HASIL DAN PEMBAHASAN VI.I Penentuan panjang gelombang maksimum larutan vitamin C larutan induk vitamin ditentukan panjang gelombang maksimumnya pada rentang 200-400 nm dengan menggunakan blanko metanol. Hasil pengukuran di dapatkan panjang gelombang 246 nm. Berdasarkan literatur panjang gelombang vitamin C adalah 245 nm, gambar VI,I Spektrum Serapan Maksimum Vitamin C VI.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Vitamin C Dibuat seri larutan vitamin C dengan 6 konsentrasi yaitu 5, 7, 9, 11, 13, 15 ppm, masingmasing larutan diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum 246 nm kemudian data absorbansi dan konsentrasi larutan standar digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. Hasil pengukuran kurva kalibrasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel VI.2 Nilai Absorbansi Vitamin C absorbansi konsentrasi 5 7 9 11 13 15
(Y) 0,208 0,317 0,42 0,509 0,617 0,725
VI.3 Linieritas Linieritas diperoleh dengan cara membuat kurva kalibrasi vitamin C. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan standar dalam mendeteksi analit dalam contoh. Pada penelitian ini menggunakan larutan baku yang dibuat dalam 6 seri konsentrasi untuk analit yang akan diuji. Larutan baku digunakan untuk membuat persamaan kurva baku untuk vitamin C. Konsentrasi kurva baku yang digunakan untuk persamaan kurva baku vitamin C adalah 5, 7, 9, 11, 13, 15 ppm. Setelah didapatkan kurva baku di buat persamaan regresi linier yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
absorbansi
0.8 f(x) = 0.05x - 0.04 R² = 1
0.6 0.4 0.2 0
4
6
8
10
12
14
16
konsentrasi ppm
Gambar VI.3: kurva baku vitamin C Persamaan garis = y = 0,0511x – 0,0446 = R = 0,9996, R2 = 0,9993 Parameter hubungan kelinieritasan yang digunakan yaitu koefisien korelasi (r) pada analisis regresi linier y=bx+a ( b adalah slope, a adalah intersep, x adalah konsentrasi analit dan y adalah respon instrumen ). Koefisien korelasi adalah suatu hubungan linier antara dua set data (hubungan antara konsentrasi–absorbansi) dan ditandai dengan r. Nilai koefisien korelasi ini paling sedikit –1 dan paling besar +1. Data yang yang diperoleh untuk persamaan garis vitamin C adalah y = 0,0511x – 0,0446 sehingga mendapatkan nilai r sebesar 0,9996. Hal ini menunjukkan telah memenuhi persyaratan parameter linieritas yaitu dengan nilai r atau koefisien korelasi vitamin C mendekati 1. VI.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi Batas deteksi (BD) menurut Rarmita (2004) adalah Jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Sedangkan Batas kuantitasi (BK) merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Pada penelitian ini digunakan cara penentuan BD dan BK dengan kurva kalibrasi.
Tabel VI.4 Hasil batas deteksi dan batas kuantitasi vitamin C Parameter Vitamin C Batas Deteksi (BD) 0,340888175 ppm Batas kuantitasi (BK) 1,136293917 ppm Standar Deviasi (Sxo) 0,113629392 Koefisien variasi (Vxo) 1,136293917 % Berdasarkan data yang diperoleh nilai BD yang didapat untuk vitamin C adalah 0,340888175 ppm, sedangkan untuk nilai BK adalah 1,136293917 ppm. Dan untuk nilai koefisien variasi adalah 1,136293917% yang dimana koefiesien korelasi masih memasuki kreteria keseksamaan yaitu 2% atau kurang dari 2%. VI.5 Presisi Keseksarnaan (presisi) rnerupakan ukuran yang rnenunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur rnelalui sebaran hasil individual dari rerata jika prosedur diterapkan secara berulang-ulang pada sarnpel yang diarnbil dari carnpuran yang hornogen (Harrnita, 2004) Pengujian presisi dilakukan dengan cara keterulangan yang dilaksanakan oleh penguji yang sarna. Tabel VI.5 Hasil Presisi Pengulangan hari ke Presisi 1 0,134750233 2 0,22510876 3 0,172757181 Berdasarkan penelitian untuk uji presisi yang dilakukan dengan metode adisi yaitu penambahan larutan baku kedalam larutan sampel yang dilakukan sebanyak 6 kali penggulangan selama 3 hari berturut-turut didapatkan nilai presisi yang cukup baik. Menurut Harmita (2004), suatu rnetode pengujian dikatakan seksarna jika rnetode rnernberikan simpangan baku relatif (RSD) atau CV 2% atau kurang. VI.6 Akurasi Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menujukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya., akurasi biasanya dinyatakan sebagai persen perolehan kembali atau recovery analit yang ditambahkan. Untuk pengujian akurasi dilakukan dengan metode adisi yaitu menambahkan larutan standar kedalam larutan sampel. Tabel VI.6 Hasil Akurasi
Konsentrasi % Recovery 5 ppm 85,86649272 % 7 ppm 91,89886 % 9 ppm 93,94554372 % Berdasarkan cara adisi yaitu penambahan larutan standar kedalam larutan sampel, dan sesuai dengan syarat akurasi akurasi yang baik: 98-102% untuk sampel hayati ( biologis dan hayati) ;±10%. Beberapa pendapat mengatakan antara 95-105%, dan beberapa berpendapat antara 80-120%, hal ini dikarenakan semakin kompleks penyiapan sampel dan semakin sulit metode analisis yang digunakan, maka recovery yang diperolehkan semakin rendah atau kisarannya semakin lebar. Dan pada penelitian yang dilakukan hasil recovery masih memasuki persyaratan yaitu 80-120%. VI.6 Penetapan kadar sampel 1.
Cabai rawit merah Ditimbang 50 mg sampel yang telah diblender dilarutkan dalam labu ukur 25 ml Absorbansi sampel : 0.233 Persamaan garis regresi kurva baku y = 0,0511x – 0,0446 Kadar vitamin C yang terukur = 5,4324853229 Kadar vitamin C pada labu ukur 25 ml = 135,81213307 µg Kadar vitamin C dalam cabai rawit merah = 135,81213307 µg ( 0,1358121331 mg) 0,1358121331mg =2,71 mg /g Kadar vitamin C pada cabai rawit merah : 0,05 gram 2. Cabai rawit hijau Ditimbang 50 mg sampel yang telah diblender dilarutkan dalam labu ukur 25 ml Absorbansi sampel : 0.253 Persamaan garis regresi kurva baku y = 0,0511x – 0,0446 Kadar vitamin C yang terukur = 5,8238747554 Kadar vitamin C pada labu ukur 25 ml = 145,59686888 µg Kadar vitamin C dalam cabai rawit merah = 145,59686888 µg ( 0,1455968689 mg) 0,1455968689mg mg =2,911 Kadar vitamin C pada cabai rawit merah : 0,05 gram g 3. Kol ungu Ditimbang 50 mg sampel yang telah diblender dilarutkan dalam labu ukur 25 ml Absorbansi sampel : 0.309 Persamaan garis regresi kurva baku y = 0,0511x – 0,0446 Kadar vitamin C yang terukur = 6,9197651663 Kadar vitamin C pada labu ukur 25 ml = 172,99412916 µg Kadar vitamin C dalam cabai rawit merah = 172,99412916 µg (0,1729941292 mg) 0,1729941292mg =3,459 mg/g Kadar vitamin C pada cabai rawit merah : 0,05 gram 4. Kol putih Ditimbang 50 mg sampel yang telah diblender dilarutkan dalam labu ukur 10 ml Absorbansi sampel : 0.312 Persamaan garis regresi kurva baku y = 0,0511x – 0,0446 Kadar vitamin C yang terukur = 6,9784735812
Kadar vitamin C pada labu ukur 25 ml = 69,784735812 µg Kadar vitamin C dalam cabai rawit merah = 69,784735812 µg (0,0697847358 mg) 0,0697847358mg =1,395 mg/ g Kadar vitamin C pada cabai rawit merah : 0,05 gram Tabel VI.6 Kadar vitamin C Tanaman Vitamin C 2,71 mg/g Cabai rawit merah 2,911 mg/g Cabai rawit hijau 3,459 mg/g Kol ungu 1,395 mg/g Kol putih Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar pada 4 tanaman yang dimana hasil yang diperoleh tercantum pada tabel VI.6 kadar vitamin C tertinggi terdapat pada kol ungu, cabai rawit hijau, cabai rawit merah, dan yang paling terendah terdapat pada kol putih. Kol ungu banyak menggandung vitamin C tetapi kol ungu juga sangat susah diperoleh dan harganya yang cukup mahal.
Bab VII Kesimpulan dan Saran VII.I kesimpulan 1. Kadar vitamin C pada 2 varietas tanaman yaitu cabai rawit dan kol tertiggi terdapat
pada kol ungu 3,459 mg/g.