Gigi Dan Rahang (text Book Translation).docx

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gigi Dan Rahang (text Book Translation).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,434
  • Pages: 35
49 Gigi dan Rahang Penyakit pada mandibula dan maksila seringkali terdapat dalam bentuk yang beragam di berbagai tempat pada lesi tulang. Sebagai tambahan, kelainan pada gigi dan rahang, baik secara kongenital ataupun yang didapat, kemungkinan berpengaruh pada keseluruhan bentuk. Radiography teknik Dental Radiograpic yang biasa digunakan termasuk: 1. 2. 3. 4. 5.

Pandangan Intraoral Pandangan Occlusal Pandangan Panoramic Pandangan Temporomandibularjoints Pandangan facial bones

Anatomi Bagian badan gigi dibentuk oleh dentin,, yang sensitive pada perubahan suhu dan pengaruh lainnya. Di bagian tengah mahkota gigi, pada akar hingga puncak gigi adalah ruangan berongga yang ditempati oleh pulp., yang merupakan soft tissue yang berisi saraf dan pembuluh darah. Tonjolan mahkota dari gingiva dilindungi oleh lapisan enamel, yang membentuk seperti tudung atau topi. (Fig 49.1). Enamel tidak sensitive dank eras seperti gading (=enamel gajah) tetapi rentan terhadap karies. Diluar mahkota ada lapisan tipis cementum yang menutupi akar dentine., dan lapisan ini membentuk jangkar untuk membrane periodontal atau ligament yang mempertahankan gigi pada rongganya. Jangkar bertulang untuk serabut membrane periodontal adalah lapisan tipis yang padat yang melapisi rongga yang disebut lamina dura. Diluar lamina dura terdapat tulang cancellous dari alveolar process (tulang penyokong gigi) pada rahang dan ini ditutupi dengan lapisan tipis dari tulang tulang padat dibawah gingiva.

1

Enamel terlihat lebih tebal pada X-Ray dibandingkan dentine, yang sebanding dalam densitas pada tulang padat, sementara ruang pulp lebih lusen dibandingkan dentine. Lapisan tipis cementum menutupi akar dibawah gingiva yang secara radiografi tidak bias dibedakan dengan dentin. Tulang cancellous membentuk alveolar process disekitar rongga setidaknya dalam tiga sisi dan sehingga bayangan dari jaringan trabecular ditumpangkan pada membrane periodontal and akar gigi. Bagan susunan gigi/ Tooth Charting. Gigi secara konvensional dilabeli untuk pertumbuhan gigi primer:

Dan pertumbuhan gigi sekunder

Erupsi gigi ditampilkan pada tabel 49.1

Infeksi Karies adalah invasi bakteri pada gigi yang mencairkan jalur sempit enamel dan menyebabkan pewarnaan dan perlunakan yang meluas dari dentine yang berdekatan. Karies juga menyerang permukaan molar oklusal, permukaan yang berdekatan, dan leher gigi dimana sisa karbohidrat tertinggal. Dental pulpitis menyebabkan karies yang sejauh ini adalah penyebab paling umum nyeri disekitar mulut. Rasa nyeri pada sakit gigi kemungkinan mengarah ke telinga dan juga ke bagian gigi yang berlawanan pada sisi yang sama., tetapi tidak melewati garis tengah, dan seringkali tidak dapat dilokalisir pada gigi yang telah membusuk. Karies dalam dapat menghancurkan pulpa yang cenderung tertahan oleh eksudat inflamasi di ruang yang keras pada gigi. Pada gigi muda, sebelum apeks menutup, dan untuk bertahun-tahun setelahnya saat kanal apical masih lebar, pulpa lebih toleran pada keterlibatan karies. Sekali pulpa mati , infeksi mungkin menyebar ke daerah periapikal. Penanganan setelah pembuangan semua yang terinfeksi dan jaringan pulpa yang mati memungkinan infeksi periapikal untuk sembuh. Ketika infeksi telah menyebar diluar apeks, efek tergantung keparahan inflamasi. Abses akut adalah reaksi yang paling ditandai, dengan nyeri yang berdenyut dan gigi yang sangat rapuh. 2

Terdapat kemungkinan bengkak pada gingiva dan pada wajah jika gigi berhubungan dengan antrum dari mukosa antral. Perubahan paling awal pada infeksi apical adalah udem pada membran periodontal. Hal ini ditunjukan secara radiologi seperti pelebaran ruang membran periodontal. Infeksi dan hyperaemia digabungkan dan menyebabkan destruksi trabecular yang tidak jelas pada apeks, dan mengaburkan lamina dura. Jika terdapat penangan yang adekuat, trabekula akan kembali normal.

Fig 49.2 Infeksi periapikal dibawah molar kedua terbawah pada remaja usia 16. Lamina dura dihancurkan diapikal ketiga dari akar gigi dengan pelebaran garis gelap disekeliling akar. Bandingkan dengan molar pertama yang normal dan akar yang terbentuk tidak sempurna pada molar ketiga

3

Fig 49.3 Terdapat granuloma pada apeks dari premolar kedua yang dikelilingi oleh halo tipis dari tulang yang dibentuk oleh mucoperiosteum antral. Terdapat kemiripan pola pada apeks akar mesial dari molar pertama. Abses subakut atau penyebab gusi bengkak jika lesi tidak dapat ditangani. Terdapat bukti kelanjutan dari destruksi gigi disekitar apeks, secara klinis, bengkak pada gingiva, biasanya pada bagian sisi luar dan disekitar gigi yang terinfeksi. Terdapat sinus dengan cairan purulen dan pembukaan seringkali seperti tonjolan pada mukosa oral. Destruksi gigi menunjukan area difus dari radiolusen pada apeks gigi., termasuk lamina dura pada rongga di area ini. Lamina dura adalah lapisan tipis dari tulang padat yang melapisi rongga dan adalah tulang pertama yang dihancurkan didekat apeks gigi ketika infeksi menyebar di area ini. (Fig. 49.2). Lusensi bergantung pada penjarangan alami yang berhubungan dengan lamina dura yang intak yang mengelilingi apeks gigi. Infeksi apikal kronis kemungkinan muncul tanpa tanda-tanda klinis. Perubahan pada X-Ray dan pada lusensi periferal yang berlainan, terkadang digaris besar oleh garis putih yang berlanjut pada lamina dura pada rongga batas lesi. (fig. 49.3). Infeksi kronis pada gigi pada lantai antral mengangkat mucoperiosteum granuloma dan ini berkembang menjadi bentuk seperi halo. Secara umum, infeksi subakut rekurens mengarah pada infeksi kronis. Stimulasi dan proliferasi pada squamous–cell local, secara normal terdapat pada ligament periodontal, merubah granuloma apikal kronis menjadi kista radicular. Perawatan akar gigi digunakan untuk menjaga gigi yang dapat dicapai, yang memiliki pulpa yang setidaknya akan mati atau sudah mati. Terkadang apicetomy dilakukan to menyingkirkan granuloma periapikal kronis dan apeks yang terinfeksi setelah perawatan saluran akar gigi, tetapi perawatan saluran akar gigi yang tepat guna juga akan mengarah pada penghancuran area apikal. Gigi periapikal, termasuk lamina dura, akan diperbarahui selama periode 1-2 tahun sekali semua jaringan pulpa nekrosis telah diangkat. Tambalan akar gigi hamper selalu radioopak, karena zinc oxide atau garam metal lainnya. Gigi mati yang tidak diobati secara adekuat dapat menjadi sumber infeksi akut maupun kronis, dan low-grade infection bias menyebabkan pembentukan kista radicular.

4

Penyakit Periodontal pada awalnya adalah gingivitis, yang bisa jadi akut seperti misalnya infeksi Vincent. Jika inflamasi berlangsung lama, resorpsi dari puncak papilla tulang interdental yang mendasarinya dapat terbentuk dan ini dapat ditampilkan secara radiologi. Papilla tulang interdental menumpul dan memendek dan memiliki bagian atas yang lebih yang lebih luas, sementara tepinya akan menjadi kasaer dan tidak jelas pada tahap aktif penyakit. Seringkali deposit kalkulus disekitar leher gigi, material opak ini akan ditunjukan pada film dan akan memperberat peradangan gingiva subakut dan kronik. Karies servikal dapat terjadi melewati batas enamel setelah gingiva dan bilah gigi menyusut. Pola pada pengeroposan tulang pada penyakit periodontal terjadi dalam 2 bentuk, pengeroposan horizontal dan pengeroposan vertical. Pada pengeroposan horizontal, terdapat penyusutan yang terjadi keseluruhan secara umum, dengan progresivitas penyakit yang lambat dan menetap, dengan pengeroposan lebih dalam pada bilah gigi pendukung dibandingkan resisi normal yang menua. Pada pengeroposan vertical, terdapat iregular dan pengeroposan tulang dalam yang mencapai apeks gigi pada beberapa bagian, dan juga beberapa gigi menghilang. Infeksi gigi kronis, baik periapikal dan periodontal, biasanya disebabkan oleh kesehatan yang umum yang buruk dan gigi yang terlalu mudah untuk hancur dan terlepas. Bakterimia yang transient dapat berakibat pada kekuatan otot pengunyahan pada peradangan gusi atau dengan infeksi gigi apikal. Sebaliknya, hal ini biasanya tidak menyebabkan masalah, tetapi dapat meningkatkan endocarditis bacterial subakut di jantung atau yang mengalami operasi yang behubungan dengan endokardium. Pada hal ini, infeksi gigi harus disingkirkan dan ini mungkin akan menyebabkan kehancuran pada gigi sampai setidaknya infeksi dapat diatasi dengan pengobatan. Sepsi gigi yang ekstensif juga dapat menyebabkan pireksia dan dapat meningkatkan ESR dan gejala konstitusional yang muncul perlahan, Fokus septik distal juga kemungkinan terjadi. Beberapa potongan pada bilah gigi normal dapat terjadi pada mandibula dan jarang mengenai maksila. Osteomielitis subakut biasanya meluas dari rongga gigi dan juga bias dari abses apikal atau sesudah ekstrasi ketika kondisi tidak baik. Pola radiografik awal,setelah onset tiga minggu, adalah berbentuk potongan lusens dengan bilah gigi normal yang berbentuk seperti pulau-pulau. ditengahnya. Lamina dura dihancurkan selama proses ini berlangsung.

5

Fig 49.4 Resesi tulang alveolar yang dikaitakan dengan kalkulus disekitar leher gigi dan penegroposan tulang periapikal.

Fig 49.5 Film panelipse menunjukan pengeroposan horizontal pada tulang penyokong yang umum dengan deposit kalkulus. Beberapa potongan bilah gigi yang terlihat normal akan menjadi sekuestra dan berlanjut pada pembentukan tulang baru periosteal, tetapi pembentukan tulang baru periosteal bukan merupakan suatu bentuk pengobatan yang menonjol pada mandibula. Hal ini muncul seperti soft fuciform opacity bersamaan dengan batas dalam dan luar rahang. Pada tahapan selanjutnya, Destruksi tulang akan menjadi semakin jelas dan bilah baru periosteal menjadi lebih terkonsolidasi. Osteomielitis mandibula yang ekstensif dan akut biasanya jarang berasal dari darah, khususnya pada contoh yang jarang yang terjadi pada masa pertumbuhan. Tampilannya menyerupai dengan eosinofilik. Perubahan radiasi pada rahang Radiasi dan kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada gigi tumbuh. Fetus atau infant yang diradiasi merusak gusi pada gigi tumbuh dapat menyebabkan gross hypoplasia, baik primer ataupun sekunder. Sebagai tambahan, pertumbuhan madibula terhambat dan menyebakan hypoplasia. Penyinaran pada oral tissue berakibat pada sekresi pada kelenjar saliva yang menjadi sedikit dan lebih asam. Karies seringkali terjadi pada mulut kering dan dapat menyebabkan infeksi apikal. 6

Untuk alasan ini, higenitas orang yang sempurna ditunjukan pada saat berlangsungnya penyinaran terapeutik.

Fig. 49.6 Destruksi tulang irregular pada mandibular dari laki-laki usia 41 tahun setelah onset 6 minggu osteomyelitis

Fig.49.7 Beberapa minggu kemudian setlah fig.49.6, tulang baru periosteal telah terbentuk pada rahang bukal

.

7

Fig. 49.8 Radiasi merusak mandibular dan gigi pada pasien 25 tahun yang disinari cutaneous hemangioma. Mandibula adalah hipoplastik, banyak gigi yang masih belum terbentuk, dan gigi kerdil berganti mungkin terlihat.

Fig. 49.9 Nekrosis Radiasi. Fraktur patologis terjadi melalui area tulang nekrosis. Radionekrosis. Penyinaran langsung menyebabkan kematian sel dan juga menginduksi iskemia local oleh endarteritis. Iskemia dapat berpotensi lanjutan menjadi infeksi. Pada awalnya, osteoporosis terlihat, tetapi tahap akhir adalah pola campuran sclerosis dan lisis. Fraktur patologis dan resorpsi tulang serta sekuestra terlihat. Tulang baru periosteal tidak menonjol pada mandibular. Tampilan yang rumit oleh adanya infeksi yang sudah ada. Pembuangan gigi yangsakit dapat ditunjukan sebelum radioterapi untuk menurunkan kemungkinan radionekrosis.

Lesi Sklerosis pada Rahang Skelrosis tulang terkadang disamaratakan. Penyakit Paget dan fibrous dysplasia dapat menyebabkan perubahan seperti itu. Metastase sclerosis yang menyebar luas tidak umum pada rahang. Area terlokalisir pada sklerosis adalah lebih umum dan biasanya termasuk jinak. Hypercementosis. Semen yang berlebihan pada apeks dan tubuh akar sehingga akar memiliki perluasan yang membulat. Akar yang meluas yang dikelilingi oleh lamina dura dan ruang membrane periodontal yang bergeser kesamping. Pembuangan gigi yang seperti itu kemungkinan sulit.

8

Fig 49.10 Resorpsi tulang apikal dengan hilangnya lamina dura yang dikaitkan pada pasien ini dengan hipercementosis dan pelenyapan kanal akar gigi. Cementoma. Area tebal pada trabekulasi kasar ditemukan pada puncak gigi, khususnya pada mandibula. Pertumbuhan jaringan fibrosa pada membrane periodontal, mulanya tampilan radiografinya adalah multiple apical lucencies, yang seringkali pada gigi normal. Lamina dura dihancurkan secara local, yang menirukan asal dari kista gigi. Biasanya jaringan fibrosa menjadi lebih keras, sehingga woly central density dikelilingi oleh lusensi halo dari jaringan fibrosa. Postinflammatory sclerosing osteitis Ketebalan tulang yang meningkat terlihat pada daerah apikal dan interdental dari pasien dengan gingival kronis dan sepsis gigi. Karies dan resorpsi apikal pada gigi adalah bentuk menonjol pada pasien ini yang seringkali memiliki higenitas oral yang buruk. Ruang membrane periodontal meluas dan lamina dura hilang dikarenakan sepsis kronis. Tulang mungkin kembali normal sebagian setelah pengobatan gigi yang mendasari. Benign osteosclerosis . Lesi ini biasanya tidak memiliki etiologi yang mendasari, tetapi diikuti dengan operasi, ekstraksi gigi atau bridge. Area kecil sclerosis yang terlihat diantara gigi atau yang berdekatan dengan akar gigi. Trabekula yang berada disekeliling menyatu dengan lesi yang memiliki spiky contour. Lesinya biasnaya umum dan jinak. Odontomes. Adanya hamartoma atau abnormalitas perkembangan gigi yang terdiri dari enamel, dentin, semen, connective tissue, atau semua elemen dari gigi normal. Teradapt dua jenis: Complex Odontome. Hal ini umumnya terjadi daerah molar dan biasanya merupakan hambatan sekunder. Terjadi paling sering pada wanita. Tumor terdiri dari lobulated density yang dikelilingi oleh zona radiolusen. Zona tipis dari sclerosis yang aktif kembali memisahkan ini dari yang normal. Compound odontome . Lesi ini menunjukan perbedaan yang lebih baik pada multiple small united denticlees, yang secara tersendiri dapat dikenali. Lesi ini dikelilingi oleh zona lusensi. Hal ini paling sering ditemukan pada area kaninus dan seringkali mencegah erupsi gigi normal. 9

Localised fibrous dysplasia. Hal ini terjadi secara khas seperti pembesaran satu sisi maksila dengan peningkatan pada radiodensity. Lesi ini biasanya homogen, secara keseluruhan menggantikan daerah normal, dengan pembesaran pada bagian rahang yang terpengaruh, lesi ini biasanya lebih padat dibandingkan tulang normal.

Fig. 4.11 Cementoma. lesi radiolusen berbatas tegas meluas ke batas alveolar dan menunjukan kalsifikasi irregular didalamnya.

Fig 49.12 Reactive sclerosis berhubungan pada apicitis kronis. Perhatikan resorpsi disekitar gigi molar. Kanal gigi inferior muncul gambaran tajam.

Fig. 49.13 Kista radicular yang berbatas tegas berhubungan pada kaninus kanan bawah. Benign sclerosing osteitis terlihat diantara 5 kanan bawah dan 6 kanan bawah.

10

Fig 49.14 Compound odontome. Kumpulan besar dari elemen gigi yang belum sempurna mencegah erupsi pada gigi normal.

Fig 49.15 Fibrous dysplasia. (A) radiografi menunjukan perluasan dengan tekstur tulang yang berubah pada left ascending ramus dan mandibular. Pola Ground glass diperlihatkan. Perubahan yang mirip terlihat pada antrum kiri. (B) Radio isotope bone scan menunjukan perluasan pada wajah, antral, dan penyakit mandibular.

Fig 49.16 Penyakit paget. Mandibula menunjukan perluasan, hilangnya perbedaan kortikomedular dan tekstur yang kasar keseluruhan. Tampilan ini adalah khas pada penyakit paget. Hal ini muncul pada decade kedua atau hanya sebelumnya dan biasanya tanpa rasa sakit dan mudah untuk diabaikan., tetapi gigi yang tumbuh mungkin digantikan dan gagal untuk hancur. Lesi dengan ukuran kecil atau sedang seringkali ditemukan bertahun-tahun kemudian ketika ahli 11

bedah gigi menemukan gingiva dan tulang menebal, tetapi fase pembesaran yang aktif tidak diperluas ke decade ketiga. Penyakit Paget. Pasien seringkali memiliki nyeri neuralgik pada daerah pembesaran alveolar dan gigi palsu artifisial menjadi terlalu rapat. Pada rahang, pembesaran tulang dan sclerosis biasanya terlihat. Iregular dense sclerotic patches dapat membentuk gigi. Mandibula seringkali tetap normal tetapi hal ini dapat dipengaruhi dengan atau tanpa tulangtulang lainnya. Rahang memang dapat menjadi sangat besar. Dari ketiga komplikasi pada kecendrungan tulang-tulang Paget, infeksi adalah yang relatif umum dan dapat menimbulkan lesi, khususnya pada mandibular. Fraktur dan neoplasma jarang pada rahang Paget, tetapi infeksi dari rongga gigi pada gigi yang mati atau dari ulkus dari gigi palsu ditemukan pada tulang yang abnormal. Sekuestrum yang luas biasanya terbentuk dan terpisah secara perlahan.

Trauma Benturan pada gigi dapat menyebabkan gangguan pola X-Ray dan dapat menyebabkan aliran darah pada pulpa terganggu. Pulpa dapat mati dan kemudian terinfeksi. Pembuluh darah pada pulpa rusak dan diikuti dengan respon hilangnya ruang pulpa oleh dentin selama periode setahun. Dalam suatu kasus, mahkota gigi dapat secara klinis menjadi lebih gelap oleh pigmen darah didalam dentin. Akibat yang kurang umum terjadi pada pulpa yang rusak oleh trauma atau oleh karies adalah pulpa granuloma dan biasa terjadi resorpsi internal pada dentin. Penyerapan eksterna dari akar pada leher gigi juga kadang-kadang terjadi mengikuti trauma dan juga ketika pulpa mati karena infeksi akibat adanya karies. (Fig.49.17) Cedera pada gigi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Class 1 Gigi yang trauma tanpa fraktur a. Dengan goyang b. Tanpa goyang Goyang ditunjukan saat terjadinya pelebaran ruang membrane periodontal. Class 2 Fraktur pada mahkota gigi a. Melibatkan enamel b. Melibatkan dentin Class 3 Fraktur pada mahkota gigi yang memperlihatkan pulpa 12

Class 4 Fraktur pada akar gigi a. Tanpa faktur mahkota gigi b. Dengan faktur mahkota gigi Class 5 Avulsi pada gigi Pada kasus dimana pulpa dapat hancur tetapi jika gigi masih muda dan memiliki foramen apikal yang luas atau akar gigi yang inkomplit, pulpa memiliki peluang yang lebih baik untuk bertahan. Kerusakan pada pulpa oleh gigi yang terputus akan memberi pengaruh dengan hilangnya sebagian gigi.

Fig.49.17 Resorpsi akar gigi eksternal yang ekstensif pada laki-laki 62 tahun. Erosi ini mencapai mahkota gigi serta ke sebagian akar gigi, tetapi batas luar pulpa tetap ada meskipun sudah diterobos. Infeksi dari batas gingiva mencapai pulpa dan mengarah pada abses apikal.

Fig 49.18 Fraktur pada akar gigi seri pada bagian tengah sisi atas terjadi 1 minggu sebelum film ini diambil pada gadis usia 14 tahun. Pulpa bertahan pada kedua bagian dari masing-masing gigi dan seringkali terjadi pada rahang usia muda. Ketika molar pertama sisi atas dilepaskan dari pasien dengan antrum luas, lantai sinus yang bertulang bisa terjadi fraktur. Terkadang gigi juga dapat patah. Akar gigi dapat tetap tinggal dirongga dengan lamina dura yang utuh disekitarnya atau dalam usaha untuk melepaskannya, akar gigi dapat didorong keatas melalui rongga kedalam antrum, ketika hal itu dapat betindak 13

seperti nidus untuk akumulasi membentuk antrolith. Fistula oroantral dapat terbentuk dari lubang pada tulang yang luas. Hal ini mungkin tidak meningkatkan komplikasi tetapi lebih untuk diperbaiki lebih awal.

Fig. 49.19 Dua tahun kemudian, pulpa yang vital namun rusak yang sebagian diklasifikasikan pada bagian akar dan mahkota gigi. Lapisan tulang terbentuk diantara ujung akar, dipasahkan oleh garis gelap seperti membrane periodontal dari akar dan denga lamina dura yang utuh diluarnya.

Gagal dalam Perkembangan Ketiadaan gigi. Gigi dapat tidak ada pada Ellis-van-Creveld dan Sindrom Down. Ketiadaan gigi umum terjadi dan seringkali bersifat turunan. Gigi molar ketiga yang permanen adalah paling umum hilang, tetapi premolar dan gigi seri lateral bisa juga kurang lengkap.

Gigi Cadangan Hal ini lebih umum pada maksila dan biasanya tidak muncul, hanya biasanya ditemukan pada pemeriksaan radiografi. Gigi cadangan pada umumnya lebih kecil dari gigi normal (Fig 49.20) tetapi mendekati kemiripan dengan gigi lain didaerah tersebut. Gigi cadangan juga juga dapat memperlambat erupsi gigi. Berbagai jenis gigi cadangan timbul pada daerah gigi seri atas. Paling umum muncul adalah mesiodens, yang berkembang mendekati garis tengah dan pada gigi yaitu diantara pertumbuhan gigi pertama dan kedua. (Fig. 49.21) Gigi kecil Dental Hypoplasia (microdontia) seringkali bersifat turunan dan umumnya mempengaruhi gigi yang hilang pada pasien. Mahkota gigi atau akar gigi, atau keduanya, dapat terpengaruh. Microdontia terjadi mengikuti penyinaran dan juga pada chondrorectodermal dysplasia.

Peleburan Gigi Gigi dapat menyatu pada mahkota, akar, atau keduanya. Seringkali gigi cadangan juga terlibat. 14

Fig 49.20 Gigi cadangan bagian atas. Perhatikan betapa kecil dan kerucutnya bentuk dari gigi tersebut.

Fig 49.21 Bilateral mesiodentes dengan erupsi normal

Fig 49.11 Dens in dente. Gigi juga membusuk dan terlihat resorpsi tulang apikal dengan hilangnya lamina dura karena ascending infection.

15

Fig. 49.23 Cleft Plate. Padangan oklusal menunjukan defek dan memperlihatkan anomaly gigi.

Fig 49.24 Stafne cyst. Lesi menunjukan inklusi kelenjar saliva pada tulang. Dens in Dente. Defek yang ada pada mahkota gigi dan mengarah pada invaginasi pada badan gigi. Hal ini terlihat oleh adanya kepadatan enamel dan memiliki central lucency. ‘Gigi didalam gigi’ terbatas pada mahkota atau dapat mencapai apeks dari akar gigi. Taurodontia Gigi ini mirip dengan yang terlihat pada sapi, dengan kamar pulpa yang luas dan akar gigi yang pendek secara abnormal. Kondisi ini kemungkinan adalah atavistic. Cleft of the hard palate Defek ini terjadi pada lantai hidung dari lateral ke garis tengah dan bisa bilateral. Biasanya meluas melalui medial prosesus alveolar ke kaninus. Premaksila diantara dua kaninus dapat terdistorsi atau belum sempurna dan berisikan dentikel yang cacat dan kecil. Hal ini biasanya diperlukan to menjaga semua gigi sebagai muara untuk obturator, yang merupakan hal sulit pada radiografi. Film panoramic biasanya sangat sedikit membantu dan sebaliknya pandangan oklusal lebih membantu. Salivary inclusion defect (stafilie’s defect) Terlokalisir, defek berbatas tegas pada sudut mandibular yang seringkali terlihat pada sialografi yang terhubung dengan kelenjar saliva local. Hal ini berisikan jaringan lunak kelenjar saliva sebagai suatu kegagagalan perkembangan.

16

Penyakit umum yang melibatkan gigi dan rahang Penyakit endokrin Acromegaly. Kelebihan hormone pertumbuhan setelah proses maturitas rangka yang ditunjukan dengan penampilan yang lebih besar dan kasar. Mandibula khususnya meningkat dalam ukuran baik pada bagian badan dan ascending ramus, sehingga batas bawah tubuh berada lebih inferior pada hubungan tulang servikal dibandingkan keadaan normal. Peningkatan ukuran mandibular menyebabkan pemisahan pada gigi. Pemisahan gigi juga adalah hasil dari peningkatan ukuran lidah. Sudut mandibular menjadi lebih tumpul, sebagai contoh, pelurusan dan batas bawah menjadi lebih bengkok, seperti yang terlihat pada pandangan lateral. Gigantism Pemisahan gigi juga merupakan hasil dari pembesaran rahang tetapi tengkorak pada gigantism tidak mirip dengan yang terligat pada acromegaly.Pemanjangan mandibular dapat terlihat lebih nyata. Penyakit didahului onset maturitas rangka dan usia gigi yang matang. Gigi berkembang setelah onset penyakit menunjukan hypercementosis.

Fig 49.25 Kretin menunjukan retardasi pada maturitas gigi Hypopituitarism Hipoplasia pada rahang dan gigi dan perlambatan usia gigi biasanya ditemukan. Cretinism Kondisi pada masa kecil ini jauh lebih umum dibandingkan tiroktosikosis pada masa kecil yang jarang terjadi. Pada kreatinisme terdapat perlambatan pada maturitas tulang rangka dan gigi sehingga tulang wajah hipoplastik dan pertumbuhan gigi terlambat. Pergantian gigi terhambat dan juga pada pembentukan serta erupsi pertumbuhan gigi kedua. Rahang yang kecil juga menunjukan gigi yang berjejalan yang terlihat menyolok. Tirotoksikosis, disisi lain, menyebabkan percepatan pada maturitas gigi dan demineralisasi tulang. Hiperparatiroidisme Resorpsi tulang subperiosteal adalah patognomonis tulang yang berubah pada penyakit ini. Lamina dura pada rongga gigi menunjukan tulang kortikal dan penyerapan pada hiperparatiroidisme. Perubahan tidak umum, namun tidak semua rongga gigi terpengaruh 17

sehingga nilai alat radiodiagnostik pada hiperparatiroidisme adalah buruk. Pasien dengan penyakit tulang radiologis akan selalu memiliki perubahan pada tulang tangan. Dahulu, osteoclustomus dan brown tumours biasanya tidak terlihat pada rahang dan seringkali dengan jumlah banyak, muncul sendiri atau disertai dengan resorpsi lamina dura. HIperparatiroidisme sekarang ini biasanya didiagnosis awal pada analisis darah rutin, kista pada rangka yang luas dan lesi rahang yang seringkali tidak terlihat. Hypoparatiroidisme Kandidiasis oral adalah yang paling umum ditemukan. Lengkungan mahkota gigi tidak teratur dengan enamel yang tidak sempurna. Lamina dura cukup padat dan menebal disekitar akar yang kemungkinan hipoplastik. Terdapat juga perlamabatan pada usia gigi. Sindrom Cushing. Osteoporosis dapat terlihat pada rahang dan lamina dura juga kurang terlihat atau hilang.

Dysplasia Chaerubism ( hereditary fibrous dysplasia of the fuse) Meskipun secara histologis tidak bisa dibedakan dari fibrous dysplasia, hal ini tentunya berhubungan dengan keturunan. Pasien yang bersangkutan tidak memiliki penyakit diluar rahang. Perubahan berdampak terutama pada mandibula tetapi tuberositas maksila juga dapat terlibat. Mandibula diperbesar oleh area kistik radiolusen dan perubahan fibrous sehingga garis rahang pasien menjadi menonjol. Anak-anak yang terdampak mirip dengan malaikat bersayap kerub dengan wajah gemuk yang terlihat pada lukisan klasik. Agenesis gigi terjadi pada area yang terlibat dan gigi yang terbentuk dapat tergantikan, terpisah satu sama lain dan tidak mengalami erupsi.(Fig. 49.27) Perubahan berlangsung dari satu tahun kedepan dari pubertas hingga regresi sehingga garis rahang usia dewasa mungkin terlihat normal. Cleidocranial dysplasia Hampir semua pasien dengan penyakit ini memiliki pertumbuhan gigi yang abnormal. Maksila tidak berkembang sehingga pipi kecil dan gigi pada rahang atas muncul berjejalan. Penampilan ini selanjutya ditekankan oleh hampir kegagalan yang tak terhindarkan pada erupsi gigi kedua. Sebagai tambahan, gigi cadangan yang berjumlah banyak juga ada sampai berjumlah 13 yang terlihat pada seorang pasien. Rahang kecil menunjukan cadangan gigi yang penuh dalam jumlah yang besar, gigi utama dan yang kedua yang dapat digantikan ke orbit. Pembentukan cement juga tidak sempurna pada keadaan ini dan hipercementosis juga tidak terlihat.

18

Ectodermal dysplasia Abnormalitas ectodermal ditandai oleh adanya rambut abnormal, jari dan kuku yang cacat atau hilang. Sebagai tambahan terdapat sebagian atau ketiadaan total gigi (anodontia) yang seringkali hanya gigi tengah yang ada dan mahkota gigi berbentuk kerucut. (Fig 49.29)

Fig 49.26 Hiperparatiroidisme. Tumor coklat yang dihubungkan dengan resorpsi lamina dura

Fig. 49.27 Cherubism. Lesi Fibroosseouspada mandibula mencegah terbentuknya beberapa gigi dan menggantinya dengan yang lain.

a

b

c

Fig 49.28 Cleidocranial dysplasia (A,B) Terdapat tulang wormian dengan hipoplasia maksila dan sejumlah besar gigi utama dan kedua yang tidak erupsi dengan pembentukan gigi cadangan. Defek garis tengah terdapat pada symphisis mentis.

19

Fig 49.29 Ectodermal dysplasia. Pertumbuhan gigi kedua banyak yang hilang. Pada beberapa pasien, ectodermal dysplasia dihubungkan dengan mesenchymal dysplasia contohnya sindrom Ellis-von Creveld (chondroectodermal dysplasia) Sindrom Gradner (osteomotosis-intestinal polyposis syndrome) Sindrom ini diturunkan sebagai dominan autosom. Tampilannya termasuk: 1. Multiple osteomas. Osseous excrescences jinak ini muncul saat pubertas dan ditemukan pada vault, mandibula, dan sinus wajah. Facial osteomas lebih besar dan lebih umum dibandingkan yang lain. Tetapi hal ini terlihat pada radius, ulna, tiba, dan fibula. Secara radiologi, area padat pada tulang juga terlihat pada vault dan terletak didalam tulang dan sulit dibedakan dari exostosis. 2. Lesi gigi yang lain Gabungan odontome dan gigi cadangan yang tidak erupsi ditemukan lebih pada 50 % pasien. 3. Lesi kulit. Epidermoid inclusion cyst muncul pada 50% kasus disaat pubertas. Hal ini ditemukan dimanapun di tubuh. Lesi kulit lain yang ditemukan adalah lipoma, fibroma, dan tumor desmoid. Yang terakhir muncul pada otot adalah secara khusus cenderung terulang setelah pembedahan untuk pembuangan dan mungkin tumbuh menjadi ukuran yang besar., khususnya pada abdomen. Obstruksi ureter dapat terjadi. 4. Polposis coli. Multiple adenomatous polyps muncul disekitar pubertas pada colon, rectum, dan kadang-kadang pada usus kecil. Gambaran pada transformasi keganasan yang tidak dapat dihindari adalah pengobatan yang biasanya adalah berupa colectomy profilaksis.

Fig 49.30 Sindrom Gardner. Multiple osteoma terlihat pada mandibular dan pada sinus paranasal yang bersama dengan area sklerosis di mandibular. 20

Fig 49.31 Sindrom Gorlin. Multiple dentigerous cysts terlihat pada mandibula. Multiple naevoid basal cell carcinoma and jaw cyst syndrome. (Gorlin-Coltz syndrome) Sindrom ini diturunkan sebagai autosom dominan yang terdiri dari kerangka luas dan abnormalitas gigi dan lesi rahang. Oleh karena itu, beberapa pasien pergi ke ahli kulit, sebagian ke dokter gigi dan dokter bedah ortopedi. 1. Rahang dan wajah. Kista gigi yang besar terjadi pada 75 % kasus. Biasanya dalam jumlah banyak dan terjadi baik pada maksila dan mandibula, tetapi yang lebih umum, seringkali pada daerah gigi molar ketiga. Kisa ini seringkali dimulai setelah pubertas dan muncul seperti bengkak pada mulut atau dengan fraktur patologis. Secara radiologis, kista mirip pada odontogenic keratocyst atau dentigerous cyst dan dapat meluas kedalam antrum. Secara histologis, kista mirip dengan odontogenic keratocysts dan cenderung untuk terulang. Pada kesempatan tertentu, transformasi menjadi ameloblastoma dan squamous cell carcinoma telah banyak dilaporkan. 2. Wajah dan tulang tengkorak. Pasien memiliki tonjolan pada frontal dan parietal yang memberikan penampilan pagetoid dengan adanya hypertelorism dan prognathia. Sella tursica seringkali dijembatani. Falx cerebri dan meningens yang berdekatan menunjukan heavy-plate like calsification. 3. Anomali rangka yang lain. Abnormalitas tulang rusak umum terjadi. Biasanya terpecah dan menjadi dua bagian/ bilateral. Synostosis juga muncul. Tulang rusuk servikal ditemukan. Thoracic scoliosis dan spina bifida terlihat. Sprengel’s shoulder kurang umum untuk mucul dan biasanya terjadi pada metacarpal keemoat dan kelima. Hal ini merupakan penyatuan yang menarik dengan intracranial calsification yang juga terjadi pada hypoparathyroidism. 4. Multiple naer’oid basal–cell carcinomas terjadi dengan frekuensi yang meningkat pada decade kedua. Lesi ini identic dengan basal-cell carcinomas dan menyebar pada wajah, leher, dada, dan perut bagian atas. Neurofibromatosis (von Recklinghausen’s disease) Sindrom ini rumit, dengan kombinasi kulit dan tumor saraf yang dalam. Pertumbuhan yang berlebihan secara local pada saraf (plexiform neurofibroma) seringkali dihubungkan dengan tulang dan hipertrofi jaringan lunak pada segmen yang dipersarafi. Mandibula adalah tulang yang tidak biasa pada saraf yang berjalan didalamnya yaitu pada inferior dental canal. Dengan neurotibroma dari saraf gigi inferior , kanal membuka

21

lebar dan hemimandibula membesar. Erosi pada mandibula juga merupakan hasil tekanan ekstrinsik oleh superficial neurotibroma. (Fig 49.32) Osteoporosis Peningkatan kepadatan tulang terlihat pada mandibular dan maksila sehingga akar gigi nyaris tidak terlihat. Tulang yang abnormal sangat rentan untuk infeksi dan osteomyelitis pada rahang adalah komplikasi yang dikenal mengarah pada hilangnya mandibula jika tidak diobati. Dental sepsis juga lebih umum terjadi saat enamel cacat dan mahkota gigi berlubang dengan mudah. Lamina dura disekitar akar akan menebal dengan kasar tetapi ruang membrane periodontal tetap ada.

Fig 49.32 Neurofibromatosis. Sisi kana pada mandibular membesar. Kondilus kanan bergerigi karena neurofibroma local sementara asal kanal gigi inferior melebar juga karena neurobroma local.

Hemoglobinopati Thalasemia Ketika parah, penyakit ini dapat menyebabkan hyperplasia sum-sum tulang dalam jumlah yang terbesar dari semua hemoglobinopati. Lengkungan tulang meluas, korteks menipis dan trabekula diserap sehingga trabekula yang tertinggal masuk kedalam bagian yang menonjol. Pada tulang rangka wajah, ekspansi mandibular dapat ditandai. Dan menyebabkan pemisahan pada gigi. Sinus paranasal dengan pengecualian pada ethmoid yang dihilangkan oleh sum-sum tulang. Penebalan yang kasar pada diploe berdampak pada semua tulang cranium dengan pengecualian pada basis occiput. Sickle-cell disease Hiperplasia sum-sum tulang menyebabkan perubahan yang mirip dengan yang terlihat pada thalassemia tetapi secara umum keparahannya lebih rendah. Sebagai tambahan, infark dapat menyebabkan sclerosis tulang pada area local. ‘Rodent facies’ juga terlihat pada kasus yang berat yang diakibatkan oleh pertumbuhan berlebihan pada tulang maksila dan mandibula dengan pergantian yang berkelanjutan pada anterior gigi. Fig 49.33 Thalasemia. Mandibula membesar, korteks menipis dan trabekula diresorpsi. Sinus paranasal mengandung sum-sum.

22

Hystiocytosis X Lesi disekitar rahang umum terjadi dan baik tulang dan jaringan lunak yang terlibat adalah sebanyak 50. Lesi destruktif yang terlokalisir pada tulang muncul, khususnya daerah peripheral. Rongga gigi menjadi rusak dan gigi ‘ mengapus bebas’. Pembentukan tunas giggi dapat dihancurkan. Lesi yang seringkali ganda sehingga gigi tidak terbentuk atau dengan cepat terlepas. Defek tulang sembuh dengan baik dengan radioterapi.

Kista pada rahang Tidak hanya pada rahang yang terdapat pada lesi yang muncul pada rangka, tetapi juga terdapat pada organ yang tertentu pada gigi dimana mereka memiliki anomaly local tertentu. Sebagai tambahan, karena perkembangan wajah secara alamiah pada utero, abnormalitas pertumbuhan dan penyatuan dapat terjadi: Kista pada rahang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Cyst of dental origin 2. Non dental 3. Non-epitheliated cysts of bone yang juga dapat terlihat ditempat lain Kista pada mandibula dan maksila seringkali memperlihatkan masalah pada radiologis medis yang mana diagnosisnya pada dasarnya mudah.Terdapat tiga yang secara umum dapat terlihat pada lesi kistik. a. Kista radicular atau apikal. Ini adalah yang paling umum. Kisa ini terletak pada area yang sangat apeks dari akar gigi yang mana biasanya karies. b. Kista folikular atau dentigerous yang mana kisa ini berhubungan dengan mahkota pada gigi yang tidak mengalami erupsi. c. Primordial atau odontogenic keratocyst. Hal ini seringkali berkembang pada tempat gigi dan dapat mencapai ukuran yang sangat besar tetapi ini tidak seumum seperti kista dentigerous.

Fig. 49.34 Granuloma eosinofilik. Panah menunjukan multiple osteolitic lesion yang berbatas tegas.

23

Fig 49.35 Tiga jenis umum pada kista gigi (A) Kista radicular, Gigi karies, kista terdapat pada apeks gigi dan meresap pada lamina dura local. (B) Kista dentigerous. Kista berhubungan pada mahkota gigi yang tidak erupsi. (C) Kista besar yang tidak berhubungan pada elemen gigi- Kista primordial.

Fig 49.36 Kista pada antrum (A) Lesi gigi meluas kedalam antrum dan memiliki batas superior yang terlapisi dengan baik (B) aspirasi isi dan pemasangan medium kontras mengkonfirmasi sifat kista yang sebenarnya. Sebagai tambahan, central atau midline cyst cenderung berkembang pada daerah fisura. Ketika kista muncul pada gigi yang mana berkaitan pada lantai pada maksila. Kista meluas kedalam antrum maksila dan muncul seperti polip. Lantai antrum berpindah keatas oleh kista, bagaimanapun lapisan paling atas berupa garis kepadatan yang tipis tidak seperti polip. Aspirasi dan insersi dari medium kontras mengkonfirmasi lesi kistik yang alami terjadi. Kista Pada Daerah gigi a. Perkembangan Odontogenic keratocyst (kista primordial) Kista ini mengikuti degenrasi kistik pada organ enamel sebelum gigi terbentuk, sehingga kista menggantikan gigi. Tetapi hal ini juga muncul dari ectopic odontegenic epithelium. Komplemen gigi yang seharusnya normal ada, kista diasumsikan untuk dapat menggantikan gigi cadangan. Kista primordial adalah yang lebih umum pada manusia muda dan dapat terlihat pada semua usia. Kista ini tumbuh lambat dan dapat mencapai ukuran yang sangat besar dan dapat menempati keseluruhan ascending ramus. Korteks menjadi menipis dan pandangan aksial juga menunjukan ekspansi pada daerah buccal-lingual. Hal ini paling umum terlihat pada mandibular posterior dan biasanya monolocular. Kasus ini ada karena ukuran kritis 24

dicapai dan pasieb nerasakan pembengkakan yang berfluktuasi pada mandibular atau karena adanya discharge purulen dan infeksi sekunder. Karena potensial pertumbuhannya, kista ini berlawanan pada gigi yang tidak erupsi dan pada dasarnya tidak berhubungan. Kista dentigerous disimulasikan meskipun ukuran dan lokasi dapat membantu dalam membedakan. Diagnosis pada beberapa kasus dikonfirmasi oleh enukleasi dan pemeriksaan histologis. Kista ini hampir mengalami keratinisasi dan sangat mungkin untuk muncul kembali kecuali dibuang secara total. Oleh karena itu follow-up jangka panjang sangat disarankan. (ii) Kista Dentigerous (kista folikular) Degenerasi kistik pada organ enamel dapat muncul gigi telah terbentuk namun sebelum gigi mengalami erupsi.Kista membesar karena ketidakseimbangan hidrostatis local. JIka tekanan didalam kista melampaui tekanan didalam gigi maka gigi akan dicegah dari terjadinya erupsi. Hal ini dapat tergantikan, seringkali untuk beberapa jarak. Sebagaian mahkota gigi selalu tetap berhubungan dengan kista. (Fig 49.38) Kista ini ditemukan terutama pada remaja dan dewasa muda. Molar ketiga pada mandibular yang permanen dan kaninus maksila adalah khususnya yang terdampak. Kista biasanya unilokular. Jikaberjumlah banyak, kista ini dapat dihubungkan dengan sindrom Gorlin. Kista kecil juga terlihat pada mahkota yang secara normal terletak pada gigi yang erupsi. Kista yang eruptive menghilang ketika mahkota gigi mencapai permukaan.

Fig 49.37 Keratosis odontogenik. Lesi kistik yang besar meluas ke dasar kondilus hingga ketulang. Hal ini tidak berhubungan pada karies atau mahkota gigi yang tidak erupsi.

Fig 49.38 Kista dentigerous. KIsta ini berhubungan pada mahkota gigi yang tidak erupsi

25

b. Posinflammatory Kista radicular (apikal). Kebanyakan kista pada rahang dalah radicular. Kista ini terletak langsung pada apeks dari gigi yang terkena. Dimulai dari timbulnya inflamasi pada pulpa dan tulang apikal, ketika area apikal local dari inflamasi kronis terjadi dari terbentuknya granuloma. Hal ini terlihat secara radiologi seperti area paraapikal yang kurang berbatas tegas dari tulang yang hilang seperti abses Brodie. Inflamasi kronis menstimulasi sel epithelial local mengendap pada apeks gigi dan granuloma menjadi terepitelisasi. Kista radicular yang dapat terdefinisikan juga terbentuk. Batas kepadatan opak berlanjyt dengan lamina dura pada sekeliling kista meskipun didalam kista lamina dura telah rusak. Kista ini secara umum berukuran diameter kurang dari 1,5 cm dan pada gigi yang mengalami karies ukurannya bisa lebih besar. Pengobatannya adalah pengangkatan gigi dengan kuretase. Hal ini akan menghasilkan penyembuhan tulang dengan pelenyapan kavitas secara bertahap. Kista terus ada setelah ekstrasi gigi dan ini dikenal sebagai kista residual dan hal ini tidak dapat terlihat dari radiografi. (Fig 49.39)

Fig 49.39 Kista residual. Kista berbatas tegas yang tertinggal pada kista radicular setelah ekstraksi gigi. Perhatikan sclerosis yang reaktif. 2. Kista (Fissura) yang berkembang Hal ini barangkali terjadi pada proses peleburan embrionik. Kista antara lain: a. Medial mandibular (Fig 49.40) b. Nasopalatine medial maksila Duktus nasopalatina menghubungan rongga hidung dengan palatum dibelakang gigi seri sentral. Empat duktus ada di utero, dua dikedua sisi garis tengah. Kegagalan pelenyapan ductal normal dapat menyebabkan bekas epithelial local yang sedang menjalani degenerasi kistik. c. Globumaksila Kista ini terlihat seperti pir terbalik dan terletak diantara gigi seri lateral sisi atas dan kaninus, akar gigi juga bercabang. Terdapat keraguan menentukan apakah ini fisura atau suatu radang. Mayoritasnya adalah keratosis odontogenik. (Fig 49.41)

26

3 Kista tulang non epitelisasi a. Kista tulang sederhana Kista ini mengikuti kejadian trauma dan dikenal sebagai kista trauma. Kista ini muncul pada pasien muda dan biasanya pada anak-anak laki-laki, pada mandibular bagian posterior. Seperti halnya jenis kista yang lain, kista ini secara samar berbentuk bulat, berbatas tegas, dan dikelilingi oleh zona padat yang tipis dari sclerosis yang reaktif. Tampilan ini non spesifik dan diagnosis pada dasarnya secara histologis. Terdapat kecendrungan untuk lesi meluas keatas, diantara gigi, ke batas alveolar.

Fig 49.40 Kista mandibular garis tengah. Kista ini bisa menjadi kista radicular tetapi gigi local secara radiologis normal dan penting.

Fig 49.41 Dens in dente dan kista globumaksilaris b. Kista tulang anurisma Kista ini berbatas tegas dan terlihat radiolusen. Lesi ini juga tidak umum pada rahang dan secara histologis biasanya membutuhkan konfirmasi pada identitasnya. Kista ini bisa merupakan proses sekunder dari tumor yang lain. (Fig 49.42)

Neoplasma Tumor tulang jinak terjadi pada rahang tetapi biasanya tidak umum. Elemen local dari osteoid tulang, jaringan fibrosa, pembuluh darah, dan lain-lain dapat meningkatkan kecendrungan pada tumor jinak. Terdapat keraguan apakah tumor kartilago dapat muncul pada rahang yang dibentuk oleh membrane. Lesi tersebut biasanya dideskripsikan seperti terbangun dari ‘tidur. Enchondroma, osteochondroma, dan chondrosarcoma jarang terdeskripsikan. Osteoma. Baik osteoma osteoid dan osteoma yang sederhana dapat dideskripsikan. Osteoma dapat terlihat padat, masa lobular berbatas tegas, contohnya Sindrom Gardner. (Fig. 49.30) dan 27

terikat ke area luar tulang atau terletak didalamnya. Lesi sclerosis sentral, bagaimanaoun juga dikarenakan sepsis atau trauma atau berasal dari fibro-osseous. Torus palatinus adalah eksotosis didaerah kortikal pada garis tengah palatum. Torus mandibularis muncul sebagai eksotosis pada bagian lingual mandibular pada daerah premolar. Hal ini dapat terlihat dengan baik pada pandangan oklusal. Lesi ini kemungkinan diturunkan secara genetik. Osteoblastoma. Osteoblastoma yang sebenarnya jarang terdapat pada rahang tetapi lesi giant-cell dapat muncul pada rahang usia muda dan biasa disebut giant-cell reaparative granuloma. Hal ini merupakan masa jaringan lunak sentral pengganti tulang dan dapat terlihat dalam potongan yang jelas seperti kista, atau memiliki batas yang kurang tegas. Osteoblastoma muncul pada bagian gigi didalam rahang dan akan menggantikan gigi yang berkembang dan meluas ke tulang. Lesi fibrosa. Fibrous dysplasia, cherubism, dan cementoma adalah lesi fibro-osseous yang umum berasal didalam jaringan fibrosa. Fibromatosa dan lesi kartilago menyebabkan osteolisis pada area terlokalisir yang memiliki kecenderungan untuk mengeras seperti tulang.

Neoplasma Ganas Kanker mulut hanya terdiri atas 2 % dari semua tumor ganas di Inggris tetapi adalah sangat umum terjadi di Asia. Kebanyakan lesi tersebut adalah squamous-cell carcinomas. Faktor pemicu termasuk higenitas mulut yang buruk, rokok, alcohol dan kemungkinan sifilis. Mengunyah buah pinang di India dan Inggris juga memiliki insidensi yang tinggi pada kanker mulut seperti orang-orang dengan leukoplakia. Squamous-cell carcinomas pada mulut lebih sering muncul pada laki-laki. Lesi dengan segera menjadi terikat pada tulang tetapi bukti X-Ray dari destruksi tulang memiliki batas tidak teratur yang tidak jelas. Karsinoma juga terjadi pada antrum dan dapat menyebakan gejala pada gigi seperti bengkak, gigi terlepas, dan destruksi tulang. Antrum bersifat opak dan tumor bercabang pada dinding antrum dan meluas ke jaringan lunak local.

a

b

c

d

28

e Fig 49.42 Fibrous dysplasia dan akibat dari degenerasi pada kista tulang anurisma. (A) Radiografi menunjukan adanya perluasan, lesi berbatas tegas yang menggantikan gigi. Terapat pola campuran lisis dan sclerosis. Perubahan ini khas pada fibrous dysplasia. Selanjutnya terjadi perluasan (B) dan lesi menjadi lebih kistik. (C) Scan tulang menunjukan pola campuran dengan central cold area. (D) CT scan menunjukan mandibula yang meluas dan lesi yang bersifat kistik. (E) MRI mengkonfirmasi perubahan pada sifat lesi dari tumor padat ke tumor yang berisikan cairan.

Fig 49.43 Anak laki-laki usia 8 tahun. Pandangan oklusal pada lesi giant cell yang besar dan meluas ke bagian kanan maksila yang telah menggantikan beberapa gigi.

a

b

Fig 49.44 Karsinoma pada antrum maksila (A) Radiografi menunjukan masa jaringan lunak menginvasi lantai pada antrum kanan. (B) CT mengkonfirmasi perubahan dan menunjukan sifat tumor yang sangat invasif. Ameloblastoma Lesi ini merupakan lesi yang tidak umum. Dilaporkan 1 % tumor mulut terjadi di Eropa tetapi insidensi yang paling tinggi di Afrika (0,3 % dari semua tumor). Kebanyakan lesi 29

muncul di usia paruh baya tetapi dapat juga muncul disemua usia. Laki-laki adalah yang paling umum terdampak. Ameloblastoma terjadi paling utama di daerah molar pada mandibular. Secara radiologi, lesinya meluas, dengan korteks yang menipis pada buccal-lingual plane. Lesi secara klasik kistik multilokular ‘soap-bubble’ atau tampilan ‘honeycomb’dengan defek satelit perifer yang berbatas tegas (Fig 49.45). Pada pemeriksaan patologi, defek dapat ditemukan kistik atau seluler. Terkadang ameloblastoma unlokular terlihat mirip seperti kista dentigerous atau keratosis odontogenik (Fig 49.46). ( dengan kemiripan akhir yang multilokular). Jika diagnosis dimungkinkan secara radiologi, eksisi blok dari tulang harus dilakukan sehingga tidak ada lesi satelit yang tertinggal. Jika tumor secara keseluruhan dieksisi, rekurensi tidak terjadi. Eksisi yang tidak sempurna dan eksplorasi ulang dapat menyebabkan lesi menyebar secara local dan bahkan sampai ke paru. Jalur yang mungkin pada penyebaran di paru adalah aspirasi selular.

Fig 49.45 Ameloblastoma (A) radiografi menunjukan lesi multilocular berbatas tegas yang secara karakteristik mencapai batas alveolar dan mengikis gigi. Tampilan ini tidak biasa pada lesi selain ameloblastoma. (B) CT scan menunjukan perluasan yang tertanda dikarenakanoleh tumor pada axial plane.

Fig 49.46 Ameloblastoma. Lesi kistik multilokular yang mengikis akar molar tetapi juga mencegah erupsi pada wisdom tooth. Ameloblastoma kemungkinan tahapan sekunder pada kista dentigerous. Osteosarcoma Tumor ini jarang pada rahang dan memiliki insidensi usia yang lebih tinggi dibanding osteosarcoma klasik yaitu terlihat pada decade ketiga dan keempat.Tampilan secara 30

radilogi tidak berbeda dari yang ditemukan tetapi lesi ini memiliki prognosis yang lebih baik dengan angka kelangsungan hidup lebih dari 5 tahun (Fig 49.47). Adakalanhya, sarcomatous berubah dalam perkembangan setelah adanya penyinaran atau penyakit Paget, tetapi sejauh ini laporan terhadap kasus ini masih sedikit. Tumor Erwing. Lesi ini berakibat pada rahang seperti halnya ditempat lain. Lesi terutama bersifat litik dan prognosisnya buruk. Metastasis Deposit sekunder dibawa oleh darah namun pada rahang berada di dalam sum-sum. Insidensi sekunder tidak setinggi pada kerangka aksial. (Fig 49.49). Pada mandibula hal ini dapat menyebabkan mati rasa pada bibir jika terjadi penekanan pada saraf gigi inferior. Metastasis jarang terlihat secara radiologi atau scan radionuklida bahkan jikapun ada pada kerangka. Myeloma Hal ini seringkali terlihat pada mandibular dibandingkan deposit sekunder yang tampaknya terjadi pada 30 % kasus. Meskipun lesi pada mandibular tidak seumum seperti vault pada tengkorak. Tampilan radiologis tampak seperti yang lain.

Burkitt’s Lymphoma Kondisi ini terjadi diseluruh dunia khususnya pada daerah Afrika, dimana dilaporkan terdapat 50 dari keseluruhan keganasan pada anak-anak. Rahang seringkali terdampak oleh tumor massif yang merusak bentuk wajah. Namun lesi ini tergolong lesi multifocal. Antrum dan orbit seringkali terlibat dibandingkan mandibula. Destruksi tulang seringkali dimulai disekitar akar gigi yang kemudian mengalami pengelupasan. Area destruksi meningkat dalam ukuran dan membentuk tumor yang massif, merusak bentuk wajah, mengenai orbit, dan terjadi pembesaran pada mandibula. Pembentukan tulang baru pada lesi memberikan tampilan seperti ‘sunray, spikulasi, dan terlihat kasar.

Sendi Temporomandibular (TMJ) Sendi temporomandibular adalah tempat yang sering menimbulkan masalah pada sendi. Sendi ini dikikis oleh synovial local atau tumor osseous. Lebih dari 50 % oasien dengan rheumataoid arthtritis memiliki gejala yang berkaitan dengan sendi tetapi tidak semua yang mengalami perubahan yang erosif. Hiperparatiroidisme pada renal osteodystophy terjadi secara local dengan resorpsi kortikal dan demineralisasi. (Fig 49.51). Displasia tulang, khususnya pada mucopolysaccharidosis menyebabkan bentuk kondilar yang abnormal. Ankilosis terlihat pada progresivitas osifikasi fibrodysplasia. Kebanyakan pemeriksaan radiologis pada sendi temporomandibular dilakukan untuk nyeri local, keterbatasan pergerakan, krepitasi atau sendi yang berbunyi klik. Pasien seringkali memili riwayat bruxism. Pada pemeriksaan klinis sendi mungkin teraba lembut dan pergerakan ekskursi (antar sendi) terbatas. Masseteric hypertrophy dan pterygoid tenderness seringkal muncul dan terkadang terdapat dental maloclussion. Pasien-pasien ini seringkali berusia muda sampai 31

wanita paruh baya yang biasanya dibantu oleh penenang yang dapat merelaksasi otot-otot dalam mengunyah dan menghambat bruxism dan mengatupkan rahang pada malam hari. Secara radiologis, beberapa pasien telah berubah mirip seperti pada osteoatritis dengan kondilus pipih , ruang sendi yang sempit dan keterbatasan pergerakan. Pada artrografi dan MRI, Deformitas meniscus seringkali ditemukan. Meniskus biasanya menipis pada bagian posterior dan bergerombol ke bagian anterior. Hal ini bertindak sebagai obstruksi pada pembukaan mulut. Jika kondilus dapat melintasi massa, bunyi dan palpasi yang klik terjadi.

Fig 49.47 Sarkoma osteogenik pada laki-laki usia 26 tahun. (A) Pandangan panoramic menunjukan tumor pembentuk yang mempengaruhi hemimandibula kanan dan melewati garis tengah. (B) CT scan mengkonfirmasi tingkat keterlibatan (C) Radioisotop scan tulang juga menggambarkan area yang terdampak.

Fig 49.48 Tumor Ewing. Lesi ini tidak umum pada mandibula. (A) Pada pasien ini, lesi osteolitik muncul pada ascending ramus dan kondilus. Lesi ini juga meluas dan menunjukan trabekulasi residual yang tipis(B) CT scan menunjukan masa jaringan lunak yang besar dan berhubungan dengan destruksi tulang pada ascending ramus kiri.

Fig 49.49 Karsinoma payudara dengan metastase ke mandibular. Film awal menunjukan resorpsi tulang kasar pada hemimandibula kiri. Ilustrasi dibawahnya menunjukan tampilan radioterapi. 32

Fig 49.50 Rheumatoid arthritis (A) Ditandai oleh adanya erosi pada kondilus. (B) Injeksi pada ruang sendi yang dibawah menunjukan hipertrofik synovium yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis.

Fig 49.51 Hiperparatiroidisme pada renal osteodystrophy dengan resorpsi tulang kortikal dan sum-sum tulang.

Fig 49.52 Kelainan pada meniscus ditunjukan pada injeksi kompartemen bawah. Teradapat masa meniscus anterior yang besar. Kondilus melewatinya dengan bunyi denting.

33

Fig 49.53 Sindrom malfungsi TMJ (A-C). Tomogram awalnya menunjukan bagian posterior yang sempit dari sendi dengan pelebaran pada anterior. Biasanya hal ini diartikan terdapatnya pemindahan meniscus anterior. Perubahan ini dikonfirmasi pada artrotomografi dan meniscus yang berganti yang secara anterior cacat mencegah pergerakan berkelanjutan dari kondilus.

Fig 49.54 Meniskus yang berganti pada anterior ditunjukan pada MRI sebagai low signal mass anterior hingga bright signal pada kondilus.

Fig 49.55 Fraktur mandibular (A) A merupakan kasus tersering, mandibular memiliki fraktur pada dua tempat. Satu fraktur meluas melalui wisdom tooth. (B) Pandangan AP menunjukan garis normal pada sudut mandibula.

34

Fig 49.56 Fraktur kondilar. (A) Kondilus kanan tumpang tindih dengan bagian ascending ramus. Film selanjutnya (B) menunjukan penyatuan dengan ketidakselarasan.

Fraktur Mandibula Mandibula dibentuk seperti hemisfer yang cukup kaku terikat pada dasar tengkorak pada sendi temporomandibular. Sturktur yang mirip seperti cincin adalah fraktur yang umum pada dua tempat dan tidak terkecuali pada mandibula. Jika garis fraktur secara jelas terlihat pada satu sisi , sisi yang lain harus diperiksa untuk fraktur atau dislokasi sendi temporomandibular. Setelah fraktur, mandibular harus diperiksa secara radiologis pada dua bidang. Pandangan panoramic harus disertai oleh gambaran anterior dan gambaran Towne untuk memperlihatkan kondilus dan arkus zigomatik. Pandangan lateral oblik umumnya tidak membantu atau mudah untuk diambil dengan pandangan panoramic. Pandangan oklusal atau dasar menilai pergantian disekitar symphysis mentis tetapi ini mungkin tidak dilakukan karena nyeri local atau trismus. Fraktur yang terjadi pada garis tengah setelah benturan pada rahang dan disertai oleh fraktur kondilar bilateral dan unilateral atau dislokasi. Garis fraktur seringkali meluas ke dalam rongga gigi baik karena fraktur gigi atau gigi yang lepas. (Fig 49.56). Fraktur pada badan gigi biasanya berbentuk vertical atau oblik tetapi fraktur transversal dari prosesus alveolar juga dapat terjadi. Setelah mendibula san khususnya fraktur kondilar, otot yang tertarik dapat menyebabkan pergantian yang berarti dari fragmen. Fraktur kondilar biasanya sedikit dan ekstraskapular (Fig 49.56) dan kondilus biasanya digantikan secara mendial pada radiografi gambaran anterior. Hal ini kemudian menyatu pada dasar dalam posisi yang abnormal.

35

Related Documents