GULLAIN BARRE SYNDROME RIRIN ASTIKA SARI D. IV FISIOTERAPI TINGKAT III/ A
DEFINISI Sindroma Guillain Barre merupakan suatu penyakit autoimun (reaksi sistem kekebalan tubuh), dimana proses imunologis tersebut mengenai sistem saraf perifer (tepi). Menurut Nolte (1999) GuillainBarre Syndrome (GBS) yaitu salah satu penyakit demyelinating saraf yang juga merupakan salah satu polineuropati yang merupakan kumpulan gejala gangguan pada saraf spinalis dan saraf cranialis. Sindrom ini dicirikan oleh kelumpuhan / kelemahan otot ekstremitas yang akut dan progresif, biasanya muncul setelah infeksi.
DEFINISI suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat. suatu kelainan sistem saraf akut dan difus (menyeluruh) yang mengenai radiks spinalis (saraf tulang belakang) dan saraf periter (tepi), kadang – kadang juga sampai ke saraf knanialis (kepala), yang biasanya timbul setelah suatu infeksi
ETIOLOGI Infeksi virus Kelainan imunologik 75 % penderita berhubungan penyakit infeksi akut Umumnya oleh ispa Interval penyakit yang mendahului dengan awitan umumnya 1 – 3 minggu Penyebab infeksi virus (kelompok herpes sering cytomegalovirus atau epstein barr virus). Bakteri (campylobacter jejuni, mycoplasma pneumoniae). Post vaksinasi, ggn endokrin, tindakan operasi anestesi dsb.
MANIFESTASI KLINIS GEJALA UMUM Didahului oleh nafas tersumbat yang datang secara tiba-tiba seperti hidung yang sedang kena pilek, tapi pilek yang kering. Karena nafas terganggu tidak lama akan terasa gelisah. Disusul oleh kesemutan pada kedua tangan. Pusing seperti terhuyung-huyung. Mulut terasa asam. Badan lemas, sesekali terasa dingin di telapak. Pusing masih terasa 2-3 hari setelah kejadian.
MANIFESTASI KLINIS GEJALA KHUSUS Kelemahan/kelumpuhan yang bersifat progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan atau tanpa disertai ataxia Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general Gangguan saraf Kranialis Perjalanan penyakit Gangguan sensibilitas Disfungsi saraf otonom Kegagalan pernafasan Papil edema Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan elektrofisiologi (EMG)
PROGNOSIS GBS memiliki prognosa yang baik, dilaporkan 15% dari kasus GBS pemulihannya baik tanpa ada kecacatan, 5 sampai 10% mengalami kecacatan signifikan, cacat minimal dilihat sampai dengan 65% dari kasus dan kematian hanya sekitar 5% karena akibat dysautonomia, serangan jantung, sepsis, emboli paru, atau sindrom gangguan pernapasan (Pourmand, 2007:208). Indikator prognosis yang buruk dapat dilihat dari usia klien yang terus meningkat, onset kelemahan yang sangat cepat, kebutuhan ventilasi yang terus-menerus, parameter elektrofisiologis menunjukkan degenerasi aksonal yang signifikan (Ginsberg, 2005:194)
PATOLOGI Sindrom Guillain Barre akibat serangan autoimun pada myelin yang membungkus saraf perifer.Dengan rusaknya myelin, akson dapat rusak. Gejala GBS menghilang pada saat serangan autoimun berhenti dan akson mengalami regenerasi. Apabila kerusakan badan sel terjadi selama serangan, beberapa derajat distabilitas dapat tetap terjadi. Otot ekstremitas bawah biasanya terkena pertama kali, dengan paralisis yang berkembang ke atas tubuh. Otot pernafasan dapat terkena dan menyebabkan kolaps pernafasan.Fungsi kardiovaskular dapat terganggu karena gangguan fungsi saraf autonom (Corwin, 2009).
PATOLOGI Gullain Barre Syndrome diduga disebabkan oleh kelainan sistem imun lewat mekanisme limfosit medialed delayed hypersensivity atau lewat antibody mediated demyelinisation. Karena proses ditujukan langsung pada myelin saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin saraf perifer, dan cabangnya merupakan target potensial, dan biasannya terjadi difus. Kelemahan atau hilangnya system sensoris terjadi karena blok konduksi atau karena axon telah mengalami degenerasi oleh karena denervasi
PEMERIKSAAN 1. ANAMNESIS • Anamnesis UMUM Yakni menanyakan identitas pasien • • • • •
Hasil anamnesis ini diperoleh, nama pasien : umur : jenis kelamin: Pekerjaan :
PEMERIKSAAN • Anamnesis Khusus - Keluhan utama pasien? Demam, rasa lemah seluruh badan, rasa kesemutan pada kaki, lengan, tubuh, dan akhirnya ke wajah. - Riwayat penyakit pasien sekarang? Pada bulan September 2013 pasien demam dan kemudian merasakan kesemutan pada kaki, lengan, tubuh dan sampai ke wajah dan tidak tahu penyebab utamanya. - Riwayat penyakit terdahulu ? Tidak ada - Riwayat penyakit keluarga pasien? Pada klien GBS tidak ada riwayat penyakit spesifik karena GBS bukan termasuk penyakit yang herediter
PEMERIKSAAN FISIK • Vital Sign Tanda-tanda vital berisi tentang pemeriksaan nadi, respirasi, suhu, dan tekanan darah. Jika GBS terkena pada saraf otonom maka akan terjadi perubahan drastis dalam tekanan darah (hipotensi ortostatik) serta perubahan frekuensi jantung (Ariani, 2012:72), namun didapatkan suhu tubuh normal (Umphred, 2001 :389). Gangguan sistem saraf otonom dapat dipicu oleh valsava maneuver, batuk, dan perubahan posisi sehingga aktivitas-aktivitas ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati (Ariani, 2012:72).
PEMERIKSAAN FISIK • Inspeksi Pemeriksaan inspeksi dilakukan dengan mengobservasi atau melihat keadaan fisik klien untuk mendapatkan informasi tentang kecacatan yang terlihat, defisit fungsional, dan kelainan atau obnormalitas body aligment. • Palpasi Palpasi dilakukan dengan cara meminta klien untuk mengistirahatkan ototnya, kemudian dipalpasi untuk menentukan konsistensi serta adanya nyeri tekan dan menilai tonus otot (Lubantombing, 2012). Pada kasus GBS beberapa klien mengalami nyeri tekan (Ariani, 2012:71) dan tonus otot hilang
PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR 1. Gerak aktif – Kekuatan otot 2. Gerak Pasif – Lingkup Gerak Sendi, endfeel 3. Tes Isometrik Melawan Tahanan – Pada ketiga tes tersebut dominan menunjukkan adanya kelemahan. – Gangguan sendi dimungkinkan pada kasus yang telah lama
PEMERIKSAAN SPESIFIK • MMT (Manual Muscles Testing) MMT merupakan salah satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang paling sering digunakan. Hal tersebut karena penatalaksanaan, intrepetasi, hasil serta validitas dan realibilitasnya telah teruji. Namun demikian tetap saja, MMT tidak mampu untuk mengukur otot secara individual melainkan secara kelompok otot.
PEMERIKSAAN SPESIFIK • Range Of Motion merupakan bagian integral dari gerakan manusia. Agar seorang individu untuk bergerak secara efisien dan dengan sedikit usaha, berbagai gerak seluruh sendi sangat penting. Selain itu, kisaran gerak yang tepat memungkinkan sendi untuk beradaptasi lebih mudah terhadap tekanan yang dikenakan pada tubuh, serta mengurangi potensi cedera. Berbagai gerak seluruh sendi sangat tergantung pada dua komponen ROM dan panjang otot. Alat ukur yang sering digunakan untuk pemeriksaan ROM adalah Goniometer dan terbagi menjadi empat bidang, yaitu sagital plane, frontal plane, transversal plane dan rotation
PEMERIKSAAN SPESIFIK • Pemeriksan Refleks Tendon Dalam Hasil pemeriksaan refleks merupakan informasi penting yang sangat menentukan. Penilaian refleks selalu berarti penilaian secara banding antara sisi kiri dan sisi kanan (Ariani, 2012:186). Itulah sebabnya pemeriksaan refleks penting nilainya karena lebih objektif (Lumbantobing, 2005:135), karena pada klien dengan GBS refleks tendon biasanya berkurang atau tidak ada (Umphred, 2001:387). Refleks tendon dalam atau refleks regangan otot dihantarkan melalui struktur pada sistem saraf pusat atau tepi. Refleks tersebut menggambarkan satuan fungsi sensorik dan motorik yang sederhana. Untuk menimbulkan refleks tendon dalam, lakukan pengetukan dengan cepat pada otot yang akan diperiksa.
PEMERIKSAAN SPESIFIK • Pemeriksaan Sensori Tujuan dilakukan pemeriksaan sensori pada klien GBS adalah untuk mengidentifikasi jenis tertentu dari perubahan sensori, seperti parasthesia atau hypesthesia (Umphred, 2001:389). Pemeriksaan sensori atau sensibilitas merupakan pemeriksaan yang tidak mudah. Kita tergantung kepada perasaan klien, jadi bersifat subjektif (Lumbantobing, 2005:118). Oleh sebab itu, pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah pemeriksaan motorik termasuk refleks. Karena subjektivitas ini, pemeriksa dapat salah, baik karena keinggginan klien yang besar untuk membantu atau klien berpura-pura mengerti sehingga memberikan informasi yang salah. Pemeriksaan sensorik paling baik dilakukan secara cepat, selain tidak melelahkan bagi pemeriksa dan klien, juga mengurangi kemungkinan yang terjadi kesalahan informasi yang diberikan.
PROBLEMATIK FT • Impairment Pada klien GBS didapatkan impairment berupa kelemahan ringan sampai kelumpuhan total otot ekstremitas bagian distal, refleks tendon biasanya berkurang atau tidak ada, nyeri, dan adanya perubahan sensasi • Functional Limitation Pada klien GBS didapatkan penurunan kemampuan untuk mobilitas di tempat tidur, transfer, ADL (Activity daily living), dan mobilisasi (diluar maupun didalam ruangan) • Participation Restriction Pada klien GBS yang mengalami kelemahan neurologi yang diakibatkan dari berkurangnya mobilitas sendi akan mengalami ketidakmampuan bersosialisasi selama 1 sampai 3 tahun
INTERVENSI FT • Breathing exercise merupakan suatu intervensi mendasar untuk pencegahan atau penanganan yang komprehensif pada impairment yang berhubungan dengan gangguan pernafasan akut maupun kronis. Breathing exercise merupakan satu aspek manajemen untuk memperbaiki status paru dan meningkatkan daya tahan tubuh secara keseluruhan. Tujuan dari breathing exercise adalah meningkatkan efektivitas mekanisme batuk dan membantu dalam pembersihan jalan nafas, meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan koordinasi dari otot-otot pernapasan, mempertahankan atau meningkatkan mobilitas dada, memperbaiki pola pernapasan yang tidak efisien atau abnormal dan mengurangi kerja pernapasan, meningkatkan kapasitas fungsional klien dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan dan rekreasi.
INTERVENSI FT • Positioning merupakan program latihan yang harus dilakukan dengan segera yang bertujuan untuk mencegah luka akibat tekanan. Dalam program latihan ini fisioterapi sangat berperan aktif dalam beberapa hari pertama klien di rawat inap khususnya bagi klien yang memiliki kelumpuhan total atau kelumpuhan ringan. Positioning merupakan sebuah program latihan untuk klien yang dependent dan dilakukan dengan segera mungkin untuk mencegah adanya komplikasi seperti dekubitus. Positioning juga dapat dilakukan dengan menggunakan tempat tidur khusus seperti matras listrik yang khusus dirancang untuk mengubah posisi klien secara terus-menerus atau menyebarkan tekanan di atas permukaan yang luas
INTERVENSI FT • Passive exercise dapat mengurangi rasa nyeri atau mengontrol rasa nyeri tersebut, serta memelihara lingkup gerak sendi. Menurut Kisner (2007:44) Salah satu tujuan passive exercise adalah penurunan atau menghambat nyeri, membantu sirkulasi dan dinamika vaskular, membantu menjaga kesadaran gerakan klien, serta dapat meminimalkan efek dari pembentukan kontraktur. Passive exercise ditujukan pada klien dengan kondisi koma, paralysis, lumpuh, atau bed rest yang mana klien tidak mampu untuk menggerakkan anggota tubuhnya secara aktif sehingga butuh gaya eksternal untuk menggerakkan anggota tubuhnya. Gaya eksternal tersebut adalah fisioterapis. Pemberian frekuensi latihan passive avercise pada klien GBS sebaikknya lebih sering digerakkan dengan durasi yang rendah sehingga tidak boleh menimbulkan nyeri atau kelelahan
DAFTAR PUSTAKA • http://abetphysicaltherapy.blogspot.com/2015/03/guillainbarre-syndrome-gbs.html • https://dhaenkpedro.wordpress.com/gullain-barresyndrome-gbs/