Hakikat Perkembangan Anak.docx

  • Uploaded by: Sardin King
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hakikat Perkembangan Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 13,139
  • Pages: 30


Y PROFILE Cari

Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini

03APR2014 2 Komentar

by primasuci in Perkembangan Anak

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu bertumbuh dan berkembang. Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang juga selalu bertumbuh dan berkembang bahkan lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak di masa depanya, sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya sejak dini. Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini adalah hal sangat penting mengingat 80% pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini. Elastisitas perkembangan otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun kehidupannya, 20% siasanya ditentukan selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-kanak. Dan tentu saja bentuk stimulasi yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai dengan hakihat perkembangan anak usia dini. Memahami hakikat perkembangan anak usia dini pun pada akhirnya menjadi suatu bagian yang tak kalah penting untuk menentukan stimulasi apa yang tepat untuk mereka. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang hakikat perkembangan anak usia dini. 2. Rumusan Masalah Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Apa definisi perkembangan anak usia dini? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini? 3. Apa sajakah aspek perkembangan anak usia dini? 4. Bagaimanakah prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini? 5. Apa tujuan mempelajari hakikat perkembangan anak usia dini? 6. Bagaimanakah konsep umur dalam perkembangan anak usia dini? 7. Bagaimakah periode perkembangan anak usia dini? 8. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini? 9. Apa saja isu-isu perkembangan anak usia dini? C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas, antara lain: 1. Mendeskripsikan definisi perkembangan anak usia dini 2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini 3. Menyebutkan aspek perkembangan anak usia dini 4. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini 5. Menyebutkan tujuan mempelajari hakikat perkembangan anak usia dini 6. Mendeskripsikan konsep umur dalam perkembangan anak usia dini 7. Menklasifikasikan periode perkembangan anak usia dini 8. Menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini 9. Menyebutkan isu-isu perkembangan anak usia dini. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Perkembangan Anak Usia Dini Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk , pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Dalam pertumbuhan, ahli psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan

pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan. Sebenarnya, istilah pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik murni. Menurut banyak ahli psikologi, istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul. Perkembangan menurut Berardo yang dikutip oleh Santrock ialah pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari pembuatan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Kebanyakan perkembangan meliputi pertumbuhan, walaupun perkembangan juga mencakup pembusukan (seperti dalam kematian dan orang mati). Pola atau pernyataanpernyataan dari kelompok-kelompok penekan yang sangat vokal. Para pembuat kebijakan sering terjebak dalam isu-isu ideologis dan moral yang diperdebatkan secara panas, seperti keluarga berencana dan aborsi, atau undang-undang perawatan anak dan cuti melahirkan. Pada poin ini, tidak ada indikasi yang jelas bahwa perbedaan-perbedaan yang tajam tentang peran keluarga dan pemerintah akan diselesaikan sesuai dengan solusi yang rasional di masa depan yang dekat. Maka perkembangan manusia dapat didefinisikan sebagai suatu yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam sepanjang siklus kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati, tidak dapat berulang, tidak dapat diputar kembali, dan bersifat tetap. Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan secara kuantitatif dan perubahan secara kualitatif. Perubahan secara kuantitatif itu seperti perubahan dalam tinggi badan, penguasaan jumlah kosakata, perubahan berat badan, dan sebagainya. Sedangkan perubahan secara kualitatif, seperti perubahan dalam struktur dan organisasi dalam kemampuan berpikir, perubahan dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan motorik kasar dan motorik halus, perubahan dalam mengelola emosi, perubahan kemampuan sosial dan sebagainya. Menurut pakar perkembangan masa hidup, Paul Baltes seperti yang dikutip oleh Santrock bahwa perkembangan masa hidup manusia mencakup tujuh kandungan dasar: perkembangan adalah seumur hidup, multidimensional, multidireksional, plastis, melekat secara kesejarahan, multidisiplin, dan kontekstual. Perkembangan adalah seumur hidup (lifelong) yang dimaksud adalah tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan. Para peneliti semakin mempelajari penaglaman dan orientasi psikologis orang dewasa pada saat yang berbeda dalam perkembangan mereka. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanang siklus kehidupan. Perkembangan adalah multidimensional, maksudnya ada;ah perkembangan terdiri atas dimensi-dimensi yang berupa dimensi biologis, kognitif, dan sosial. Bahkan dalam satu dimensi seperti intelegensi, ada banyak komponen, seperti intelegensi abstrak, intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain. Perkembangan adalah multidireksional. Beberapa atau komponen dari suatu dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementara atau komponen lain menurun. Misalnya, orang dewasa tua dapat semakin arif karena mampu menjadikan pengalaman sebagai panduan bagi pengambilan keputusan intelektual, tetapi melaksanakan secara lebih buruk tugastugas yang menuntut kecepatan dalam memproses informasi. Perkembangan adalah lentur (plastis), maksudnya ia bergantung pada kondisi kehidupan individu, perkembangan dapat mengambil banyak jalan. Suatu agenda penelitian perkembangan kunci ialah pencarian akan kelenturan dan hambatan-hambatannya. Misalnya, para peneliti telah mendemonstrasikan bahwa kemampuan penalaran orang dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan. Perkembangan melekat secara kesejarahan (historically embredded), yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejarahan. Pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada masa Depresi Berat (Great Depression) sangat berbeda dari pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada akhir Perang Dunia II yang optimistik. Orientasi karir kebanyakan perempatan berusia 30 tahun pada tahun 1990-an sangat berbeda dari orientasi karir kebanyakan perempuan berusia 30 tahun pada tahun 1950-an. Perkembangan dipelajari oleh sejumlah disiplin. Para psikolog, sosiologi, antorpologi, neurosains, peneliti kesehatan, dan dunia pendidikan semuanya mempelajari perkembangan

manusia dan berbagai persoalan untuk membuka misteri perkembangan sepanjang masa hidup. Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara tegrus menerus merespons dan bertindak berdasarkan konteks, yang meliputi make up biologis, lingkungan lingkungan fisik, serta konteks sosial, kesejarahan, dan kebudayaan seseorang. Dalam pandangan kobtekstual, individu dilihat sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational Young Children) merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya, berada pada rentang usia 0-8 tahun. Sedangkan anak usia dini disarikan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa mereka adalah anak yang berada pada rentang usia sejak lahir sampai dengan enam tahun. Dan jika disesuaikan dengan pendapat internasional, maka anak usia dini di Indonesia adalah mereka yang sejak lahir ( usia 0 tahun) hingga memasuki jenjang SD awal. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perkembangan anak usia dini adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam sepanjang siklus kehidupan anak sejak lahir hingga usia delapan tahun, perubahan yang tidak dapat berulang, tidak dapat diputar kembali, dan bersifat tetap. B. Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Menurut Rini Hildayani , faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu meliputi faktor herediter, pengaruh kontekstual umum, pengaruh normatif dan normatif, dan pengaruh waktu:periode sensitif atau kritis. Berikut ini akan dijelaskan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu sebagai berikut 1. Hereditas Pertama-tama yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah faktor hereditas. Hereditas disini yaitu menurun secara genetik dari orang tua kepada anak. Beberapa pengaruh perkembangan terutama berasal dari hereditas, trait-trait atau karakteristik bawaan yang ditrunkan dari orangtua biologis. Perbedaan individual meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Banyak perubahan yang khas pada bayi dan anak-anak awal yang tampak terikat pada kematangan tubuh dan otak, seperti urutan normal dari perubahan fisik dan pola-pola perilaku, termasuk didalamnya kesiapan untuk menguasai kemampuan baru seperti berjalan dan berbicara 2. Pengaruh Kontekstual umum Manusia adalah makhluk sosial. Sejak awal, mereka berkembang dalam konteks sosial dan historikal. Anak yang lahir pada saat ini mungkin mempunyai pengalaman-pengalaman yang sangat berbeda dari anak yang lahir pada zaman revolusi. Secara umum, konteks yang langsung berhubungan dengan seorang bayi adalah keluarga. a. Keluarga Keluarga mengambil bentuk yang bervariasi dalam waktu dan tempat yang berbeda. Ada dua bentuk susunan keluarga yang umum ditemukan, yaitu nuclear-family dan extended-family. Nuclear family atau keluarga inti dapat diartikan sebagai unit rumah tangga, ekonomi, dan hubungan dua generasi yang terdiri dari satu atau dua orang tua dengan anak biologis, anak adopsi, atau anak tiri. Bentuk keluarga seperti ini cukup dominan di dalam masyarakat. Extended Family atau keluarga besar merupakan jaringan hubungan multigenerasi yang terdiri dari kakek-nenek, paman-bibi, sepupu, dan saudara-saudara yang lebih jauh hubungannya. Bentuk keluarga seperti ini banyak ditemukan dalam masyarakat kita dan merupakan pola tradisional dari organisasi kemasyarakatan. b. Status Sosial-ekonomi dan lingkungan tempat tinggal Status sosial-ekonomi berkaitan dengan beberapa faktor yang berhubungan seperti faktor penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan. Berbagai proses perkembangan misalnya perbedaan dalam interaksi antara ibu dan anak dan hasil perkembangan, misalnya kesehatan dan kemampuan berpikir seorang anak sering pula dihubungkan dengan status

tersebut. Hasil perkembangan lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan status sosial ekonomi itu sendiri, seperti jenis rumah dan lingkungan tempat orang tinggal,kualitas nutrisi dan kesehatan c. Budaya dan Kelompok Etnik Budaya mengacu pada keseluruhan cara hidup dari masyarakat atau kelompok yang melipoti adat,tradisi, belief (keyakinan), nilai, bahasa, dan produk-produk fisik ari alat hingga karya seni. Semua tingkah laku yang dipelajari diwariskan dari orangtua kepada anak. d. Konteks historis merupakan waktu ketika seorang tumbuh meliputi bagaimana pengalaman tertentu mempengaruhi jalan hidup seseorang. Para penelti mulai memusatkan perhatian bagaimana pengalaman tertentu yang terikat dengan waktu dan tempat mempengaruhi arah kehidupan seorang 3. Pengaruh Normatif dan Non normatif Perkembangan memiliki sebab. Untuk memahami kemiripan dan perbedaan dalam perkembangan, kita harus melihat pengaruh-pengaruh yang dialami pada banyak atau kebanyakan orang dan pengaruh-pengaruh yang hanya dialami oleh orang-orang tertentu saja. Kejadian atau pengaruh yang dialami dalam cara yang serupa oleh kebanyakan orang dalam kelompok disebut pengaruh normatif. Sedangkan pengaruh nonnormatif merupakan peristiwa-peristiwa luar biasa yang dimiliki dampak besar terhadap kehidupan individu 4. Periode kritis Periode kritis adalah masa-masa dalam perkembangan ketika seseorang terutama terbuka terhadap berbagai pengalaman tertentu. Sebagai contoh kejadian yang berlangsung pada saatkehamilan. Jika ibu hamil terkena sinar X, memakan obat-obatan atau mengalami penyakit tertentu pada selama kehamilan, bayinya mungkin akan menunjukan dampak penyakit tertentu tergantung pada sifat penyakit dan waktu terjadinya. Selain itu lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya . B. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Perkembangan anak terdiri atas sejumlah aspek perkembangan yang perlu ditingkatkan . Aspek-aspek perkembangan tersebut meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan sosial-emosional. 1. Perkembangan Fisik Pada dua tahun pertama dari kehidupan bayi dan anak mencapai perkembangan fisik yang lebih pesat dari pada periode masa kanak-kanak yang lain. Pada ulang tahun yang pertama mereka meningkatkan berat badannya dan memperoleh keterampilan mobilitas yang meliputi merangkak, berdiri, dan berjalan. Selama tahun kedua,mereka berlatih danmenghaluskan keterampilan mobilitas. Perkembangan motorik berlangsung melalui perkembangan proximodistal (perkembangan dari pusat badan ke arah jari-jemari tangan) dan melalui perkembangan cephalocaudal (perkembangan dari bagian atas badan turun ke kaki). Pada usia lima bulan mereka dapat meraih mainan. Perkembangan motorik kasar dan halus dikendalikan oleh kematangan dan stimulasi biologis serta kesempatan aktivitas fisik. Tumbuh gigi dimulai usia tujuh bulan dan tumbuh lengkap pada usia tiga tahun. Pengendalian buang air kecil dan buang air besar belum dicapai anak sampai usia dua setengah atau tiga tahun. Pada saat anak-anak pindah dari masa toddler ke masa prasekolah, mereka mulai kehilangan tampang gemuknya. Badan mereka menjadi lebih proporsional ketika mereka lebih tinggi dan lebih kurus. Dengan pertumbuhan yang agak lambat, mereka bertambah berat dan tinggi badannya. Anak-anak pada masa ini menjadi terampil memanjat, berlari,dan melompat. Kemudian mereka dapat menguasai keterampilan meloncat dan lari cepat saat mereka mencapai koordinasi dan kendali yang lebih baik. Mereka dapat melempar dan menangkap bola serta bergerak naik dan turun tangga. 2. Perkembangan Kognitif Piaget mendeskripsikan tahap pertama perkembangan kognitif sebagai tahap

sensorimotorik karena bayi mengetahui dan memahami dunianya dengan menggunakan indera dan tindakan refleks. Bayi membentuk pemahaman melalui pengunaan sensori motorik yang dilakukan dengan menggunakan tindakan refleks bawaan seperti menghisap, menghirup, dan menggenggam. Saat refleks terkoordinasi, bayi dapat memegang dan mengambil objek sesuai dengan keinginannya. Setelah konservasi objek dicapai, bayi dapat mengingat tindakan dan menemukan benda yang dicarinya. Saat ini bayi mulai belajar bahwa ia dapat menyebabkan sesuatu hal terjadi dan dapat mengingat peristiwa serta objekobjek yang dialaminya. Pada usia 2 sampai 6 tahun, anak mencapai tahap praoperasional yang merupakan periode baru dalam perkembangan berpikir anak. Pada tahap ini, anak dapat menggunakan simbol. Ia juga mampu mewakili objek dan peristiwa secara mental. Namun ia masih dikendalikan oleh presepsinya. Padamasa ini anak mengalami keterbatasan karena ia memusatkan diri pada satu karakteristik dalam suatu waktu dan memandang suatu objek berdasarkan sudut pandang diri sendiri yang bersifat egosentris. Pada usia 6 sampai 8 tahun, anak pindah dari tahap praoperasional ke tahap konkret operasional. Pada saat ini anak memperoleh kemampuan konsep operasional secara bertahap. Saat anak berada dalam transisi dari tahap praoperasional ke tahap konkret operasional, kualitas pikirannya berubah. Ia tidak lagi menilai sesuatu berdasarkan persepsinya, sebaliknya ia mulai menggunakan operasi mental dan logis untuk memahami pengalaman-pengalamannya. Kemampuan berpikir ini menyebabkan kemajuan dalam kemampuan memori. Kemampuan konservasi merupakan ciri utama yang menandai prestasi anak pada tahap konkret operasional. Dengan kemampuan tersebut, anak memahami bahwa penampilan fisik sesuatu objek yang tidak mengubah kuantitasnya. 3. Perkembangan Bahasa Pada dua tahun pertama dalam kehidupan bayi dan anak pindah dari ucapan prabahasa ke penggunaan bahasa. Menangis dan tenang pada selama beberapa bulan pertama dalamkehidupan bayi berkembang menjadi meraban pada usia 5 atau 6 bulan. Meraban meliputi pola-pola intonasi bahasa sekitar usia 10 bulan. Penggunaan kalimat satu kata atau ujaran untuk berbagai jenis komunikasi yang bermakna secara bertahap berkembang pada usia 18 bulan sampai kombinasi dua atau tiga kata. Pada usia 2 tahun anak pindah dari ujaran telegrafis. Dalam hal ini, ia mampu menggunakan kalimat yang lebih panjang dan lebih sempurna. Saat ini anak belajar aturan morfologi meskipun sering mengalami kesalahan karena sering menggunakan perampatan yang berlebihan. Disamping itu, ia belajar menyusun kalimat dengan memperjelas susunan kata yang lebih baik. Kalimat mereka semakin kompleks saat mereka mengembangkan kosa kata dan ujaran ekspresif. Pada usia 3 tahun, anak mulai memahami dan menggunakan aturan percakapan. Mereka mampu membicarakan hal-hal yang saat ini tidak ada dihadapannya. Akibatnya, mereka dapat menggunakan bahasa saat bersandiwara atau pembicaraan tentang hal-hal yang dihayalkan. Pada saat kesadaran prasosial anak berkembang,anak usia 4 tahun juga dapat memvariasikan gaya bicaranya ketika berbincang-bincang dengan berbagai lawan bicara, seperti terhadap anak yang lebih muda, sebaya, atau dewasa. Proses perkembangan bahasa usia 6 sampai 8 tahun mirip dengan perkembangan motorik anak. Pada usia ini anak menghaluskan dan mengembangkan bahasa yang dipelajari pada tahun-tahun prasekolah. Pada masa ini anak telah menguasai dasar-dasar sintaksis dan semantic, yaitu mereka telah belajar bagaimana kalimat dibentuk dan kata-kata digunakan untuk mengkomunikasikan makna. Namun demikian mereka masih bingung dengan makna dan penggunaan kata. 4. Perkembangan Sosial Emosional Pada masa bayi,ikatan emosional antara bayi dan orang tua / pengasuh disebut kelekatan attachment. Kelekatan emosional positif sangat penting dalam proses perkembangan sosial dan emosional bayi dan anak. Perilaku orang tua yang tidak layak dapat menyebabkan polapola kelekatan yang tidak mendukung perkembangan positif perilaku anak. Perkembangan sosial selama 2 tahun pertama meliputi perkembangan tanda-tanda sosial diantara teman sebaya. Gaya sosial pada masa anak-anak berhubungan dengan sejarah kelekatan. Anak-anak dengan sejarah kelekatan yang aman dapat bergaul dengan teman-

teman sebaya secara positif. Perkembangan perilaku sosial empati anak sudah mulai sejak usia 12 bulan, saat bayi merespon kesedihan orang lain. Pada usia 12 bulan itu pula bayi dapat menunjukan kesedihan dirinya dan pada usia 18 bulan bayi tersebut dapat mencoba menghibur teman sebaya yang sedih. Pada usia 2 dan 5 tahun, anak-anak secara bertahap belajar bagaimana menjadi anggota suatu kelompok sosial. Tugas utama selama masa ini ialah sosialisasi. Proses sosialisasi dipengaruhi pola asuh orang tua, hubungan mereka dengan saudara kandung dan teman sebaya, kondisi tempat tinggal dan lingkunagn tempat tinggal anak. Agar anak menjadi anggota kelompok sosial, anak tersebut harus mempelajari tingkah laku yang layak, yaitu tingkah laku yang diharapkan orang tua,saudara kandung, dan teman sebaya. Salah satu capaian utama anak pada masa ini ialah saat ia mampu bekerja sama, berbagi, menghargai dan membantu orang lain. Pada usia 6 sampai 8 tahun, anak mengalami transisi dari TK ke kelas-kelas awal sekolah dasar. Pada masa ini anak menghadapi peran-peran baru yang sangat penting baik dari segi sosial maupun perkembangan emosionalnya. Prestasi dan penerimaan sosial sangat penting dalam kehidupan anak. Jika anak merasa sukses dan berprestasi maka hal ini dapat mengembangkan rasa identitas sukses anak tersebut. Sebaliknya jika ia merasa gagal, tidak popular, dan tidak merasa berhasil dalam berprestasi maka ia akan mengembangkan rasa identitas yang gagal. C. Prinsip-Prinsip Perkembangan Anak Pada dasarnya perkembangan manusia mempunyai prinsip-prinsip umum, seperti yang diuraikan dibawah ini: 1. Manusia berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Seseorang dalam satu kelas sangat dengan berbagai pengalam tentang perbedaan dalam kecepatan perkembangan. Misalnya, seseoarang siswa berkembang sangat cepat dalam melakukan koordinasi gerakan motorik kasar, motorik halus, dan koordinasi visual motorik, ia dapat berlari sambil melempar atau menangkap bola. Sementara siswa yang lainnya cepat matang dalam berpikir dan dalam melakukan interaksi sosial dengan baik. 2. Manusia berkembang dengan urutan perkembangan yang teratur. Anak balita dapat berjalan setelah ia merambat, dan kemampuan merambat baru dapat dikuasai anak balita setelah ia menyelesaikan tugas-tugas perkembangan motorik sebelumnya yaitu merangkak. Usia remaja baru dapat dimasuki anak setelah ia melalui usia dini dan usia kanak-kanak. Perkembangan berlangsung dengan proses yang bertahap. Oleh sebab itu, suatu perkembangan tidak mungkin terjadi dalam waktu satu malam saja. Seorang anak yang tidak dapat menulis memerlukan waktu untuk dapat melakukan kegiatan menulis, karena kegiatan menulis membutuhkan prasyarat yaitu kemampuan mengenal dan memahami huruf dan alapabet yang dapat dirangkai menjadi kata yang berarti, serta kemampuan untuk memusatkan perhatian. Prinsip-prinsip perkembangan anak menurut Gesell yang dikutip oleh William Crain menyebutkan ada beberapa hal meliputi konsep kematangan, studi pola-pola, dan beberapa prinsip perkembangan lainnya yang dibagi menjadi tiga wilayah yaitu jalinan timbal balik, asimetri fungsional dan pengaturan diri. 1. Konsep Kematangan Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Gessel dipengaruhi oleh dua faktor utama. Pertama, anak adalah produk dari lingkungannya. Namun yang lebih fundamental lagi, ujar Gessel, perkembangan anak berasal dari dalam, yaitu aksi dari gen-gen di tubuhnya. Gesell menyebut proses ini kematangan. Ciri menakjubkan perkembangan kematangan ini selalu terjadi dalam urutan tertentu. Pertama kali ini bisa dilihat dari perkembangan embrio di mana, sebagai contohnya, jantung selalu menjadi organ pertama yang berkembang dan berfungsi. Sesudah itu sel-sel yang berbeda-beda mulai membentuk sistem saraf utama dengan cepat-yaitu otak dan saraf tulang belakang. Perkembangan otak dan kepala secara utuh baru dimulai setelah bagianbagian lain terbentuk seperti tangan dan kaki. Urutan ini, yang diarahkan oleh blueprint genetik, tidak penah bejalan terbalik.

Dengan cara yang sama, perkembangan urutan ini terus berlanjut setelah bayi lahir. Sebagai contoh, karena kepala berkembangan penuh paling awal di dalam embrio, maka wilayah ini pula yan berkembang lebih dulu di dalam perkembnagan pasca-lahir. Bayi pertama-tama belajar mengendalikan bibir dan lidah mereka, baru kemudian belajar mengendalikan pergerakan mata, diikuti oleh belajar mengendalikan pergerakan mata dan lidah mereka, baru kemudian mengendalikan leher, bahu lengan, telapak tangan, jari-jari, badan, tungkai dan telapak kaki mereka. Di dalam perkembangan pralahir dan pascalahir terdapat kecenderungan perkembangan dari kepala menuju kaki (chepalocaudal). Efek-efek kematangan berbeda total dengan lingkungan. Di dalam perkembangan pralahir, kematangan dapat dibedakan dari aspek-aspek lingkungan internal seperti temperatur embrio dan oksigen yang diterima oleh ibunya. Faktor-faktor lingkungan ini memang vital – yaitu mendukung pertumbuhan yang tepat – namun ternyata mereka tidak berperan langusng bagi urutan perkembangan struktur-struktur dan pola-pola aksi. Ini semua hasil dari mekanisme kematangan. Sekali bayi dilahirkan, ia memsauki suatu lingkungan yang sangat berbeda jenisnya. Lingkungan ini bukan hanya berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan fisiknya, namun juga lingkungan sosial dan budaya yang berusaha memengaruhi bayi untuk bertindak dengancara-cara yang benar. Gessel mengatakan bahwa anak-anak jelas memerlukan lingkungan sosial untuk menyadari potensinya, namun dia juga berpendapat bahwa dayadaya pensosialan ini bekerja maksimaljika senada dengan prinsip-prinsip kematangan yang muncul dari dalam diri mereka. Gessel sangat menentang semua upaya yang mehgajarkan hal-hal yang jauh di luar jadwal pertumbuhan anak-anak mereka. Mereka akan duduk, berjalan dan berbicara jika mereka sudah siap, ketika sistem saraf mereka cukup matang. Pada momen yang tepat, mereka akan sanggup melakukan suatu tugas menurut desakan-desakan dari dalam dirinya. Sebelum momen itu tiba, pengajaran apa pun kecil saja nilai-nilainya, malah bisa menciptakan tegangan-tegangan antara pengasuh dan yang diasuh. Kematangan biologis menurut Gessel mengacu pada proses di mana perkembangan manusia diatur oleh faktor-faktor intrinsik – utamanya gen-gennya, yaitu substansi kimia yang terdapat di dalam nukleus setiap sel. Gen-gen menentukan urutan, waktu dan bentuk pemunculan pola-pola tindakan. 2. Studi Pola-pola Gessel menyatakan kalau mempelajari pertumbuhan, kita tidak boleh mengukur hanya pada hal-hal yang muncul secara kuantitaif, namun juga menyelidiki pola-polanya. Pola adalah segala sesuatu yang memiliki bentuk atau tampilan tertentu – contohnya kedipan mata. Dan yang paling penting adalah proses pemolaan itu sendiri, proses yang dengannya beberapa tindakan menjadi terorganisasikan. Proses pemolaan paling jelas di dalam kasus penglihatan bayi. Waktu lahir, mata bayi selalu bergerak ke sana-kemari tanpa tujuan, namun setelah beberapa hari atau mungkin beberapa jam kemudian mereka mulai sanggup menghentikan mata dan menatap objek-objek untuk waktu yang singkat. Mereka dapat menghentikan mata mereka dan menatap sesuatu ‘seperti yang diinginkan’ karena suatu hubungan terpola yang baru telah dibuat antara impulsimpuls di dalam otak dan otot-otot kesil yang mebggerakkan mata mereka. Pada usia satu bulan bayi biasanya dapat menatap sebuah cincin di hadapan mereka dan bisa mengikuti cincin itu sampai putaran 90°. Kemampuan ini mengimplikasikan pengorganisasian baru antara otot mata dan otot-otot leher lebih besar yang menggerakkan kepala. Pemolaan ini terus meluas ketika bayi dapat mengorganisasikan pergerakan mata dengan pergerakan tangan mereka, waktu mereka bisa menatap apa yang dipegang. Pada usia empat bulan bayi biasanya dapat memegang mainan kerincingnya dan menatapnya sekaligus. “Ini adalah pertumbuhan yang signifikan. Ini berarti mata dan tangan sedang melakukan kerja sebuah tim, memasuki koordinasi yang lebih efektif. Pertumbuhan kejiwaan tidak bisa diukur dalam satuan inci atau pon, jadi kita hanya bisa mengukurnya lewat pola-pola”. Koordinasi tangan dan mata biasanya tidak selesai pada usia empat bulan. Pada beberapa kasus hanya koordinasi mata yang lebih menonjol. Pada usia ini bayi dapat ‘memungut’

dadu satu inci atau permen yang lebih kecil ukurannya hanya lewat mata. Artinya, mereka dapat memfokuskan pandangan kepada dadu atau permen itu dan bisa melihatnya dari berbagai sudut yang berbeda, namun belum bisa memegangnya dengan tangan, bayi hanya bisa menatap dadu dan kemudian tangan mereka, seolah memiliki ide untuk menggenggam dadu tersebut tapi belum bisa melakukannya. Sistem saraf mereka belum cukup bertumbuh. Pada usia enam bulan bayi hanya sanggup mengambil dadu denga telapak tangan, dan baru pada usia sepuluh bulan mereka dapat memungut permen kecil dengan jarinya. Kalau begitu, koordinasi tangan dan mata berkembang secara perlahan dan setahap demi setahap makin terorganisasikan dan memasuki gerakan-gerakan yang lebih bervariasi dan sempurna. 3. Prinsip-prinsip perkembangan lainnya Pengamatan Gesell menyingkapkan beberapa prinsip perkembangan lainnya. Kita dapat mengelompokkannya menjadi tiga wilayah: jalinan timbal balik, asimetri fungsional dan pengaturan diri. a. Jalinan timbal balik Manusia dibangun atas di dasar yang bersifat bilateral; kita memiliki dua belahan otak, dua mata, dua tangan, kaki dan seterusnya.Tindakan kita juga memiliki kualitas yang dualistik, seperti meluruskan dan melipat kaki. Jalinan timbal balik mengacu kepada proses perkembangan di mana dua kecenderungan secara bertahap meraih pengorganisasian yang efektif. Sebagi contoh, dalam perkembangan penggunaan tangan, bayi pertgama-pertama menggunakan satu tangan, lalu keduanya bersama-sama, kemudian menyukai salah satu tangan, lalu menyukai keduanya lagi, begitu seterusnya samapi akhirnya dia menemukan salah satu tangan lebih mendominasi. Sifat memilih yang maju-mundur ini bisa dimetaforiskan sebagai ‘jalinan’ sehingga dari sini muncullah istilah ‘jalinan timbal balik’. Gesell menunjukkan bagaimana jalinan timbal balik melukiskan pemolaan banyak tingkah laku, termasuk tindakan melihat, berguling-guling dan berjalan. Gesell juga percaya bahwa jalinan timbal balik mencirikan perkembangan kepribadian. Di sini dapat dilihat organisme mengintegrasikan kecenderungan introvert dan ekstrovert. Sebagai contoh, anak-anak yang bisa mengatur diri sendiri pada usia tiga tahun tiba-tiba menjadi lebih berfokus ke dalam dirinya pada usia tiga setengah tahun, menjadi malu-malu dan tidak nyaman. Periode introversi ini diikuti oleh ayunan menuju ekstroversi pada usia empat tahun, dan dua kecenderungan ini akhirnya jadi terintegrasikan dan seimbang pada usia lima tahun. Siklus seperti ini dimulai sejak bayi dan terus berlanjut sampai usia 16 tahun. Organisme untuk sementara kehilangan keseimbangannya saat dia mengembanga ke wilayah dalam atau wilayah luar yang lebih luas, namun kemudian mengorganisasi ulang dirinya pada tingkatgan yang baru. b. Asimetri fungsional Melalui proses jalinan timbal-balik, kita menyeimbangkan dualitas sifat kita. Meskipun demikian, kita jarang mencapai keseimbangan sempurna atau simetris. Pada kenyataannya, tingkat asimetris berfungsi sangat tinggi, kita memang menjadi paling ekektif waktu menghadapi dunia dari satu sudut pandang, satu tangan, satu mata, dan seterusnya. Kecenderungan asimetris bayi terlihat di dalam refleks penguat (tonic neck reflex) bayi, sebuah refleks yang ditemukan Gesell pada manusia. Gesell mencatat bahwa bayi lebih suka berbaring dnegan kepala menoleh ke satu sisi, dan saat betindak demikian mereka otomatis menggunakan refleks leher penguat. Bayi mengembangkan lengan ke sisi sesuai arah kepala (seolah-olah melihat tangan mereka) dan menekuk lengan lain di belakang kepala. Postur refleks leher penguat ini sangat mirip dengan posisi dasar seorang atlet tolak peluru. Refleks leher penguat sangat dominan selama tiga bulan pertama setelah bayi lahir dan kemudian menurun seiring dengan perkembangan baru sistem sarafnya. c. Pengaturan diri Gesell yakin kalau mekanisme perkembangan intrinsik begitu kuat sampai-sampai organisme bisa pada tataran yang sangat menyolok, mengatur perkembangannya sendiri. Dalam sebuag studi, dia menunjukkan bagaiman bayi bisa mengatur siklus makan, tidur,

dan bangunnya sendiri. Waktu bayi diperbolehkan untuk menentukan kapan mereka perlu perawat dan tidur, secara bertahap mereka membutuhkan makanan yang semakin sedikit setiap hari dan terjaga lebih lama pada siang hari. Namun kemajuan ini tidak mengikuti garis lurus, ada banyak fluktuasi di dalamnya termasuk kemunduran. Namun bayi secara gradual sungguh dapat bekerja dengan jadwal yang tetap. Gesell juga menulis tentang pengaturan diri ini dari sudut yang cukup berbeda, berfokus pada kemampuan organisme untuk mepertahankan seluruh integrasi dan keseimbangannya. Pertumbuhan, tentunya, juga memiliki ketidaksetimbangan seperti disebutkan di atas bahwa pola tidur dan amkan bayi sering kali fluktuatif. Kita melihat fluktuasi yang sama terjadi pula di dalam perkembangan kepribadian, di mana periode kestabilan diikuti oleh periode ketidakstabilan waktu anak memasuki fase introvert atau ekstrovert. Tegangan muncul saat anak-anak mengalami hal-hal yang tidak dikenalnya. Meskipun begitu, mekasnisme pengaturan diri ini selalu bekerja, memastikan organisme tidak pernah berjalan terlalu jauh dalam satu arah sebelum bergerak lebih nauh sekali lagi. Karena proses-proses pengaturan diri intrinsik inilah, anak-anak terkadang menolak upaya kita mengajari mereka hal-hal baru. Seolah dari dalam diri mereka ada yang berbisik agar tidak mempelajari hal-hal baru terlalu cepat. Integritas organisme harus mereka pertahankan. Sejalan dengan pendapat di atas, Hurlock mengklasifikasikan beberapa prinsip perkembangan anak antara lain: perkembangan melibatkan perubahan, perkembangan awal lebih kritis ketimbang perkembangan selanjutnya, perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar, pola perkembangan dapat diramalkan, pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan, terdapat perbedaan individu dalam perkembangan, periode pola perkembangan, pada setiap periode perkembangan terdapat harapan sosial, setiap bidang perkembangan mengandung bahaya yang potensial, dan kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode perkembangan. D. Tujuan Mempelajari Perkembangan Anak Usia Dini Beberapa alasan yang mendasari tujuan dalam mempelajari perkembangan manusia adalah karena perkembangan manusia bersifat unik, berlangsung dalam waktu panjang, dan bersifat kompleks. Oleh sebab itu, tujuan dalam mempelajari perkembangan manusia adalah sebagai berikut. 1. Ahli pendidikan dan pendidik, ahli bimbingan dan konseling, ahli keluarga berencana, ahli kesehatan, dokter dan perawat, penyelenggara penitipan anak, penyelenggara therapist, gerontologist (orang yang mempelajari dan penyelenggara perawatan orang tua) pemberantasan narkoba, pengatur penjara, ahli agama dan dai, semuanya memerlukan pemahaman terhadap perkembangan manusia. 2. Memahami perkembangan manusia memberikan manfaat bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Pada saat ini berbagai perusahaan telah memasukkan sejarah perkembangan karyawannya untuk pengembangan karir karyawan tersebut. 3. Pemahaman terhadap perkembangan manusia memberikan perspektif yang bersifat kontekstual. Hal ini disebabkan karena proses perkembangan merupakan hasil interaksi antara tiga aspek yaitu: pengaruh proses perubahan biologis, pengaruh sejarah perkembangan manusia, dan pengaruh lingkungan, seperti peristiwa-peristiwa yang dialami manusia sepanjang hidupnya. Pemahaman terhadap perkembangan manusia bermanfaat bagi perencanaan, pengembangan dan pengendalian kehidupan manusia, baik sebagai individu, sebagai anggota masyrakat dan sebagai warga Negara kea rah yang lebih baik, lebih bermanfaat dan lebih progresif. E. Konsep Umur dan Perkembangan Dalam perkembangan manusia konsep umur sangat terkait dengan periode perkembangan manusia tersebut. Pada saat ini konsep umur dan periode perkembangan sudah banyak mengalami perubahan. Pada masa ini, di dalam masyarakat bukanlah hal yang luar biasa kalau usia 65 tahun menjadi ayah dari seorang balita atau pada usia 35 tahun sudah menjadi kakek. Usia 70 tahun masih menjadi mahasiswa atau usia 55 tahun mulai memasuki dunia

business. Oleh sebab itu mengelompokkan manusia berdasarkan umur merupakan hal yang cukup sulit. Pada masa sebelumnya dan sampai saat ini konsep tentang perkembangan manusia dikelompokkan berdaskan masa perkembangan dan masa perkembangan tersebut terjadi dalam rentang usia tertentu. Misalnya masa usia dini terbagi atas masa infant terjadi pada usia 0-1 tahun, masa bermain atau toodler usia 2-3 tahun, masa prasekolah 4-6 tahun, masa usia sekolah dasar 7-13 tahun, masa remaja 13-17 tahun, masa dewasa 18-60 tahun tahun dan masa tua 60 tahun keatas. 1. Umur Kronologis Umur kronologis berkaitan dengan jumlah tahun yang telah dijalani manusia sejak ia lahir sampai saat tertentu dalam kehidupan manusia sebelum ia mati. Botwinick (1978) seperti yang dikutip oleh santrock (1997: 22) menjelaskan bahwa umur kronologis tidak relevan lagi untuk digunakan dalam menjelaskan perkembangan manusia. Selanjutnya pendapat ini diperkuat oleh Neugarten (1964: 204) yang mengemukakan bahwa factor usia atau umur kronologis merupakan hal yang lemah untuk memprediksi perkembangan manusia. 2. Umur Psikologis Berkaitan dengan kemampuan manusia melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dan kemampuan ini dibandingkan dengan umur kronologis. Kemamuan manusia untuk melakukan adaptasi dengan lingkungannya sangat dipengaruhi oleh proses belajar, kemampuan mengatasi masalah, kemampuan mengontrol emosi, motivasi dan cara berpikir. Berdasarkan hal tersebut dapat ditentukan bahwa sesorang mempunyai umur psikologis yang matang atau yang kurang matang. 3. Umur Sosial Berkaitan dengan peranan sosial dan harapan-harapan seseorang dalam usia yang dilaluinya. Sesorang yang mengharapakan peranannya sebagai ibu akan berusaha menampilkan sesuatu sebagai seseorang ibu. Selanjutnya, ia akan sangat menyadari bahwa ia adalah ibu dari anak yang berusia 3 tahun. Ibu dan anak yang berusia 3 tahun menunjukkan perilaku yang berbeda dengan ibu yang menghadapi anak yang berusia 20 tahun. Umur sosial dijadikan pedoman untuk menentukan peranan dalam kehidupan, kapan akan menikah kapan akan menjadi seorang ayah atau ibu. Kapan akan menjadi nenek atau kakek. Berdasarakan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sepanjang kehidupannya manusia melalui berbagai usia seperti usia kronologis, usia biologis, usia psikologis dan usia sosial. Pemahaman terhadap hal ini bermanfaat dalam mengelola perkembangan manusia sepanjang hidupnya. F. Periode Perkembangan Anak Usia Dini Untuk memudahkan pemahaman dan pengorganisasian, umumnya perkembangan digambarkan dalam pengertian periode. Beberapa ahli Klasifikasi periode perkembangan dalam Santrock yang paling luas digunakan dengan urutan sebagai berikut: periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak-anak, masa pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa perntengahan dewasa, dan masa akhir dewasa. Perkembangan individu berlangsung secara berkesinambungan. Bila ditinjau dari bentuk – bentuk perkembangan dan pola – pola perilaku yang tampak khas untuk setiap usia tertentu maka rentang kehidupan individu dapat dibagi menjadi beberapa periode perkembangan. Menurut Hurlock Periode tersebut menurut adalah sebagai berikut : 1. Masa Prenatal Berlangsung dari konsepsi sampai lahir 2. Masa Neonatus Berlangsung dari lahir sampai usia akhir minggu kedua setelah kelahiran 3. Masa Bayi Berlangsung dari usia akhir minggu kedua setelah kelahiran sampai usia dua tahun 4. Masa Kanak – kanak Awal Berlangsung mulai usia 2 tahun sampai usia 6 tahun 5. Masa Kanak – kanak Akhir Berlangsung mulai usia 6 tahun sampai usia 10 atau 12 tahun

6. Masa Pubertas/Pra remaja Berlansung mulai usia 10 atau 12 tahun sampai usia 13 atau 14 tahun 7. Masa Remaja Awal Berlangsung mulai usia 13 atau 14 tahun sampai usia 17 tahun 8. Masa Remaja Akhir Berlangsung mulai usia 17 tahun sampai uisa 21 tahun 9. Masa Dewasa Awal Berlangsung mulai usia 21 tahun sampai usia 40 tahun 10. Masa Setengah Baya Berlangsung mulai usia 40 tahun sampai usia 60 tahun 11. Masa Tua Berlangsung mulai usia 60 tahun sampai meninggal dunia Namun demikian, periode perkembangan untuk anak usia dini dijelaskan sebagai berikut: 1. Masa Prenatal Meskipun kenyataan bahwa periode perkembangan pertama dalam rentang kehidupan ini merupakan periode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan, namun dalam banyak hal periode ini penting atau bahkan yang terpenting dari semua periode. Periode ini yang mulai pada saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran, kurang lebih panjangnya 270 -280 hari atau sembilan bulan. Meskipun relatif, periode prenatal mempunyai enam ciri penting, masing – masing ciri mempunyai akibat yang lambbat pada perkembangan selama rentang kehidupan, karakteristik itu adalah : a. Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai daar bagi perkembangan selanjutnya, diturunkan sekali untuk selamanya, sementara itu kondisi-kondisi yang baik ataupun tidak baik, baik sebelum atau sesudah kelahiran sampai tingkat tertentu, dapat dan mungkin mempengaruhi sifat-sifat fisik dan psikologis yang membentuk sifat- sifat bawaan ini, perubahan-perubahan yang terjadi bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif. b. Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan datang. c. Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan dan kondisi-kondisi pada tubuh ibu tidak dapat mempengaruhinya, sama halnya dengan sifat bawaan. d. Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode prenatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu e. Periode prenatal merupakan masa yang banyak mengandung bahaya, baik fisik maupun psikologis.bahaya-bahaya psikilogis dapat sangat mempengaruhi pola perkembangan selanjutnya atau bahkan dapat mempengaruhi suatu perkembangan. f. Periode prenatal merupakan saat-saat dimana orang yang berkepentingan membentuk sikap pada individu yang baru diciptakan. 2. Masa NeoNatus /neo Natal Pembagian masa bayi neonatal Periode Partunate, mulai saat kelahiran sampai antara lima belas menit dan tiga piluh menit sesudah kelahiran. Periode ini bermulq dari keluarnya janin dari rahim ibu dan berakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat. Peride Neonate,(dari pemotongan tali pusar dan pengikatannnya samapai sekitara akhir minggu kedua dari kehidupan pascamatur)sekarang bayi adalah individu yang terpisah, mandiri dan tidak lagi merupakan parasit. Karakteristik bayi Neonatal : Setiap peride ditandai oleh gejala perkembangan tertentu, berikut ini beberapa karakteristik penting : • Masa bayi neonatal merupakan peride tersingkat dari semua periode perkembangan • Merupakan masa terjadinya penyesuaian yang radikal • Merupakan masa terhentinya perkembangan • Merupakan pendahuluan dan perkembangan selanjutnya

• Merupakan periode yang berbahaya 3. Masa Bayi Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi yang baru lahir dua minggu.ciri cirri masa bayi meskipun sama dengan cirri periode-periode lain dalam rentang kehidupan, adalah sangat penting selama dua tahun masa bayi ini, Karakteristik masa Bayi : • Masa bayi adalah masa dasar sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun terutama tahun-tahun awal dianggap sebagai masa dasar, namun masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan mode ekspresi emosi terbentuk. • Masa bayi adalah masa di mana pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat, bayi berkembang pesat baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. • Bayi adalah masa berkurangnya ketergantungan,hal ini merupakan efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh memungkinkan bayi , duduk, berdiri, berjalan dan menggerakkan benda-benda. • Masa meningkatnya individualitas, mungkin hal-hal terpenting dalam meningkatkan kemandirian adalah bahwa keadaan ini memungkinkan bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. • Masa dimulainya sosialisasi, egosentrisme yaitu pada diri bayi muda belia , cepat berubah keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok social. • Masa permulaan berkembangnya penggolonganan peran seks • Masa bayi adalah masa yang menarik, hal ini disebabkan karena anggapan bayi menarik karena ketidak berdayaan dan ketergantungannya. • Merupakan permulaan kreativitas, dalam bulan-bulan pertama bayi Belajar mengembangkan minat dan sikap yang merupakan dasar bagi kreativitasnya kemudian dan untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola yang diletakkan orang lain. • Masa bayi adalah masa bahaya,bahaya bisa merupakan bahaya fisik dan bahaya psikologis 4. Masa kanak-kanak awal Pada saat ini secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda yaitu awal dan akhir. Periode awal brlangsung dari dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak matang secara seksual. Karakteristik kanak-kanak awal : • Sebagian besar orang tua menganggapa awal masa anak-anak sebagai usia yang mengundang masalah atau masa sulit.masa bayi sering mmembawa masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Pada masa awal kanak-kanak para pendidik menyebut tahun awal kanak-kanak sebagai usia pra sekolah untuk membedakannya dari saat di mana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik dan mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai mengikuti pendidikan formal. • Para ahli psikiologi menggunakan sejumlah sebutan berbeda untuk menguraikan cirri yang menonjol dari perkembangan psikologis anak selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak. Salah satu sebutan yang banyak digunakan sebagai usia kelompok, masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku social sebagai persiapan bagi kehidupan social yang lebih tinggi yang diperlukan untk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk di kelas satu. Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak berkisar di seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi melabelkan sebagai usia penjelajah, sebuah label yang menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana meknismenya, bagaimana perasaannya, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya. Salah satu cara yang umum dalam menjelajahi lingkungan adalah dengan bertanya, jadi periode ini sering disebut sebagai usia bertanya. Salah satu yang terpenting dan yang bagi banyak anak-anak yang merupakan tugas perkembangan yang paling sulit adalah untuk berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara-saudara kandung dan orang lain.

5. Masa Kanak-kanak Akhir Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sanagt mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Karakteristik akhir masa kanak-kanak : • Bagi banyak orang tua akhir masa kanak-kanak merupakan usia yang menyulitkan, suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengarruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lain. • Para pendidik melabelkan akhir masa kanak-kanak dengan uisa sekolah dasar . pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari pelbagai keterampilan tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstrakurikuler. • Bagi ahli psikologi, akhir masa kanak-kanak adalah usia berkelompok, suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok . Tugas perkembangan akhir masa kanak- kanak ; a. Perkembangan fisik Akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun sebelum anak secara seksual menjadi matang pada saat dimana pertumbuhan berkembang pesat. b. Keterampilan awal masa kanak-kanak Anak-anak mempunyai sejumlah besar keterampilan yang mereka pelajari selama tahuntahun prasekolah, keterampilan yang mereka pelajari sebagian besar tergantung pada lingkungan, sebagian pada kesempatan Belajar, sebagian pada bentuk tubuh dan sebagian lagi bergantung pada apa yang sedang digemari oleh teman-teman sebaya. c. Kemajuan Berbicara Dengan meluasnya cakrawala sosial anak, anak-anak menemukan bahwa berbicara merupakan sarana penting untuk memperoleh tempat di dalam kelompok. Anak juga mendapatkan bentuk-bentuk komunikasi yang sederhana seperti menangis dan gerak isyarat, secara sosial tidak diterima. Anak mengetahui bahwa inti komunikasi adalah ia mampu mengerti apa yang dikatakan orang lain. G. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini Proses pertumbuhan dan perkembangan menurut Santrock meliputi proses biologis, proses kognitif, dan sosial. Proses biologis di sini meliputi perubahan pada sifat fisik individu. Plasma pembawa sifat keturunan (genes) diwarisi sari orang tua, perkembangan otak, pertambahan tinggi dan berat badan, perubahan pada keterampilan motorik, perubahan hormon pubertas, dan penurunan jantung semuanya mencerminkan peran proses biologis dalam perkembangan. Proses kognitif meliputi perubahan pada pemikiran, intelegensi, dan bahasa individu. Memandang benda berwarna yang berayun-ayun di atas tempat tidur bayi, merangkai satu kalimat yang terdiri atas dua kata, menghafal syair, membayangkan seperti apa rasanya menjadi bintang film, dan memecahkan suatu teka-teki silang, semuanya mencerminkan peran proses-proses kognitif dalam perkembangan pada ketermapilan motorik dan bahasa. Dan proses sosioemosional meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan pada emosi, dan perubahan pada kepribadian. Senyum seorang bayi dalam merespon sentuhan ibunya, serangan agresif seorang anak laki-laki kecil terhadap teman mainnya, perkembangan asertivitas seorang anak perempuan, kegembiraan seorang remaja atas pesta dansa, dan afeksi pasangan manusia lanjut usia semuanya mencerminkan peran proses-proses sosioemosional dalam perkembangan. H. Berbagai Issu tentang Perkembangan Manusia Issu – issu yang berkaitan dengan perkembangan manusia sangat bervariasi dan melingkupi berbagai bidang kehidupan seperti: perubahan dalam karir, perceraian, penyiksaan anak, homoseksual, lesbian, kecanduan dan penyembuhan penderita narkoba, gender, ethnic dan minoritas, krisis dimasa separuh baya, krisis dimasa usia lanjut. Untuk menjawab berbagai

masalah tersebut maka setiap ahli yang terkait memerlukan pemahaman terhadap perkembangan manusia. Dari berbagi issu tesebut maka yang dibahas adalah issu-issu dasar tentang perkembangan manusia yaitu proses perkembangan, periode perkembangan, kesehatan dan nutrisi, pendidikan orang tua terhadap anak. 1. Proses Perkembangan Issu penting yang berkaitan dengan proses perkembangan dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu: nature dan nurture, kontinu dan dikontinu, periode perkembangan. 2. Nature dan Nurture Nature berkaitan dengan alam. Apabila ditinjau dari sudut perkembangan maka perkembangan manusia berlangsung secara alamiah. Dengan demikian perilaku yang ditampilkan manusia merupakan factor alamiah yang terjadi sejak manusia lahir dan factor biologis yang terjadi sepanjang kehidupan manusia. Nurture berkaitan dengan pendekatan yang ditrerapkan dalam membimbing perkembangan manusia. Sejak lama issu-issu yang berkaitan dengan Nurture menjadi perhatian dari ahli-ahli pendidikan. John Locke berpendapat bahwa anak lahir seperti kertas putih, yang akan menulisi kertas putih tersebut adalah orang-orang disekitarnya. Teori ini dikenal dengan teori Tabularasa. Pandangan John Locke menjadi insprisi bagi Watson yang mengembangkan teori pendidikannya dan berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlop. Selanjutnya, Skinner mengembangkan teori operant conditioning, untuk mengoreksi berbagai kelemahan yang ada pada percobaan-percobaan sebelumnya. Hasil penelitian tersebut menimbulkan aliran behavioristik dalam pendidikan. Rousseau, adalah ahli pendidikan yang pertama kali menganjurkan bahwa alamlah yang mendidik anak. Oleh sebab itu campur tangan orang tua dan orang dewasa tidak diperlukan dalam pendidikan. Sesuai dengan perkembangannya yang bersifat almiah anak akan belajar dan memperoleh berbagai pengalaman yang berguna dalam hidupnya. Pandangan Rousseau diiikuti oleh para ahli pendidikan setelahnya seperti teori pendidikan yang dikembangkan oleh Hall dan Gesell. Para ahli pendidikan lainnya tidak bersepakat dengan Rousseau. Piaget, Vigitsky, Erikson, Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa perkembangan manusia yang dilakukan melalui proses pendidikan perlu memperhatikan factor alami ang dimilki anak dan factor lingkungan yang memberikan berbagai pengalaman pada anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk menjadi manusia dewasa yang cerdas, kreatif dan bermoral serta religious. 3. Kontinu dan Diskontinu Kontinu mengandung arti bahwa perkembangan berlangsung secara terus menerus dan berhenti pada waktu pada manusia mati. Perkembangan ini berlangsung secara bertahap, dan kumulatif artinya perkembangan sebelumnya menjadi dasar perkembangan yang akan datang. Diskontinu berarti bahwa perkembangan yang terjadi pada suatu fase tertentu akan berhenti. Seperti perkembangan pada masa bayi atau infant akan berhenti setelah anak memasuki masa 2-3 tahun. Dan perkembangan pada masa usia dini akan berhenti setelah anak memasuki masa anak. Perkembangan pada masa anak akan berhenti setelah anak memasuki masa remaja. 4. Stabilitas dan Perubahan Issu lain yang berkaitan dengan perkembangan manusia adalah stabilitas dan perubahan yang berarti dalam tingkat tertentu ,anusia menjadi tua dan berbagai pengalaman yang diperoleh sejak usia dini sampai tua menjadi struktur pengetahuan yang mencakup berbagai konsep, prinsip, proposisi, dan teori serta berbagai keterampilan tentang prosedur, hidup, berkomunikasi, dll, yang terorganisir secra teratur didalam memori yang disebut schemata. Schemata manusia ada yang bersifat stabil dan dalam kestabilan tersebut schemata selalu berkembang dan diperluas sejalan dengan pengalaman hidup manusia. Misalnya, pengetahuan tentang kucing bersifat stabil dimanapun dan kapanpun kucing tetap kucing. Dalam kestabilan tersebut, pengetahuan tentang kucing dapat dimodifikasi dan dikembangkan dalam berbagai bidang, misalnya, jenis-jenis kucing, cara memelihara kucing, dan penyakit yang ditimbulkan kucing. Sampaisaat inimasi diperdebatkan mana yang lebih dominan dalam perkembangan hidup manusia stabilitas atau perubahan. Klaus Riegel (1977) mengemukakan bahwa perubahan

merupakan kunci dalam kehidupan manusia. Untuk memahami perkembangan manusia maka perlu memahami hal-hal yang berkaitan dengan perubahan dalam perkembangan manusia. Riegel mengemukakan pertanyaan “dalam apa individu terus berubah kerena perubahan menyangkut berbagai factor yang menjadi pendorong dan penahan perkembangan”. Oleh sebab itu ia menyimpulkan bahwa perubahan manusia dalam bereaksi dan memebalas reaksi ditentukan oleh kondisi yang berada disekitarnya. Sebagai contoh dapat dijelaskan tentang perkembangan anak. Pada usia dini anak tergantung pada orang tuanya, setelah anak besar, ia tidak lagi menggantungkan dari pada orang tuanya. Oleh sebab itu ketergantungan anak usia dini pada orang tua merupakan suatu hal yang bersifat tetap stabil. Perubahan terjadi setelah ia besar yang lebih memilih kehiduoan yang mandiri. 5. Normatif dan Idiografic Vasta, Haith dan Miller (1999:22) menjelaskan tentang normative dan idiografi dalam perkembangan manusia. Beberapa ahli psikologi perkembangan berpegang pada prinsip normative artinya manusia berkembang sesuai dengan hokum perkembangan. Ahli psikologi yang lain berpegang pada prinsip bahwa perkembangan manusia berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Para peneliti dalam psikologi perkembangan yang meyakini bahwa perkembangan bersifat normative, di antaranya Gessell dan pada tingkat tertentu Piaget, yang mendasarkan pandangan mereka pada pandangan biologis yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Oleh sebab itu, focus perkembangan manusia diletakkan pada perkembangan normal, sehingga dapat dianalisis perkembangan manusia tahap demi tahap dalam bentuk perkembangan normal. Dengan demikian pandangan ini menyatakan bahwa dimana dan dalam ras apapun perkembangan manusia secara normal adalah sama. Para peneliti dibidang psikologi perkembangan manusia yang meyakini prinsip bahwa perkembangan manusia bervariasi menyandarkan pandangan mereka pada keyakinan yang berkaitan dengan perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh factor biologis akan tetapi juga ditentukan oleh factor lingkungan seperti factor sosial dan kebudayaan serta pengalaman hidupnya yang berpengaruh pada pengembangan manusia, sehingga pada masa dewasa manusia tersebut menjadi individu yang unik. Perpaduan antara kedua pandangan tersebut dapat dibuktikan dalam perkembangan bahasa. Pada batas tertentu perkembangan bahasa dikontrol oleh mekanisme khusus yang dikendalikan oleh otak dan pada bagian yang lain, perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya. 6. Assessmen Perkembangan Perkembangan tidak hanya terbatas pada issu-issu yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, akan tetapi, perkembangan juga menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan assessment perkembangan. Assessmen mencakup dua bentuk kegiatan yaitu pengukuran dan penilaian. Pengukuran dan perkembangan dapat dilakukan dengan berbagai tes perkembangan dan evaluasi perkembangan yang menyangkut penentuan kualitas perkembangan, yang ditentukan berdasarkan hasil pengukuran perkembangan yang menghasilkan keputusan, seperti perkembangan normal, dibawah normal,atau di atas normal. Oleh sebab itu, perlu juga dikembangkan hal-hal yang berkaitan dengan assessmen perkembangan sehingga dapat dihasilkan keputusan tentang kualitas perkembangan manusia secara akurat. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut: 1. Perkembangan anak usia dini adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam sepanjang siklus kehidupan anak sejak lahir hingga usia delapan tahun, perubahan yang tidak dapat berulang, tidak dapat diputar kembali, dan bersifat tetap. 2. Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu meliputi faktor herediter,

pengaruh kontekstual umum, pengaruh normatif dan normatif, dan pengaruh waktu:periode sensitif atau kritis. 3. Aspek perkembangan anak usia dini meliputi: perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosio emosional, perkembangan bahasa dan komunikasi, serta perkembangan moral dan agama. 4. Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini antara lain: konsep kematangan, studi polapola, dan beberapa prinsip perkembangan lainnya yang dibagi menjadi tiga wilayah yaitu jalinan timbal balik, asimetri fungsional dan pengaturan diri. 5. Tujuan mempelajari hakikat perkembangan anak usia dini adalah karena perkembangan manusia bersifat unik, berlangsung dalam waktu panjang, dan bersifat kompleks. 6. Konsep umur dalam perkembangan anak usia dini dibagi menjadi umur kronologis, umur psikologis, dan umur sosiologis. 7. Periode perkembangan anak usia dini meliputi periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak-anak, masa pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa perntengahan dewasa, dan masa akhir dewasa. 8. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang dijelaskan meliputi proses biologis, proses kognitif, dan sosial B. Saran Sebagai pendidik dan calon pendidik anak usia dini, bahkan bagi orang tua dan calon orangtua sebaiknya memahami hakikat perkembangan anak usia dini agar dapat memberikan stimulasi yang tepat pada anak sesuai dengan hakikat anak usia dini dan tahap perkembangannya. Makalah ini akan membantu para pembaca untuk memahaminya. DAFTAR PUSTAKA Crain William. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Hastuti. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Tugu Publisher, 2011. Hildayani, Rini. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011. Hurlock Elizabeth B. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. 1987 Hurlock. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan. Jakarta: Erlangga. 2004 Monks, Knoers, dan Haditono. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2006 Santoso,Soegeng. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Proyek Peningkatan Tenaga Akademik: April, 2004 Santrock. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jilid 1. Jakarta: Erlangga 2002

HAKIKAT PERKEMBANGAN ANAK DIDIK MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK HAKIKAT PERKEMBANGAN ANAK DIDIK

DISUSUN OLEH : NAIMATUNISA 10535543313

Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HAKIKAT PERKEMBANGAN ANAK DIDIK”, dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun guna melengkapi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Selain itu, makalah ini tidak hanya sekedar wacana, namun dapat menjadi wahana dalam mengembangkan diri pada kehidupan sehari-hari. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. “Tiada gading yang tak retak”, begitupun dengan makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan selanjutnya. Akhirnya penulis tetap berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih. Makassar, 27 April 2014 Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya, banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut. Banyaknya aspek yang dibicarakan dalam membahas masalah perkembangan menyebabkan banyaknya istilah dan konsep yang digunakan. Begitu pula banyaknya pandangan dan teori dalam menjelaskan fenomena-fenomena perkembangan anak membuat semakin kayanya pengetahuan tentang perkembangan anak. Gambaran pembahasan tentang perkembangan di atas menyarankan perlunya suatu cara penyajian yang runtut dan cukup detail. Pada makalah ini, secara khusus akan diuraikan pengertian perkembangan dan pertumbuhan serta beberapa isu pokok yang berkenaan dengan topik tersebut. Selain itu, beberapa istilah pokok berkenaan dengan konsep perkembangan yang akan digunakan dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya juga akan diperkenalkan dan dijelaskan pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.

Dalam makalah ini masalah yang akan di bahas diantaranya meliputi : Apakah pengertian perkembangan dan pertumbuhan? Bagaimanakah anak sebagai suatu totalitas? Bagaimanakah perkembangan sebagai proses holistik dari aspek biologis, kognitif, dan psikososial? Apakah faktor kematangan ataukah faktor pengalaman yang terutama mempengaruhi perkembangan individu? Apakah perkembangan itu merupakan sesuatu yang kontinuitas ataukah diskontinuitas?

C. Tujuan Penulisan 1. 2. 3. 4.

Adapun tujuan penulisan adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik, selain itu juga ada beberapa tujuan diantaranya: Memahami pengertian istilah perkembangan dan pertumbuhan serta perbedaan di antara keduanya; Memahami dan menyadari anak sebagai organisme atau individu yang merupakan suatu totalitas; Memahami perkembangan anak sebagai suatu proses yang holistik antara proses-proses biologis, kognitif, dan psikososial; dan Memperoleh gambaran tentang isu kematangan vs pengalaman dan kontinuitas vs diskontinuitas dalam perkembangan.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan Dari waktu ke waktu kehidupan manusia terus berubah. Berawal dari dua sel dasar yaitu sel telur dan sperma, suatu organism tumbuh dan berkembang. Dua sel tersebut kemudian membelah diri dan berdiferensiasi untuk menghasilkan tulang-tulang, syaraf, otot, usus, otak, dan bagian-bagian organ tubuh lainnya. Setelah kurang lebih sembilan bulan lamanya dalam kandungan ibu, organism yang baru tumbuh tersebut akhirnya menjadi bayi manusia yang sempurna dan siap lahir ke dunia dengan perangkat keterampilan hidup minimal yaitu bernafas, menggerak-gerakkan tubuh, menangis, dan menyusu.

Meskipun di saat lahir hanya berbekal seperangkat keterampilan minimal, melalui interaksi dengan lingkungan (orang tua, saudara, orang dewasa lain, dan objek-objek yang ada di sekitarnya) sang bayi terus lebih menyempurnakan diri. Ia terus mengalami berbagai perubahan fisik baik dalam hal ukuran maupun proporsinya. Berat dan tinggi badan bayi terus bertambah, begitupun proporsi antara organ-organ tubuhnya – kepala, badan, kaki, tangan, dan organ-organ lainnya—terus berubah menjadi lebih seimbang. Seiring dengan perubahan struktur fisik, perilaku dan keterampilan bayi juga terus semakin beraneka. Dalam hal perilaku motorik, misalnya mulai dari hanya bisa berbaring, kemudian mampu bergulir, menelungkup, duduk, merangkak, berdiri, berjalan,dan akhirnya berlari. Uraian di atas mengilustrasikan adanya proses perubahan yang dialami oleh anak manusia yang disebut dengan perkembangan (development). Perkembangan adalah pola perubahan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat, demikian menurut Santrock & Yussen (1992). Namun tidak setiap perubahan yang dialami organisme atau individu itu merupakan perkembangan. Dengan belajar, perilaku individu juga bisa berubah. Begitupun karena factor peristiwa atau pengaruh penggunaan obat tertentu, individu juga bisa berubah. Untuk itu perlu ada suatu penjelasan lebih rinci tentang perubahan yang dimaksud sebagai perkembangan. Pertama, perubahan dalam arti perkembangan terutama berakar pada unsur biologis (Bjorklund & Bjorklun, 1992). Pengalaman-pengalaman atau aktivitas-aktivitas khusus anak dapat menimbulkan perubahan pada diri yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak yang berlatih menari menjadi terampil menari; anak yang belajar matematika atau berhitung menjadi mahir dalam mengerjakan soal-soal hitungan. Perubahan-perubahan semacam itu bukan merupakan perkembangan, melainkan lebih merupakan perubahan dalam arti belajar, yakni perubahan yang lebih singkat dan merupakan fungsi langsung dari pengalaman-pengalaman khusus yang diupayakan. Perubahan dalam arti perkembangan lebih berkaitan dengan fungsi waktu dan kematangan biologis sehingga terjadi dalam periode yang lebih lama dan bersifat umum, tidak terkait dengan peristiwa atau pengalaman khusus tertentu. Kedua, perkembangan dapat mencakup perubahan baik dalam struktur maupun fungsi (Bjorklund & Bjorklun, 1992) atau perubahan fisik maupun psikis (Abin Syamsuddin Makmum, 1996). Perubahan dalam struktur lajimnya merujuk kepada perubahan fisik baik dalam hal ukuran maupun bentuknya (seperti perubahan lengan, kaki, otot, jaringan syaraf, atau bagian-bagian tubuh lainnya), sedangkan perubahan fungsi mengacu kepada perubahan dalam hal aktivitas yang secara inheren terdapat dalam struktur fisik tersebut (seperti kelenturan otot, keterampilan bergerak, kemampuan berfikir, reaksireaksi emosional, dan perubahan-perubahan sejenis lainnya). Dengan kata lain, perubahan struktur mengacu kepada perubahan wujud jasadnya, sedangkan perubahan fungsi mengacu kepada perubahan aspek mental atau aktivitas yang ditimbulkan sehubungan dengan adanya perubahan dalam jasad tersebut. Ketiga, perubahan dalam arti perkembangan bersifat terpola, teratur, terorganisasi, dan dapat diprediksi. Ini berarti bahwa secara normal, perkembangan individu mengikuti pola-pola tertentu yang sudah dapat diketahui dan diperkirakan. Misalnya, seorang anak akan bisa duduk setelah bisa menelungkup, akan merangkak setelah duduk, dan akan berjalan setelah merangkak. Lebih jauh dari itu, bahkan waktu terjadinyapun dapat diperkirakan. Sebagai contoh, anak bisa duduk sendiri pada sekitar usia 6 bulan, bisa merangkak pada sekitar usia 7 bulan, bisa berjalan sendiri pada kira-kira usia 11-12 bulan, bisa mengucapkan kata pertama pada sekitar usia 10-12 bulan, lebih menyenangi aktivitas simbolik pada kira-kira usia sekitar 4-5 tahun, dan lebih menyenangi aktivitas permainan (games) yang melibatkan aturan pada sekitar usia 7-8 tahun. Keempat, perkembangan dapat bersifat unik bagi setiap individu (Bjorklund & Bjorklun, 1992; Santrock & Yussen, 1992). Santrock & Yussen (1992: 17) menyatakan bahwa: “each of us develops in certain ways like all other individual, like some other

individuals, and like no other individuals”. Artinya, masing-masing kita berkembang dalam cara-cara tertentu seperti semua individu yang lain, seperti beberapa individu yang lain dan seperti tak ada individu yang lain. Di samping adanya kesamaan-kesamaan umum dalam pola-pola perkembangan yang dialami oleh setiap individu, terjadinya variasi individual dalam perkembangan anak bisa terjadi pada setiap saat. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsure yang saling berpengaruh satu sama lain. Kelima, perubahan dalam arti perkembangan terjadi secara bertahap (Seifert & Hoffnung, 1991) dalam jangka waktu yang relatif lama (Bjorklund & Bjorklun). Maksudnya bahwa perubahan dalam arti perkembangan bukan merupakan perubahan yang sifatnya sesaat, melainkan terjadi dalam suatu proses yang berlangsung secara berkelanjutan dalam waktu yang relative lama. Keenam, perubahan dalam arti perkembangan dapat berlangsung sepanjang hayat dari mulai sejak masa konsepsi hingga meninggal dunia (Santrock & Yussen, 1992; Bjorklund & Bjorklun, 1992). Perkembangan tidak hanya terbatas sampai dengan masa remaja, melainkan dapat berlanjut terus hingga seseorang meninggal dunia. Ini juga berarti bahwa perubahan dalam arti perkembangan tidak hanya mencakup proses pertumbuhan, pematangan, dan penyempurnaan, melainkan juga mencakup proses penurunan dan perusakan. Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan dapat didefinisikan sebagai pola perubahan organisme (individu) baik dalam struktur maupun fungsi (fisik maupun psikis) yang terjadi secara teratur dan terorganisasi serta berlangsung sepanjang hayat. Di samping istilah perkembangan, ada istilah lain yang sering dipertukarkan penggunaannya, yaitu istilahpertumbuhan (growth). Istilah pertumbuhan juga mengandung arti sebagai pola perubahan yang dialami oleh individu. Dalam kenyataannya, kedua proses perubahan ini –perkembangan dan pertumbuhan—memang sulit dipisahkan satu sama lain. Namun untuk kepentingan penjelasan dua istilah tersebut dapat dibedakan. Istilah pertumbuhan (growth) dimaksudkan sebagai perubahan dalam aspek jasmaniah seperti berubahnya struktur tulang, tinggi dan berat badan, proporsi badan, semakin sempurnanya jaringan syaraf, dan sejenisnya. Dengan kata lain, pengertian pertumbuhan itu lebih bersifat kuantitatif dan terbatas pada pola perubahan fisik yang dialami individu sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam arti luas, menurut Witherington dan Hurlock (Abin Syamsuddin Makmun, 1996), istilah pertumbuhan dapat mencakup perubahan secara psikis kalau perubahan tersebut berupa munculnya sesuatu fungsi yang baru seperti munculnya kemampuan berpikir simbolik, munculnya kemampuan berpikir abstrak, dan munculnya perasaan birahi terhadap lawan jenis.

B. Anak sebagai Suatu Totalitas Sebagai objek studi psikologi perkembangan, anak dpandang sebagai suatu totalitas. Konsep anak sebagai suatu totalitas sekurang-kurangnya dapat mengandung pengertian berikut : a. Anak adalah makhluk hidup (organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yangterdapat dalam dirinya. b. Dalam kehidupan dan perkembangan anak, keseluruhan aspek anak tersebutsalin terjalin satu sama lain. c. Anak berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi secara keseluruhan. Sebagai suatu totalitas, anak dipandang sebagai makhluk hidup (organisme) yang utuh, yakni sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan aspek fisik dan psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek fisik dan psikis anak tersebut tak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu, anak juga dipandang sebagai individu. Istilah individu berasal dari kata undivided yang berari tak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan bagian lainnya. Lebih lanjut, konsep anak sebagai suatu totalitas atau kesatuan mengandung arti bahwa terdapat saling keterjalinan atau keterikatan antara keseluruhan aspek yang

terdapat dalam diri anak. Keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut secara terintegrasi saling terjalin dan saling memberikan dukungan fungsional satu sama lain. Sebagai misal, anak yang sedang sakit panas bisa menjadi lain perilakunya(rewel); anak yang sedang marah bisa menangis menjerit-jerit, anak yang sedang malu bisa kemerah-merahan pipinya, anak yang sedang aktif melakukan berbagai aktivitas fisik bisa aktif pula kegiatan mentalnya. Contoh-contoh tersebut mengilustrasikan adanya keterkaitan dan keterpaduan dalam proses kehidupan dan aktivitas anak. Reaksi-reaksi psikis anak selalu disertai dengan reaksi fisiknya, dan begitu pula sebaliknya. Bila dibanding dengan orang dewasa, konsep anak sebagai suatu totalitas juga mengandung arti bahwa perbedaan anak dengan orang dewasa tidak terbatas secara fisik melainkan secara keseluruhan. Anak bukan miniatur dari orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya bisa berbeda dari org dewasa. Secara fisik, anak sedang mengalami pertumbuhan yang pesat, sebaliknya, fisik org dewasa sudah relatif tidak berkembang lagi. Sementara anak cenderung didomoinasi oleh pola pikir yang bersifat egosentrik, maka org dewasa sudah lebih mampu berpikir empatik dan sosial. Begitu juga kalau daya pikir anak masih terbatas pada hal-hal yang konkret, maka orang dewas sudah mampu berpikir abstrak dan universal. Demikianlah pengertian anak sebagai totalitas, yakni sebagai suatu organisme atau individu yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dari keseluruhan organ fisik dan aspek psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut salin terjalin satu sama lain. Karena itu, perbedaan anak dengan orang dewasa tidak hanya terjadi dalam aspek fisik atau fsikis, melainkan secara keseluruhan.

C. Perkembangan sebagai Proses Holistik dari Aspek Biologis, Kognitif, dan Psikososial Sesuai dengan konsep anak sebagai suatu totalitas. Perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh (holistic). Artinya, perkembangan terjadi tidak hanya aspek tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin (interwoven) satu sama lain. Secara garis besar, proses perkembangan individu dapat dikelompokkan dalam tiga domain; proses biologis, kognitif, dan psikososial (Santrock & Yussen, 1992; Seifert & Hoffnung, 1991). Ketiga proses perkembangan tersebut merupakan sesuatu yang terpadu dan saling berpengaruh satu sama lain. Proses-proses biologis atau perkembangan fisik mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ inderawi, dan sejenisnya. Perubahan-perubahan dalam cara menggunakan tubuh atau keterampilan motorik dapat dikelompokkan kedalam domain proses pertumbuhan biologis ini. Kedalam domain perkembangan ini juga termasuk perubahan dalam kemampuan fisik seperti perubahan dalam proses penglihatan, kekuatan otot, dan sejenisnya. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencakup perubahan fisik karena kecelakaan, sakit, dan peristiwa-peristiwa khusus lainnya. Proses-proses kogntif melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalam merefleksikan peran proses kognitif dalam perkembangan anak. Meskipun dalam prakteknya sulit untuk dipisahkan, namun perlu dibedakan antara perkembangan kognitif dengan perubahan dalam arti belajar. Perkembangan kognitif mengacu kepada perubahan-perubahan penting dalam pola dan kemampuan berpikir serta kemahiran berbahasa, tetapi belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan-perubahan sebagai hasil dari pengalaman atau peristiwa yang relatif spesifik. Selain itu, perubahanperubahan yang dipelajari sering kali terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi

perkembangan kognitif terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. Perkembangan kognitif anak dan pengalaman belajar ini sangat erat kaitannya dan saling berpengaruh satu sama lain. Perkembangan kognitif anak akan memfasilitasi atau membatasi kemampuan belajar anak, sebaliknya pengalaman belajar anak juga akan sangat memfasilitasi perkembangan kognitifnya. Proses-proses psikososial melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi, dan kepribadian individu serta cara yang bersangkurtan dengan orang lain. Dengan demikian, perkembangan identitas diri (self identity) dan krisis-krisis yang menyertainya serta perkembangan cara dan pola hubungan dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru-guru dan yang lainnya dapat dikelompokkan kedalam domain perkembangan ini. Senyuman bayi dalam merespon sentuhan dan sapaaan ibunya, perilaku agresif anak terhadap teman bermain, rasa percaya diri dan keberanian anak, perkembangan hubungan pertemanan diantara anak merefleksikan proses-proses psikososial dalam perkembangan anak.

D. Kematangan vs Pengalaman dalam Perkembangan Anak Kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock & Yussen, 1992) dalam Amin Budiamin, dkk ( 2006: 6). Dalam bahasan ini kematangan dipandang sebagai suatu pembawaan (nature), yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir. Di sisi lain, pengalaman (experience) merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Disini pengalaman dipandang sebagai unsur lingkungan, yakni sebagai pengalaman-pengalamanenvironmental yang diperoleh individu dalam kehidupannya. Para ahli psikologi perkembangan yang menekankan unsur kematangan atau pembawaan (maturationists) mengklaim warisan biologis sebagai unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak. Sedangkan para ahli yang mengutamakan unsur pengalaman menganggap pengalaman environmental sebagai faktor yang paling penting dalam perkembangan anak. Akan tetapi, menurut kami keduanya saling mempengaruhi satu sama lain terhadap perkembangan anak. Menurut pandangan maturasional, pada dasarnya individu berkembang dalam cara yang terpola secara genetik, kecuali kalau terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan yang bersifat merusak. Rancangan atau struktur genetik akan menghasilkan komunalitas-komunalitas dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Sebaliknya, kaum enviromentalists menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Unsur genetik individu sekedar mewariskan potensi dasar, tetapi bagaimana hal itu tumbuh dan berkembang sangat tergantung kepada makanan, gizi, perawatan medis, latihan, dan pendidikan yang diberikan oleh lingkungan. Pendeknya, lingkungan dipandang sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak. Di samping dua kelompok tersebut, ada pula para ahli perkembangan (interacsionists) yang mempercayai bahwa hampir semua kualitas fisik dan psikis individu merupakan hasil dari pengaruh pembawaan lingkungan. Sebagai misal, tinggi badan anak tergantung kepada rancangan genetik yang diturunkan orang tuanya (pembawaan), di samping tergantung pula kepada gizi dan latihan yang diperoleh selama proses pertumbuhan (lingkungan); perkembangan kognisi anak tergantung kepada taraf intelegensi yang dimiliknya (pembawaan), di samping tergantung pula pada kualitas pengalaman belajar yang diperoleh selama hidupnya (lingkungan); anak juga secara biologis sudah terpogram untuk belajar bahasa (pembawaan), tetapi mereka hanya akan belajar bahasa mereka. Dalam prakteknya, menentukan kontribusi kematangan (pembawaan) dan pengalaman (lingkungan) terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu secara pasti akan sulit untuk dilakukan. Kualitas aspek pertumbuhan dan perkembangan yang sama bisa

dihasilkan dari campuran pengaruh unsur genetik dan keadaan lingkungan yang berbeda. Namun dalam kondisi tertentu, mengetahui pengaruh relatif dari dua faktor tersebut kadang-kadang penting untuk dilakukan. Misalnya, jika seorang anak memiliki bobot tubuh yang berlebih, maka untuk menentukan treatmentapa yang tepat, perlu diketahui terlebih dahulu sumber-sumber yang menyebabkan bobot tubuh yang berlebih tersebut. Jika ternyata hal itu disebabkan oleh unsur genetik, maka bentuk treatment-nya akan lain dengan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

E. Kontinuitas vs Diskontinuitas dalam Perkembangan Isu lain yang diperdebatkan oleh para ahli perkembangan adalah pernyataan apakah perkembangan itu merupakan sesuatu yang berkesinambungan atau tidak berkesinambungan. Para ahli menekankan pada unsur kematangan lazimnya menganggap perkembangan sebagai serangkaian tahap yang berbeda. Sebaliknya, para ahli perkembangan yang menekankan pada unsur pengalaman menjelaskan perkembangan sebagai suatu proses yang sinambung. Para ahli yang menekankan segi kesinambungan dalam perkembangan menjelaskan bahwa perkembangan itu merupakan perubahan kumulatif yang berlngsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia. Perkembangan adalah perubahan yang sifatnya bertahap dan merupakan akumulasi dari perilaku dan kualitas pribadi yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam proses pengayaaan itu terjadi pengayaan, penambahan, dan pengurangan melalui pengalaman atau interaksi individu dengan lingkungan. Jadi di saat anak memperoleh tambahan perilaku atau keterampilan baru, ia mengkombinasikan kembali perilaku atau keterampilan tersebut dengan yang sudah ada untuk menghasilkan perilaku atau abilitas yang semakin kompleks. Dalam perkembangan bahasa, misalnya dari anak agar bisa mengucapkan suatu suku kata, kemudian satu kata, dua kata, dan seterusnya. Menurut pandangan ini, kata pertama yang bisa diucapkan oleh anak sekalipun sebenarnya merupakan hasil akumulasi dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, meskipun sepertinya merupakan peristiwa baru. Jadi, model perkembangan ini, menempatkan perubahan kuantitatif, yakni unsurunsur yang sudah ada dan lebih secara esensial mengalami penambahan dengan unsurunsur baru sehingga menghasilkan kemampuan dan perilaku yang lebih kompleks. Di sisi lain, para ahli yang menekankan segi ketidaksinambungan dalam perkembangan menganggap bahwa proses perkembangan individu melibatkan tahapantahapan yang berbeda. Setiap perkembangan individu dianggap melalui suatu pola urutan perubahan yang berbeda secara kualitatif, tidak sekedar berbeda secara kuantitatif. Dalam hal ini perkembangan individu dianggap berlangsung melalui terjadinya perubahanperubahan perilaku yang relatif tiba-tiba dari satu tahap ke tahap berikutnya. Jadi, di sini terjadi peristiwa transisi yang relatif tajam dari satu tahap perkembangan. Para ahli yang mendukung pandangan diskontinuitas biasanya beranggapan bahwa secara prinsip perkembangan diarahkan oleh faktor-faktor internal biologis. Mereka menganggap bahwa kondisi yang berbeda dalam perkembangan anak merefleksikan hakikat diskontinuitas dari perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan demikian, perkembangan melibatkan perubahn-perubahaan kualitatif, bukan sekedar kombinasikombinasi sederhana dari kemampuan-kemampuan atau perilaku-perilaku terdahulu. Sebagai contoh, deskripsi tahap-tahap perkembangan berpikir anak dari Piaget seperti Sensori motor, praoperasional, kongkret operasional dan formal operasional, menggambarkan bagaimana perbedaan kualitatif (Diskontinuitas). Itu terjadi dalam proses perkembangan berpikir anak. Tahap-tahap perkembangan berpikir anak tersebut tidak sekedar menggambarkan padanya kemampuan yang meningkat dalam berpikir, tapi lebih daripada itu ada perbedaan kualitatif yang signifikan antara tahap-tahap tersebut. Berkenaan dengan isu kontinuitas dan diskontinuitas di atas, Emde & Harmon (Vasta,Haith & Miller, 1992) menjelaskan bahwa persoalan melibatkan dua komponen yang diperdebatkan. 1. Isu melibatkan penjelasan tentang pola-pola perkembangan.

a. Para ahli teori kontinuitas meyakini bahwa perkembangan itu terjadi secara halus dan stabil melalui penambahan atau peningkatan bertahap dalam hal abilitas, ketrampilan, dan/atau pengetahuan baru pada suatu langkah yang relatif sama. b. Para ahli diskontinuitas beranggapan bahwa perkembangan terjadi pada periode-periode kecepatan yang berbeda, berganti-ganti antara periode-periode yang hanya sedikit perubahannya dengan periode yang tajam dan cepat perubahannya 2. Pedebatan ini berkenaan dengan masalah keterkaitan perkembangan. a. Para ahli teori kontinuitas berpendapat bahwa perilaku-perilaku awal secara bersama akan membangun dan membentuk perilaku-perilaku selanjutnya atau sekurang-kurangnya perkembangan-perkembangan awal itu memiliki keterikatan dengan perkembangan selanjutnya. b. Para ahli diskontinuitas menyatakan bahwa beberapa aspek perkembangan muncul secara independen dari apa yang sudah muncul sebelumnya dan tak dapat diprediksi dari perilaku-perilaku sebelumnya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan di atas kami menyimpulkan bahwa: Perkembangan adalah pola perubahan organisme (individu) baik dalam struktur maupun fungsi (fisik maupun psikis) yang terjadi secara teratur dan terorganisasi serta berlangsung sepanjang hayat. Pertumbuhan adalah perubahan dalam aspek jasmaniah seperti berubahnya struktur tulang, tinggi dan berat badan, proporsi badan, semakin sempurnanya jaringan syaraf, dan sejenisnya. Perkembangan bersifat kualitatif, sedangkan pertumbuhan bersifat kuantitatif (peningkatan dalam ukuran dan struktur). Adapun hal-hal yang berkaitan dengan konsep ini diantaranya; anak sebagai suatu totalitas; perkembangan sebagai proses holistik dari aspek biologis, kognitif, dan psikososial; kematangan vs pengnalaman dalam perkembangan anak; kontinuitas vs diskontinuitas dalam perkembangan.

B. Saran Sebaiknya kita sudah dapat mengerti apa yang dimaksud dengan perkembangan dan pertumbuhan melalui makalah ini, untuk itu kita dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Sebaiknya kita harus berkembang dan tumbuh mengikuti perkembangan zaman ini agar kita tidak terbelakang, tapi perkembangan dan pertumbuhannya itu harus sesuai dengan kodrat kita sebagai manusia.

DAFTAR PUSTAKA Ramdhini, Rachmi. 2013. Hakikat Perkembangan Anak Didik Usia Sekolah Dasar. [online].(http://momomiyami.blogspot.com/2013/05/hakikat-perkembangan-anakdidik-usia.html, diakses tanggal 27 April 2014)

Syaodih, Ernawulan. 2012. Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar. [online].(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022ERNAWULAN_SYAODIH/PERKEMBANGAN_PESERTA_DIDIK_SD.pdf, diakses tanggal 27 April 2014) Tim Penyusun Universitas Muhammadiyah Makassar, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Ma

MAKALAH HAKIKAT PERKEMBANGAN KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga berkat rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Hakikat Perkembangan’. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik. Suatu kebahagiaan yang tidak ternilai bagi kami, yang telah menyelesaikan makalah ini,untuk memenuhi salah satu persyaratan yang di ajukan dalam mata kuliahPerkembangan Peserta Didik. Kami sangat menyadari keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kemampuan dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan, karenanya kami masih dalam proses belajar. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

Pangkep, 17 Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. 1 Daftar Isi........................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................................................... 3 B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Perkembangan.......................................................................................... 5 B. Ciri - ciri Perkembangan............................................................................................. 6 C. Prinsip - prinsip Perkembangan.................................................................................. 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................................... 10 B. Saran..................................................................................................................... 10 Daftar Pustaka................................................................................................................. 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sepanjang rentang hidupnya, semenjak dari masa kehamilan sampai meninggal, manusia selalu mengalami perubahan, baik perubahan dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahan-perubahan tersebut terus berlangsung karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan pada dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupan manusia merupakan dua sisi mata uang yang menunjukkan gambaran yang berbeda, tetapi merupakan dua hal yang tak terpisahkan, bahkan kadang disamakan pengertiannya. Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat progresif dan terus menerus. Dalam siklus kehidupannya, manusia pasti mengalami proses perkembangan baik segi fisik maupun psikologisnya. Misalnya, dari seorang yang tidak berdaya, sampai menjadi seorang mahasiswa. Dalam proses perkembangan, jelas adanya perubahan-perubahan yang meliputi aspek fisik, intelektual, sosial, moral, bahasa, emosi, dan perasaan, minat, motivasi, sikap, kepribadian, bakat, dan kreativitas. Di mana didalam setiap aspek tersebut pada dasarnyya membuat kombinasi-konbinasi atau hubungan baru yang kemudian membentuk spesalisasi fisik dan psikologis yang berbeda antara manusia yang satu dan lainnya. Adanya kombinasi dan perbedaan, menyebabkan adanya persaingan dan rasa saling membutuhkan antara manusia yang satu dan lainnya. Dengan demikian, pola perilaku manusia dapat menunjukkan kesempatan apa yang akan diperoleh untuk mengembangkan kepopulerannya dalam kelompok terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, sosial-ekonomi yang berbeda akan memperbaiki mereka yang mempunyai standar penampilan dan perilaku yang berbeda.

B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3.

Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan perkembangan? Apa saja ciri-ciri perkembangan? Apa saja prinsip-prinsip perkembangan? Tujuan Untuk mengetahui pengertian dari perkembangan Untuk mengetahui ciri-ciri dari perkembangan Untuk mengetahui prinsip-prinsip perkembangan

BAB II PEMBAHASAN

A.

1.

2.

3.

B. 1.

Pengertian Perkembangan Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsifungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), dan hasil dari interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial dan moral. Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanakkanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa. Perkembangan dapat diartikan juga sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniyah) maupun psikis (rohaniyah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Yang dimksud dengan sistematis, progresif dan berkesinambungan adalah sebagai berikut. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Jadi, dalam proses perkembangan akan terjadi tahapan-tahapan perubahan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan apabila salah satu tahapnya dihilangkan maka tidak akan terjadi suatu perkembangan. Contoh dari prinsip ini, seperti kemampuan berjalan anak seiring dengan matangnya otot-otot kaki, dan keinginan remaja untuk memperhatikan jenis kelamin lain seiring dengan matangnya organ seksualnya. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Berarti bahwa perkembangan menunjukkan pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna seiring dengan bertambahnya umur manusia. Contohnya, seperti perubahan anak dari kecil menjadi dewasa serta perubahan pengetahuan dan kemampuan anak, dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks ( mulai dari mengenal huruf dan angka sampai pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung). Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat. Jadi dapat diartikan bahwa proses perubahan itu sifatnya bertahap. Contohnya, untuk dapat berdiri, seorang anak terlebih dahulu harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya yaitu kemampuan duduk dan merangkak. Dan untuk berbicara , anak harus melalui tahapan meraba atau untuk mencapai masa dewasa, individu harus melalui masa remaja, anak-anak, kanakkanak, bayi dan masa konsepsi. Ciri-ciri Perkembangan Terjadinya perubahan ukuran dalam (a) aspek fisik: perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ tubuh lainnya, dan (b) aspek psikis: semakin bertambahnya perebendaharaan kata dan matangnya kemampuan berfikir, mengingat, serta menggunakan imajinasi kreatif.

2.

3.

4.

C. 1.

2.

3.

a.

b. c.

d. e.

Terjadinya perubahan proporsi dalam (a) aspek fisik: proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya, dan pada usia remaja proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia dewasa, dan (b) aspek psikis: perubahan imajinasi dari yang fantasi ke realitas, dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada orang lain (khususnya teman sebaya). Lenyapnya tanda-tanda lama dalam (a) aspek fisik: lenyapnya kalenjar thymus (kalenjar anak-anak) yang terletak pada bagian dada, rambut halus, dan gigi susu, dan (b) aspek psikis: lenyapnya masa mengoceh (meraban), bentuk gerak-gerik kanak-kanak (seperti merangkak) dan prilaku impulsif (melakukan sesuatu sebelum berfikir). Munculnya tanda-tanda baru dalam (a) aspek fisik: tumbuh dan pergantian gigi dan matangnya organ-organ seksual pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada wanita dan mimpi basah pada pria) maupun sekunder (membesarnya pinggul dan buah dada pada wanita, dan tumbuhnya kumis serta perubahan suara pada pria) dan (b) aspek psikis: berkembangnya rasa ingin tahu, terutama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, lingkungan alam, nilai-nilai moral, dan agama. Prinsip-prinsip Perkembangan Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending proses) Perkembangan berlangsung secara terus-menerus yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya sampai mencapai kematangan atau masa tua. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat dari perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat. Menurut Yelon dan Weinstein (1977) menyebutkan pola perkembangan sbb; Cephalocaudal (perkembangan ini dimulai dari kepala ke kaki, artinya yang matang duluan adalah bagian atas kemudian bagian bawah, dan tidak mungkin terbalik) dan proximodistal (perkembangan itu bergerak dari tengah: seperti paru-paru dan jantung, ke pinggir; tangan) Struktur mendahului fungsi, yang berarti bahwa anggota tubuh individu akan berfungsi setelah matang strukturnya. Seperti mata dapat melihat setelah otot-ototnya matang Perkembangan itu berdiferensiasi, yang berarti bahwa perkembangan fisik dan psikis berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Contoh: (1) bayi menendang-nendangkan kakinya secara sembarangan sebelum ia dapat mengorganisasikannya untuk merangkak dan atau berjalan, (2) bayi melihat benda-benda yang lebih besar sebelum ia dapat melihat bendabenda kecil. Perkembangan berlangsung dari konkret ke abstrak, artinya perkembangan itu berproses dari kemampuan berpikir konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tak tampak) Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme, artinya pada mulanya anak hanya memperhatikan dirinya sendiri sebagai pusat, atauhanya mementingkan keinginan, kebutuhannya sendiri. Melalui pengalamannya bergaul dengan orang lain (khususnya teman

f.

4.

5.

6.

sebaya), sikap egosentris ini secara berlahan-lahan berubah menjadi perspektivis (anak sudah mulai memperhatikan kepentingan orang lain Perkembangan berlangsung dari out control ke inner control, yang berarti pada awalnya anak sangat bergantung kepada pengawasan atau bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan atau untuk melakukan seuatu kegiatan yang terkait dengan kedisiplinan. Seiring dengan bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai, baik diingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat, anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol tindakan atau perilakunya oleh dirinya sendiri (inner control) Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat). Contohnya seperti pada otak yang mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-8 tahun, tangan, kaki dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada usia remaja, dan imajinasi kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas Para ahli telah banyak mengadakan penelitian dan menetapkan fase-fase perkembangan yang sesuai dengan umur masing-masing pada umumnya untuk dijadikan pedoman dalam mempelajari perkembangan individu. Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara, dan pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain). Setiap Individu yang normal akan mengalami tahapan fase perkembangan Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa dan masa tua.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organorgan jasmaniah dan organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada organ fisiologis. Proses perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses pertumbuhan seringkali akan berhenti jika seseorang telah mencapai kematangan fisik. 2. Ciri-ciri perkembangan secara umum mempunyai empat ciri yaitu terjadi perubahan dalam ukuran besarnya, terjadinya perubahan dalam proporsi, lenyapnya tanda-tanda yang lama,dan diperolehnya tanda-tanda yang baru. 3. Prinsip perkembangan yaitu meliputi, adanya perubahan, perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya, perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar, pola perkembangan dapat diramalkan, pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan, terdapat perbedaan individu dalam perkembangan, setiap bidang perkembangan mengandung bahaya sosial, Setiap periode perkembangan mengandung harapan sosial, dan kebahagiaan bervariasi pada berbagai fase perkembangan

B.

Saran Mempelajari konsep dasar dan prinsip-prinsip perkembangan merupakan hal yang sangat peting, tidak hanya bagi orang tua tetapi juga oleh para guru untuk memahami psikologi perkembangan anak, sehingga mereka dapat memahami karakter, perilaku hingga kebiasaan anak didik . Terlebih lagi bahwa guru harus siap menghadapi sekian banyak perbedaan dari sekian banyak anak didik yang terangkum dalam satu ruang lingkup belajar. DAFTAR PUSTAKA

Arifin Dia, (2016) Perkembangan Peserta Didik

Related Documents


More Documents from ""

Skor Penilaian.docx
December 2019 30
Undandangan Kkg '16.docx
December 2019 27
Rppm Kls B Semester 2.docx
December 2019 17
Data Wisuda 2015-2016.xlsx
December 2019 20