1 Deskripsi Kendali kestabilan Quadcopter
5
10
Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan merancang kestabilan take off, hover dan landing pada quadcopter. Sistem kendali kestabilan dibuat dengan menggunakan kendali PID metode Zieglr Nichols yang di kombimbinasikan dengan Fuzzy logic.
Latar Belakang Invensi Quadcopter adalah salah satu model pesawat tanpa awak
15 yang
yang
menggunakan
empat
buah
baling-baling
untuk
terbang. Sebuah quadcopter memiliki beberapa fase gerakan utama
antara
lain
take
off
(lepas
landas),
hover
(melayang), dan landing (mendarat). Sistem ini membutuhkan 20
tingkat kestabilan yang tinggi, terutama pada fase landing yang
sering
terjadi
kecelakaan.
terjadi
karena
beberapa
faktor
kecilnya
ukuran
quadcopter,
Permasalahan antara
getaran
sistem
lain saat
tersebut seperti, terbang
akibat putaran baling-baling, pengaruh angin yang nantinya 25
menyebabkan
quadcopter
tidak
stabil,
dan
beban
masing-
masing sumbu quadcopter. . Ringkasan Invensi 30
35
Invensi yang diusulkan ini pada prinsipnya adalah menstabilkan gerakan quadcopter, sehingga saat terjadi gangguan sistem dapat menstabilakn kondisinya sendiri dari gangguan. Prinsip kendali adalah dengan mengatur nilai masing-masing motor dengan program yang ditanamkan. Keuntungan penggunaan dua kendali ini menjadi satu adalah meningkatkan kestabilan dan kecepatan respon dari gangguan,
2 selain itu juga menghindari persamaan matematis dari sistem atau pemodelan seperti rootlocus.
5
Uraian Singkat Gambar Untuk memudahkan pemahaman mengenai inti invensi ini, selanjutnya akan diuraikan perwujudan invensi melalui gambar-gambar terlampir.
10 Mulai
15
Perancangan kontrol PID 1. Fuzzy
Studi literatur
Perancangan program
2. Perancangan Flight Control System
Uji coba Kestabilan sistem
Uji coba sensor
ROLL
Ketinggi an YAW
PITCH 20
Karakterisasi RPM motor
Hasil Uji
Uji coba Kestabilan sistem tanpa kontrol 25 Hasil Uji
30
Sesuai dengan paramater yang ditetapkan Sudah
Belum
Pengujian Autonomous take off Hasil Uji Analisis data
35
Kesimpula n
Selesai
3
5
Gambar 1, adalah diagram alir penelitian. Gambar 2, adalah tampak samping dari baling-baling kapal yang hanya diambil pada satu daun baling-baling sesuai dengan invensi ini. Uraian Lengkap Invensi
10 Pengujian Sensor Pengujian sensor digunakan untuk mengetahui apakah sensor tersebut 15
sesuai
(kalibrasi),
dengan
sensor
nilai
yang
alat
digunakan
ukur
yang
dalam
sebenarnya
penelitian
ini
adalah sensor ultasonik, sensor sudut dan kecepatan sudut. Complementary Filter Complementary filter pada penelitian ini untuk memfilter 20
keluaran
dari
sensor
sudut.
Dengan
keluaran
dari
sensor
accelerometer
menggabungkan dan
gyroscope
nilai untuk
memperoleh nilai sudut yang lebih akurat. Berikut respon nilai sudut dari accelerometer, gyroscope dan complementary filter.
40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50
error karena berpindah posisi
0.02 1.70 3.39 5.07 6.75 8.44 10.12 11.81 13.49 15.18 16.86 18.54 20.23 21.91 23.60 25.28
Sudut (derajat)
25
Waktu (s)
Gambar 2. Sudut Accelerometer
error karena getaran
4 Gambar 2 menunjukkan nilai sudut dari acclelerometer (sumbu
y)
terhadap
waktu
(sumbu
x).
Pengujian
dilakukan
dengan tiga cara yaitu : 1. Memberikan gangguan ke sistem berupa sudut kemiringan 5
(lebih dari 0o) dari kondisi stabil (0o) secara perlahan. 2. Memberikan gangguan kemiringan secara cepat atau diberi getaran. 3. Perpindahan posisi sistem tanpa kemiringan (sudut tetap 0o).
10
Terlihat
bahwa
nilai
sensor
accelerometer
akan
stabil
sesuai set point pada posisi diam (tetap pada tempatnya) dan saat diberikan gangguan secara perlahan. Tapi pada saat sensor berpindah posisi (tanpa diberi gangguan kemiringan) maka sensor akan menghasilkan error, dan juga pada saat 15
sistem
mengalami
getaran
maka
nilai
sensor
tidak
akan
40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50
error
0.02 1.70 3.39 5.07 6.75 8.44 10.12 11.81 13.49 15.18 16.86 18.54 20.23 21.91 23.60 25.28
Sudut (derajat)
stabil.
Waktu (s)
Gambar 3 Sudut Gyroscope 20 Gambar 3 menunjukkan nilai sudut dari gyroscope (sumbu y) terhadap waktu (sumbu x). Pengujian gyroscope sama seperti pengujian accelerometer. Terlihat bahwa setelah diberikan gangguan nilai sensor gyroscope tidak kembali lagi ke set 25
point (0o), bahkan cenderung tetap pada nilai error (-10o), hal ini dikarenakan gyroscope memiliki efek bias.
Sudut (derajat)
40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50
0.02 1.70 3.39 5.07 6.75 8.44 10.12 11.81 13.49 15.18 16.86 18.54 20.23 21.91 23.60 25.28
5
Waktu (s)
Gambar 4 Sudut Complementary Filter
Dari 5
gambar
terhadap
4
menunjukkan
waktu,
dimana
nilai
sumbu
x
complementary
merupakan
waktu
filter (s)
dan
sumbu y merupakan sudut (derajat). Pengujian dilakukan sama seperti pengujian accelerometer dan gyroscope. Dari hasil yang
diperoleh
bahwa 10
maupun
nilai
dari
pengujian
pembacaan
berpindah
sensor
posisi
dan
untuk kembali ke set point
dapat stabil
diambil dalam
memiliki
kesimpulan
keadaan
respon
yang
diam cepat
setelah diberi gangguan baik
secara pelan dan secara cepat (getaran). Nilai sudut dari complementary
filter
inilah
yang
akan
digunakan
sebagai
nilai sudut pada sistem quadcopter. 15 Pengujian Sensor Sudut Pengujian sensor sudut dilakukan dengan membandingkan nilai sudut
dari
sensor
yang
telah
di
filter
dengan
busur
derajat. Pengujian dilakukan untuk melihat nilai sudut dari 20
sensor
sesuai
dengan
sudut
dari
busur
derajat.
Berikut
grafik perbandingan sudut sumbu x dan sudut sumbu y dengan busur derajat :
Busur derajat (derajat)
6 80 60 40 20 0 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Sudut sumbu x (derajat)
Busur derajat (derajat)
Gambar 5. Perbandingan Sudut Sumbu X dengan Busur Derajat
5
80 60 40 20 0 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Sudut sumbu y (derajat)
Gambar 6. Perbandingan Sudut Sumbu Y dengan Busur Derajat Dari gambar 5 dan gambar 6 merupakan perbandingan sudut dari sensor dengan sudut dari busur derajat. Nilai sudut yang terukur dari busur derajat dengan nilai sudut dari
10
sensor merupakan garis linier. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
sudut
dari
sensor
memiliki
error
yang
kecil
atau
error bisa ditoleransi, jadi sensor yang digunakan dalam penelitian tugas akhir dapat digunakan pada sistem. Tabel perbandingan antara sensor sudut dengan busur derajat dapat 15
dilihat pada lampiran 1. Pengujian Sensor Jarak Sensor jarak yang digunakan adalah sensor ultrasonik HCSR04, cara pengujian sensor ini dengan membandingkan sensor
20
ini dengan mistar. Sensor HC-SR04 memiliki range pengukuran antara 2 cm - 300 cm. Berikut grafik perbandingan pembacaan sensor HC-SR04 dengan mistar :
Mistar (cm)
7 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sensor (cm)
Gambar 7. Perbandingan Nilai Jarak/Ketinggian Dari gambar 7 5
dapat ditunjukan bahwa nilai pembacaan dari
sensor sama dengan nilai mistar bahkan tidak ada error, jadi itu sensor dapat digunakan pada sistem. Pengujian Motor Pengujian
10
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
perbandingan
antara kecepatan sudut (RPM) pada motor dengan sinyal yang diberikan
mikrokontroler
(PWM).
Putaran
motor
di
ukur
dengan menggunakan tachometer untuk melihat nilai kecepatan sudut dari motor (RPM). Nilai PWM diberikan mulai dari 2200 sampai 2700, hasil pembacaan dikirim secara real time ke PC 15
dengan menggunakan software X-CTU.
8
Kecepatan Sudut (RPM)
4500 4000 3500 3000 2500
RPM MOTOR 1
2000
RPM MOTOR 3
1500
RPM MOTOR 2
1000
RPM MOTOR 4
500
2680
2640
2600
2560
2520
2480
2440
2400
2360
2320
2280
2240
2200
0
PWM (μs)
Gambar 8 Grafik Perbandingan PWM dengan RPM Dari gambar 8 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai PWM yang 5
diberikan
ke
masing-masing
motor
menghasilkan
nilai
RPM
berbeda-beda, ditunjukkan dengan garis yang saling terpisah antara
RPM
motor
satu
dengan
lainnya.
Karena
dengan
masukkan PWM yang sama tetapi nilai RPM yang berbeda-beda, maka sistem tidak akan stabil tanpa di kontrol. Untuk itu 10
dibutuhkan kontrol untuk mengatur RPM pada masing-masing motor
agar
menghasilkan
putaran
yang
sama.
Berikut
persamaan linier antara PWM dan RPM masing-masing motor : Y1
= 5.448x1 - 10503
Y3 = 5.373x3 - 10352 15
Y2 = 5.592x2 - 10858 Y4 4.1
= 5.937x4 – 11764 Pengujian Kontrol
Pengujian kontrol dilakukan secara eksperimen menggunakan metode ZN. Metode ZN pada penelitian ini dilakukan dengan 20
cara menguji setiap sumbu pada sistem, yaitu sumbu x, y, z dan
ketinggian.
Pada
setiap
pengujian
akan
diberikan
gangguan sementara untuk mengetahui respon sistem tersebut. 4.1.1
Pengujian Kontrol Sumbu X
9 Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode ZN II, pengujian dilakukan dengan cara mengikat sumbu y quadcopter sehingga pada 5
sumbu
kondisi
x
bebas
sudut
bergerak.
00
(nol
Quadcopter
derajat).
diposisikan
Seperti
yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.8 Pengujian Sumbu X
10
Setelah itu diberi masukan berupa PWM tetap pada motor 1 dan motor 3 dengan menaikkan nilai Kp terus-menerus sampai sistem
berosilasi
stabil.
Berikut
grafik
osilasi
didapatkan setelah menaikkan nilai Kp. Pc 30
r
10
0 -10
0.02 0.28 0.54 0.81 1.07 1.33 1.60 1.86 2.12 2.39 2.65 2.91 3.18 3.44 3.70 3.96 4.23 4.49
Sudut ()derajat)
20
-20
-30 -40
Waktu (s)
15 Gambar 4.9 Grafik Respon Osilasi pada Sumbu X
yang
10 Dari gambar 4.9 menunjukkan osilasi sistem terhadap waktu. Nilai
sudut
yang
berosilasi
diperoleh
dengan
memasukkan
nilai Kcr sebesar 8, dan didapatkan nilai periodanya (Pcr) yaitu 1,03. Setelah nilai Kcr dan Pcr diperoleh, maka nilai 5
Kp,
Ki,
dan
Kd
bisa
dihitung
menggunakan
tabel
Ziegler
Nichols II, berikut perhitungn nilai Kp, Ki dan Kd dari tabel persamaan : Terlebih dahulu mencari nilai Kp Kp = 0,6 × Kcr 10
Kp = 0,6 × 8 Kp = 4,8 Didapatkan
nilai
Kp
sebesar
4,8,
setelah
itu
menghitung
nilai Ti Ti = 0,5 × Pcr 15
Ti = 0,5 × 1,03 Ti = 0,515 Didapatkan
nilai
Ti
sebesar
0,515,
setelah
itu
mencari
nilai Ki Ki= Kp/Ti 20
Ki = 4,8/0,515 Ki = 9,32 Didapatkan nilai Ki sebesar 9,32, setelah itu menghitung nilai Td Td = 0,125 × Pcr
25
Td = 0,125 × 1,03 Td = 0,128 Didapatkan nilai Td sebesar 0,128, setelah itu menghitung nilai Kd Kd = Kp × Td
30
Kd = 4,8 × 0,128 Kd = 0,618 Didapatkan nilai Kd sebesar 0,618
11 Setelah didapatkan nilai Kp = 4,8, Ki = 9,32 dan Kd = 0,618 dari
perhitungan,
langkah
selanjutnya
adalah
memasukkan
nilai kontrol tersebut ke dalam program sistem. Ternyata nilai 5
kontrol
stabil.
yang
Sistem
didapatkan
masih
belum
berosilasi
bisa
dan
membuat
sistem
menghasilkan
error
sudut yang masih terlalu besar yaitu sekitar 200. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan nilai kontrol ± 2 dari nilai kontrol yang didapatkan dari ZN. Dengan melakukan tuning secara manual maka didapatkan nilai Kp=4,5 dan Kd=2,6 yang 10
cukup
stabil
dari
nilai
sebelumnya.
Berikut
grafik
yang
didapatkan :
Sudut ()derajat)
50 30 10 -10 0.2 0.5 0.9 1.2 1.6 1.9 2.3 2.6 3.0 3.3 3.7 4.0 4.4 -30 -50
Waktu (s)
Gambar 4.10 Grafik Respon Sumbu X dengan Kontrol ZN ±2 15 Dari gambar 4.10 menunjukkan grafik sudut sumbu x terhadap waktu.
Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai sudut yang
diperoleh memiliki error yang lebih kecil yaitu antara 00 sampai 50 dari pada nilai sebelumnya yang mencapai nilai 20
200. Karena sistem memiliki error yang kecil maka sistem sudah
bisa
dianggap
stabil
dan
bisa
digunakan,
karena
batasan stabil/toleransi sudut adalah ±100. Pemberian gangguan kepada sistem bertujuan untuk melihat apakah 25
sistem
tersebut.
Pada
dapat
merespon
percobaan
ini
dan
mengatasi
gangguan
gangguan
sementara
yang
diberikan berupa tarikan dengan tangan pada salah satu sisi
12 sumbu
secara
cepat.
Berikut
grafik
respon
sumbu
x
saat
diberi gangguan :
5
Gangguan
0.2 1.6 3.0 4.4 5.8 7.2 8.6 10.0 11.4 12.8 14.2 15.6 17.0 18.4 19.8 21.2
Sudut (derajat)
50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50
Gangguan Waktu (s)
Gambar 4.11 Grafik Respon Sumbu X Dari
Gambar
4.11
merupakan
yang Diberi Gangguan
grafik
respon
sumbu
x
yang
diberi gangguan. Gangguan diberikan ke sistem sekitar detik ke-12 10
dan
detik
ke-17.
Sistem
memberikan
respon
untuk
menghilangkan gangguan dengan cara menambah atau mengurangi nilai PWM motor kanan dan kiri pada sumbu x. Apabila sudut kiri lebih besar dari sudut kanan maka PWM motor kiri akan dikurangi sedangkan motor kanan akan ditambah, begitu juga sebaliknya.
15
Sistem
sempat
mengalami
offershot
selama
1
detik yaitu sekitar detik ke-13 dan ke-18, sistem mencapai stabil
sekitar
kesimpulan
bahwa
detik sistem
ke-15 yang
dan
ke-20.
dikontrol
Dapat
dapat
diambil
memberikan
respon untuk stabil atau kembali ke set point awal dengan respon waktu selama 3 detik setelah diberi gangguan. 20 4.1.2
Pengujian Kontrol Sumbu Y
Pengujian pada sumbu y sama seperti pengujian pada sumbu x, yaitu dengan menggunakan metode ZN II dan mengikat sistem pada sumbu x, sehingga sumbu y bebas bergerak. Quadcopter 25
diposisikan pada kondisi sudut 00 (nol derajat).
13
Gambar 4.12 Percobaan Sumbu Y Setelah itu diberi masukan berupa PWM dan nilai Kp yang dinaikkan 5
terus-menerus
sampai
sistem
berosilasi
stabil.
Berikut grafik osilasi yang didapatkan setelah menaikkan nilai Kp. Pcr
20 10 0
0.02 0.35 0.68 1.02 1.35 1.68 2.02 2.35 2.68 3.02 3.35 3.68 4.02 4.35 4.68 5.02
Sudut (derajat)
30
-10 -20
Waktu (detik)
Gambar 4.13 Grafik Respon Osilasi pada Sumbu Y 10 Dari gambar 4.13 menunjukkan osilasi sistem terhadap waktu. Nilai
sudut
yang
berosilasi
diperoleh
dengan
memasukkan
nilai Kcr sebesar 9, dan didapatkan nilai periodanya (Pcr) yaitu 0,88. Setelah nilai Kcr dan Pcr diperoleh, maka nilai 15
Kp,
Ki,
dan
Kd
bisa
dihitung
menggunakan
tabel
Ziegler
Nichols II, berikut perhitungn nilai Kp, Ki dan Kd dari tabel persamaan : Terlebih dahulu mencari nilai Kp Kp = 0,6 × Kcr 20
Kp = 0,6 × 9 Kp = 5,4
14 Didapatkan
nilai
Kp
sebesar
5,4,
setelah
itu
menghitung
nilai Ti Ti = 0,5 × Pcr Ti = 0,5 × 0,88 5
Ti = 0,44 Didapatkan nilai Ti
sebesar 0,44, Setelah itu mencari nilai
Ki Ki= Kp/Ti 10
Ki = 5,4/0,44 Ki = 12,27 Didapatkan nilai Ki sebesar 12,27, Setelah itu menghitung nilai Td
15
Td = 0,125 × Pcr Td = 0,125 × 0,88 Td = 0,11 Didapatkan nilai Td sebesar 0,11, Setelah itu menghitung
20
nilai Kd Kd = Kp × Td Kd = 5,4 × 0,11 Kd = 0,594
25
Didapatkan nilai Kd sebesar 0,594. Setelah didapatkan nilai Kp = 5,4, Ki = 12,27 dan Kd = 0,594 dari
perhitungan,
langkah
selanjutnya
adalah
memasukkan
nilai kontrol tersebut ke dalam program sistem. Ternyata 30
nilai
kontrol
yang
diperoleh
belum
bisa
membuat
sistem
stabil, nilai error sudut masih terlalu besar yaitu sekitar 150. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan nilai kontol ± 2 dari
nilai
melakukan
kontrol
tuning
yang
secara
didapatkan manual
maka
dari
ZN.
didapatkan
Dengan nilai
15 Kp=4,45 dan Kd=2,6 yang cukup stabil dari nilai sebelumnya. Berikut grafik yang didapatkan :
10 0 -10
0.2 1.4 2.6 3.9 5.1 6.3 7.5 8.8 10.0 11.2 12.5 13.7 14.9 16.1 17.4
Sudut (derajat)
20
-20
-30
5
Waktu (detik)
Gambar 4.14 Grafik Respon Sumbu Y dengan Kontrol ZN ±2
Dari gambar 4.14 menunjukkan grafik sudut sumbu y terhadap waktu.
Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai sudut yang
diperoleh memiliki error yang kecil yaitu antara 00 sampai 10
60 dari
pada
nilai
sebelumnya
yang
mencapai
nilai
150.
Karena sistem memiliki error yang kecil maka sistem sudah bisa
dianggap
stabil
dan
bisa
digunakan,
karena
batasan
stabil/toleransi sudut adalah ±100. Pemberian gangguan kepada sistem bertujuan untuk melihat 15
apakah
sistem
tersebut. diberikan
Pada berupa
dapat
merespon
percobaan
ini
tarikan
dengan
dan
mengatasi
gangguan
gangguan
sementara
menggunakan
tangan
yang pada
salah satu sisi sumbu secara cepat. Berikut grafik respon sumbu y saat diberi gangguan : 20
16 Gangguan
60
20 0 -20
0.2 1.6 3.0 4.4 5.8 7.2 8.6 10.0 11.4 12.8 14.2 15.6 17.0 18.4 19.8 21.2 22.6 24.0 25.4 26.8
Sudut (derajat)
40
-40
Gangguan
-60
Waktu (s)
Gambar 4.15 Grafik Respon Sumbu Y yang Diberi Gangguan Dari 5
Gambar
4.15
merupakan
grafik
respon
sumbu
x
yang
diberi gangguan. Gangguan diberikan ke sistem sekitar detik ke-18
dan
ke-23.
Sistem
tidak
mengalami
overshoot
dan
langsung mencapai posisi stabil dalam waktu 2 detik yaitu sekitar
detik
ke-20
dan
ke-25.
Dapat
diambil
kesimpulan
bahwa nilai kontrol yang diperoleh dari percobaan sumbu y 10
setelah di tuning ulang (ZN ±2) dapat membuat sistem lebih stabil
dan
memberikan
respon
yang
cepat
untuk
mencapai
kestabilan. 4.1.3 15
Pengujian Kontrol Ketinggian
Pengujian mengikatkan
kontrol empat
ketinggian buah
tali
dilakukan
pada
bagian
dengan atas
dan
cara bawah
secara tegak lurus dengan memasukan tali ke dalam celah setiap sumbu quadcopter bagian tengah. Seperti pada gambar berikut : 20
17
Gambar 4.16 Pengujian Ketinggian Metode 5
yang
digunakan
adalah
metode
ZN
I
yaitu
dengan
memberikan set point ketinggian 50cm, lalu akan dihitung waktunya sistem tersebut dari posisi 0cm sampai ke 50cm. Nilai
ketinggian
menggunakan berupa
software
kurva
s.
secara
X-CTU.
Berikut
real
Data
gambar
time
yang kurva
ke
PC
diperoleh s
untuk
dengam harus respon
ketinggian :
Ketinggian (cm)
10
diambil
70 60 50 40 30 20 10 0 0.00.30.50.81.01.21.51.72.02.22.52.73.03.23.53.73.94.24.4
L
Waktu (s)
T
Gambar 4.17 Grafik Respon Ketinggian Berbentuk Kurva S
15
Dari gambar 4.17 diperoleh nilai L=0,6 dan T=0,8, setelah diperoleh nilai L dan T, maka nilai Kp, Ki, dan Kd bisa dihitung
menggunakan
tabel
persamaan
Ziegler
Nichols
I.
Berikut perhitungn nilai Kp, Ki dan Kd dari tabel persamaan : 20
Terlebih dahulu mencari nilai Kp
18 Kp = 1,2 × (T/L) Kp = 1,2 × (0,8/0,6) Kp = 1,6 Didapatkan nilai Kp sebesar 1,6 5
Setelah itu menghitung nilai Ti Ti = 2 × L Ti = 2 × 0,6 Ti = 1,2 Didapatkan nilai Ti sebesar 0,44
10
Setelah itu mencari nilai Ki Ki= Kp/Ti Ki = 1,6/1,2 Ki = 1,33 Didapatkan nilai Ki sebesar 1,33
15
Setelah itu menghitung nilai Td Td = 0,5 × L Td = 0,5 × 0,6 Td = 0,3 Didapatkan nilai Td sebesar 0,11
20
Setelah itu menghitung nilai Kd Kd = Kp × Td Kd = 1,6 × 0,3 Kd = 0,48 Didapatkan nilai Kd sebesar 0,48
25 Nilai Kp=1,6, Kd=0,48 dan Ki=1,33. Nilai ini lalu dimasukan ke dalam program untuk melihat hasil kontrolnya. Ternyata nilai kontrol yang didapatkan belum membuat sistem stabil,
30
nilai
error
Untuk
itu
memperoleh Ki=0,3
dan
berikut :
masih
terlalu
dilakukan nilai
pendekatam
yang
Kd=0,05.
besar
lebih
kemudian
dan
terdapat
nilai
tepat.
kotrol
overshoot. ±2
Didapatkan
didapatkan
grafik
untuk
Kp=1,5
,
sebagai
19
Ketinggian (cm)
40 30 20 10
0.02 1.25 2.47 3.70 4.93 6.16 7.39 8.61 9.84 11.07 12.30 13.53 14.75 15.98 17.21 18.44
0
Waktu (s)
Gambar 4.18 Grafik Respon Ketinggian dengan Kontol ZN ± 2 Dari 5
gambar
4.18
menunjukkan
terhadap waktu. mencapai
grafik
respon
ketinggian
Dapat diambil kesimpulan bahwa sistem
ketinggian
yang
diinginkan
(set
point)
selama
kurang lebih 5 detik dan terus mencapai keadaan setimbang sampai 18 detik. Setelah itu sistem diberi gangguan untuk melihat apakah sistem dapat merespon dan mengatasi gangguan 10
tersebut.
Pada
percobaan
ini
gangguan
sementara
yang
diberikan berupa tarikan ke bawah dengan menggunakan tangan pada
saat
quadcopter
terbang.
Berikut
grafik
respon
ketinggian saat diberi gangguan :
Ketinggian (cm)
50 40
30 20 10
gangguan 0.02 1.49 2.96 4.44 5.91 7.39 8.86 10.33 11.81 13.28 14.75 16.23 17.70 19.18 20.65 22.12 23.60
0
Waktu (s)
15 Gambar 4.19 Respon Ketinggian Diberi Gangguan Dari
gambar
4,19
menunjukkan
respon
ketinggian
terhadap
waktu yang diberi gangguan. Sistem diberi gangguan sekitar 20
detik ke-19. Sistem sempat mengalami overshoot pada detik ke-20
lalu
mencapai
stabil
sekitar
detik
ke-22.
Dapat
20 dilihat
bahwa
sistem
kembali
stabil
ke
set
point
dalam
waktu 3 detik setelah diberi ganguan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kontrol yang diperoleh dengan menggunakan ZN I pada pengujian ketinggian dapat digunakan. 5 4.1.4
Pengujian Take Off
Seteleh masing
mendapatkan sumbu
dilakukan, 10
maka
kontrol
pengujian
pengujian
kestabilan
terbang
dilakukan
di
(take
dalam
di
masing-
off)
ruangan
dapat dimana
gangguan diabaikan atau dianggap tidak ada, meskipun dalam kenyataannya nantinya
akan
dari take off saat 15
nilai
terbang.
masih
ada
diambil
gangguan.
nilai-nilai
Dalam di
pengujian
setiap
sumbu
ini mulai
sampai hover untuk melihat respon sistem Set
point
pada
ketinggian
diberikan
nilai
30cm relatif dari posisi quadcopter keadaan awal, sedangkan set point masing-masing sumbu diberikan nilai 00. Berikut gambar
respon
masing-masing
sumbu
dan
ketinggian
dari
quadcopter take off sampai hover :
35 Ketinggian (cm)
30 25 20 15 10 5
0.02 1.49 2.96 4.44 5.91 7.39 8.86 10.33 11.81 13.28 14.75 16.23 17.70 19.18 20.65 22.12 23.60 25.07 26.54 28.02
0
Waktu (detik)
20 Gambar 4.20 Grafik Ketinggian Saat Terbang Gambar 4.20 menunjukkan respon ketinggian sistem terhadap waktu. Dari grafik diperoleh bahwa sistem dapat take off 25
dengan stabil menuju set point
sekitar 5 detik, sistem
stabil di ketinggian ±25 cm, sedangkan nilai set point yang
21 ditentukan
adalah
30
cm,
menunjukkan
bahwa
sistem
masih
memiliki error ±5 cm.
20
Sudut (derajat)
15 10 5 0
-5 0.020.751.492.232.963.704.445.185.916.657.398.128.869.60 -10 -15 -20
Waktu (s)
Gambar 4.21 Grafik Sumbu X Saat Terbang
5
20
Sudut (derajat)
15 10 5 0 -5 -10 -15
-20
Waktu (s)
Gambar 4.22 Grafik Sumbu Y Saat Terbang
10
Dari gambar 4.21 dan gambar 4.22 menunjukkan respon sudut sumbu
x
dan
diperoleh terbang
sumbu
y
menunjukkan
masih
stabil
terhadap bahwa yaitu
waktu.
nilai ±80
dan
Dari
sudut masih
grafik
sumbu
x
dibawah
yang saat batas
toleransi sudut maskimal yaitu ±100, sedangkan sumbu y tidak 15
stabil pada detik ke 3 dan nilainya melebihi dari batas toleransi yaitu ±120, bisa dikatakan sistem bergerak ke arah sumbu y, tetapi pada detik ke 4 sudut kembali normal (di bawah 100) karena kontrol memberikan respon yang cepat untuk membuat sistem kembali stabil. Sistem memiliki error yang
20
besar karena masih dalam keadaan naik (take off). Sedangkan
22 pada
saat
mencapai
posisi
melayang
stabil atau memiliki error yang kecil.
5
10
(hover)
sistem
lebih
23 Klaim
5
10
15
1. Suatu baling-baling kapal bersirip untuk memaksimalkan daya yang diserap oleh baling-baling kapal, sehingga menghasilkan daya dorong (thrust) yang juga maksimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan kecepatan servis kapal, tanpa harus memperbesar daya yang harus di-instal, terdiri dari: suatu daun baling-baling ditambahkan dengan sepasang sirip dengan sekurang-kurangnya dua bilah sirip atas dan bawah; sepasang sirip dimaksud dibuat secara menyatu dengan dan pada bagian punggung dari setiap daun baling-baling; dan sepasang sirip atas dan sirip bawah berada pada kedudukan yang ditentukan oleh besarnya rasio Sisi Masuk dan Sisi Keluar (a/b), yaitu berada dalam kisaran 0,5 sampai 2. 2. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1,
20
25
dimana jumlah sirip disukai sekurang-kurangnya dua bilah. 3. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1, dimana pada dasarnya bentuk sepasang sirip yang digunakan pada masing-masing baling-baling sesuai dengan invensi ini adalah seperti bilah ‘PACUL’, dimana pada bilah bagian depan adalah lebih tajam dibandingkan dengan bilah bagian belakang. 4. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1
30
sampai 3, dimana panjang bilah keseluruhan sirip atas adalah lebih panjang hingga 40 (empat puluh) persen dibandingkan dengan panjang bilah keseluruhan sirip bawah.
35
5. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1 sampai 3, dimana tinggi maksimum sirip adalah 14 (empat belas) persen dari panjang keseluruhan bilah sirip.
24
5
10
6. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1 sampai 5, dimana penempatan posisi sepasang sirip seperti bilah ‘PACUL’ tersebut adalah berada dalam kisaran 30% R (tigapuluh persen) hingga 80% R (delapan puluh persen) jari-jari baling-baling, yakni jarak dari titik pusat hingga bagian ujung daun baling-baling. 7. Suatu baling-baling kapal bersirip sesuai dengan klaim 1 sampai 5, dimana tebal maksimum sirip adalah terletak di daerah/bagian belakang dari bilah sirip, yakni antara 60% hingga 90% tersebut.
15
20
25
30
dari
panjang
bilah
sirip
seperti
‘PACUL’
25 Abstrak BALING-BALING KAPAL BERSIRIP
5
10
15
20
25
30
35
Suatu baling-baling kapal bersirip untuk memaksimalkan daya yang diserap oleh baling-baling kapal, sehingga menghasilkan daya dorong (thrust) yang juga maksimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan kecepatan servis kapal, tanpa harus memperbesar daya yang harus diinstal, terdiri dari: suatu daun baling-baling ditambahkan dengan sepasang sirip dengan sekurang-kurangnya dua bilah sirip atas dan bawah; sepasang sirip dimaksud dibuat secara menyatu dengan dan pada bagian punggung dari setiap daun baling-baling; dan sepasang sirip atas dan sirip bawah berada pada kedudukan yang ditentukan oleh besarnya rasio Sisi Masuk dan Sisi Keluar (a/b), yaitu berada dalam kisaran 0,5 sampai 2.