GEJALA GEJALA PENYAKIT HIDUNG DAN PENANGANANNYA PENDAHULUAN Hidung terletak di pusat sepertiga tengah wajah, namun struktur ini sering diabaikan dalam pembicaraan penyakit manusia. Perubahan faal hidung menimbulkan rangkaian gangguan mulai dari ketidaknyamanan dan penyakit ringan yang berlangsung sementara hingga yang dapat terlihat lokal yang berefek regional maupun sistemik.1 Untuk evaluasi kelainan hidung, pertanyaan spesifik dapat menghasilkan informasi yang sangat berharga. Tidak jarang pasien sulit memverbalisasi suatu keluhan dengan jelas. Karena gejala yang ditimbulkan oleh kelainan hidung dapat bersifat lokal, regional atau sistemik, maka rencana pendekatan yang rasional sangat berguna.2 Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramida hidung dan rongga hidung dengan perdarahan serta persarafan, serta fisiologi hidung.3
ANATOMI HIDUNG Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau pyramid hidung, dan rongga hidung dengan perdarahan serta persarafan serta fisiologi hidung.1,3 Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:3 1. Pangkal hidung (bridge) 2. Dosum nasi 3. Puncak hidung 4. Ala nasi 5. Kolumela
1
6. Lubang hidung (nares anterior) Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.3 Kerangka tulang terdiri dari: 1. Tulang hidung (os nasalis) 2. Prosesus frontalis os maksila 3. Prosesus nasalis es frontalis3 Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa tulang rawan yang terletak dibagian bawah hidung yaitu 1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior 2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago ala mayor) 3. Beberapa pasang kartilago ala minor 4. Tepi anterior kartilago septum3 Rongga hidung (kavum nasi) berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi anterior disebut Nares anterior dan lubang belakang disebut Nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.3 Bagian kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares anterior disebut vestibulum nasi. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.3 Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral inferior, dan superior. Dinding medial hidung adalah septum nasi, septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang adalah:3 1. Lamina perpendikularis os ethmoid 2. Vomer 3. Krista nasalis os maxilla 4. Krista nasalis os palatina
2
Bagian tulang rawan adalah: 1 Kartilago septum (lamina kuadrangularis) 2. Kolumela Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi puła oleh mukosa hidung.3 Bagian depan dinding lateral hidung licin disebut ager nasi dan di belakangnya terdapat konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral hidung.3 Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka, yaitu : konka inferior yang terbesar dan letaknya paling bawah, konka yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi adalah konka superior, sedangkan yang paling kecil ialah konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter.3 Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melakat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid.3 Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu inferior, media dan superior. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung. Pada meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis.3 Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus media terdapat bula ethmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris (merupakan suatu celah sempit melengkung dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksilaris, sinus ethmoid anterior) dan infundilum ethmoid.3 Pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sphenoid.3 Dinding inferior (dasar rongga hidung) dibentuk oleh os maksila dan os palatum. Dinding superior (atap hidung) dibentuk oleh lamina kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.3
3
Perdarahan Hidung3 Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari percabangan a. maksilaris interna, diantaranya ialah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang a fasinalis. pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang- cabang a.sfenopalatina, a. ethmoid anterior, a labialis superior dan a palatina mayor, yang disebut Pleksus Kiesselbach (Little's area).
Persarafan Hidung3 Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.ethmoidalis anterior, yang merupakan cabang n.nasosiliaris, yang berasal dari n.ofthalmicus (N.V-1). Rongga hidung yang lain, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n. maksila melalui ganglion sfenopalatinum, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonomi untuk mukosa hidung. Dan menerima serabut sensoris dari n. maksila (n.V-2), serabut parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabut simpatis dari n.profundus. Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel reseptor penghidu.
FISIOLOGI HIDUNG Fungsi utama hidung ialah untuk:3 1. Jalan nafas; pada inspirasi udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah kearah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan mengikuti jalan yang sama pada saat inspirasi. 2. Pengaturan Kondisi Udara (Air Conditioning) : fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus paru. Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur suhu. Mengatur kelembaban udara : fungsi ini dilakukan oleh palut lendir (mucous blanket). Mengatur suhu :
4
Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal 3. Sebagai penyaring dan pelindung : fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri yang dilakukan oleh: (a). rambut pada vestibulum nasi (b). sillia (c) Palut lendir (mucous blanket) (d). enzim yang menghancurkan bakteri yang disebut lysozyme 4. Indra penghidu : hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. 5.
Resonasi suara : hal ini penting untuk kualitas suara ketika berbicara atau menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang sehingga terdengar suara sengau (rinolalia)
6.
Proses bicara : kata dibentuk oleh lidah, bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.
7.
Refleks nasal ; mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovasculer dan pernafasan.
GEJALA-GEJALA PENYAKIT HIDUNG TERDIRI DARI: Gejala-gejala lokal berhubungan erat dengan hidung sendiri, sedangkan gejala regional sering merupakan manifestasi dari kelainan hidung yang mengenai daerah wajah lainnya. Gejala-gejala tersebut antara lain : 1,2,3,4,5 1. Rinorea Rinorea atau infeksi hidung terdiri dari;1,2,3 a. Infeksi hidung luar, yaitu :
Selulitis, infeksi hidung luar yang mengenai puncak hidung dan batang hidung
Vestibulitis, infeksi pada kulit vestibulum akibat iritasi sekret dari rongga hidung
5
Infeksi spesifik seperti lepra, sifilis atau tubekulosis yang menyebabkan destruksi hidung bagian luar
b. Infeksi rongga hidung. Rinitis akut, yaitu radang atau mukosa hidung yang disebabkar oleh infeksi virus atau bakteri. Terdiri dari Rinitis Simpleks (Common cold, influenza, salesma, coryza). Rinitis kronis, yaitu rinitis hipertrofi yang timbul akibat infeksi berulang dalam sinus dan hidung atau sebagian lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor. Rinitis sika ditemukan pada mukosa yang kering terutama pada bagian depan septum dan ujung depan konka inferior. Dan rinitis spesifik, antara lain rinitis diferi, rinitis atrofi, rinitis sifilis, rinitis tuberculosa dan rinitis karena jamur. c. Radang mukosa sinus paranasal atau sinusitis terdiri dari sinusitis akut, sinusitis sub akut dan sinusitis kronis Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung, gigi, gusi, faring, tonsil serta penyebaran hematogen. Dapat juga karena trauma adanya pembengkakan daerah muka di sinus yang sakit, dan nyeri dekat atas sinus tersebut Etiologi dari rinorea atau infeksi hidung, yaitu :1,2,3,5 a. Pada infeksi hidung luar seperti selulitis disebabkan kuman streptokokus dan stafilokokus, pada vestibulitis biasanya terjadi akibat iritasi sekret dari rongga hidung atau akibat trama karena dikorekkorek. Dan karena infeksi dari penyakit lain seperti lepra, sifilis dan tuberculosis b. Rinitis atau infeksi mukosa hidung disebabkan bermacam-macam virus seperti rhinovirus dan virus lainnya. Bisa juga karena komplikasi infeksi sekunder oleh kuman streptokokus yang manifestasinya berbentuk salesma, kelelahan, faktor gizi, faktor lingkungan dan penyakit lain yang dialami penderita
6
c.
Sinusitis disebabkan perluasan infeksi hidung, gigi, gusi, faring, tonsil, serta penyebaran hematogen walaupun jarang. Juga karena trauma, kelainan anatomi hidung, polip hidung dan rintis alergi.
Rinitis gejalanya bervariasi tergantung dari jenis dan stadiumnya Mulamula hidung dan tenggorokan terasa panas dan kering, sefalgia, demam dan malaise diikuti hidung tersumbat, bersin-bersin, rinore yang banyak dan encer setelah beberapa hari pekat. Pada pemeriksaan tampak mukosa edema dan hiperemis, sekret hidung mula-mula serous dan berubah menjadi mukoid dan purulen, bila sumbatan hebat bisa di sertai gangguan penciuman dan pengecapan.1,2,3,5 Sinusitis dengan keluhan dan gejala berupa panas tinggi, malaise, sakit kepala di pagi hari, nyeri tekan di daerah sinus, nyeri saraf atau nyeri alih, hidung tersumbat, ingus kental, purulen dan mengalir ketenggorokan, suara serak, batuk dan sakit tenggorokan, kelenjar leher membesar. Pada anak-anak ada keluhan nyeri telinga dan saluran cerna.1,3,5 Pada rinitis penanganannya jika dia akut tidak ada terapi khusus, cukup istirahat dan obat-obatan simtomatik seperti analgetik antipiretik, dekongestan. Rinitis kronis di cari faktor penyebabnya dahulu dapat diberi pengobatan lokal berupa cuci hidung dan antibiotik sampai tanda infeksi hilang. Sinusitis diberi terapi konservatif berupa antibiotik spektrum luas, analgetik dekongestan, anti histamin, obat mukolitik mengencerkan sekret.1,3,4,5 Vestibulitis, dengan menjaga kebersihan hidung, krusta diangkat dengan kapas yang dibasahi air hangat, minyak zaitun atau sabun, luka diolesi salep mengandung antibiotik atau asam salisilat. Fisura yang nyeri dan mengganggu diolesi salep antibiotik. Jika timbul komplikasi dan furunkel beri antibiotik sistemik. Pada selulitis memberi antibiotik secara sistemik dalam dosis tinggi.
7
2.
Epistaksis Epitaksis adalah pendarahan hidung, dapat terjadi lokal misalnya infeksi,
pengaruh lingkungan, trauma dan lain-lain. Serta dapat terjadi secara umum (kelainan sistemik), misalnya kelainan darah, penyakit kardiovascular dan lainlain.1,2,3 Penyebab dari epitaksis atau pendarahan dari bagian dalam hidung dapat primer atau sekunder, spontan atau akibat rangsangan, dan berlokasi disebelah posterior dan anterior. Pembuluh darah mukosa hidung yang berhubungan dengan dunia luar dan tidak terlindungi, mudah ruptur dan menyebabkan pendarahan. Terutama pembuluh darah septum, kurang ditunjang dan dilindungi dari rangsangan luar, letaknya dekat tulang atau kartilago hanya terlindungi oleh mukosa yang tipis. Sekali terbuka pembuluh darah tidak dapat melakukan retraksi kedalam sub mukosa yang tipis. Karenanya luka ringan atau erosi saja menyebabkan pendarahan hidung yang hebat.1,3 Pada anak-anak dan dewasa muda, epitaksis terjadi karena trauma- trauma kecil yang multiple, ulkus, ruptur atau kondisi patologik yang lain, pada orang tua penyebabnya ruptur spontan pembuluh sklerotik apalagi jika ada hipertensi. Dekompresi mendadak dari tekanan atmosfir yang tinggi dan defisiensi faktor pembekuan darah serta dapat disertai dengan penyakit infeksi akut seperti influenza, batuk rejan, morbili, demam tifoid, malaria, dan lain-lain.1,2,3 Epistaksis atau pendarahan hidung dari cabang-cabang arteri karotis eksterna dan interna. Pendarahan biasanya ringan dan dapat berhenti spontan dan bisa diatasi jika pendarahan dari anterior. Tetapi jika pendarahan dari posterior biasanya hebat dan sebagian mengalir ke rongga mulut dan jarang berhenti spontan. Sering terjadi pada usia lanjut dengan hipertensi hebat menimbulkan syok dan anemia.1,2,3,4 Pada epistaksis yaitu menghentikan pendarahan, mencegah berulangnya pendarahan dan mencegah komplikasi. Pengobatan disesuaikan keadaan pasien, jika pendarahan hebat segera pasang infus, periksa Hb, leukosit dan trombosit, periksa pembekuan darah dan jika perlu transfusi darah periksa golongan darahnya. Kalau pasien gelisah beri terapi suportif atau obat penenang. Dapat juga
8
diberi tampon atau pencet hidung jika perdarahan sedikit dan beri analgetik serta antibiotik.1,2,3,5 3. Cefalgia Cefalgia atau sakit kepala adalah kelainan tubuh, organik, maupun fungsional.1,3 Dapat menyertai beberapa pemyakit umum pada suatu organ tubuh atau akibat gejala yang tidak berhubungan dengan penyakit organ misalmya frustasi, sakit kepala akibat sinusitis, nyeri timbul dari infeksi akut sinus frontal dan maksila. Pada sinus etmoid dan sphenoid lebih terasa di posterior dan kedua mata serta cenderung ke verteks kepala kerena pembengkakan mukosa hidung dan inflamasi.1,2,3,5 Mekanisme sakit kepala disebabkan distensi arteri kepala, kontraksi menetap otot rangka disekitar wajah, kulit kepala dan leher, bermacam-macam proses penyakit mata, telinga, gigi, hidung dan sinus paranasal, peradangan non spesifik arteri-arteri kepala, nyeri akibat trauma, infeksi atau tumor yang menekan langsung atau tarikan yang tidak langsung dan neuralgia syaraf orak. Pada hidung, sakit kepala bisa terjadi karena sinusitis, diakibatkan tekanan dalam rongga sinus itu sendiri yang disebabkan inflamasi dan pembengkakan mukosa.1,2,3,5 Nyeri kepala akibat sinusitis berupa nyeri yang hebat, letak dalam dan menetap serta berdenyut jarang disertai nausea. Dapat hilang dengan obat-obatan dan dapat dibentuk dengan aktifitas yang menyebabkan pembengkakan mukosa hidung. Seperti minum alkohol, pembengkakan kepala ke depan dan keadaan haid, Seluruh struktur ekstra cranial yang menutupi kepala sensitif terhadap nyeri, sedangkan struktur intra cranial hanya sebagian yang sensitif. Struktur ekstranial yang menyebabkan sakit kepala adalah arteri kulit kepala, perikranium, otot-otot kulit kepala, isi orbita, telinga tengah dan luar termasuk sinus paranasal.1,2,3 Sakit kepala akibat sinutisitis umum dapat dihilangkan dengan aspirin atau kodein, dan hindari faktor yang memperburuk faktor terjadinya pembengkakan mukosa hidung seperti minum alkohol, keadaan haid yang buruk dan membungkuk kepala ke depan.1,2,3,5
9
4. Anosmia Anosmia adalah hilangnya persepsi penghidu secara total. Penderita kurang atau sama sekali tidak dapat mencium bau, sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan dan tidak dapat mencium makanan yang basi sehingga membahayakannya.1,3 Anosmia disebabkan obstruksi jalan nafas intranasal misalnya trauma, alergi termasuk polip hidung, edema inflamasi dan eksudat neoplasma. Deskruksi mukosa intranasal seperti rinitis atrofi, keracunan zat kimia contohnya timah. Operasi intranasal yang menyebabkan kerusakan nervous olfaktorius dan lesi intrakranial seperti tumor, kelainar vaskuler yang menyebabkan iskemia olfaktorius, trauma kepala, infeksi dan congenital.1,2,3,5 Kehilangan penciuman secara total dimana penderita tidak dapat mengenal bau sesuatu makanan atau yang lainnya yang mempengaruhi nafsu makan dan dapat membahayakan dirinya.1,3 Gangguan penghidu seperti anosmia diobati dengan menghilangkan tor penyebabnya, tetapi tidak semua dapat diobati jika diketahui ada kerusakan nervus olfaktorius karena infeksi virus, trauma, usia lanjut (lansia) dan terkadang pasien perlu dirujuk keahli jiwa. Hilangkan dahulu faktor penyebabnya seperti obstruksi hidung dan beberapa peryakit di hidung.1,3 5. Foetor ex Nasale Foeter ex nasale mungkin disebabkan kelainan gigi, di hidung, rongga mulut, tenggorokan, lambung atau paru-paru, sehingga penderita mengalami nafas berbau.1,3 Hidung berbau disebabkan kelainan hidung seperti rinits atrofi, sinusitis, tumor yang ada di rongga hidung. Kelainan gigi dan rongga mulut seperti gigi berlubang (karies), sariawan, tumor di rongga mulut, abses dasar mulut. Kelainan tenggorokan contohnya radang tonsil akut maupun menahun, abses peritonsil, tumor tonsil. Kelainan saluran cerna : seperti tumor ganas esophagus, tukak lambung, konstipasi, tumor bronkus.1,2,3,5 Nafas berbau biasanya pasien tidak merasakan lagi bau yang keluar dari penciumannya karena kerusakan nervus olfaktorius. Tetapi orang- orang yang
10
disekitarnya merasakan bau yang tidak sedap dari hidung atau rongga mulut penderita tersebut. Penderita datang ke dokter karena bau busuk yang mengganggu orang disekitarnya.1,2,3,5 Napas berbau diobati dahulu gejala-gejala penyakit yang menyebabkan hidung berbau. Rhinalgia ditangani dahulu, pencetus nyerinya dari gejala penyakit dan menghilangkan faktor infeksi hidung.1,3 6. Bersin-bersin Bersin-bersin adalah adanya zat atau benda asing yang merangsang rongga hidung. rodang sinus para nasal, dan benda asing yang dimasukkan ke hidung.1,2,3 Bersin-bersin disebabkan reaksi alergi hidung terhadap suatu zat atau udara disekitarnya dan juga radang hidung, radang sinus paranasal, dan benda asing di rongga hidung.1,2,3 Bersin-bersin karena seseorang peka terhadap debu, perubahan cuaca atau makanan. Biasanya pada pagi hari lebih dari lima kali bersin. Hidung tersumbat dan mengeluarkan ingus encer. Seseorang dengan alergi hidung sangat rentan infeksi sehingga dapat terjadi alergi hidung. Pada pasien-pasien yang sering bersin-bersin, hindari fcktor pencetus seperti sangat peka terhadap debu, perubahan cuaca, dan hindari makanan yang menjadi pencetusnya dan terapi simtomatik dergan antihistamin.1,2,3,5 7. Obstruksi Nasi Obstruksi Nasi adalah pemyumbatan di hidung mengganggu penderita. Seperti pilek, rinitis atrofi, rinitis vasometer, hipertrofi konkha hidung, tulang septum hidung yang bengkok, benda asing di hidung. tumor hidung dan polip hidung. Obstruksi hidung disebabkan pilek, rinitis atrofi dan vasomotor hipertrufi konkha hidung, tulang septum yang bengkok, benda asing cdi hidung, tumor di hidung dan polip hidung.1,2,3 Penyumbatan hidung terjadi bila adanya reaksi radang dalam rongga hidung, ada suatu tumbuhan di rongga hidung misalnya polip, tumor adanya sekret di hidung, alergi hidung yang diakibatkan sering memakai obat tetes hidung dan juga karena trauma akibat kecelakaan atau kelainan.1,2,3
11
Penyumbatan hidung jika karena polip hidung diberi kortikosteroid berupa prednison
atau
dexametason
dan
semprot
hidung
yang
mengandung
kortikosteroid, jika karena tumor hidung dengan operasi pra dan pasca radiasi, umumnya radiasi dilakukan lebih dahulu sehingga tumor mengecil atau menghilang, baru dilihat apakah perlu operasi atau tidak. Dan jika karena benda asing, maka harus dikeluarkan dahulu, sekret dihisap, tarik dengan pinset, beri antibiotic jika ada infeksi sinus.1,3,4 8. Rhinalgia Rhinalgia atau nyeri hidung. Dapat disebabkan obstruksi hidung epistaksis, infeksi di hidung dengan trauma. Rhinalgia karena obstruksi hidung epistaksis, infeksi dan trauma hidung.1,2,3 Nyeri hidung disebabkan beberapa penyakit, trauma, pendarahan, dan penyumbatan. Dimana penderita merasakan sakit yang menetap di sinus dan sakit kepala. Pasien mengeluh dan tidak dapat melakukan aktifitas seperti biasanya.1,3,5 9. Rinolit Rinolit juga dianggap sebogoi suatuu benda asing tipe khusus yang biasanya diamati pada orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung membentuk suatu masa berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama atau bekuan darah. Sekret sinus kronik dapat mengawali terbentuknya masa seperti itu di dalam hidung. 10. Rinolalia Cacat bicara. Insufisiensi velofaring dinilai secara klinis dengan memasang cermin di nostil poada woktu mengucapkan konsonan plosif P, atau b atau t atau bunyi desah s, z atau ch. 11. Hcling Rasa gatal yang dilkeluhkan penderita yang berasal dari berbagai sebab 12. Vacum Pain Tekanan yang negatif pada hidung yang disertai dengan rasa nyeri.
12
KESIMPULAN Gejala-gejala penyakit hidung ada beberapa jenis penyakit, seperti rinitis, sinusitis, polip hidung dan sebagainya memerlukan penanganan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi karena jika penyakit pada hidung tidak ditangani dengan baik maka dapat meluas penyebarannya ke seluruh tubuh terutama telinga dan tenggorokan yang berhubungan erat dengan hidung. Rinitis adalah peradangan mukosa, bisa bersifat akut maupun kronis epitaksis pendarahan hidung, karena trauma ataupun penyakit lain. Hidung terletak di muka merupakan bagian yang tidak ada pelindungnya. Obstruksi hidung terjadi karena gangguan pertumbuhan tulang rawan dan trauma, benda asing yang disebabkan pada anak-anak yang suka memasukkan benda asing seperti kacang. kelereng atau karena bermain sehingga hidungnya berbau dan tersumbat. Polip hidung yaitu massa di dalam tongga hidung. Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasasl dan ganguan penghidu oleh karena kerusakan nervus olfaktorius, dan gejala lainnya seperti diatas, serta tumor hidung disebabkan sinusitis dan faktor iritasi lainnya. Penanganan tergantung keadaan dan gejala penyakit hidung tersebut jika akut hanya perlu dengan terapi simptomatik seperti analgetik dekongestan (tetes hidung), anti piretik, anti histamin, dan istirahat yang cukup. Jika kronis diberi terapi antibiotik spectrum luas sampai tanda-tanda infeksi hilang. Jika perlu pembedahan, seperti trauma, dan kelainan septum serta tumor di hidung. Juga pemberian kortikosteroid pada polip hidung, pada pasien yang gelisah diberi obat penenang atau rujuk ke ahli jiwa.
13
DAFTAR PUSATAKA 1. Adams, Bois, Hegler, Buku Ajar Penerbit Telinga Hidung Tenggorok "BOIES", edisi 6, EGC, Jakarta, hal 200 -39. 2. Cody DTR., Kern EB, Pearson BW. Penyokit Telinga Hidung Tenggorokan. Cetakan V, EGC, Jakarta, 1993 139-225. 3. Soepardi Arsyad Efianti, Iskandar Nurbaiti, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Edisi ke-4, FK UI, Jakarta, 2000, hal 89- 130 4. Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Penerbit MA FKUI, Jakarta, hal 118-132. 5. Andrianto Petrus, Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, EGC, Jakarta, hal 137- 275
14