Hakikat Kegiatan Remedial Dan Pengayaan.docx

  • Uploaded by: Achmad Muharromi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hakikat Kegiatan Remedial Dan Pengayaan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,597
  • Pages: 6
Hakikat Kegiatan Remedial dan Pengayaan Hal yang harus dipahami oleh Guru dan harus diketahui oleh Siswa M.Putra Graha, S.Pd Kegiatan remedial dan pengayaan adalah dua macam kegiatan tindak lanjut terhadap suatu evaluasi pada satu atau sekelompok materi ajar yang diberikan kepada siswa / peserta didik, terutama mereka yang sedang duduk di bangku pendidikan dasar dan menengah. Semua elemen pendidikan, terutama guru dan siswa pasti dan harus paham dengan kedua kegiatan ini . Ketidakpahaman, bahkan ketidaktahuan terhadap keduanya merupakan bencana bagi dunia pendidikan. Kenapa dikatakan bencana? Karena, dari permasalahan inilah akan terlihat pantas atau tidaknya seseorang individu tersebut menjadi guru; dan disisi peserta didik sendiri, keadaan ini akan membuat mereka menjadi korban dari ketidakmampuan guru mereka untuk memberikan pemahaman yang maksimal terhadap materi pembelajaran yang seharusnya mereka kuasai secara patut. Satu kesalahan fatal yang dibuat oleh banyak guru adalah, mereka meletakkan kegiatan remedial ini pada jam cadangan didalam rencana kegiatan pembelajaran mereka, dan yang lebih celakanya lagi, apabila yang dituliskan pada perencanaan tersebut hanya tulisan belaka dan tidak pernah dilaksanakan sama sekali. Permasalahan lain yang mengemuka akibat salah kaprah guru dalam mengimplementasikan kegiatan yang satu ini adalah, mereka katanya meremedi siswa yang nilai ujian semesternya kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah mereka tetapkan sebelumnya; celakanya, apa yang mereka katakan sebagai remedi tersebut tidak lebih dari ujian ulangan – mengulang kembali ujian yang telah diberikan kepada siswanya (atau diistilahkan juga dengan HER). Permasalahan lain yang terpantau adalah, terpinggirkannya kegiatan pengayaan dari program remedial guru-guru yang harus kita kasihani ini, bahkan ada asumsi dari mereka siswa yang tuntas setelah melewati proses remedial hanya boleh mendapatkan nilai sampai batas KKM saja atau kriteria nilai tuntas yang paling rendah – tidak boleh lebih dari itu; sementara anak-anak yang pencapaiannya sudah mencapai KKM atau lebih, dibiarkan begitu saja.

Ada yang hal lain yang diaplikasikan secara salah oleh guru-guru kita ini; jika terjadi ada terdapat kesamaan nilai dari 2 orang peserta didik, tapi mereka tuntas dengan proses yang berbeda, tuntas dalam sekali evaluasi dan yang tuntas setelah melewati proses kegiatan remedial; maka pada buku rapor mereka, untuk yang tuntas murni ditulis tuntas, sementara yang telah melewati kegiatan remedial ditambah embelembel “setelah melewati remedial” setelah kata tuntas. Ilustrasi untuk kondisi diatas bisa digambarkan sebagai berikut: Dua orang siswa (si Alpha dan si Betha) sama-sama mendapatkan nilai 62 dari gurunya, sementara KKM yang ditetapkan oleh gurunya tersebut untuk mata pelajaran yang dipegangnya juga 62. Alpha tuntas dari ulangan harian yang diperolehnya, sementara Betha harus diremedi dulu karena sebelumnya tidak berhasil mencapai batas nilai tuntas terendah. Mungkin masih banyak permasalahan lain yang bisa kita angkat ke permukaan dalam hal ketidakpahaman guru terhadap program remedial dan pengayaan ini, tapi diharapkan dari beberapa hal yang dikemukakan diatas, permasalahan-permasalahan yang lain bisa terwakili; dalam artian para guru bisa mengintrospeksi diri, sejauh mana mereka telah memahami hakikat dari dua kegiatan ini. Lalu, bagaimana seharusnya jalan dari kegiatan Remedial dan Pengayaan tersebut ? Kegiatan remedial merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya, yang hasil belajarnya (terlihat dari hasil Ulangan Hariannya / UH) pada satu atau sekelompok keahlian; kompetensi atau standar kompetensi belum mencapai KKM. Artinya, kegiatan perbaikan ini bertujuan untuk mendudukkan kembali pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diujikan kepada mereka – baik itu dalam bentuk butir soal, maupun kompetensinya sendiri, atau pada kurikulum terdahulu diistilahkan dengan pokok bahasan kegiatan pembelajarannya; namun tidak bisa mereka kuasai walaupun pada taraf penguasaan minimal. Intinya, peserta didik yang terkait pada permasalahan ini harus diproses kembali agar bisa paham materi pelajaran mereka yang belum tuntas tersebut. Dari pemaparan diatas, ada satu hal lagi yang harus dipertegas: kegiatan remedial hanya diberikan setelah dilaksanakannya sebuah ulangan harian, dan tidak ada istilah untuk kegiatan remedial untuk memperbaiki nilai ujian semester siswa yang rendah- yang jauh dibawah KKM. Dan didalam rapor siswa, tidak ada istilahnya, nilai seorang siswa tuntas karena tanpa atau dengan kegiatan remedial.

Masyarakat awam yang melihat hasil pembelajaran siswa yang dimaksudpun tidak akan mau tahu, apakah seorang anak itu tuntas belajarnya dengan cara apa, yang penting mereka tuntas. Ada dua macam kegiatan remedial yang bisa dilakukan oleh guru: Kegiatan Remedial melalui tatap muka dan Tanpa tatap muka. Pada jenis yang pertama, guru kembali menggodok pemahaman siswanya dalam proses belajar mengajar, seperti: 

diterangkan kembali kepada mereka materi yang masih belum dipahami dengan cara yang lebih sederhana / praktis dan diberikan lebih banyak contoh-contoh atau aplikasi dari materi yang dimaksud;



adakan lagi diskusi-diskusi singkat antara guru dengan peserta didik, atau diantara peserta didik sendiri;



berikan lebih banyak latihan-latihan;



dan lain-lain.

Setelah semua proses selesai dilaksanakan, uji kembali peserta didik pada materi yang tidak tuntas tersebut dengan bobot soal yang sama dengan yang mereka dapatkan pada ulangan sebelumnya (UH). Dari pengujian inilah kita bisa melihat tingkat keberhasilan kegiatan belajar perbaikan yang telah dilakukan. Jadi, yang disebut dengan remedial itu sendiri adalah kegiatan pembelajaran kembali diatas, bukannya ujian susulan yang dilakukan. Kegiatan remedi semacam ini, biasanya ditemukan pada kelas-kelas atau mata pelajaran yang menuntut banyak pemahaman, latihan, atau analisa seperti matematika, bahasa Inggris, fisika, kimia, dan sebagainya. Pada jenis kegiatan pembelajaran remedial yang kedua (tanpa tatap muka), siswa ditugaskan untuk belajar mandiri diluar kelas atau diluar jam pelajaran yang terkait, misalnya: 

mempelajari kembali dirumah materi-materi yang belum dipahaminya dengan membaca buku catatan mereka dan bukubuku sumber yang berhubungan dengan materi tersebut baik yang sifatnya buku manual (paket, LKS) maupun buku-buku penunjang yang lain.



berdiskusi dengan teman-teman mereka diluar jam belajar.



bertanya kepada orang lain yang mereka memberikan pemahaman lebih kepada mereka.



melakukan kunjungan pustaka;



dan lain sebagainya.

anggap

mampu

Selang beberapa waktu, tingkat pemahaman mereka terhadap materi yang belum tuntas tersebut kembali diuji dengan bobot soal yang sama dengan UH mereka terdahulu. Kegiatan belajar perbaikan (remedi) sudah dilaksanakan, lalu bagaimana dengan kegiatan pengayaan ? Sebenarnya hakikat pembelajaran remedial dan pengayaan tersebut sebenarnya sama, yaitu pengarahkan peserta didik pada penguasaan yang sempurna atas materi pembelajaran yang telah mereka peroleh. Cara dan kegiatannyapun sama (melalui tatap muka dan tanpa tatap muka). Cuma jenis peserta didik yang dikelola berbeda; yang satu (yang diremedi) adalah mereka yang belum mampu mencapai KKM – sementara yang satu lagi (yang diberi pengayaan) adalah mereka yang sudah tuntas atau mencapai atau melewati KKM yang disyaratkan tapi belum sempurna 100%. Apa arti dari semua ini, guru tidak perlu menyediakan atau mencari 2 waktu khusus untuk melaksanakan kegiatan remedial dan pengayaan ini; kedua kegiatan ini bisa dilaksanakan pada waktu yang bersamaan sehingga kelompok siswa ini sama-sama bisa mendapatkan pengulangan materi yang sekaligus sebenarnya semacam penajaman buat mereka yang sudah tuntas. Alternatif pancarian waktu yang terpisah mungkin diperlukan apabila kelompok siswa yang diremedi adalah mereka yang masuk kategori slow learner – mereka yang butuh bimbingan khusus untuk mendapatkan pemahaman yang optimal terhadap semua yang mereka pelajari. Ada satu hal penting yang harus diingat, bobot soal yang dipakai untuk mengevaluasi tingkat pemahaman yang telah diperoleh oleh siswa dari kegiatan remedial dan pengayaan ini adalah harus sama dengan yang mereka peroleh pada UH sebelumnya. Jangan sekali-sekali membedakannya. Tidak ada istilahnya nilai akhir hasil remedi dengan nilai akhir pengayaan. Lalu, bagaimana dengan siswa yang mendapatkan nilai 10 pada UH dimaksud ? Mereka bisa dijadikan tutor sebaya buat rekan-rekannya yang mendapatkan program remedial dan pengayaan; membantu gurunya membimbing teman-temannya. Dan harus diingat, dia hanya

akan mendapatkan peluang tersebut pada waktu itu; jika pada UH berikutnya dia tidak bisa mendapatkan nilai 10 kembali, maka dia tidak boleh lagi menjadi tutor buat kawan-kawannya. Dengan demikian, peserta didik yang diberi keistimewaan untuk menjadi tutor buat yang lain adalah mereka yang penguasaannya sempurna (bernilai 10) pada tiap Ulangan Harian. Dan untuk siswa jenis ketiga ini, guru bisa memberikan pendalaman materi (pada Kompetensi , materi, atau keahlian yang sama) tapi sebenarnya akan dipelajarinya nanti pada level pendidikan yang lebih tinggi. Sekarang kita masuk kepada cara mengolah nilai hasil kegiatan remedial dan pengayaan ini; nilai UH yang diperoleh oleh siswa ditambah dengan nilai hasil belajar remedi / pengayaannya, dibagi 2 (dua). Contoh: si Charlie dalam ulangan harian Bahasa Inggrisnya yang terakhir mendapatkan nilai 40, sementara guru bahasa Inggrisnya menetapkan KKM untuk KD yang diujikan tersebut sebesar 62, artinya dia tidak tuntas; sementara teman sebangkunya si Delta dalam UH tersebut mendapatkan nilai 70, dia selamat. Keduanya kemudian mendapatkan kegiatan remedial (untuk si Charlie) dan Pengayaan (untuk si Delta). Dari ujian kegiatan tersebut, ternyata keduanya bisa sama-sama mencapai nilai 90. Lalu, apakah nilai akhir (UH) mereka sama ? Jelas tidak. Nilai UH yang akan diperoleh oleh si Charlie adalah (40+90):2 = 130:2=65. Dan nilai UH yang berhak diterima oleh si Delta adalah (70+90):2=160:2=80. Si Charlie pantas mendapatkan nilai 65 dan si Delta pantas untuk mendapatkan nilai 80. Tidak ada diantara mereka yang dirugikan dan dikecewakan dengan sistim kalkulasi penilaian seperti ini. Untuk lebih mempertajam pemahaman terhadap kegiatan remedial dan pengayaan ini, bisa disapaikan satu kondisi lagi; apabila guru memberikan satu Ulangan harian kepada siswanya, maka mereka berhak mendapatkan sekurang-kurangnya juga satu kali kegiatan remedial / pengayaan yang diberikan setelah hasil UH tersebut mereka dapatkan; apabila ada 2x UH dalam satu semester berjalan, maka juga harus ada 2x kegiatan remedial / pengayaan; jika ada 3x UH, artinya juga harus ada 3x remedi /pengayaan. Kecuali semua siswa yang diajar tuntas 100% (semua mereka mendapatkan angka 10), tidak diperlukan kedua kegiatan pembelajaran tersebut buat mereka, guru cuma dituntut memberikan pendalaman materi yang terarah sampai ke materi pembelajaran untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Jika

terjadi, semua siswanya tidak bisa mencapai KKM pada UH yang telah dilakukan, jelas semua mereka diberikan remedial dan sebaliknya jika semua mereka mampu mencapai atau melewati nilai KKM, semua mereka diberikan pengayaan. Payakumbuh, 19 November tahun 2010 / 13 Zulhijjah 1431. Tulisan ini juga bisa dibaca di https://udjangtaqdirsofyan.wordpress.com/hakikat-kegiatan-remedialdan-pengayaan/

Related Documents


More Documents from ""

Essay #2.docx
December 2019 55
Irma Nurse
November 2019 61
Essay #1.docx
December 2019 65