termasuk: 1) Warna kulit dan mata menguning (jaundice) 2) Urin berwarna gelap seperti teh 3) Feses berwarna pucat seperti dempul 4) Demam 28
5) Kelelahan 6) Mual muntah 7) Nafsu makan buruk 8) Nyeri lambung 9) Nyeri otot atau sendi
Tanda-tanda dan gejala infeksi kronis biasanya akan tampak jelas setelah bertahun-tahun dan merupakan akibat dari kerusakan hati yang disebabkan oleh virus. Ini awalnya bisa termasuk gejala dari infeksi akut yang berkembang memburuk seiring waktu. Tanda dan gejala HCV kronis bisa meliputi: 1) Mudah berdarah 2) Mudah memar 3) Kulit gatal 4) Penumpukan cairan di perut 5) Pembengkakan di kaki 6) Penurunan berat badan 7) Linglung, mengantuk dan bicara tidak jelas (ensefalopati hepatik) 8) Pembuluh darah sarang laba-laba pada kulit (spider angioma) ( Mukherjee S. , 2009 )
f. Komplikasi Kerusakan jaringan hati (sirosis). Setelah 20 sampai 30 tahun menderita infeksi hepatitis C, sirosis dapat terjadi. Sirosis adalah kerusakan jaringan hati permanen.Kanker hati. Penderita hepatitis C lebih berisiko tinggi terkena kanker hati.Gagal hati. Hati yang mengalami kerusakan parah karena infeksi HCV bisa gagal untuk berfungsi dengan baik
g. Pencegahan 1) Berhenti menggunakan narkoba 29
2) Berhati-hati ketika ingin menindik tubuh dan membuat tato. Carilah toko yang terjamin kebersihannya dan juga tekniknya. Perhatikan kebersihan lingkungan toko dan seberapa steril peralatannya. 3) Selalu berhubungan seks secara aman. Jangan berhubungan seks tanpa kondom dengan bergonta-ganti pasangan atau dengan seseorang yang status kesehatannya tidak pasti. Penularan seksual di antara pasangan suami-istri bisa terjadi, tetapi risikonya rendah. h. Pengobatan 1) Obat obatan antivirus 2) Transplantasi hati 3) Vaksinasi 4) Perubahan gaya hidup
4. Hepatitis D
a. Pengertian Hepatitis D adalah penyakit yang disebabkan oleh voirus ( HDV ) atau virus delta, virus yang unik yang tidak lengkap dan untuk berreplikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularannya biasanya melalui hubungan seksual yang tidak sehat , jarum suntik , dan transfusi darah yang mana memiliki gejala yang bervariasi yang dapat muncul dengan gejala ringan ( ko-infeksi ) atau amat progresif .(silalahi, 2004 )
b. Etiologi Penyebab penyakit hepatitis D adalah virus hepatitis tipe D atau antigen delta yang berukuran 35-37nm dan merupakan virus RNA yang tidak sempurna . virus tersebut dari nukleo protein RNA merupakan hybrid DNA virus hepatitis B . virus tersebut memerlukan selubung HBSAg . virus hepatitis D tidak terdapat dalam darah tetapi anti HVD Ig M dapat ditemukan dalam sirkulasi. ( Salamihardja/Gsuhajayanto , 2007 ) . 30
Hepatitis D yang terjadi pada remaja umumnya terjadi akibat penggunaan obat bersama sama , jarum suntik yang sama , kontak darah , hubungan seks yang terjadi akibat terkenanya cairan air manis maupun vagina , dan air ludah yang mana virus tersebut dapat menular secara langsung dari penderita hepatitis D yang bersifat hepatotoksik.
c. Penularan ( selamihardja/G.sujayanto , 2007 ) 1) Melalui barang yang tercemar VHD yang positive hepatitis D 2) Melalui hubungan seksual atau berciuman dengan penderita hepatitis D 3) Akibat transfusi darah yg terkontaminsi VHD 4) Adanya kelainan darah hemofilia , thalesemia , leukimia , 5) Bersenggolan dengan luka terbuka penderita hepatitis D
d. Manifestasi klinis Masa inkubasi 4-7 minggu dengan gejala flu , demam , penyakit kuning , urine berwarna hitam dan feses berwarna hitam kemerahan dan pembengkakan pada hati, pada anak mengalami ikhterus, anoreksia, mual, malaise, akrodemartitis populer (sindrom gianotti-crosti ). ( cecely, 2002 ) Menurut afifah, dkk (2005), reeves, (2001) gambaran klinis hepatitis D ada 3 fase yaitu 1) Masa tunas ( inkubasi ) Terjadi sejak virus masuk kedalam tubuh sampai menimbulkan gejala dan menimbulkan kerusakan sel sel hati . 2) Prodnormal Anoreksia , mual , ketidaknyamanan di perut bagian atas terasa berbau logam , malaise , sakit kepala letih , demam tingkat rendah , hepatomegali , urin lebih pekat . 3) Icterik
31
Air kencing gelap seperti teh akibat terjadinya peningkatan bilirubin pruritus tinja seperti dempul jika “ conjugated billirubin “ tidak mengalir kelaur dari hati keusus timbul ikhterik , hati membesar jika diraba , nyeri tekan pada hati . 4) Post icterik Hilangnya ikhterik , tidak enak badan , mudah letih , warna urin dan tinja normal kembali . e. Tanda dan Gejala 1) Air seni berwarna pekat 2) Kelelahan 3) Mual 4) Muntah muntah 5) Sakit perut 6) Selera makan berkurang bahkan hilang
f. Komplikasi 1) Memiliki resiko tinggi kanker hati 2) Memiliki resiko tinggi serosis hati
g. Pencegahan 1) Berhubungan seks dengan alat pengaman 2) Hindari barang barang pribadi orang lain 3) Melakukan imunisasi vaksin hepatitis B 4) Jangan berbagi atau menggunakan jarum suntik , pisau cukur dengan orang lain
h. Penanganan 1) Antivirus 2) Istirahat cukup 3) Transpalasi hati 32
5. Hepatitis E a. Pengertian Virus ini adalah suatu virus yang ditularkan melalui air yang tercemar. Biasanya terjadi di negara - negara berkembang. Kelompok yang paling rentan terkena adalah turis/pelancong di Asia Selatan dan Afrika Utara dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan. Hepatitis E virus (HEV).
b. Etiologi HEV adalah virus rantai untai tunggal yang tidak berselubung dan paling baik ditandai sebagai calicivirus. Selama infeksi virus aktif, dapat ditemukan antigen spesifik (Ag HEV) dalam sitoplasma hepatosit. (Robbins, 2007).Ditemukan di feses orang atau hewan pengidap hepatitis E.
c. Penularan Biasanya penularan hepatitis E yaitu 1) ditularkan melalui jalur fekal-oral 2) air minum yang tercemar tinja 3) kurang menjaga kebersian diri / personal hygine
e. Manifesitasi Klinis Tanda gejala dari hepatitis E yaitu 1) sakit kuning (jaundice) 2) lemah 3) nyeri abdomen 4) kurang nafsu makan 5) mual 6) muntah 7) urine berwarna gelap 33
Pada umumnya gejala HEV bisa muncul sekitar 2 sampai 7 minggu setelah terpapar virus, dan biasanya berlangsung selama sekitar 2 bulan. f. Komplikasi Komplikasi dari penyakit hepatitis E, yaitu 1) Obstruksi Biliari 2) Hepatitis Fulminant (jarang).
g. Peralatan Mendis Hepatitis E tidak mempunyai peralatan medis sendiri, biasanya akan sembuh setelah beberapa minggu atau bulan.
h. Cara Mencegahan Cara Mencegah tejadinya hepatitis E, yaitu 1) Menjaga personal higyne 2) Selalu cuci tangan dengan sabun dan air 3) Cuci buah dan sayuran sebelum dimakan mentah. Selalu gunakan air bersih.
i. Penanganan Cara penanganan terjadinya hepatitis E, yaitu: 1) Beristirahat di rumah sampai energi Anda kembali. 2) Minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi. Pilihlah cairan tinggi kalori seperti jus buah dan sup kaldu. 3) Jangan minum alkohol atau menggunakan narkoba.
E. Konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis 1. Pengkajian Keperawatan b. Biodata
34
1) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis. 2) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir. 3) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan klien. c. Keluhan Utama, Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning d. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang, Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas 2) Riwayat Kesehatan Dahulu, Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga, Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. e. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis 1) Aktifitas: Kelemahan, kelelahan dan malaise 2) Sirkulasi: Bradikardi ( hiperbilirubin berat ) dan Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa 3) Eliminasi: Urine gelap dan diare feses warna tanah liat 4) Makanan dan Cairan: Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan oedema dan asites 35
5) Neurosensori: Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi dan asteriksis 6) Nyeri / Kenyamanan: Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan , mialgia, atralgia, sakit kepala dan gatal ( pruritus ) 7) Keamanan: Demam, urtikaria, lesi makulopopuler, eritema, splenomegali dan pembesaran nodus servikal posterior 8) Seksualitas: Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
2. Diagnosa Keperawatan Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis : a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. b. Gangguan
rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan
dengan
pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. c. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar. d. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis e. Resiko
tinggi
kerusakan
integritas
kulit
dan
jaringan
berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu. f.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret
36
g. Risiko tinggiterhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
3. Intervensi Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi pasien terpennuhi. Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
No 1.
Intervensi
Rasional
Ajarkan dan bantu klien Keletihan berlanjut menurunkan untuk
istirahat
sebelum keinginan untuk makan
makan 2.
Awasi
pemasukan adanya pembesaran hepar dapat
diet/jumlah kalori, tawarkan menekan saluran gastro intestinal makan sedikit tapi sering dan dan menurunkan kapasitasnya. tawarkan pagi paling sering 3.
Pertahankan hygiene mulut akumulasi partikel makanan di yang baik sebelum makan mulut dapat menambah baru dan dan sesudah makan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
4.
Anjurkan makan pada posisi menurunkan rasa penuh pada duduk tegak
abdomen
dan
dapat
meningkatkan pemasukan 5.
Berikan diit tinggi kalori, glukosa dalam karbohidrat cukup rendah lemak
37
efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
2. Gangguan
rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan
dengan
pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri pasien berkurang atau teratasi. Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
No. 1.
Intervensi
Rasional
Kolaborasi dengan individu nyeri untuk
menentukan
yang
berhubungan
metode dengan hepatitis sangat tidak
yang dapat digunakan untuk nyaman, oleh karena terdapat intensitas nyeri
peregangan secara kapsula hati, melalui
pendekatan
individu
yang
kepada
mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan
lebih
efektif
mengurangi nyeri. 2.
Tunjukkan
pada
klien klienlah yang harus mencoba
penerimaan tentang respon meyakinkan klien terhadap nyeri
pemberi
pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
3.
Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk jelaskan
penyebab
nyeri, mengalami
tunjukkan berapa lama nyeri penjelasan
nyeri nyeri
melalui yang
sesungguhnya akan dirasakan 38
akan berakhir, bila diketahui
(cenderung
lebih
tenang
dibanding
klien
yang
penjelasan
kurang/tidak
terdapat penjelasan) 4.
Bahas
dengan
dokter kemungkinan nyeri sudah tak
penggunaan analgetik yang bisa dibatasi dengan teknik tak
mengandung
efek untuk mengurangi nyeri.
hepatotoksi
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan pasien normal Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
No. 1.
Intervensi
Rasional
Monitor tanda vital : suhu sebagai badan
2.
Ajarkan
indikator
untuk
mengetahui status hypertermi klien
pentingnya dalam kondisi demam terjadi
mempertahankan cairan yang peningkatan evaporasi yang adekuat
(sedikitnya
l/hari)
untuk
2000 memicu timbulnya dehidrasi
mencegah
dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari. 3.
Berikan kompres hangat pada menghambat pusat simpatis di lipatan ketiak dan femur
hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi
kulit
dengan
merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi
panas
tubuh melalui penguapan 4. 39
Anjurkan klien untuk memakai kondisi kulit yang mengalami
pakaian
yang
menyerap lembab
keringat
memicu
timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi
kenyamanan
klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan pasien berkurang Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
No. 1.
Intervensi Jelaskan
Rasional
sebab-sebab dengan penjelasan sebab-sebab
keletihan individu
keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
2.
Sarankan klien untuk tirah tirah baring
baring
meminimalkan
akan
energi
dikeluarkan
yang
sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit. 3.
Bantu
individu
mengidentifikasi kekuatan,
untuk memungkinkan
klien
kekuatan- memprioritaskan
dapat
kegiatan-
kemampuan- kegiatan yang sangat penting
kemampuan
dan
meminimalkan
pengeluaran
energi
untuk
kegiatan yang kurang penting 4.
Analisa bersama-sama tingkat keletihan keletihan
selama
24
jam diminimalkan
meliputi waktu puncak energi, mengurangi waktu 40
kelelahan,
dapat
segera dengan
kegiatan
yang
aktivitas dapat menimbulkan keletihan
yang
berhubungan
dengan
keletihan 5.
Bantu untuk belajar tentang untuk mengurangi keletihan keterampilan efektif
koping
(bersikap
yang baik fisik maupun psikologis asertif,
teknik relaksasi)
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi kerusakan intergritas kulit dan jaringan. Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus. No. 1.
Intervensi
Rasional
Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan menyebabkan kulit kering
meningkatkan
sensitifitas
kulit
dengan
merangsang ujung syaraf
2.
Cegah
penghangatan
berlebihan
dengan menambah
pertahankan dingin
yang penghangatan yang berlebih
suhu
dan
pruritus
ruangan meningkatkan
dengan
sensitivitas
kelembaban melalui vasodilatasi
rendah, hindari pakaian terlalu tebal 3.
Anjurkan tidak menggaruk, penggantian instruksikan
klien
memberikan
tekanan
pada
area
pruritus
merangsang
untuk pelepasan kuat menghasilkan
hidtamin, lebih
banyak
untuk pruritus
tujuan menggaruk 4.
41
Pertahankan
kelembaban pendinginan akan menurunkan
ruangan pada 30%-40% dan vasodilatasi dan kelembaban dingin
kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien tidak mengalami gangguan pola nafas. Kriteria hasil : Pola nafas adekuat.
No. 1.
Intervensi
Rasional
Awasi frekwensi , kedalaman pernafasan dan upaya pernafasan
dangkal/cepat
kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen
2.
3.
Auskultasi
bunyi
nafas kemungkinan
menunjukkan
tambahan
adanya akumulasi cairan
Berikan posisi semi fowler
memudahkan
pernafasan
dengan menurunkan tekanan pada
diafragma
dan
meminimalkan ukuran secret 4.
Berikan latihan nafas dalam membantu ekspansi paru dan dan batuk efektif
5.
Berikan
oksigen
kebutuhan
mengeluarkan secret sesuai mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggiterhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi infeksi pada pasien.
42
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
No. 1.
Intervensi Gunakan
Rasional
kewaspadaan pencegahan tersebut dapat
umum
terhadap
tubuh
yang
menangani
substansi memutuskan
tepat
metode
untuk transmisi virus hepatitis
semua
cairan
tubuh a.
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
b.
Gunakan
sarung
tangan untuk kontak dengan
darah
dan
cairan tubuh c.
Tempatkan
spuit
yang telah digunakan dengan segera pada wadah
yang
jangan
tepat,
menutup
kembali
atau
memanipulasi jarum dengan cara apapun
2.
Gunakan teknik pembuangan teknik
ini
membantu
sampah infeksius, linen dan melindungi orang lain dari cairan tubuh dengan tepat kontak untuk
membersihkan infeksius
peralatan-peralatan permukaan
43
dengan dan
dan transmisi penyakit yang
materi mencegah
terkontaminasi 3.
Jelaskan pentingnya mencuci mencuci
tangan
tangan dengan sering pada menghilangkan klien,
keluarga
dan yang
organisme
merusak
rantai
pengunjung lain dan petugas transmisi infeksi pelayanan kesehatan.
4.
Rujuk ke petugas pengontrol rujukan tersebut perlu untuk infeksi
untuk
evaluasi mengidentifikasikan sumber
departemen kesehatan yang pemajanan dan kemungkinan tepat
orang lain terinfeksi
4. Evaluasi Keperawatan 1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi. 2. Menunjukkan tanda –tanda nyeri fisik dan perilaki dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis dan lokasinya) 3. Tidak terjadi peningkatan suhu 4. Tidak terjadi keletihan 5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus 6. Pola nafas adekuat 7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
44
DAFTAR PUSTAKA
Corwin , Elizabeth J. 2009. Patofisiologi Edisi:3. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Ditjen Binfar&Alkes, Jakarta, 2007. Kumar,Cotran,Robbins.2007.Buku Ajar Patologi.Edisi7.Jakarta:EGC L.Kasper MD, Dennis dkk. 2005. Harrisons Principle Of Internal Medicine 16th Edition. United States of America: Mc Graw Hill L.Kasper MD, Dennis dkk. 2008. Harrisons Principle Of Internal Medicine 17th Edition. United States of America: Mc Graw Hill Mandal, B.K , Wilkins, E.G.L , Dunbar, E.M , Mayon-White, R.T. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Perhimpunan Dokter Specialis Penyakit Dalam Indonesia. Hepatitis virus akut. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2010. Price & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi:8 Vol.2. Jakarta: ECG Tambayong, Jan .2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinhepatitis.pdf diunduh pada tanggal 28 oktober 2018 pukul 16.00 http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.p df diunduh pada tanggal 28 oktober 2018 pukul 16.15
45