Guru 2.0: Bagaimana Guru Indonesia Menggunakan New Media

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Guru 2.0: Bagaimana Guru Indonesia Menggunakan New Media as PDF for free.

More details

  • Words: 1,399
  • Pages: 2
01 Desember 2009

Guru di era 2.0 dan bagaimana mereka menggunakan new media oleh:
New
Media
Division,
Maverick,
bersama
Agus
Sampurno
 DARI
NEW
MEDIA
DIVISION,
MAVERICK:
 “SELAMAT
HARI
GURU!”
 Pada
hari
Guru,
25
November
2009,
new
media
(teru‐ tama
Twitter)
penuh
dengan
ucapan
“Selamat
Hari
 Guru”.
Berkembangnya
platform
Web
2.0
ternyata
juga
 ikut
meniupkan
semangat
baru
dalam
dunia
pendidikan
 di
Indonesia.
Mendorong
munculnya
Pendidikan
2.0
di
 Indonesia.
 Hal
inilah
yang
ikut
mendasari
diluncurkannya
web
 AKSI
GURU
(http://aksiguru.org/)
oleh
Citi
Peka,
Citi
 Foundation
dan
Yayasan
Hope
Indonesia.
Walaupun
ada
 persepsi
umum
bahwa
guru
di
Indonesia
tidak
kreatif
dan
 ketinggalan
jaman,
ternyata
banyak
guru‐guru
yang
su‐ dah
serius
menekuni
new
media
sebagai
sarana
penga‐ jaran
dan
pendidikan.
 Pendidikan
2.0
ini
mendorong
para
guru
lebih
kreatif
 dan
inovatif,
serta
membuat
siswa
lebih
cepat
tanggap
 dengan
perkembangan
jaman.
Interaktivitas
menjadi
kata
 kuncinya,
dan
media
baru
memungkinkan
hal
ini
 diaplikasikan
–
termasuk
di
Indonesia.
 Hal
lain
yang
membuat
pendidikan
2.0
mungkin
 diaplikasikan
di
Indonesia
adalah
adanya
para
guru
yang
 sudah
‘melek’
teknologi,
bahkan
sangat
mahir
meman‐ faatkan
berbagai
fitur
media
baru
dan
web
2.0.
Blog
dan
 Facebook
bukan
hanya
menjadi
wadah
ekspresi
diri,
 tetapi
juga
tempat
terjadinya
diskusi
mengenai
pengala‐ man
dan
metode
pengajaran.

 Agus
Sampurno
adalah
satu
dari
sekian
banyak
guru
 di
Indonesia
yang
sudah
merangkul
dan
memanfaatkan
 berbagai
fitur
media
baru
dalam
mengajar.
Ia
adalah
 gambaran
sosok
guru
Indonesia
di
masa
yang
akan
 datang
–
kreatif,
inovatif,
tanggap
dengan
perkembangan
 jaman.
 Ia
adalah
guru
teknologi
informasi
di
sebuah
Sekolah
 Dasar
swasta
di

Jakarta
Selatan.
Ia
memiliki
blog
Guru
 Kreatif
(http://gurukreatif.wordpress.com/),
yang
sudah
 dikelolanya
sejak
April
2007.
Selain
blog,
ia
juga
aktif
 menggunakan
new
media
platform
lainnya
seperti
Twit‐ ter
dan
Facebook,
serta
banyak
memberikan
pelatihan
 mengenai
media
baru
dan
pendidikan.
 Seperti
apakah
Agus
dan
para
guru
kreatif
lain
 menggunakan
new
media?
Simak
hasil
wawancara
men‐ dalam
kami
dengan
Agus
Sampurno,
seorang
guru
yang
 mahir
dalam
menggunakan
new
media
dalam
aktivitas‐ nya
sehari‐hari.


Plurk
masih
belum
umum
digunakan.
Selain
itu,
Wikipe‐ dia
ternyata
bukanlah
situs
yang
banyak
dirujuk
oleh
 para
guru
untuk
mencari
data
dan
informasi.
Untuk
data
 dan
statistik,
para
guru
lebih
sering
merujuk
kepada
situs
 institusi
pemerintahan.
Sementara
itu,
untuk
pencarian
 informasi
umum,
para
guru
ternyata
merujuk
pertama
 kali
pada
situs
Delicious
(http://delicious.com),
untuk
 melihat
situs‐situs
apa
saja
yang
direkomendasikan
oleh
 orang
lain
untuk
suatu
kata
kunci
tertentu.
 Untuk
materi‐materi
tertentu
yang
berhubungan
 dengan
pengajaran,
sekolah
menganggarkan
dana
agar
 para
guru
dapat
mengunduh
materi
berbayar
dari
Inter‐ net.
Namun
jika
untuk
kebutuhan
pengembangan
diri
 pribadi,
para
guru
enggan
menggunakan
materi
berba‐ yar.
 Email
masih
belum
menjadi
alternatif
komunikasi
 secara
online
baik
antarguru
maupun
antara
guru
den‐ gan
orang
tua
atau
siswa.
Telepon
genggam
masih
men‐ jadi
sarana
komunikasi
utama,
disusul
dengan
Face‐ book.
 AKSES
INTERNET
 Masih
banyak
guru
yang
belum
memiliki
koneksi
Internet
 di
rumah,
sehingga
banyak
di
antara
mereka
yang
masih
 mengandalkan
koneksi
Internet
di
sekolah‐‐yang
me‐ mang
tidak
terlalu
memadai.
Masih
banyak
pula
guru
 yang
mengandalkan
warnet
untuk
terkoneksi
ke
Internet.

 Masih
belum
terlalu
banyak
guru
yang
menggunakan
 telepon
genggam
untuk
terkoneksi
ke
Internet.
 KONEKSI
LEWAT
TELEPON
GENGGAM
 Untuk
BlackBerry
yang
terkenal
untuk
fleksibilitasnya,
 untuk
guru
yang
banyak
bekerja
di
kelas
malah
akan
 menjadi
mubazir.
Pekerjaan
mengajar
memerlukan
kon‐ sentrasi
tinggi,
dan
banyak
rekan
guru
yang
mematikan
 perangkat
komunikasinya
ketika
sedang
mengajar.

Untuk
 telepon
genggam
sendiri
kebanyakan
guru
dahulu
meng‐ gunakan
NOKIA
karena
harga
jual
yang
tinggi,
sekarang
 merek
apapun
akan
dicoba
selama
harganya
murah
dan
 gencar
diiklankan.
Hanya
sekitar
5
persen
guru
yang
 menggunakan
smartphone.
Paling
banyak
mereka
 memiliki
dua
ponsel,
satu
CDMA
dan
satu
GSM.
 EMAIL
 Email
masih
belum
menjadi
alternatif
komunikasi
secara
 online
baik
antarguru
maupun
antara
guru
dengan
orang
 tua
atau
siswa.
Sebagian
besar
hanya
melihat
email
di
 akhir
hari,
menjelang
selesai
jam
kerja,
ketika
siswa
su‐ dah
pulang.
Komunikasi
lebih
banyak
dilakukan
lewat
 telepon
genggam
dan
Facebook.


TEMUAN
MENARIK
 Dari
perbincangan
kami
dengan
Agus
Sampurno,
be‐ berapa
temuan
yang
cukup
menarik
secara
umum
antara
 lain:
 Para
guru
di
Indonesia
sudah
mulai
merangkul
media
 baru
dan
memanfaatkannya
untuk
membantu
mening‐ FACEBOOK
 katkan
kualitas
materi
dan
metode
pengajaran.
Facebook
 Saat
ini
Facebook
adalah
jejaring
sosial
yang
paling
ban‐ dan
blog
sudah
cukup
umum
digunakan
oleh
para
guru,
 yak
digunakan
oleh
para
guru‐‐baik
untuk
berhubungan
 namun
platform
microblogging
seperti
Twitter
dan


1

01 Desember 2009

dengan
kawan‐kawan
mereka
(lingkaran
pribadi),
dengan
 Untuk
hal‐hal
yang
berhubungan
dengan
penga‐ siswa,
bahkan
juga
dengan
orang
tua
siswa.
 jaran,
biasanya
sekolah
menganggarkan
dana
bagi
para
 guru
untuk
mengunduh
materi
berbayar.
Tetapi
untuk
 hal‐hal
yang
berhubungan
dengan
pengembangan
diri
 BLOG
 pribadi,
para
guru
masih
enggan
menggunakan
materi
 Kehadiran
para
guru
di
dunia
online
kebanyakan
diawali
 berbayar.
 lewat
jaringan
sosial
Friendster
yang
sempat
populer
 beberapa
tahun
lalu.
Dengan
adanya
fitur
blog
di
Friend‐ ster,
maka
sebagian
di
antara
mereka
mulai
mengenal
 PERSEPSI
GURU
TERHADAP
NEW
MEDIA
 blog
dan
kemudian
memiliki
blog
pribadi.

 Banyak
guru
yang
masih
beranggapan
bahwa
new
media
 Kebanyakan
guru
menulis
blog
mengenai
keseharian
 hanya
untuk
bersosialisasi.
Mereka
masih
me‐nganggap
 mereka
di
sekolahnya,
hubungan
antara
guru
dan
siswa,
 bahwa
pembelajaran
hanya
terjadi
di
sekolah
dan
harus
 cuplikan
berita
di
koran
atau
media
online
mengenai
 bersifat
tatap
muka.
Oleh
sebab
itu,
banyak
huru
yang
 pendidikan,
peristiwa
dunia
yang
aktual,
serta
kegelisa‐ hanya
menggunakan
new
media
untuk
dirinya
sendiri
 han
mereka
mengenai
kebijakan
dunia
pendidikan.
 (pribadi),
bukan
sebagai
pengajar.
Ini
juga
karena
sekolah
 Mereka
juga
biasanya
ingin
berbagi
makalah
atau
bahan
 tidak
menghimbau
atau
membekali
para
guru
dengan
 pengajaran
yang
mereka
miliki.
 tuntunan
mengenai
bagaimana
guru
dapat
menggunakan
 Para
guru
yang
termotivasi
membuat
blog
memiliki
 new
media
untuk
mendukung
kegiatan
belajar‐mengajar.
 keinginan
untuk
berbagi
pengetahuan
dan
berkomunikasi
 dengan
guru
lain
mengenai
hal‐hal
yang
berkaitan
den‐ ***
 gan
pendidikan.
Sebagian
lainnya
membuat
blog
untuk
 alasan
eksistensi,
dan
mereka
yang
memiliki
alasan
sep‐ Agus
Sampurno
telah
banyak
memberikan
pelatihan
dan
 erti
ini
langsung
pindah
ke
Facebook
ketika
Facebook
 presentasi
bagi
guru‐guru
dan
institusi
pendidikan,
sep‐ sedang
booming
dan
cenderung
melupakan
blog‐nya.
 erti:
 Guru‐guru
yang
masih
enggan
menulis
blog
biasa‐ • ‘Creating
the
Inspiring
Classroom
(Menciptakan
kelas
 nya
merasa
bahwa
mereka
tidak
punya
cukup
waktu
 yang
menginspirasi)’, untuk
menulis
di
blog
secara
konsisten.
Mereka
juga
 • ‘Super
Creative
Teacher
(Guru
Super
Kreatif)’, masih
tidak
tahu
apa
yang
akan
mereka
tulis
di
blog
 • ‘Integrating
Information
Communication
Technology
in
 mereka.
Mereka
juga
khawatir
akan
citra
diri
mereka,
 the
Classroom
Activities‘
(Mengintegrasikan
Teknologi
 karena
apa
yang
mereka
publikasikan
di
blog
akan
dilihat
 Komunikasi
dan
Informasi
dalam
pembelajaran
 masyarakat
luas,
termasuk
guru‐guru
lain,
siswa,
dan
 dikelas)’, orang
tua
siswa.
Menariknya,
tipe
guru
ini
ini
bia‐sanya
 • ‘The
Power
of
Teaching’
(Kekuatan
dari
Pengajaran), tetap
memiliki
halaman
di
Facebook.
 • ‘Making
Classroom
Alive
with
Thematic
Integrated
 Curriculum’(Membuat
Kelas
yang
Hidup
dengan
Kuri‐ PENCARIAN
INFORMASI
 kulum
Tematik), Para
guru
kerap
mencari
informasi
yang
berhubungan
 • ‘Designing
Project
Based
Learning’(Merancang
Pembe‐ dengan
pendidikan
dengan
pengajaran
melalui
Internet.
 lajaran
Berbasis
Proyek), Namun
biasanya
mereka
tidak
merujuk
ke
Wikipedia
 • ‘Nurturing
Teacher
Leadership’
(Menumbuhkan
 karena
dianggap
masih
bisa
dipertentangkanvaliditasnya.

 Kepemimpinan
Guru), Untuk
itu,
biasanya
mereka
lebih
mengacu
ke
situs‐ • ‘Creating
Engaging
Lesson’(Menciptakan
pembela‐ situs
pemerintahan
untuk
data
dan
statistik,
juga
CIA
 jaran
yang
membuat
Siswa
Terlibat
secara
Penuh)
, World
Fact
yang
dianggap
legendaris.
Mereka
juga
biasa
 • ‘Facilitating
21st
Century
Learner’
(Memfasilitasi
Siswa
 menggunakan
Delicious
untuk
mencari
situs
mana
saja
 Kita
Generasi
Pembelajar
Abad
21), yang
sudah
direkomendasikan
oleh
orang
lain
untuk
kata
 • ‘Blogging

for
Teachers

and
Students’(Blog
untuk
Guru
 kunci
tertentu.

 dan
Siswa),
‘ Biasanya
para
guru
mencari
lesson
plan
atau
rencana
 • ‘Making
your
School
Effective’(Membuat
Sekolah
 pengajaran
dari
guru
lain.
Seiring
dengan
itu,
mereka
juga
 Anda
Efektif), mulai
mencari
materi
lain
seperti
video
atau
gambar‐ • ‘Students
Behavior
Management’
(Mengelola
Perilaku
 gambar
yang
dapat
menunjang
pembelajaran
dan
bahan
 Siswa), presentasi.
 • ‘Maximizing
Internet
used
in
Learn‐ Di
Ning.com
(http://ning.com/)
banyak
para
pen‐ ing’(Memaksimalkan
Peran
Internet
dalam
Pembela‐ didik
yang
bergabung,
sehingga
para
guru
juga
bisa
men‐ jaran), dapatkan
banyak
bahan
dari
sana.
Selain
itu
Slide‐ • ‘Inquiry
approach
in
learning’(Pendekatan
Berbasis
 share.net
juga
menjadi
salah
satu
sumber
yang
diminati.
 Inkuiri
dalam
Pembelajaran), • ‘Induction
New
Teacher’
(Program
Peningkatan
Kom‐ MENGUNDUH
INFORMASI
 petensi
bagi
Guru
Baru), Para
guru
biasanya
tidak
mengunduh
materi
atau
infor‐ • ‘Creating
PLC
(Professional
Learning
Community)
in
 masi
yang
akan
mereka
gunakan
untuk
mengajar,
karena
 School
(Menciptakan
Komunitas
Pembelajar
yang
Pro‐ biasanya
materi
ini
sudah
mereka
siapkan
sendiri.
Yang
 fesional
di
Sekolah)’, mereka
unduh
kebanyakan
adalah
kurikulum
dari
negara
 • ‘Managing
Change
in
the
School’(Mengelola
Peruba‐ lain
untuk
digunakan
sebagai
pembanding.
 han
di
Sekolah).

2

Related Documents