Gdh Lansia-1.docx

  • Uploaded by: Yasmin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gdh Lansia-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,852
  • Pages: 19
MAKALAH “GIZI PADA LANJUT USIA (LANSIA)” (Disusun guna memenuhi tugas Gizi Daur Hidup kelas A) Jum’at, pukul 12.30 – 14.10 WIB Ruang Kuliah 6

Dosen Pengampu : Ninna Rohmawati, S.Gz., M.PH.

Oleh : Kelompok 4 Stefhanie Aprilia Kusuma

162110101012

Siti Qodriyatul Mardiyah

162110101051

Yasmin Ihza Aula Dzati

162110101121

Monique Visera Octavia

162110101135

Eryka Maryta Videricka

162110101186

Siti Safira Anani

162110101242

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan inayahnya sehingga saat ini masih diberikan nikmat iman dan kesehatan, dan dapat menyelesaikan makalah “Gizi pada lanjut usia” sebagai tugas mata kuliah Gizi Daur Hidup dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang membawa kita ke dunia yang terang menderang akan ilmu ini. Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait gizi pada masyarakat lansia (lanjut usia). Selain itu kami juga menyadari bahwa pada makalah yang kami susun ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami benarbenar terbuka akan kritik dan saran untuk kemudian dapat kami perbaiki untuk pembelajaran selanjutnya. Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan. Jember, 28 Februari 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 1.1 Latar belakang ........................................................................................................................... 1 1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................................... 1 1.3 Tujuan ....................................................................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 3 2.1 Pengertian ................................................................................................................................. 3 2.2 Kondisi Fisiologis Lansia ......................................................................................................... 4 2.3 Perubahan Biologis Lansia ....................................................................................................... 5 2.4 Masalah Gizi Pada Lansia ......................................................................................................... 7 2.5 Kebutuhan Gizi Lansia ............................................................................................................. 8 2.6 Penilaian Status Gizi Lansia ................................................................................................... 10 2.7 Prinsip Gizi Seimbang Pada Lansia ........................................................................................ 11 BAB III ANALISIS STUDI KASUS ........................................................................................... 12 BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 15 4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 15 4.2 Saran ....................................................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Sama halnya dengan konsep bahwa setiap manusia akan semakin tua. Menjadi tua merupakan suatu proses kehidupan yang diikuti dengan degradasi fungsi-fungsi organ tubuh. Semakin tua maka semakin berkurang kemampuan tubuh untuk melakukan fungsinya. Berdasarkan definisi manusia diakatan lanjut usia apabila seseorang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas berdasarkan UndanhUndang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I Pasal 1 Ayat 2. Menurut organisasi World Health Organization (WHO) lansia dibagi menjadi empat fase yaitu; usia pertengana (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (E]fendi & Makhfudi, 2009). Tingkat kebuthan nutrisi dapat dipengaruhi oleh faktor usia. Pada masa lansia kebutuhan nutrisi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan nutris masa pertubuhan seperti bayi, anakanak, dan remaja. (Asmadi, 2008). Menurut WHO, kebutuhan nutrisi pada lansia terutama karbohidrat akan menurun secara pe]rlahan (sekitar 15-20%) hal ini dikarenakan aktivitas fisik yang semakin berkurang pada lansia, dan organ tubuh tidak bekerja seoptimal ketika muda. Oleh karena itu, sebagai penggantu dibutuhkan karbohidrat kompleks dari biji-bijian serta kacang=kacangan yang merupakan sumber energi. Kebutuahn energi lansia dibutuhkan sekitar 1.800 kkal, kebutuhan protein lansia sebaiknya ditambah dibandingkan dengan porsi dewasa (sekitar 8-10%) mengingat massa tulang lansia yang semakin berkurang, dan kebutuhan lema tidak boleh mendapatkan lebih dari 30% total kebutuhan (Jusup, 2011). Berdasarkan uraian latar belakang tersebutm dapat diketahui bahwa kebutuhan nutria bagi lansia berbeda dengan keutuhan nutrisi orang dewasa pada umumnya. Hal ini dikarenakan, fungsi oragan tubuh lansia yang tidak seoptimal ketika muda sehingga adanya perubahan kebutuhan nutrisi pada lansia. Oleh karena itu, makalah ini disusun guna mengetahui kebutuhan nutrisi pada lansia secara tepat. Dengana danya penyusunan makalah ini diharapkana mempu menjad sumber dalam mengatuhi kebutuhan nutrisi pada lansia. 1.2 Rumusan masalah Bagaimanakah kebutuhan nutrisi bagi lansia (lanjut usia)? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum 1

Mampu memebrikan gambaran menganai kebutuhan nutrisi pada lansia. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mampu mengatahui gambaran kebutuhan nutrisi lansia 2. Mampu menjelaskan kebutuhan nutrisi apa saja yang dibutuhkan oleh lansia

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.1.1 Gizi Menurut Supriasa,dkk (2002) Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertembuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan tersebut mengandung unsur – unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Makanan tersebut antara lain makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Jadi makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. 2.1.2 Lansia Menurut Budi Anna (1999) Lansia adalah tahap terakhir pada perkembangan daur kehidupan manusia. Memiliki kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. Sedangkan pada UU no. 13 tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. 2.1.3 Gizi Lansia Gizi pada lansia adalah kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik yang dapat membantu dalam proses adaptasi atau menyesuaikan dengan perubahan – perubahan yang dialaminya. Selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel – sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Tujuan gizi pada lansia antara lain : a.

Gizi pada lansia terpenuhi

3

b.

Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohai, sosial, dan psikologis lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah – masalah akibat usia lanjut.

c.

Terlindunginya lansia dari perlakuan yang salah

d.

Terlaksanya kegiatan – kegiatan yang bermanfaat untuk lansia. Jenis – jenis sumber gisi untuk lansia seperti karbohidrat yang digunakan sebagai

sumber energi utama tubuh, Protein yang juga sangat penting bagi tumbuh untuk pertumbuhan dan perkembangan sel dalam tubuh juga untuk kekebalan tubuh, Vitamin dan Mineral yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme tubuh yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.

2.2 Kondisi Fisiologis Lansia 1. Perubahan Komposisi Tubuh Perubahan komposisi tubuh akibat proses menua. Terjadi penurunan massa tanpa lemak dan massa tulang, sedangkan massa lemak tubuh meningkat. Perubahan tersebut diakibatkan hormon yang mengatur metabolisme menurun sesuai dengan umur (insulin, hormon pertumbuhan, dan androgen) sedangkan prolaktin meningkat. Penurunan hormon ini menyebabkan penurunan massa tanpa lemak dan meningkatkan massa lemak. Berkurangnya aktivitas fisik juga sebagai penyebab meningkatnya massa lemak sehingga menyebabkan menurunnya Angka Metabolisme Basal (AMB). Dengan menurunnya AMB, kebutuhan energi lansia lebih rendah daripada usia dewasa, sehingga konsumsi makanan hendaknya dikurangi. Namun kebutuhan zat gizi mikro tidak menurun. 2. Perubahan pada organ indera (Kulit, mata, hidung, gigi dan lidah, pendengaran) Kulit berubah menjadi lebih tipis, kering, keras, keriput, dan elastisitas menurun. Dengan demikian, fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman terganggu. Sensitivtas terhadap sakit akibat penurunan ketahanan terhadap sakit. Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomdasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak. 4

Daya penciuman menjadi kurang tajam akibat pertumbuhan sel di dalam hidung terhenti dan semakin lebatnya rambut pada hidung. Selain itu otot -otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus. Pada organ pendengarann, membran timpani atrofi, tulang pendengaran mengalami kekakuan sehingga terjadi gangguan pendengaran sehingga kehilangan kemampuan mendengar buny dengan nada yang sangat tinggi. Berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ basal mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga. Pada gigi lansia biasanya banyak yang tanggal sehingga terjadi gangguan dalam mencerna makanan. Kemampuan lidah dalam merasa menurun sehingga nafsu makan menurun. 3. Sistem Endokrin Produksi hormon menurun. Hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH. Produksi insulin menurun pada proses lansia, sehingga toleransi glukosa menurun. Dampaknya terlihat pada keadaan obesitas.

2.3 Perubahan Biologis Lansia 1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurag, sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis yang menetap. Sehingga pada usia lanjut sering kali terlihat kurus. 2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C, dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan. Biasanya pada lansia yang menginjak usia 75 tahun, hanya memiliki pengecapan setengah daripada saat mereka umur 30 tahun. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel saraf pendengaran. 5

3. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada lansia. 4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan lansia, sehingga menyebabkan sekresi kelenjar di saluran pencernaan makanan menurun. Berkurangnya sekresi HCl lambung mengakibatkan gangguan penyerapan kalium dan zat besi. Menurunnya sekresi enzim lipase mengakibatkan gangguan absorbsi lemak. Penuruan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir. 5. Kemampuan motorik yang menurun, selain menyebabkan usia lanjut menjadi lamban, kurang aktif, dan kesulitan untuk menyuap makanan, dapat mengganggu aktivitas atau kegiatan sehari – hari. 6. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda – benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan (apraxia) dan gangguan dalam menyusun rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari yang disebut demensia/pikun. 7. Akibat proses menua, kapasitas hinjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. 8. Inkotinensia urine (iu) adalah pengeluaran urine di luar kesadaran merupakan salah satu masalah keseharan yang sering diabaikan sehingga sering kali menyebabkan dehidrasi. 9. Pada wanita terjadi penurunan sekresi hormon estrogen, yang menyebabkan mudahnya terjadi peningkatan kadar kolesterol darah, terganggunya absorbsi kalsium yang dapat mengakibatkan kepadatan tulang menurun, tulang mudah patah yang dikenal sebagai osteoporosis.

6

2.4 Masalah Gizi Pada Lansia 1. Gizi berlebih Gizi berlebih pada lansia kebanyakan terjadi di negara maju dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda dapat menyebabkan kegemukan dan obesitas. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan kalori dan aktivitas fisik pada lansia berkurang. Kegemukan sendiri dapat menjadi faktor risiko dari berbagai penyakit seperti penyakit jantung, kencing manis dan darah tinggi. Pada lansia yang mengalami kegemukan, perlu memerhatikan intake nutrisinya. Prinsip diet yang dapat diberikan yaitu diet rendah kalori, banyak serat sayur dan buah-buahan, peningkatan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan lansia. 2. Gizi kurang Menurut Badriah (2014), lansia dapat mengalami gizi kurang atau malnutrisi apabila BMI < 185 kg/m, mengalami anoreksia dan cachesia (sangat kurus). Gizi kurang pada lansia yang terjadi dalam waktu yang lama disertai hilangnya berat badan sampai 10% dari berat badan normal serta adanya penyakit penyerta dapat mengakibatkan kematian. Kekurangan gizi sendiri dapat menyebabkan lansia mudah terkena penyakit karena rendahnya imunitas tubuh. Kondisi kekurangan gizi pada lansia sendiri dapat ditemui dalam penyakit KEP pada lansia, baik KEP ringan, sedang maupun berat. Selain itu, lansia juga rentan mengalami kekurangan zat gizi seperti defisiensi besi, B1 dan B12. Gizi kurang dapat terjadi pada lansia karena keadaan perekonomian yang rendah, serta adanya penyakit infeksi pada lansia. 3. Hipertensi dan stroke Hipertensi yaitu keadaan saat tekanan darah 140/90 mmhg pada saat pengukuran. Sedangkan stroke terjadi karena ketidakmampuan jantung dan pembuluh darah menyuplai darah ke otak. Stroke menganggu kebutuhan oksigen dan nutrisi otak. Stroke dan hipertensi rentan terjadi pada lansia, sehingga perlu pencegahan sejak usia muda. Diet yang dianjurkan untuk menjaga stabilitas tekanan darah ialah mencegah obesitas, menghindari intake alkohol, mempertahankan berat badan ideal, serta mengurangi intake sodium atau garam. 7

4. Diabetes Mellitus Diabetes mellitus merupakan kondisi di mana glukosa darah lebih atau sama dengan 126 mg/dl dalam kondisi puasa dan lebih dari 200 mg/dl setelah makan. Diabetes mellitus pada lansia akan memperberat kerja ginjal, kapasitas absorbs ginjal menurun, aliran darah lambat, serta filtrasi dan glomerulus melambat. Diet yang dianjurkan yaitu mempertahankan kadar gula darah normal dengan menyeimbangkan nutrisi, latihan dan insulin; menjaga berat badan dengan stabil; mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral sesuai kebutuhan serta memerhatikan komposisi karbohidrat, lemak, serat dan cairan dalam makanan. 5. Osteoporosis Lansia termasuk ke dalam kelompok rentan osteoporosis yang dapat disebabkan karena kekurangan asupan zat gizi terutama kalsium dan vitamin D serta gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat yang dapat menyebabkan osteoporosis yaitu malas beraktivitas fisik, merokok, mengonsumsi alkohol dan minuman berkafein tinggi, obesitas, menopause pada wanita, serta pemakaian obat-obat kortikosteroid secara berlebihan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah osteoporosis yaitu menghindari konsumsi alkohol, kopi dan merokok; menghindari konsumsi garam natrium secara berlebihan; menghindari makanan yang meningkatkan keasaman darah; tidak mengonsumsi makanan yang mengandung gula secara berlebihan, berolahraga teratur serta berjemur di pagi hari.

2.5 Kebutuhan Gizi Lansia a. Karbohidrat Lansia dianjurkan untuk mengurangi gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks yang berasal dari kacang dan biji-bijian sebagai sumber energi dan serat. Selain itu, lansia juga dianjurkan untuk mengonsumsi sayuran, buah-buahan serta serealia utuh sebagai sumber serat. Sebagaian besar lansia juga enggan untuk mengonsumsi susu dan mengalami intoleransi laktosa. Hal yang sebaiknya dilakukan

8

yaitu mengganti susu dengan susu berkadar laktosa rendah atau produk susu yang dibuat dengan cara difermentasi agar kebutuhan gizi yang didapat dari susu dapat terpenuhi. b. Protein Protein diperlukan sebagai antibodi dan menetralisir toksin dalam tubuh. Protein juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, transportasi oksigen, membangun jaringan tubuh, produksi enzim, membentuk jaringan otot serta mencerna makanan. Untuk orang dewasa dianjurkan konsumsi protein sebesar 0,8 kg dari berat badan per hari. Sedangkan untuk manula, dianjurkan mengonsumsi protein sebesar 12-14 % dari porsi untuk orang dewasa (Irianto, 2014). Pada lansia terjadi pengurangan massa otot, namun hal ini tidak menyebabkan kebutuhan akan protein ikut berkurang. Kebutuhan protein pada lansia justru meningkat. Hal ini dikarenakan efisiensi penggunaan senyawa nitrogen oleh tubuh telah berkurang akibat penyerapan dan pencernaan yang kurang efisien sehingga diperlukan konsumsi protein yang lebih banyak untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Menurut Marmi (2014), kebutuhan protein pada lansia sebesar 55 gram/hari untuk laki-laki dan 48 gram/hari untuk wanita. c. Lemak Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penyakit arteriosclerosis. Selian itu, dianjurkan pula 20% dari konsumsi lemka tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA). Sumber asam lemak esensial yang dapat dikonsumsi oleh lansia yaitu minyak/lemak nabati (kedelai, jagung, biji bunga matahari). d. Kalori Kalori (energi) diperoleh dari lemak, karbohidrat maupun protein yang masingmasing memberikan 9,4 dan 4 kkal per gramnya. Pada lansia kebutuhan kalori akan menurun daripada kebutuhan kalori pada orang dewasa. Hal ini disebabkan menurunnya kecepatan metabolisme basal sekitar 15-20% pada lansia. Penurunan kalori dapat dilakukan terutama dengan cara mengurangi konsumsi lemak. Kebutuhan kalori akan 9

menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun dan 60-69 tahun. Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) yaitu 2200 kalori untuk laki-laki dan 1850 kalori untuk wanita. Komposisi energi pada lansia sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak dan sisanya dari karbohidrat (Marmi, 2014). e. Vitamin dan mineral Umumnya lansia kurang mengonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, C, D, E, niasin, folat akibat konsumsi makanan yang kurang baik. Mineral yang sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi lansia adalah kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, seng, iodin serta beberapa mineral mikro (molybdenum, selenium, kromium, fluoride, mangan). Jumlah vitamin dan mineral yang dianjurkan sama seperti porsi untuk orang dewasa. f. Cairan Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari. Cairan sangat diperlukan oleh tubuh untuk mengganti cairan yang hilang akibat keringat dan urin, membantu pencernaan serta membersihkan ginjal (Irianto, 2014)

2.6 Penilaian Status Gizi Lansia Penilaian status gizi pada lansia dapat menggunakan beberapa parameter. Parameter pertama yaitu pengukuran antropometri seperti mengukur tinggi badan dan berat badan kemudian menghitung IMT. Pada pengukuran tinggi badan lansia perlu diingat bahwa pada lansia dapat terjadi pengurangan tinggi badan akibat berkurangnya komponen cairan tubuh, sehingga diskus intervertebralis menjadi lebih pipih. Adanya kecenderungan untuk menjadi kifosis pada lansia sehinga tinggi tegak lurusnya berkurang. Pada wanita sering terjadi osteoporosis yang mengakibatkan fraktur vertebrata sehingga tinggi badannya berkurang. Sehingga dianjurkan menggunakan tinggi lutut untuk menentukan secara pasti tinggi badan seseorang. Parameter lain yang dapat digunakan yaitu dengan melakukan anamnesis makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Jumlah energi dihitung dalam kilokalori, kandungan protein dalam gram. Dapat digunakan pula ukuran baku rumah tangga seperti ukuran satu gelas belimbing (150 mg). Perlu diperhatikan pula jumlah konsumsi serat dan 10

air untuk mencegah terjadinya konstipasi pada lansia. Parameter laboratorium yang biasa dipergunakan adalah nilai haemoglobin dan albumin serum. Namun, terdapat pula perbedaan pendapat bahwa parameter di atas hanya dapat digunakan untuk seseorang yang berusia 55 tahun ke bawah, sebab apabila digunakan pada lansia dengan usia di atas 55 tahun, besar kemungkinan tidak tepat dalam mengukur status gizi lansia akibat melemahnya faktor fisik serta adanya lemahnya ingatan pada lansia (Badriah, 2014).

2.7 Prinsip Gizi Seimbang Pada Lansia Menurut Marmi (2014) 13 pesan gizi seimbang pada lansia dengan dasar PUGS dan dengan mempertimbangkan pengurangan berbagai risikko penyakit degenerative pada lansia yaitu 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi) 3. Batasi minyak dan lemak secara berlebihan 4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati 5. Minumlah air yang bersih, aman dan cukup jumlahnya dan telah dididihkan 6. Kurangi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak 7. Perbanyak frekuensi makan hewani laut dalam menu harian 8. Gunakanlah garam beryodium, namun batasilah penggunaan garam secara berlebihan, kurangi konsumsi makanan dengan pengawet 9. Biasakan makan pagi 10. Hindarilah merokok dan minuman beralkohol, karena dapat menyebabkan gangguan pada hati dan ginjal 11. Bacalah label pada kemasan makanan 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Lakukanlah kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

11

BAB III ANALISIS STUDI KASUS

Studi: Masalah Gigi Picu Kekurangan Gizi pada Lansia Sri Yanti Nainggolan • 27 Oktober 2018 19:13 Jakarta: Sebuah studi menemukan bahwa mereka yang berusia lanjut (lansia) dengan gangguan kesehatan mulut cenderung menimbulkan masalah gizi. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Aging Research dan Clinical Practice tersebut menganalisis catatan kesehatan 107 warga senior yang dirawat berusia 65 tahun ke atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20,6 persen peserta beresiko kekurangan gizi dan 4,7 persen kekurangan gizi. Selain itu, lebih dari 87 persen dari mereka tidak sepenuhnya memiliki gigi. Namun, studi lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa hubungan antara kehilangan gigi dan risiko kekurangan gizi dengan dampak kehilangan gigi pada pengalaman makan dan kualitas hidup yang berhubungan dengan makan.

Selain itu, kelompok usia ini juga memiliki tingkat penurunan berat badan yang lebih tinggi, nafsu makan yang lebih rendah dan peningkatan risiko untuk demensia dan/atau depresi serta penyakit berat dibandingkan mereka yang memiliki status gizi normal. "Mulut adalah jalan masuk untuk asupan makanan dan cairan. Jika integritasnya terganggu, kemampuan fungsional seorang individu untuk mengkonsumsi makanan yang cukup dapat berakibat buruk," kata Rena Zelig, peneliti utama di Universitas Rutgers di AS. Lebih lanjut, para peneliti mengatakan bahwa klinik gigi adalah lokasi yang ideal untuk melakukan pemeriksaan status nutrisi. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengidentifikasi pasien yang mungkin tidak secara teratur mengunjungi penyedia perawatan primer dan yang mungkin berisiko kekurangan gizi. "Dokter juga dapat memberikan pasien rujukan ke ahli diet terdaftar dan program bantuan masyarakat untuk mencegah penurunan lebih lanjut dalam status gizi," kata Zelig. Analisis Studi Kasus WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Pada manusia lanjut usia (lansia), terjadi 12

proses penuaan, dimana pada proses penuaan tersebut akan mengalami kemunduran fisiologis. Kemunduran Fisiologis dan mental pada seorang lanjut usia akan menghambat berlangsungnya aktivitas kehidupan keseharian mereka. Berkurangnya kemampuan fisik dan mental ini juga dapat mengakibatkan ketidakmampuan dalam melaksanakan peranan hidup secara normal. Gejala-gejala dari kemunduran fisiologis yang dialami oleh lanjut usia adalah menurunnya fungsi panca indra (penglihatan, pengecapan, pendengaran, penciuman, perabaan), meningkatnya tulang keropos (osteoporosis), menurunnya fungsi sistem pencernaan (gigi yang rusak, air ludah mulai berkurang, lambung menurun fungsinya, usus, hati), menurunnya fungsi organ tubuh lain.hal tersebut yang dapat mempengaruhi status gizi pada lansia. What (Peristiwa apa yang terjadi) Sebuah studi menemukan bahwa mereka yang berusia lanjut (lansia) dengan gangguan kesehatan mulut cenderung menimbulkan masalah gizi. studi lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa hubungan antara kehilangan gigi dan risiko kekurangan gizi dengan dampak kehilangan gigi pada pengalaman makan dan kualitas hidup yang berhubungan dengan makan. Why (Mengapa kasus ini bisa terjadi) Kasus ini terjadi karena Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20,6 persen peserta lansia beresiko kekurangan gizi dan 4,7 persen kekurangan gizi. Selain itu, lebih dari 87 persen dari mereka tidak sepenuhnya memiliki gigi. Where (Dimana kasus ini terjadi) Menurut Journal of Aging Research dan Clinical Practice menganalisis catatan kesehatan 107 warga senior yang dirawat berusia 65 tahun ke atas. When (Kapan Kasus ini terjadi) Berita di release pada 27 Oktober 2018

13

Who (Siapa yang terlibat dalam kasus ini) Warga senior yang dirawat berusia 65 tahun ke atas. Menurut rena zelig peneliti utama di Universitas Rutgers di AS. Para peneliti mengatakan bahwa klinik gigi adalah lokasi yang ideal untuk melakukan pemeriksaan status nutrisi. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengidentifikasi pasien yang mungkin tidak secara teratur mengunjungi penyedia perawatan primer dan yang mungkin berisiko kekurangan gizi. How (Bagaimana para peneliti menanggapi kasus ini) Klinik gigi adalah lokasi yang ideal untuk melakukan pemeriksaan status nutrisi. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengidentifikasi pasien yang mungkin tidak secara teratur mengunjungi penyedia perawatan primer dan yang mungkin berisiko kekurangan gizi. "Dokter juga dapat memberikan pasien rujukan ke ahli diet terdaftar dan program bantuan masyarakat untuk mencegah penurunan lebih lanjut dalam status gizi," kata Zelig.

14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Menurut Budi Anna (1999) Lansia adalah tahap terakhir pada perkembangan daur kehidupan manusia. Memiliki kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. Tujuan gizi pada lansia antara lain : a) Gizi pada lansia terpenuhi b) Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohai, sosial, dan psikologis lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah – masalah akibat usia lanjut. c) Terlindunginya lansia dari perlakuan yang salah d) Terlaksananya kegiatan – kegiatan yang bermanfaat untuk lansia.

4.2 Saran Perubahan

fisiologis

dan

biologis

lansia

mempengaruhi

berbagai

penyakit.

Mempertimbangkan pengurangan berbagai risikko penyakit degenerative pada lansia yaitu dengan memperbaiki asupan makanan yang dikonsumsi. Penilaian status gizi pada lansia juga diperhatikan, dengan dapat menggunakan beberapa parameter seperti pengukuran antropometri.

15

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Andriani, D. M. (2016). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Prenadamedia Group. Arisman. (2008). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Badriah, D. L. (2014). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : Refika Aditama. E]fendi, F., & Makhfudi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Irianto, K. (2014). Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : Alfabeta. Jusup, L. (2011). Kiat Menghadapi Masalah Kesehatan Lansia (usia lanjut) + 35 Resep Pilihan Hidangan Sehat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Marmi. (2014). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

16

Related Documents

Tp Gdh Bon
June 2020 0
Gdh Lansia-1.docx
December 2019 9

More Documents from "Yasmin"