Handout.docx

  • Uploaded by: Anonymous eIJ4Bj
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Handout.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,478
  • Pages: 7
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN T.A 2018/2019 Alamat : Jl. A. Yani No 1A Tambahrejo Telp. (0729) 333343 Gadingrejo Pringsewu Lampung

Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Waktu Perkuliahan Pertemuan ke Dosen

: Ginekologi : Bd 4A414 : 340 Menit :7 : Nia Jasmilla

OBJEK PERILAKU SISWA

Mampu menerapkan Askeb pada gangguan dan masalah system reproduksi SUMBER PUSTAKA

1. Daniel, 2008. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup. Bandung : PT. Refika Aditama. 2. Elizabeth, 2005. Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka. 3. Herlianto, Harijati. 1971. Fertilitas (Kelahiran) dalam Pengantar Demogarfi.jakarta: PT Lembaga Demografi UI. 4. Manuaba, IBG., 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta. 5. Permadi, 2008. Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo 6. Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi Dan Embryologi.Bandung: Tarsito. 7. http://andinurfitri27.blogspot.co.id/2013/04/makala-tentang-infertilitas.html 8. http://ferrystoner.blogspot.com/2013/03/infertilitas.html 9. https://dieena.wordpress.com/2012/06/23/makalah-infertilitas 10. http://caramemperbesarpenisku.net/mengetahui-ciri-ciri-sperma-yang-sehat-dantidak-sehat/ diakses 02 Juni 2016 11. http://spermayangbaik.com/ciri-ciri-sperma-yang-baik/ diakses 02 Juni 2016 12. http://www.ayahbunda.co.id/bayi-gizi-kesehatan/beda-sperma-normal-dan-abnormal diakses 02 Juni 2016

URAIAN MATERI

GANGGUAN DAN MASALAH DALAM SISTEM REPRODUKSI WANITA INFERTILITAS

A. Pengertian Infertilitas Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan kehamilan sekurangkurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi, atau biasa disebut juga sebagai infertilitas primer. Infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau mempertahankan kehamilannya. Pada perempuan di atas 35 tahun, evaluasi dan pengobatan dapat dilakukan setelah 6 bulan pernikahan. Infertilitas idiopatik mengacu pada pasangan infertil yang telah menjalani pemeriksaan standar meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil normal Fekunditas merupakan kemampuan seorang perempuan untuk hamil. Data dari studi yang telah dilakukan pada populas, kemungkinan seorang perempuan hamil tiap bulannya adalah sekitar 20 sampai 25% Adapula pengertian lain yaitu, infertilitas adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi tetapi belum memiliki anak (Sarwono, 2000). Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami istri dikatakan infertil jika tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun. Tidak hamil setelah enam bulan melakukan hubungan intim secara rutin dalam kurun 1-3 kali seminggu dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun serta perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu). Pada dasarnya infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-laki atau seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan.

B. Tanda - tanda dan Jenis Infertilitas 1. Tanda - tanda Infertilitas pada wanita a. Adanya gangguan ovulasi Gangguan ovulasi: seperti SOPK, gangguan pada siklus haid, insufiensi ovarium primer Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat diklasifikasikan berdasarkan siklus haid, yaitu amenore primer atau sekunder. Namun tidak semua pasien infertilitas dengan gangguan ovulasi memiliki gejala klinis amenorea, beberapa diantaranya menunjukkan gejala oligomenorea. WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 3 kelas, yaitu:  Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (hipogonadotropin hipogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10% dari seluruh kelainan ovulasi.  Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-normogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85% dari seluruh kasus kelainan ovulasi. Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah oligomenorea atau amenorea yang banyak terjadi pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Delapan puluh sampai sembilan puluh persen pasien SOPK akan mengalami oligomenorea dan 30% akan mengalami amenorea.  Kelas 3 : Kegagalan ovarium (hipergonadotropin-hipogonadism) Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh gangguan ovulasi.  Kelas 4 : Hiperprolaktinemia b.

Adanya gangguan tuba dan pelvis Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi (Chlamidia, Gonorrhoea, TBC) maupun endometriosis. Endometriosis merupakan penyakit kronik yang umum dijumpai. Gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan endometriosis adalah nyeri panggul, infertilitas dan ditemukan pembesaran pada adneksa. Dari studi yang telah dilakukan, endometriosis terdapat pada 25%-50% perempuan, dan 30% sampai 50% mengalami infertilitas. Hipotesis yang menjelaskan endometriosis

dapat menyebabkan infertilitas atau penurunan fekunditas masih belum jelas, namun ada beberapa mekanisme pada endometriosis seperti terjadinya perlekatan dan distrorsi anatomi panggul yang dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan. Perlekatan pelvis pada endometriosis dapat mengganggu pelepasan oosit dari ovarium serta menghambat penangkapan maupun transportasi oosit. Klasifikasi kerusakan tuba yaitu: 1) Ringan/ Grade 1  Oklusi tuba proksimal tanpa adanya fibrosis atau oklusi tuba distal tanpa ada distensi.  Mukosa tampak baik.  Perlekatan ringan (perituba-ovarium) 2) Sedang/Grade 2  Kerusakan tuba berat unilateral 3) Berat/Grade 3  Kerusakan tuba berat bilateral  Fibrosis tuba luas  Distensi tuba > 1,5 cm  Mukosa tampak abnormal  Oklusi tuba bilateral  Perlekatan berat dan luas c. Adanya gangguan uterus Gangguan uterus, termasuk mioma submukosum, polip endometrium, leiomyomas, sindrom asherman 2. Tanda - tanda Infertilitas pada pria Infertilitas dapat juga disebabkan oleh faktor laki-laki, dan setidaknya sebesar 3040% dari infertilitas disebabkan oleh faktor laki-laki, sehingga pemeriksaan pada lakilaki penting dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan infertilitas. Tanda - tanda infertilitas laki-laki diantaranya : a. Kelainan urogenital kongenital b. Infeksi saluran urogenital c. Suhu skrotum yang meningkat (contohnya akibat dari varikokel) d. Kelainan endokrin

e. Kelainan genetik f. Faktor imunologi 3. Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Infertilitas a. Penanggulangan infertilitas pria Penanggulangan terbaik adalah dengan menangani penyebabnya. Namun tidak semua penyebab diketahui dan sebaliknya cukup banyak penderita yang diketahui penyebabnya, namun tidak dapat tuntas ditanggulangi. Beberapa cara penanggulangan infertilitas pada pria: 1) Tindakan pembedahan / operasi varikokel. Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66% penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10% pada kelompok yang tidak dioperasi. 2) Memberikan suplemen vitamin. Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20% penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di tingka kromosom dan keberhasian manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang. 3) Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma. Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di testis. 4) Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma. 5) Menjalani teknik reproduksi bantuan. Termasuk dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan progra bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antibodi pada serviks. Pria dengan jumlah sperma hanya 5- 10 juta/cc dapat mencoba inseminasi buatan. Sedagkan bayi tabung umumya membutuhkan sperma hanya beberapa buahdapat dilakukan dengan teknologi terbaru dengan menyuntikkan langsung sel sperma

ke dalam sel telur yang dikenal sebagai ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) b.

Penanggulangan infertilitas wanita Penanganan pada wanita dapat dibagi dalam 7 langkah yang digambarkan sebagai berikut: 1) Langkah I Cara yang terbaik untuk mencari penyebab infetilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut :  Lama fertilitas  Riwayat menstruasi, ovulasi dan dismenore  Riwayat koitus, frekuensi koitus, dispareunia.  Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir.  Kontrasespsi yang pernah digunakan.  Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.  Riwayat penyakit sistematik (tuberculosis, diabetes melitus, tiroid)  Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme)  Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi  Riwayat keluar ASI  Pengetahuan kesuburan. 2) Langkah II (Analisis Abnormal) Dilakukan jika hasil anamnesis ditemukan riwayat atau sedang mengalami gangguan menstruasi, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 525 ng/ml. Jika ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml dosertai gangguan menstruasi, perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang penyebab tidak terjadinya menstruasi. 3) Langkah III (Uji Pasca-Koitus) Tes ini dapat emberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Jika hasilnya negatif, perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma.

4) Langkah IV (Penilaian Ovulasi) Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). Sbb dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makan dan minum. Jika wanita memilki siklus haid berovulasi, grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik. Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Jika diameter folikel mencapai 18 – 25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi. 5) Langkah V (Pemeriksaan Bakteriologi) Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio pada nfeksi akibat Clamydia Trachomatis dan Gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba. 6) Langkah VI (Analisis Fase Luteal) Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi. Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron alamiah. 7) Langkah VII (Diagnosis Tuba Fallopi) Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Penanganan pada prediposisi infertilitas bergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas akibat infeksi.

More Documents from "Anonymous eIJ4Bj"

Handout Ebp .docx
May 2020 7
Handout Ginek P3.docx
April 2020 2
Ica Ca Ca.docx
April 2020 3
Handout.docx
April 2020 4
Sertin.docx
November 2019 4