Gonore (4).docx

  • Uploaded by: william
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gonore (4).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,257
  • Pages: 13
Susah Buang Air Kecil Karena Infeksi Bakteri William Wibowo 102016228 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) 5694-2061

Pendahuluan Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara PMS. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan Nesseria gonnorhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penisllinase Producing Nesseria gonnorhoeae. Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk Indonesia. Pada umumnya penularan melalui hubungan kelamin yaitu secra genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi, disamping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstragenital. Tujuan dibuatnya tinjauan pustaka ini untuk mengetahui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang,

diagnosis

banding,

etiologi,

epidemiologi,patogenesis,

manifestasi

klinik,

penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, dan prognosis dari penyakit gonore. Anamnesis Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien datang kerumah sakit. Anamnesis dapat dilakukan secara langsung terhadap pasien (auto-anamnesis) dan terhadap keluarga atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Gejala utama adalah keluhan kencing nanah yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu disertai dengan banyaknya sekret purulen. Anamnesi yang baik terdiri dari : 

Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orangtua atau suami atau istri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.



Keluhan utama- keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi kedokter atau mencari pertolongan. 1



Riwayat penyakit sekarang- perjalanan penyakit yang merupakan cerita perjalanan kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien dateng berobat.



Riwayat penyakit dahulu- mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.



Riwayat penyakit keluarga- penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi.



Riwayat pribadi dan sosial-meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan.

Anamnesis kasus : 

Laki-laki berusia 27 tahun datang dengan keluhan kencing nanah yang terasa nyeri semenjak 3 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik a) Inspeksi 

Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis.



Adakah lesi pada kulit penit dan scrotum, pembengkakan dan penonjolan.



Adakah penyumbatan pada lubang uretra, lubang uretra pada bagian bawah (Hipospadia) lubang uretra pada batang penis (Epispadia).

b) Palpasi 

Penis : adakah nyeri tekan, benjolan dan cairan yang keluar.



Scrotum dan testis : adakah benjolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.

Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum : 

Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput viceral dan parietal pada tunika vaginalis.



Scrotal hernia : hernia dalam scrorum.



Spermatocele : cysta epididimis, terbentuk karena adanya obstruksi pada tubulus/ saluran sperma.



Epididmal mass/ Nodularyti : disebabkan adanya neoplasma benaign atau maligna, syphilis, atau tuberkulosis.



Epididmitis : inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli, gonorrhoe, atau mycobacterium tuberkulosis.

2



Torsi pada saluran sperma: axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma diakibatkan infarktion pada testis.



Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya biasanya tidak nyeri.1

Pemeriksaan Penunjang 1. Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokok gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler. Preparat pada pria diambil dari daerah fossa naviculare, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholini, serviks dan rektum. 2. Kultur Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan( kultur). Dua macam media yang dapat digunakan, yaitu media transpor dan media pertumbuhan. Contoh media transport : a) Media Stuart Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. b) Media Transgrow Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonnorhoeae dan N.meningitidis, dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan trimeoptrim untuk mematikan Proteu ssp. Contoh media pertumbuhan : a) Mc Leod’ chocolate agar Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh. b) Media Thayer Martin Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negatif dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. c) Modified Thayer Martin 3

Isinya ditambah dengan tripometrin untuk mencegah pertumbuhan kuman proteus ssp. 3. Tes definitif a) Tes oksidasi Reagen oksidasi yang mengandung tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. b) Tes fermentasi Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosam dan sukrosa. Kuma gonokok hanya meragikan glukosa.2 4. Tes Beta-lactam Pemeriksaan beta lactam dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 91192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta lactam. 5. Tes Thomson Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang harus diperhatikan : 

Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi.



Urin dibagi dalam dua gelas.



Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2.

Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas 2 sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior. Hasil pembacaan : Gelas I

Gelas 2

Arti

Jernih

jernih

Tidak ada infeksi

Keruh

jernih

Infeksi uretritis anterior

Keruh

keruh

Panuretritis

Jernih

keruh

Tidak mungkin2

4

Different Diagnosis Uretritis Non-spesifik Uretritis non-spesifik pengertiannya lebih sempit dari NSGI karena peradangannya hanya pada uretra yang disebabkan oleh kuman non-spesifik.3 Epidemiologi Di beberapa negara ternyata insiden IGNS merupakan PMS yang paling tinggi dan angka perbandingan denga uretritis gonore kira-kira 2: 1) UNS banyak ditemukan pada orang dengan keadaan sosial ekonomi lebih tinggi, usia lebih tua, dan aktivitas seksual yang tinggi. Juga ternyata pria lebih banyak daripada wanita dan golongan heteroseksual lebih banyak daripada golongan homoseksual.2 Etiologi Kurang lebih 75% telah diselidiki penyebab IGNS dan diduga penyebabnya adalah: 1. Chlamydia trachomatis 2. Ureaplasma urealyticum dan mycoplasma hominis 3. Gardnerella vaginalis 4. Alergi 5. Bakteri Chlamydia trachomatis Telat terbukti bahwa lebih 50% daripada semua kasus UNS, disebabkan oleh kuman ini. Chlamydia trachomatis merupakan parasit intraobligat, menyerupai bakteri negatif gram. Chlamydia trachomatis penyebab UNS ini termasuk subgrup A dan mempunyai tipe serologik D-K.2 Dalam perkembangannya Chlamydia trachomatis mengalami 2 fase : 1. Fase I : disebut fase noninfeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuman sifatnya intraselular dan berada di dalam vakuol yang letaknya melekat pada inti sel hospes disebut badan inklusi. 2. Fase II : fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang baru.3 Gejala Klinis

5

Pria Gejala baru timbul biasanya setelah 1-3 minggu kontak seksual dan umumnya tidak seberat gonore. Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing, dan keluarnya sekret seropurulen. Dibandingkan dengan gonore perjalanan penyakitnya lebih lama karena masa inkubasi yang lebih lama dan ada kecenderungan kambuh kembali. Pada beberapa keadaan tidak terlihat keluarnya cairan sekret, sehingga menyulitkan diagnosis. Dalam keadaan demikian sangat diperlukan pemeriksaan laboraturium. Komplikasi dapat terjadi berupa prostatitis, vaskulitis, epidemidis, dan striktur uretra.3,4 Wanita Infeksi lebih sering terjadi di serviks dibandingkan dengang di vagina, kelenjar bartholini, atau uretra sendiri. Sama seperti pada gonore, umumnya wanita tidak menunjukkan gejala. Sebagian kecil dengan keluhan keluarnya sekret vagina, disuria ringan, sering kencing, nyeri di daerah pelvis, dan disparenia. Pada pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda servisitis yang disertai adanya folikelfolikel kecil yang mudah berdarah. Komplikasi dapat berupa Bartholini, proktitis, salpingitis dan sistitis. Peritonitis dan perihepatitis juga pernah dilaporkan.3,4 Penatalaksanaan Obat yang paling efektif adalah golongan tetrasiklin dan eritromisin. Disamoing itu dapat juga dengan gabungan sulfa-trimetoprim, spiramisin, dan kuinolon.4 Prognosis Kadang-kadang tanpa pengobatandiri, pemyakit lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh sendiri (50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan). Setelah pengobatan ± 10% penderita akan mengalami eksaserbasi/rekurens).2 Working Diagnosis Gonore Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan Neisseria gonorhoeae. Etiologi

6

Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh neisseria pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup meisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.honorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat patogen serta N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat komersial. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan perwarnaan gram bersifat gram negatif, terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lamadi udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 390C, dan tidak tahan zat desinfektan. Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2 yang memounyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatury), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.4 Epidemiologi Angka gonore di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di negara-negara industri lainnya, dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada Swedia dan 8x dari pada di Kanada (CDC,2000). Stelah infeksi oleh N.gonorhoeae tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat berjangkit lenih dari satu kali. Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada perempuan 15 sampai 19 tahun dan laki-laki berusia 20 sampai 24 tahun dan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis.3 Patogenesis Gonore disebabkan oleh invasi bakteri diplokokus gram negatif, Neisseria gonorhoeae, yang pertama kali ditemukan oleh ahli dermatologi Polandia, Albert Neisseria. Bakteri ini melekat dan menghancurkan membran sel epitel yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring, anus dan rektum dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Untuk bisa menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa. Tidak semua orang yang terpajan gonore akan terjangkit penyakitnya, dan risiko penularan dari laki-laki kepada perempuan lebih tinggi dari pada penularan perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama di vagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis, dan testis pada lakilaki dan uretra, kelenjar skene, kelenjar bartholini, endometrium, tuba fallopi dan rongga peritoneum, menyebabkan PID pada perempuan. PID adalah penyebab utama infertilisasi pada perempuan. Infeksi 7

gonokok dapat menyebar melalui aliran darah, dapat menimbulkan bakteremia gonokokus. Bakteremia dapat terjadi dengan laki-laki maupun perempuan tetapi apabila dibandingkan lebih sering terjadi pada perempuan. Perempuan berisiko tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid. Penularan perinatal kepada bayi saat lahir, melalui os serviks yang terinfeksi, dapat menyebabkan konjunctivitis dan akhirnya kebutan pada bayi apabila tidak diketahui dan diobati. Gonore dapat meyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita gonore dapat naik ke saluran kemih dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Gejala awal gonore pada wanita biasanya muncul 7-21 hari setelah terinfeksi. Pada pria gejala awal gonore muncul 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal rasa tidak enak pada uretra yang beberapa jam kemudian diikuti rasa nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.5,6 Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman pada anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral seks) dengan seorang penderita gonore dapat menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang menginfeksi terkena mata maka dapat terjadi infeksi mata luar (konjunctivitis gonore).5,6 Manifestasi Klinik Respons peradangan yang cepat disertai destruksi sel menyebabkan keluarnya sekret purulen kuning kehijauan dari uretra pada pria dan dari ostium serviks pada perempuan. Gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul sedini 2 hari setelah pajanan dan dimulai dengan uretritis dan sering berkemih disertai malaise. Sebagian besar laki-laki akan memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini. Walaupun sebagian besar laki-laki memperlihatkan gejala, namun 10% tidak, tetapi mereka tetap mampu menularkan penyakitnya. Pada sebagian besar kasus, laki-laki akan segera berobat karena gejalanya yang mengganggu. Karena gejalanya cepat diketahui dan diterapi, maka jarang ada laki-laki yang mengalami prostatitis, epidemimitis atau bakteremia. Infeksi gonokokus lokal pada laki-laki yang asimptomatik atau yang tidak diobati, biasanya akan diatasi oleh pertahanan alami tubuh dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7 sampai 21 hari, dimulai dengan sekret vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rampuh dengan drainase mukopurulen dari ostium. Infeksi N.gonnorhoeae tidak atau sedikit menimbulkan gejala pada 25% sampai 50%perempuan. Perempuan yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko mengalami penyulit. Apabila tidak diobati, maka tanda-tanda 8

infeksi meluas biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran tersering pada perempuan adalah ke uretra, dengan gejala uretritis, disuria, dan sering berkemih serta ke kelenjar bartholini dan skene yang menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Infeksi yang menyebar ke endometrium dan tuba fallopi menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati. Infeksi ekstragenital

yang bersifat primer ata sekunder lebih sering di jumpai karena

berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonokokus di faring sering asimptomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis denagan eksudat mukopurulent, demam dan limpodenopati leher. Infeksi gonokokus di perianus dan rektum mungkin asimptomatik, menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan atau menimbulkan eksoriasi dan nyeri perianus, serta sekret mukopurulent yang melapisi tinja dan dinding rektum. Bakteremia akibat infeksi gonokokus diseminata jarang dijumpai. Gejala dan tanda adalah berupa lesi kulit papular dan pustular di tangan dan kaki, poliartritis dan peradangan tendon dan kaki yang nyeri.6 Penatalaksanaan Medikamentosa Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan sesedikit mungkin toksiknya. Jalur penatalaksanaan tergantung pada fasilitas diagnosis yang ada. Pemilihan rejimen pengobatan sebaiknya mempertimbangkan pula tempat infeksi, resisten jalur N.gonnorhoeae terhadap antimikrobial dan kemungkinan infeksi chlamydia trachomatis yang terjadi bersamaan. Oleh karena seringkali terkena koinfeksi dengan C.trachomatis, maka pada seorang dengan gonore dianjurkan pula untuk diberi pengobatan secara bersamaan dengan rejimen yang sesuai untuk C.trachomatis.7,8 Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonore, membasmi N.gonnorhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa. Pada awal tahun 1960-an sampai tahun 1970-an pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insiden Nesseria gonnorhoeae penghasil penisilinase (NGPP). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain ialah : a) Penisilin Yang efektig adalah penisilin G proakin aqua. Dosisi 3-4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala klinis. Kontaindikasinya adalah alergi penisilin. b) Ampisilin dan amoxilin

9

Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoxilin 3 gram + 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya adalah alergi penisilin. c) Spektinomisin Dosisnya ialah 2 gram i.m baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Namun obat ini relatif tidak efektif untuk infeksi gonore pada faring. d) Tiamfenikol Dosisnya 2,5-3,5 gram secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian pada kehamilan. e) Kuinolon Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg. Siprofloksasin 500 mg, secara oral. Di Asia (termasuk Indonesia) dan Amerika Utara sudah mulai di jumpai jalurjalur yang menurun kepekaannya terhadap kuinolon. Levofloksasin generasi terbaru kuinolon dapat dianjurkan untuk pengobatan gonore dengan dosis 250 mg per oral dosis tunggal. Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil atau menyusui ataupun orang yang berumur di bawah 17 tahun. f) Kanamisin Dosisnya 2 gram i.m. Baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. g) Sefalosporin Seftriakson (generasi ke 3) cukup efektf dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0,50 dampai 1,00 gram secara intramuskular. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan >95%. Obat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk pengobatan gonore saat ini ialah : tetrasiklin, streptomisin, dan spiramisin. Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore dengan jalur NGPP ialah : spektinomisin, kanamisin, sefalosproin, oflokasin, sefiksim, dan tiamfenikol. Peningkatan frekuensi timbulnya jalur NGPP ini terjadi begitu cepat, dan harus kita waspadai. Karena itu pengobatan gonore dengan penisilin dan derivatnya perlu dipikirkan mengenai efektivitasnya.

10

Dalam penatalaksanaan infeksi gonore, perlu diperhatikan fasilitas laboratorium dalam menegakkan diagnosis, frekuensi jalur NGPP, pemilihan obat dengan toksisitas dan efek samping rendah, cara pemberian mudah, harga murah, namun efektivitasnya tinggi.2 Komplikasi

1.

Prostatitis

Prostatitis akut ditndai dengan perasaan tidak enak didaerah perineum dan suprapubis , malese, demam , nyeri kencing sampai hamaturi, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin,tenesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah masuk ke uretra posterior atau kearah rektum mengakibatkan proktitis. 2.

Vesikulitis

Gejala subyektif merupakan gejaka protatis akut. Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis,memanjang seperti prostat. 3.

Vas deferentitis

Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama. 4.

Epididimitis

Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertai deferntitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis adalah trauma pada uretra posterior yang disebaklan oleh salah penanganan atau kelalaian penderita sendiri. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau pekat , instrumentasi yang kasar atau aktivitas seksual yang berlebihan. Epididimitis dan alur spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis sehingga menyerupai hidrokel sekunder 5.

Trigonitis

Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal dan hematuria

11

Prognosis Prognosis pada pasien dengan gonore tergantung cepat terdeteksi dan diobati penyakitnya. Pasien mungkin sembuh sepenuhnya jika dilakukan perawatan dini dan lengkap. Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan, kemungkinan menyebabkan komplikasi lebih lanjut.2 Pencegahan Usaha penanggulangan penyebaran PMS, termasuk gonore di masyarakat harus memperhatikan beberapa segi, yaitu : segi medis, segi epidemiologis, segi sosial, segi ekonomi dan budaya. Segi-segi ini dalam penanggulangan PMS saling berkaitan sehingga harus dilakukan kerjasama secara sektoral. Secara medis penanganan PMS secara komprehensif harus mencakup : 

Diagnosis yang tepat sedini mungkin.



Pengobatan yang efektif.



Konseling kepada pasien dalam rangka komunikasi, informasi dan edukasi mengenai penyakitnya, pentingnya mematuhi pengobatan dan upaya pencegahannya.



Penanganan terhadap pasangan seksual.

Penutup Hipotesis diterima, laki-laki berusia 27 tahun dengan keluhan kencing nanah terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu, disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal dextra dan sinistra, nyeri tekan (+), ostium uretra ekstema eritema, exema, sekret (+) banyak, purulen disebabkan Neisseria gonnorhoeae yang bisa menyebabkan penyakit kelamin gonore yang merupakan penyakit menular seksual yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva) serta bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.

12

Daftar Pustaka 1. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi

ke-5.

Jakarta:EGC; 2006.

2. Josodiwondo S. Pemeriksaan bakteriologik

dan serologik infeksi menular

seksual.Dalam : Infeksi menular seksual, ed 3. Jakarta : Balai penerbitan FKUI, 2007 : 25±47.4. 3. Djunda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h. 369-79. 4. Wahyuningsih AED, Pujiati SR, Soedarmadi. Mekanisme dan epidomologi resisten Neisseria gonnorhoeae. Jurnal Kedokteran Medika 2006 April 1; 18: 70-6. 5. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif. Edisi ke-3. Jakarta: Azka Press; 2007.h. 222. 6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-5. Jakarta: buku kedokteran EGC; 2006.h. 1336-48.

7. Santana,Daniel.2007. Kamus LengkaP Kedokteran. Jakarta :Mega Aksara p.262 8. Sjaiful FD, Wresti Indriatmi BM, Jubianto J. Infeksi menular seksual. Edisi ke3.Badan penerbit FKUIJakarta; 2007.3

13

Related Documents

Gonore (4).docx
June 2020 21

More Documents from "william"

October 2019 51
W3
August 2019 46
December 2019 50
Navegadores
May 2020 30
Gonore (4).docx
June 2020 21