Sejarah Geologi Jawa Timur Selama periode cretasius akhir-tersier awal, pergerakan lempeng Australia mengakibatkan subduksi di bawah Sundaland di sepanjang sutura Jawa-Meratus. Pada akhir zaman magmatik kapur aktivitas lempeng dapat ditelusuri dari timur laut Sumatera melewati Jawa hingga ke Kalimantan Tenggara [1]. Pegunungan Selatan Jawa Timur dianggap sebagai bagian dari mikro kontinen Jawa Timur-Sulawesi Barat yang bergabung dengan Sundaland di kala Kapur Akhir. Akibat penggabungan tersebut, terjadi perpindahan lajur subduksi menjadi berarah Timur-Barat. Litologi berumur kapur yang tersingkap di Karangsambung memiliki karakter ofiolit, mencakup lava basal berstruktur bantal, rijang, batu gamping, sekis, dan batuan metasedimen. Umur periode Kapur ditentukan dengan kandungan radiolaria pada rijang dan penanggalan K-Ar pada Muskofit dari Sekis Mika yang menunjukkan umur 110 hingga 124 juta tahun. Sementara singkapan yang berada di Bayat, Jawa Tengah menunjukkan batuan metamofik derajat rendah seperti filit, sekis, dan marmer. Penanggalan K-Ar pada sekis mika menunjukkan umur 98 juta tahun [2]. Memasuki awal Paleosen Australia mulai menekan ke utara menyebabkan tepian pasif yang berada di selatan Sundaland didominasi oleh tektonik patahan transform. Mikrokontinen Jawa Timur masih berada pada sekitar 20° lintang selatan. Pada pertengahan Eosen, Australia mulai bergerak ke utara dan menyebabkan proses subduksi di tepi selatan Sundaland kembali terjadi. Pada awal Oligosen, Australia mendekati Sundaland dengan cepat dan di akhir Oligosen Awal mikrokontinen Jawa Timur mulai mengalami kolisi dengan Sundaland [2]. Pada masa miosen tengah hingga miosen akhir terjadi pergeseran batas lempeng India-Australia menjadi ke arah selatan. Hal ini diikuti dengan aktivitas magmatik di hamper keseluruhan pulau Jawa secara kontinu. Di Jawa Barat bagian utara patahan tetap berorientasi utara-selatan. Sementara di wilayah barat daya dan Jawa Tengah system sesar NE-SW dan NW-SE terlihat lebih signifikan. Pengaktifan kembali di sepanjang cekungan Cimandiri dan sub-basin Citanduy menghasilkan mekanisme transtension dan transpression terkait dengan sedimentasi turbidit. Di daerah paling timur Jawa Timur sesar-sesar yang dominan adalah berarah timur-barat seperti yang dapat diamati pada kendang dan cekungan madura. Tektonik kompresional karena subduksi telah membuat sesar berarah timur-barat menjadi strike-slip [1].
Mulai kala pliosen hingga sekarang palung Jawa semakin menggeser Sumba ke arah tenggara dan menghasilkan peregangan di Laut Banda Selatan yang menerus ke arah barat hingga utara sumbawa. Di ujung barat, subduksi mengakibatkan inversi pulau Jawa. Deformasi tektonik terbesar selama inversi Plio-Pleistosen dialami oleh cekungan Kendeng. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat asal batuan dasarnya yang beupa kerak samudera yang terperangkap [2]. Secara geologi Cekungan Jawa Timur terbentuk karena proses pengangkatan dan ketidakselarasan serta proses-proses lain, seperti penurunan muka air laut dan pergerakan lempeng tektonik. Aktifitas tektonik utama yang berlangsung pada umur Plio Pleistosen, menyebabkan terjadinya pengangkatan daerah regional Cekungan Jawa Timur dan menghasilkan bentuk morfologi seperti sekarang ini. Struktur geologi daerah Cekungan Jawa Timur umumnya berupa sesar naik, sesar turun, sesar geser, dan pelipatan yang mengarah Barat - Timur akibat pengaruh gaya kompresi dari arah Utara – Selatan. Secara umum, terdapat tiga arah pola umum struktur, yaitu arah timur laut-barat daya (NE-SW) atau disebut pola Meratus, pola Sunda yang berarah utara-selatan (N-S), dan pola dengan arah timur-barat (E-W) [3]. Cekungan Jawa Timur dipisahkan menjadi tiga mandala struktur dari Utara ke Selatan, yaitu : 1. Paparan Utara yang terdiri dari Busur Bawean, Paparan Madura Utara dan Paparan Kangean Utara 2. Bagian tengah yaitu Tinggian Sentral yang terdiri dari Jawa Utara Laut (Kujung) – Madura – Kangean – Tinggian Lombok 3. Bagian Selatan dikenal sebagai Cekungan Selatan yang terdiri dari Zona Rembang – Selat Madura – Sub-Cekungan Lombok [3]. Konfigurasi basement Cekungan Jawa Timur dikontrol oleh dua trend struktur utama, yaitu trend NE – SW yang umumnya hanya dijumpai di Mandala Paparan Utara dan trend W – E yang terdapat di Mandala Tinggian Sentral dan Cekungan Selatan. Pada saat sekarang, Cekungan Jawa Timur Utara dikelompokkan ke dalam tiga kelompok struktur utama dari arah utara ke selatan, yaitu North Platform, Central High dan South Basin [3]. Unsur-unsur tektonik yang membentuk Pulau Jawa adalah:
1. Jalur subduksi Kapur-Paleosen yang memotong Jawa Barat, Jawa Tengah dan terus ke timurlaut menuju Kalimantan Tenggara 2. Jalur magma kapur di bagian utara Pulau Jawa 3. Jalur magma Tersier yang meliputi sepanjang pulau terletak agak ke bagian selatan 4. Jalur subduksi Tersier yang menempati punggungan bawah laut di selatan pulau Jawa 5. Palung laut yang terletak di selatan pulau Jawa dan merupakan batas dimana lempeng/ kerak samudra menyusup ke bawah pulau Jawa (jalur subduksi sekarang) [4].
Daftar Pustaka : [1] Sribudiyani, dkk. 2003. The Collision of the East Java Microplate and its Implication for Hydrocarbon Occurrences in the East Java Basin. IPA Proceeding 29th Annual Convention. [2] Husein, Salahuddin dan Moch. Nukman. 2015. Rekonstruksi tektonik Mikrokontinen Pegunungan Selatan Jawa Timur: Sebuah Hipotesis Berdasarkan Analisis Kemagnetan Purba. Proceeding Seminar Nasional Kebumian Ke-8. [3] Anonimus. Bab II: Geologi Regional. [4] Natalia P. Eka, dkk. 2009. Tugas Terstruktur Geologi Indonesia: Geologi Pulau Jawa. Purbalingga. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman.