Gizi Pada Lansia.docx

  • Uploaded by: andry akoit
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gizi Pada Lansia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,801
  • Pages: 11
GIZI PADA LANSIA Oleh : Handrianus Akoit, S.KM,M.Kes

1. Pengantar Gizi memegang peranan sangat penting dalam kesehatan usia lanjut. Masalah kekurangan gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan karena penyakit yang dideritanya, kesulitan menelan karena berkurangnya air liur, cara makan yang lambat karena penyakit pada gigi, gigi yang berkurang, dan mual karena masalah depresi. Selain masalah kekurangan gizi, masalah obesitas (kegemukan) juga sering dialami oleh usia lanjut, yang dapat timbul karena aktivitas pada kelompok ini sudah berkurang sementara asupan makanan tidak dikurangi atau bahkan berlebihan. Obesitas pada usia lanjut berdampak pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, hipertensi, dan penurunan fungsi tubuh. Asupan gizi yang sangat diperlukan bagi usia lanjut sehat untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Sementara untuk usia lanjut yang sakit, asupan gizi diperlukan untuk proses penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakit yang dideritanya.

Dalam kehidupan ini manusia tidak dapat terhindar dalam proses penuaan yang berlaku dalam kehidupan dirinya.Banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah buang air besar (BAB) yang dapat menyebabkan wasir. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.

Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal

benda-benda,

tujuan (apraksia) dan

kegagalan

gangguan

dalam

melakukan menyususn

aktivitas rencana,

yang

mempunyai

mengatur

sesuatu,

mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa,

perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya

2. Definisi Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008:32). Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan) (Maryam dkk, 2008:31). Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam dkk, 2008:32). Proses Menua Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur

mengakibatkan

perubahan

yang

kumulatif,

merupakan

proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian

3. Batasan umur lansia a. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi: -

Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

-

Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun.

-

Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.

b. Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia yaitu 60 tahun ke atas. Menurut UndangUndang tersebut lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita.

4. Pengertian Gizi pada Lansia Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi

yang

diberikan dengan baik yang

dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.

5. Tujuan Gizi pada Lansia  Menjadikan lansia yang dapat terpenuhi akan kebutuhan gizinya  Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial danp sikologis lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.  Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah  Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia

6. Jenis – jenis Sumber Gizi a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh,dan akan diproses didalam tubuh yang akan berfungsi sebagai cadangan energi tubuh kita untuk beraktivitas.

Contoh : nasi, roti, kentang, sagu, sereal, pasta, singkong, dll. b. Protein Protein sangat penting bagi tubuh, yaitu sebagai pertumbuhan dan perkembangan setiap sel dalam tubuh dan juga untuk menjaga kekebalan tubuh. Contohnya : daging, telur, ikan, sedangkan dari nabati bisa dari jenis kacang-kacangan. c. Vitamin dan Mineral Vitamin merupakan fungsi vital dalam metabolisme tubuh, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, sedangkan mineral sendiri merupakan unsur pelengkap yang membantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan di dalam tubuh. Contoh : sayur-sayuran, buah-buahan, air minearal, dll.

7. Nutrisi khusus yang dibutuhkan lansia a. Protein Berdasarkan satu penelitian dari kelompok studi PROT-AGE, lansia sehat dianjurkan mendapatkan jumlah protein lebih tinggi daripada dewasa muda, yaitu sebesar 1-1.2 gram protein/kgBB/hari dari protein berkualitas tinggi seperti WHEY. Sumber protein tersebut bisa didapat dari ikan, telur, ayam, daging sapi, seafood, serta susu. Begitu pula protein nabati dari kacang-kacangan seperti tahu atau tempe. b. Karbohidrat Sebagai penyumbang energi paling besar, lansia perlu mengonsumsinya sekitar 45-65% dari total kalori per hari. Sumbernya antara lain nasi, mie, bihun, oat, kentang atau ubi. Lansia dianjurkan mengurangi konsumsi gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, dengan indeks glikemik rendah untuk menurunkan kadar LDL, risiko diabetes melitus dan penyakit jantung koroner. c. Lemak Lansia dianjurkan konsumsi lemak antara 20-35% dari total kalori yang dibutuhkan. Jika terlalu tinggi, berpotensi menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Konsumsi lemak tak jenuh bisa didapat dari minyak nabati seperti minyak bunga matahari, zaitun dan minyak jagung. d. Serat Selain akibat pergerakan usus yang mulai menurun, sembelit atau susah buang air besar pada lansia disebabkan oleh kekurangan serat. Pastikan orang tua Anda mengonsumsi buah-buahan, sayuran dan biji-bijian yang cukup setiap hari.

e. Vitamin dan Mineral Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya lansia kurang mengonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E. Lansia juga paling banyak kekurangan mineral kalsium, yang dapat menyebabkan kerapuhan tulang, serta kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia. f. Air Kebutuhan air pada lansia tidak hanya didapatkan dari air putih saja, tapi juga bisa dari jus buah, susu dan minuman hangat seperti teh, serta makanan seperti buah-buahan. Kebutuhan air pada lansia perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan aktivitas yang dijalani setiap hari.

8. Masalah Gizi Lansia a. Gizi berlebih Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik.Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya :penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.

b. Gizi kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah

social ekonomi dan juga karena

gangguan penyakit.Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal.Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi

c. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein

dalam

berkurang,penglihatan menurun,

makanan

akibatnya

nafsu

makan

kulit kering, Penampilan menjadi lesu dan tidak

bersemangat.

Perubahan keadaan fisiologis yang terjadi pada Lansia antara lain karena proses menjadi tua merupakan proses alami secara fisiologis dan biologis yang terjadi pada seluruh organ dan sel tubuh (Astawan & Wahyuni, 1998 dalam Herlina, 2001). Selain itu terjadi penurunan kemampuan sensitifitas indera penciuman dan perasa pada lansia mengakibatkan selera makan menurun sehingga menimbulkan masalah kekurangan gizi. Disamping itu, kekuatan, ketahanan dan kelenturan otot rangka berkurang, mengakibatkan kepala dan leher terfleksi ke depan, ruas tulang belakang mengalami kifosis, panggul dan lutut juga terfleksi sedikit. Keadaan tersebut menyebabkan postur tubuh terganggu (Arisman, 2004). Sedangkan perubahan fisiologi yang berhubungan dengan aspek gizi pada lansia antara lain semakin berkurangnya indera penciuman dan perasa sehingga umumnya lansia kurang dapat menikmati makanan dgn baik. Hal itu sering menyebabkan kurangnya asupan atau penggunaan bumbu, seperti kecap atau garam yang berlebihan berdampak kurang baik bagi kesehatan lansia. (Krause dan Katahunleen (1984). Pada lansia juga terjadi penurunan sekresi saliva yang dapat menimbulkan kesulitan dalam menelan dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi (Webb & Copeman, 1996). Kehilangan gigi pada lansia juga dapat mempengaruhi status gizi lansia. Separuh lansia banyak kehilangan gigi, hal ini mengakibatkan terganggunya kemampuan dalam mengkonsumsi makanan dengan tekstur keras, sedangkan makanan yang lunak kurang mengandung vit A, vit C, dan serat sehingga menyebabkan mudah mengalami konstipasi. (Rusilanti , 2006).

Beberapa hal yang terjadi pada lansia yang juga memepengaruhi status gizi lansia antara lain menurunnya sekresi HCL. HCL merupakan faktor ekstrinsik yang membantu penyakiterapan vit B 12 dan kalsium, serta utilisasi protein. Kekurangan HCL dapat menyebabkan lansia mudah terkena osteoporosis, defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia, sehingga oksigen tidak dapat diangkut dengan baik. Selain itu

pada lansia juga terjadi penurunan sekresi pepsin dan enzim proteolitik yang mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien. Menurunnya sekresi garam empedu juga dapat terjadi pada lansia, sehingga mengganggu proses penyerapan lemak dan vitamin A,D,E,K. Menurunnya motilitas usus pada lansia juga sering terjadi, sehingga memperpanjang “transit time” dalam saluran gastrointestinal mengakibatkan pembesaran perut dan konstipasi. (Rusilanti , 2006) Proses menua merupakan proses yang kompleks karena melibatkan perubahan-perubahan fisik, psikologik, fungsi dan sosial-ekonomi sekelompok penduduk. Dari segi fisik penuaan sel-sel dapat berakibat pada penurunan cadangan faali

berbagai

fungsi,

seperti

ginjal,

jantung

dan

sebagainya;

kegagalan

mempertahankan mekanisme homeostatik, misalnya gangguan pengontrolan tekanan darah; dan kegagalan sistem imunitas dengan akibat pada peningkatan penyakit keganasan dan autoimun. Perubahan fisik yang berkelanjutan dengan gangguan fungsi akan berhubungan dengan gangguan masukan zat gizi dan energi yang terjadi mulai dari alat penguyah, pengecap, pencernaan dan penyerapan. Intoleransi terhadap beberapa makanan dan obstipasi sering menjadi bagian dari keluhan para lanjut usia (Muis et al. 1992). Penyakit orang lanjut usia berbeda dengan penyakit orang dewasa muda (Oswari, 1997). Penyakit pd lansia meliputi (Nugroho, 1995): Penyakit sistem pernafasan (TBC, Bronkhitis, radang paru), penyakit. kardiovaskuler dan pembuluh darah seperti PJK, dan stroke, keluhan lambung, perasaan tidak enak di perut, sembelit, penyakit sistem urogenital misalnya peradangan kandung kemih, peradangan ginjal, penyakit akibat keganasan kanker, penyakit gangguan metabolik/ endokrin seperti Diabetes Mellitus, gout, penyakit persendian dan tulang atau osteoperosis, dan kepikunan. Hasil penelitian Lina, (2001) Sebanyak 90% lansia di desa dan 93,33% di kota mempunyai keluhan. Jenis keluhan paling banyak dirasakan; pegal-pegal, sakit kepala, sakit pinggang. Penyakit terbanyak diderita di desa hipertensi, di kota ditambah dengan asam urat. Sebanyak 57,67 % lansia menyatakan keluhan mempengaruhi makan mereka. Pengaruh yang ditimbulkan kurang nafsu makan, makan tidak teratur, sulit makan, dan pantangan makanan tertentu. Masalah yang timbul pada Lansia diantaranya : berkurangnya cairan dalam jaringan-jaringan tubuh, meningkatnya kadar lemak tubuh, meningkatnya kadar zat kapur dalam jaringan otak dan pembuluh darah, penurunan zat kapur dalam tulang, perubahan pada jaringan ikat, menurunnya laju metabolisme basal per satuan berat

badan, menurunnya aktivitas hormon, menurunnya aktivitas enzim terutama enzim pencernaan, terbentuknya pigmen ketuaan pada otot jantung, sel-sel saraf, kulit serta berkurangnya frekuensi denyut jantung sehingga menyebabkan berkurangnya peredaran darah dan zat gizi. (Astawan & Wahyuni, 1988). Faktor-faktor penyebab masalah : Gizi, ketika masa pertumbuhan maupun masa tua, lingkungan; fisik, keluarga, pekerjaan, pergaulan yang dapat menekan pikiran yang mengakibatkan stress, gen yang ada dalam tubuh seseorang (Takasihaeng, 2000).

Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk manula dalam sehari Pola susunan makanan untuk manula dalam sehari KOMPOSISI

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Energi (kal)

1960

1700

Protein (gram)

50

44

Vitamin A (RE)

600

700

Thiamin (mg)

0,8

0,7

Riboflavin (mg)

1,0

0,9

Niasin (mg)

8,6

7,5

Vitamin B12 (mg)

1

1

Asam folat (mcg)

170

150

Vitamin C (mg)

40

30

Kalsium (mg)

500

500

Fosfor (mg)

500

450

Besi (mg)

13

16

Seng (mg)

15

15

Iodium (mcg)

150

150

KELOMPOK

JENIS PANGAN PER JUMLAH PORSI DALAM

MAKANAN

PORSI

SEHARI LAKI-LAKI PEREMPUAN

Bahan pokok Nasi

3

2

Daging (1 ptg=50gr)

1,5

2

Tahu (1 ptg=25 gr)

5

4

Bayam

1,5

1,5

(1 piring=200 gr)

Lauk pauk

Sayuran

(1 mgk=100 gr)

Buah-buahan Pepaya

2

2

1

1

(1 ptg=100 gr)

Susu

Skim (1 gls=100 gr)

Menu untuk manula dalam sehari WAKTU

MENU

PORSI

Pagi

Roti-telur-susu

1 tangkep 1 gelas

Selingan

Papais

2 bungkus

Siang

Nasi

1 piring

Semur

1 potong

Pepes tahu

1 bungkus

Sayur bayam

1 mangkok

Pisang

1 buah

Selingan

Kolak pisang

1 mangkok

Malam

Mie baso

1 mangkok

Pepaya

1 buah

Sumber Pedoman tata laksana gizi usia lanjut untuk tenaga kesehatan. 2003. Direktorat gizi masyarakat DJBKM. Depkes RI Buku ajar ilmu gizi Gizi dalam kesehatan reproduksi

11.

PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA Perencanaan makan secara umum

1 Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beranekaragam, yang terdiri dari :zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. 2 Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. yang kecil.Contoh menu :Pagi : Buburayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup,papaya Jam 16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan pisang. 3 Dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi. 4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dll. 5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : -

Makanlah makanan yang mudah dicerna

-

Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan

Bila kesulitan

mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik -

Makanan harus lunak/lembek atau dicincang

-

Makan dalam porsi kecil tetapi sering

-

Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan

6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerak anusus dan menambah nafsu makan. 7. Makanan mengandung zat besi seperti :kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau. 8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus,

direbus,

Atau

dipanggang kurangi makanan yang digoreng 9. Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid : Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal

5.

Contoh Menu Sehat pada Lansia WAKTU Pagi Selingan

MENU Roti Telur Susu

PORSI 1 Tangkep 1 Buah 1 Gelas

Papais Nasi Semur Pepes tahu Sayur bayam Pepaya

2 bungkus 1 Piring 1 Potong 1 Bungkus 1 Mangkok 1 Buah

Selingan

Kolak Pisang

1 Mangkok

Malam

Mie Baso Pepaya

1 Mangkok 1 Buah

Siang

Zat gizi atau nutrient adalah elemen yang ada dalam makanan yang dapat dimanfaatkan secara langsung dalam tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh. Zat gizi dapat dibagi menjadi zat gizi organik dan zat gizi anorganik. Zat gizi organik terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Sedangkan zat gizi anorganik terdiri dari mineral dan air. Selain itu, zat gizi dapat dikelompokkan berdasarkan sumbernya, berdasarkan fungsinya, dan berdasarkan jumlahnya. Zat gizi berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua, yaitu:  Nabati: Sumber zat gizi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.  Hewani: Sumber zat gizi yang berasal dari hewan. Zat gizi berdasarkan fungsinya bagi tubuh dapat kita kategorikan menjadi:  Sumber tenaga bagi tumbuh: Zat gizi yang tergolong sumber tenaga adalah karbohidrat, lemak, dan protein.  Pembangun dan penjaga tubuh: Zat gizi yang berfungsi sebagai pembangun dan penjaga tumbuh adalah protein, lemak, mineral, dan vitamin.  Pengatur proses kerja di dalam tubuh: Zat gizi yang diperlukan untuk mengatur proses metabolisme di dalam tubuh adalah protein, mineral, vitamin, dan air. Zat gizi berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh terbagi menjadi dua yaitu:  Zat gizi makro: zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram yang di butuhkan oleh tubuh. Zat gizi makro yang dibutuhkan oleh tubuh adalah karbohidrat, lemak, dan protein.  Zat gizi mikro: Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit. Zat gizi yang termasuk dalam kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin. Sekian uraian tentang Pengertian Gizi dan Zat Gizi. Jika ada pertanyaan, saran/kritik, atau apresiasi, dapat Anda kirimkan melalui kotak komentar. Terima Kasih, semoga bermanfaat.

Related Documents

Makalah Gizi Pada Balita
August 2019 55
Gizi Pada Lansia.docx
June 2020 16
Gizi Pada Masa Balita
May 2020 28
Gizi Pada Ibu Hamil.pptx
April 2020 19
Gizi Pada Bayi
May 2020 18
Status Gizi Pada Tb.docx
November 2019 28

More Documents from "Sabran Jamil Pulubuhu"

Adel Tugas.docx
June 2020 21
Gizi Pada Lansia.docx
June 2020 16
Latar Belakang.docx
June 2020 13
Bukti Transferr.docx
November 2019 32
Sap Hiv Aids.docx
June 2020 13
Hepatitis.docx
November 2019 21