LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS EROSIVA
a. Definisi Gastritis akut erosiva adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya pada pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau karena makanan-minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang mengandung salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain) (Smeltzer & Bare, 2010). Gastritis akut erosiva adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi ( Suyono, 2009). Gastritis akut erosiva adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial (Price & Wilson, 2008). Gastritis erosiva adalah kondisi lambung dimana terjadi erosi atau ulserasi lambung yang telah mencapai sistem pembuluh darah lambung yang dapat terjadi secara akut atau kronis (Priyanto, 2008). Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan gastritis erosiva adalah suatu peradangan pada permukaan lambung yang ditandai dengan adanya erosi-erosi pada mukosa lambung dan bersifat akut.
b. Etiologi 1. Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin. 2.
Bahan-bahan kimia
3.
Merokok
4.
Alkohol
5. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat. 6. Refluks usus ke lambung. 7. Endotoksin 8. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus. 9. Infeksi jamur ; seperti Candidiasis, Histoplasma, Hycomycosis. 10. Iskemi, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
c. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada gastritis erosiva menurut Priyanto (2008) adalah 1. Mual dan/atau muntah 2. Hiperperistaltik usus 3. Hematemesis atau muntah darah 4. Melena atau BAB darah (feses berwarna hitam) 5. Menggigil, demam 6. Ansietas (cemas) atau ketakutan 7. Penurunan tekanan darah 8. Adanya peningkatan nadi 9. Distensi (ketegangan) abdomen 10. Nyeri tekan abdominal (epigastrium) 11. Peningkatan bising usus 12. Dehidrasi (ringan, sedang, atau berat) 13. Peningkatan suhu tubuh 14. Anemia
d. Patofisiologi Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosiva). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya. Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa
lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Suratum, 2010). Perdarahan hebat merupakan penyebab tersering dari anemia. Jika kehilangan darah, tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan diluar pembuluh darah sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya darah menjadi lebih encer dan persentase sel darah merah berkurang. Anemia terjadi akibat gangguan maturasi inti sel akibat gangguan sintesis DNA sel-sel eritroblas. Defisienasi asam folat akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas. Defesiensi vitamin B12 yang berguna dalam reaksi metilasi homosisten menjadi metionin dan reaksi ini berperan dalam mengubah metil THF menjadi DHF yang berperan dalam sintesis DNA dan akan mengganggu maturasi inti sel dengan akibat terjadinya megaloblas (Restiadie 2009). Akibat dari anemia kadar hemoglobin dalam darah turun sehingga asupan oksigen ke organ tubuh berkurang, sehigga suplai oksigen ke otot paru berkurang yang menyebabkan terjadinya pola napas yang tidak efektif pada klen. Selain itu akibat asupan oksigen yang kurang ke otak menyebabkan lemah, letih, lesu, lelah dan lalai pada klien sehingga pasien menjadi intoleransi aktivitas.
e. Pemeriksaan Diagnostik Diagnostik gastritis akut erosiva, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi biopsi mukosa lambung. Pemeriksaan radiologis biasanya tidak mempunyai arti dan baru dapat membantu apabila digunakan kontras ganda menurut Purwanto (2008). 1. Endoskopi
Pada pemeriksaan endoskopi akan nampak erosi multipel yang sebagian biasanya tampak berdarah dan letaknya tersebar. Kadang-kadang dijumpai erosi yang mengelompok pada satu daerah. Mukosa umumnya tampak merah. Kadang-kadang dijumpai daerah erosif yang ditemukan pada mukosa yang tampak normal. Pada saat pemeriksaan dapat dijumpai adanya lesi yang terdiri dari semua tingkatan perjalanan penyakit nya. Akibatnya pada saat itu terdapat erosi yang masih baru bersama-sama dengan lesi yang sudah mengalami penyembuhan. 2. Histopatologi
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin. 3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk melihat kekurangan vitamin B 12.
f. Penatalaksanaan Medis
1.
Istirahat baring
2.
Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari bahan-bahan yang merangsang.
3.
Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 – 100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kumankuman, berikan antibiotika yang sesuai.
4.
Bila nyeri tidak hilang dengan antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum makan.
5.
Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
g. Komplikasi Komplikasi yang penting menurut Purwanto (2008) adalah : 1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian. 2. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat. 3. Jarang terjadi perforasi.
h. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2011). Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data subjektif dan data objektif. Proses pengkajian keperawatan terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Pengumpulan Data a) Anamnesa meliputi : Nama, Usia, Jenis kelamin, Jenis pekerjaan, alamat, Suku/bangsa, agama, status perkawinan. b) Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan utama : lemah, letih, lelah, lesu, dan lunglai (5L)
2)
Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
3)
Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat. Klien riwayat penyakit atritis rematoid dan gastritis. Klien selalu mengkonsumsi obat NSAID.
4)
Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
(1) Keadaan umum : Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kuadran epigastrik.
(2) B1 (Breath) : Takhipnea (3) B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat, konjungtiva anemis.
(4) B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
(5) B4 (bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan. (6) B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
(7) B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan 5) Fokus Pengkajian (NANDA) (1)
Promosi Kesehatan Data Subjektif: Kesehatan umum klien biasanya tampak sakit sedang hingga berat. Penyakit yang lalu seperti atritis rematoid, gastritis, perdarahan Data Objektif : Keadaan umum tampak sakit sedang hingga berat Tanda-tanda vital : Tekanan darah terkadang turun dari normal, Nadi Biasanya normal atau takikardi, Respirasi dapat naik, suhu biasanya normal.
(2)
Nutrisi Data Subjektif : Perubahan selera makan seperti anoreksia, mual dan muntah Data Objektif : Berat badan biasanya juga dapat menurun, porsi makan kurang dari ¼ porsi makan
(3) Eliminasi Sistem gastrointestinal Data Subjektif : Riwayat penyakit pencernaan, gastritis erosive dan melena. Data Objektif :
Konsistensi dan karakteristik BAB biasanya disertai darah Pengkajian abdomen: Inspeksi perut tampak normal Palpasi perut lembut Perkusi abdomen peka Auskultasi bising usus biasanya normal
(4) Aktivitas dan Istirahat Data Subjektif : Badan lemas, cepat lelah dan terasa ngantuk Data Objektif : Penampilan umum selama beraktivitas tampak lesu
(5) Keamanan dan Perlindungan Data Subjektif : Badan terasa dingin, lemas Data Objektif : Suhu biasanya normal dan turun Keringat dingin
i. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung 2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia 4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan berhubungan dengan intake yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan 5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
j. Perencanaan Keperawatan No 1
Perencanaan Tindakan Keperawatan
Diagnosa Kepeawatan Nyeri
Tujuan
akut Setelah
Intervensi
Rasional
Pain management 1. Lakukan
1. Untuk mengetahui
berhubungan
dilakukan
dengan
intervensi
pengkajian
inflamasi
selama 3 x 24
secara
mengidentifikasi
mukosa
jam.
komprehensif
respon nonverbal
lambung
Diharapkan
termasuk
dari nyeri
nyeri
karakteristik,
dapat
karakteristik nyeri nyeri
lokasi,
2. Untuk
3. Untuk mengetahui
teratasi
durasi, frekuensi,
apakah
dengan
kualitas dan faktor
sebelumnya
kriteria hasil :
presipitasi
pasien
- Mampu
pernah
2. Observasi
reaksi
mengalami
mengontrol
nonverbal
dari
yang sama
nyeri
ketidaknyamanan
- Melaporka n
bahwa
3. Gunakan
terapetik
berkurang
mengetahui
- Mampu mengenali nyeri
pengalaman nyeri untuk
pasien
dan
pasien
keluarga
cara
memotivasi pasien
pengalaman nyeri
intensitas,
masa lampau
n
rasa
keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan
saat
dukungan
berkurang
dapat
penyebab
nyeri 7. Untuk
mengatasi
nyeri 8. Mengkaji
sumber
nyeri
6. Kontrol lingkungan
6. Untuk mengurangi faktor
5. Bantu pasien dan
nyaman nyeri
membantu
pengalaman nyeri
(skala,
- Menyataka
terdahulu pasien 5. Untuk
4. Evaluasi
frekuensi)
4. Untuk mengevaluasi
komunikasi
nyeri
nyeri
tindakan yang
selanjutnya
untuk
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
9. Untuk mengurangi nyeri 10.Untuk mengatasi
pencahayaan, dan kebisingan.
nyeri 11.Untuk mengetahui
7. Pilih dan lakukan
keberhasilan
penanganan nyeri
kontrol nyeri
(farmakologi, non farmakologi)
12.Untuk mengurangi nyeri
8. Kaji sumber nyeri
13.Untuk
untuk menentukan
menentukan
intervensi
tindakan
9. Ajarkan
tentang
teknik
selanjutnya
non
farmakologi 10.
Berikan
analgetik 11.
14.Untuk penurunan
Evaluasi
distensi
keefektifan kontrol nyeri 12.
Tingkatkan
istirahat 13.
Kolaborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri
tidak berhasil. 14.
Pemasangan
NGT
2
Intoleransi
Setelah
1. Observasi
aktifitas
dilakukan
kehilangan/gangg
berhubungan
intervensi
uan
1. Menunjukan perubahan
dengan
selama 3 x 24
keseimbangan
neurology
kelemahan
jam.
dan
mempengaruhi
fisik
Diharapkan
otot
klien
kelemahan
keamanan klien
2. Observasi
TTV 2. Manifestasi kardio
meningkatkan
sebelum
aktivitas
sesudah aktivitas
dengan
dan
dan
3. Berikan
pulmonal
dari
upaya jantung dan paru
untuk
kriteria hasil :
lingkungan
-
Mampu
tenang
melakukan
pengunjung
aktivitas
kurangi
sehari-hari
bising,
menurunkan
TTV
pertahankan tirah
kebutuhan
normal
baring
oksigen tubuh
Mampu
4. Anjurkan
-
-
batasi
suara
isirahat
untuk
klien 4. Meningkatkan
istirahat
dengan
terjadi
atau tanpa
dan kelemahan
bila kelelahan
5. Kolaborasi dalam
alat
pemberian terapi
Berpartisip
infuse
asi
oksigen adekuat
dan 3. Meningkatkan
berpindah
bantuan
-
membawa jumlah
aktivitas
secara
bertahap 5. Mengganti cairan dan
elektrolit
secara adekuat.
dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkata n tekanan darah, nadi dan RR 3
Ketidakseimb Setelah
1. Anjurkan pasien
angan nutrisi
dilakukan
untuk
kurang dari
tindakan
kebutuhan
keperawatan
makan
1. Menjaga nutrisi tetap
terpenuhi
sedikit
dan
mencegah
demisedikit
terjadinya
mual
tubuh
3x24 jam
dengan
berhubungan
kebutuhan
kecil
dengan
nutrisi pasien
sering.
anorexia
dapat
-
namun
dan muntah yang berlanjut. 2. Untuk
2. Berikan makanan
mempermudah
terpenuhi
yang lunak dan
pasien
dengan
makanan yang di
mengunyah
kriteria hasil :
sukai
makanan.
Keadaan umum cukup -Turgor kulit
-
porsi
pasien/di
gemari.
dalam
3. Kebersihan mulut
3. Lakukan
oral
higyne 2x sehari 4. Timbang
BB
akan merangsang nafsu
makan
baik
pasien setiap hari
pasien.
BB
dan pantau turgor
4. Mengetahui
meningkat -
kulit, dan mukosa
status
Kesulitan
bibir
pasien.
menelan berkurang
5. Konsultasi
nutrisi
5. Mempercepat
dengan tim ahli
pemenuhan
gizi
kebutuhan nutrisi
dalam
pemberian menu.
dengan pemberian menu yang
tepat
sasaran. 4
Kekurangan
Setelah
1. Penuhi
1. Intake cairan
volume
dilakukan
kebutuhan
yang adekuat
cairan
tindakan
individual.
akan mengurangi
berhubungan
keperawatan
Anjurkan klien
resiko dehidrasi
dengan
3x24jam,
untuk minum
pasien
berhubungan
masalah
2. Awasi tanda-
dengan
kekurangan
2. menunjukkan
tanda vital,
status dehidrasi
intake
yang volume cairan
evaluasi turgor
atau
kurang
dan pasien dapat
kulit, pengisian
kemungkinan
kapiler dan
peningkatan
pengeluaran
teratasi dengan
kebutuhan
yang
kriteria
berlebihan
hasil : Mempertahan
membran
penggantian
mukosa
cairan.
3. Pertahankan
3. Aktivitas/muntah
kan volume
tirah baring,
meningkatkan
cairan
mencegah
tekanan intra
adekuat
muntah dan
abdominal dan
dengan
tegangan pada
dapat
dibuktikan
defekasi
mencetuskan
oleh mukosa
4. Berikan terapi IV
bibir lembab,
line sesuai
turgor kulit
indikasi
baik,
5. Kolaborasi
perdarahan lanjut. 4. Mengganti kehilangan cairan
pengisian
pemberian
yang hilang dan
kapiler
cimetidine dan
memperbaiki
berwarna
ranitidine
keseimbanngan
merah muda,
cairan segera.
input dan
5. Cimetidine dan
output
ranitidine
seimbang.
berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung
5
Ansietas
Setelah
1. Awasi respon
1. Dapat menjadi
berhubungan dilakukan
fisiologi
indikator derajat
dengan
tindakan
misalnya:
takut yang
kurang
kepearwatan
takipnea,
dialami pasien,
pengetahuan
3x24
palpitasi, pusing,
tetapi dapat juga
tentang
diharapkan
sakit kepala,
berhubungan
penyakit
ansietas
sensasi
dengan kondisi
berkurang
kesemutan.
fisik atau status
jam
syok.
dengan
2. Dorong
2. Membuat
kriteria hasil :
pernyataan takut
hubungan
- Mengungka
dan ansietas,
terapeutik
pkan
berikan umpan
perasaan
balik.
dan
3. Berikan informasi
pikirannya secara
4. Berikan
terbuka - Melaporkan berkurangny a cemas dan takut - Meengerti tentang proses
terhadap
rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tidak perlu
tenang untuk
tentang
istirahat.
ketidaktahuan.
5. Dorong orang
4. Memindahkan
terdekat untuk
pasien dari
tinggal dengan
stresor luar,
pasien.
meningkatkan
teknik
- Menyadari
pasien dalam
lingkungan yang
6. Tunjukan
penyakit
apa
yang akurat.
3. Melibatkan
relaksasi
relaksasi, dapat meningkatkan keterampilan koping.
yang
5. Membantu
diinginkanny
menurunkan
a
takut melalui
yaitu
menyesuaik
pengalaman
an
menakutkan
diri
terhadap
menjadi seorang
perubahan
diri.
fisiknya
6. Belajar cara untuk rileks dapat membantu menurunkan ansietas
DAFTAR PUSTAKA
Agus P., & Sri L., (2008). Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta : salemba Medika Chandrasoma, & Parakrama. (2005). Patologi Anatomi Edisi 2. Jakarta :EGC Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : Salemba Medika. Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publising. Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.8, EGC, Jakarta