IODISASI GARAM JONO DAN REMBANG Oleh Suwahono nim 40017015032
ABSTRACT Garam dibuat dengan cara menguapkan air laut, secara alamiah garam telah mengandung iodium. Tetapi kadarnya sangat rendah sehingga tidak layak digunakan sebagai garam konsumsi. Salah satu cara untuk meningkatkan kadar garam adalah dengan jalan iodisasi garam. Proses awal iodisasi garam dengan jalan pemurnian, penetapan kadar awal dengan metode 2 kali titrasi, terakhir iodisasi garam . Proses pemurnian garam didapatkan hasil garam bersih Rembang 3,52 g, garam bersih Jono 3, 4075 g. Hasilnya dititrasi sebnyak 2 kali menggunakan Perak nitrat ( AgNO3) untuk garam Jono 3,95ml dan 4 ml sedangkan untuk garam Rembang 4,15 dan 4,1 ml. Titrasi kedua menggunakan Ba(OH)2 garam Jono 60 ml dan garam Rembang 31 ml. Kata kunci, Garam Jono, Rembang, Kristalisasi, Iodisasi, Titrasi.
Pendahuluan
Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya menjalankan program pemberantasan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).
Salah satu program yang dijalankan adalah program
iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam. Garam yang dibuat dengan cara menguapkan air laut, secara alamiah sesungguhnya telah mengandung iodium. Namun, sering sekali kadarnya sangat rendah sehingga tidak layak digunakan sebagai garam konsumsi.
Gb.1. Pembuatan garam secara tradisional
Menyadari hal tersebut, pemerintah melalui Keputusan Presiden nomor 69 tahun 1994, telah menetapkan pentingnya iodisasi garam. Iodisasi garam dilakukan dengan penambahan kalium iodat (KIO3) sebesar 30-80 ppm (mg/kg). Untuk mendapatkan sumbangan iodium yang cukup sekaligus mencegah hipertensi, konsumsi garam beriodium yang dianjurkan adalah enam gram/hari. Secara nasional, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dengan kadar cukup (lebih dari 30 ppm) meningkat dari 58,1% pada tahun 1996 menjadi 64,5% tahun 2000 (Data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2000). Walau demikian, program tersebut belum dapat
dikatakan berhasil baik. Dalam hal iodisasi garam, Indonesia sangat tertinggal dibandingkan dengan Cina yang pada tahun 2000 telah berhasil menerapkan program Universal Salt Iodination (garam beriodium untuk semua kepentingan).
Gb 2. Dua Jenis Garam krosok dari Jono dan Rembang sebagai sampel penelitian
Beberapa masalah yang dihadapi pada program iodisasi garam adalah: 1. Mahalnya harga garam beriodium dibandingkan dengan garam biasa, sehingga awam
yang hanya menganggap garam sebagai sumber rasa asin akan cenderung membeli yang murah meskipun tidak beriodium. 2. Kurangnya kesadaran produsen untuk memproduksi garam beriodium dengan dosis
sesuai anjuran. 3. Lemahnya pengawasan mutu oleh pemerintah serta masih terbatasnya distribusi garam
beriodium.
Konsep Universal Salt Iodination (USI) sudah waktunya diterapkan di Indonesia. Apabila program tersebut dapat dilakukan dengan baik, tidak ada lagi pilihan bagi konsumen karena semua garam untuk segala keperluan sudah ditambah iodium dengan dosis yang tepat. Melalui program ini diharapkan masalah GAKI dan dampaknya akan segera dapat diatasi. Hindari menyimpan garam di tempat yang terbuka dan terpapar sinar matahari. Adanya oksigen dan sinar matahari menyebabkan iodium mudah teroksidasi, sehingga berkurang jumlahnya. Garam beriodium sebaiknya disimpan di tempat yang tertutup dan gelap.
Gb.3 Garam meja yang memenuhi kadar iodium dalam garam SNI Dalam bahasa Inggris, garam dapur dikenal dengan istilah table salt, dan umumnya ditempatkan di
meja makan. Garam beriodium memang sebaiknya ditambahkan ke dalam makanan yang telah masak dan siap disantap. Namun, dalam budaya masyarakat kita, garam biasanya di-ulek bersama dengan berbagai macam bumbu, yang selanjutnya ikut mengalami proses pemasakan. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa proses penggorengan dan pemanggangan bahan pangan dapat menghilangkan 20-25% iodium yang terdapat pada garam beriodium, sedangkan pada proses perebusan 60%-nya. Gangguan Kekurangan Iodium di Indonesia Gangguan akibat kekurangan iodium (Gaki) yang biasa disebut gondok endemik merupakan gangguan kesehatan mulai dari lahir sampai dewasa. Penderita Gaki pada umumnya berasal dari daerah pegunungan dengan tanah, air dan tanaman yang kurang mengandung iodium. Penduduk yang tinggal di daerah ini akibatnya mengalami kekurangan iodium dan menderita Gaki seperti gondok dan kretin.
Gb.4. Penyakit gondok dan kretinisme
Gaki merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia dengan penduduk sekitar 180 juta, 30 juta tinggal di daerah endemik Gaki, lebih dari 750 ribu menderita kretin dan 3,5 juta menderita kelainan mental. Pemberantasan Gaki melalui distribusi garam beriodium dan suntikan larutan minyak beriodium belum dapat dilakukan secara efektif. Penanggulangan Gaki melalui iodisasi belum efektif dilakukan di Indonesia. Penanggulangan Gaki melalui iodisasi garam telah dibuktikan sangat efektif di berbagai negara seperti di USA negara bagian Ohio tahun 1917 - 1920, New York tahun 1923, Montana tahun 1927; Inggris di kota Derbishire; Malaysia di Serawak tahun 1981; Thailand tahun 1983 dan Italia di Sicilia tahun 1924. Iodisasi melalui garam dinegara berkembang sangat efektif dan efisien.
Metode dan cara kerja Metode pemurnian garam dengan jalan pelarutan, penyaringan dan penguapan dengan jalan pendidihan diatas Bunsen menggunakan bara spirtus, sedangkan penetapan kadarnya dihitung secara matematis, titaris dilakukan menggunakan Perak Nitrat (AgNO3)dan Barium Hidroksida (Ba (OH)2) Hasil Penelitian dan pembahasan Proses pemurnian garam. Proses pemurnian garam dilakukan terhadap dua sampel garam yang berasal dari daerah Jono Kabupaten Purwodadi dan Kabupaten Rembang dihasilkan data pada tabel I berikut ini No
Jenis Garam
Berat Sampel
Berat murni
Berat
Kadar Garam
pengotor 1
Garam Rembang
5 gram
3,52
1,48
70,4%
2
Garam Jono
5 gram
3,4075
1,5925
69,5%
Dari hasil pemurnian diatas dapat diketahui bahwa pengotor garam pada daerah jono lebih besar dibandingkan dari daerah rembang. Analisis secara grafik dari pemurnian garam dapat terlihat sebagai berikut:
Grafik.1. perbedaan pengotor di garam Rembang (data1)dan Jono (data2)
Perbedaan hasil pemurnian garam karena pengotor garam Jono lebih banyak dibandingkan dari daerah rembang. Grafik 1. Menunjukan perbedaan yang sedikit menyimpang. Hal ini terlihat jika diplotkan antara berat pengotor dan hasil murni didaerah Jono dan rembang, untuk plot data 1 menunjukan hasil pemurnian garam Jono sedangkan data 2 menunjukan plot data garam daerah Rembang. Hal ini disebabkan kandungan tanah yang terbawa oleh garam Jono lebih banyak dibandingkan daerah Rembang.
Hasil titrasi setelah kristalisasi No
Jenis Garam
Volume Garam
Volume Perak nitrat
Volume Barium
(Ag(NO)3 yang
Hidroksida
dibutuhkan
(Ba(OH)2)Yang dibutuhkan
1
Garam
10 ml
4,15 ml
31 ml
10 ml
4,1
31 ml
Rembang 2
Garam Rembang
3
Garam Jono
10 ml
3,95 ml
60 ml
4
Garam Jono
10 ml
4 ml
60 ml
Hasil titrasi diatas jika dipisah kebutuhan akan reaksi dengan Perak Nitrat serta Barium Hidroksida akan terlihat sebagai berikut
Grafik kebutuhan akan perak nitrat titrasi garam jono dan rembang
Standarisasi sumber garam sebagai cara untuk megetahui kestabilan pada saat akan diadakan iodisasi menggunakan perak nitrat garam jono memerlukan jumlah lebih sedikit dibandingkan daerah Rembang.
Grafik 3. Standarisai garam menggunakan Barium hidroksida antara garam Jono dan Rembang Standar yang digunakan sebagai sumber iodium adalah larutan kalium iodat, sehingga intensitas iodium yang dihasilkan sebagai kalium iodat. Untuk menghindari gangguan matriks yang disebabkan oleh perbedaan matriks sampel dan standar maka dalam pengukuran dilakukan metode standar adisi yaitu penambahan unsur Barium (Ba). Dari hasil penambahan unsur Barium ini ternyata ada gangguan intensitas dari perbedaan matriks, antara garam daerah Jono dan
Rembang, kebutuhan akan barium pada garam rembang lebih banyak dibandingkan daeah Rembang, hal ini akan mengganggu kesatabilan kalium iodat yang akan ditambahakan dari data di ketahui lebih baik menggunakan garam Jono dibandingkan daerah Rembang. Hal ini disebabkan metode iodometri menggunakan pereduksi kalium iodida untuk mereduksi iodat menjadi iodium.jono Garam jono lebih baik karena (hidrolisis) penggunaan natrium tiosulfat menurun sehingga hasil titrasi akan kecil.
Kesimpulan dan saran Dari hasil penelitian didapatkan komparasi kestabilan ion iodat dalam garam jono akan lebih baik dibandingkan daerah Rembang tetapi garam rembang masih bias digunakan sebagai jalan untuk iodisasi garam karena masih memenuh standar kestabilan ion iodat dalam air
I2 + H2O HOI- + I- + H+ 4 HO- + S2O3- + H2O 2 SO4 2- + 4 I- + 6 H +
KEPUSTAKAAN Didik suprihadi, Nelson Sagala, Kestabilan garam Iodium Dalam bumbu dapur, jurnal Industri(SNI) No. 01-3556, Departemen Perindustrian Republik Indonesia, 1994. E.Galen, Instrumental Method of Chemical Analysis, Mc Graw Hill International Edition, Singapore, 1985, p. 204-212 Vogel, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, (terjemahan) Media Pustaka, Jakarta, edisi kelima, 1985, p. 350.