MAKALAH GANGGUAN TINGKAH LAKU PADA MASYARAKAT
Dosen Pembimbing : Ati’ul Impartina, S.ST., M.Kes Disusun Oleh : 1.
Ahmad A. M.
(1702012329)
7.
Qurrotul Aini
(1702012362)
2.
Eka Devi Ana
(1702012336)
8.
Reza Bela S.
(1702012364)
3.
Ichda S. N.
(1702012342)
9.
Roro Ayu P.S.
(1702012367)
4.
Lenny H.
(1702012345)
10. Sabilatul Abidah (1702012368)
5.
Merysatul M. M. (1702012351)
11. Trifiana K. S.
6.
Milania Nur A.
12. Wiwik Mirna W. (1702012379)
(1702012352)
(1702012375)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah PERILAKU
MANUSIA
mengenai
“Gangguan
Tingkah
Laku
Pada
Masyarakat”. Dalam penyusunan makalah ini , kami mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terimakasih pada dosen pembimbing kami, dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu kami sangat mengharapakan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.
Lamongan, 26 Maret 2019
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ···································································· 4 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4 1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Gangguan Tingkah Laku pada Masyarakat ............................ 5 2.2 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Tingkah Laku pada Mayarakat ........ 6 2.3 Macam-Macam Gangguan Tingkah Laku pada Masyarakat .................... 7 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ········································································ 17 3.2 Saran ················································································ 18 DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, minimalnya lapangan pekerjaan dan menurunnya tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap munculnya masalah-masalah sosial dalam masyarakat.Masalah-masalah sosial dalam masyarakat tersebut sering disebut sebagai “patologi sosial”. Beberapa bentuk dari berbagai macam masalah-masalah sosial yang sering muncul dalam masyarakat antara lain seperti kenakalan remaja (mabokmabokan, tawuran dan perkelahian), perjudian, pencurian serta banyaknya pengangguran. Pada dasarnya masalah-masalah tersebut muncul karena kurang adanya kesadaran dari pemerintah dan diri orang yang terlibat dalam masalah-masalah sosial tersebut akan dampak negatif yang timbul dari masalah-masalah itu. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menentukan dan memastikan baik buruknya pola tingkah laku dalam masyarakat. Disamping itu peran serta orang tua dan lingkungan juga sangat diperlukan.Dari uraian-uraian diatas, maka perlu untuk dibahas lebih lanjut mengenai berbagai macam masalah-masalah sosial yang ada di dalam masyarakat serta bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi hal-hal tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan gangguan tingkah laku pada masyarakat ? 2. Apa faktor yang menyebabkan gangguan tingkah laku pada masyarakat ? 3. Apakah macam-macam gangguan tingkah laku pada masyarakat ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan tingkah laku pada masyarakat 2. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan tingkah laku pada masyarakat 3. Untuk mengetahui macam-macam gangguan tingkah laku pada masyarakat
4
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Gangguan Tingkah Laku pada Masyarakat Nelson:1981 Tingkah laku seseorang dapat dikatakan menyimpang atau mengalami gangguan jika : Menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal menurut usia dan jenis kelaminnya. Penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Bruno, Gangguan tingkah laku merupakan respon atau perbuatan yang dilakukan seseorang suatu perubahan perilaku merupakan suatu kepribadian karena setiap respon atau tindakan seseorang yang menunjukan perubahan sebagi cerminan fenomena psikologis baik diamati maupun diukur. Evan Et Al, Gangguan tingkah laku merupakan bentuk yang sederhana merupakan perbuatan yang diamati dengan suatu titik awal dan akhir yang dapat diukur. APA (America Psikiatrie Acociation), Gangguan tingkah laku merupakan gangguan yang berupa pola atau gejala psikologis atau tingkah laku yang secara klinis sangat disignifikan gejala/ pola ciri yang terjadi pada manusia. .Jadi, gangguan perilaku (conduct disorder) adalah gangguan perilaku masa kanak-kanak yang ditandai oleh aktivitas agresif dan destruktif yang menyebabkan gangguan pada lingkungan alami anak seperti rumah, sekolah, masjid, atau lingkungan. Fitur utama dari gangguan ini adalah pola perilaku berulang dan terus-menerus yang melanggar norma-norma sosial dan hak-hak orang lain. Ini adalah salah satu kategori masalah kesehatan mental anak yang paling umum, yang mencapai 9% pada laki-laki dan 2% pada perempuan.
5
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Tingkah Laku pada Masyarakat Penyebab gangguan tingkah laku pada masyarakat cukup beragam, akan tetapi Schroder & Gordon (2002) membaginya menjadi tiga faktor yaitu: a. Faktor genetik atau biologis Penyebab gangguan tingkah laku pada mayarakat dari faktor genetik
menjadi
dasar
karakteristik
seseorang
atau
predisposisi.
Berdasarkan hasil penelitian terkini jika dilihat dari perbedaan jenis kelamin, dinyatakan bahwa anak laki-laki lebih disruptive dibandingkan anak perempuan. Aspek temperamen juga mengakibatkan perilaku disruptive diantaranya: regulasi emosi, reaktifitas yang intens (khususnya frustrasi), emosi negatif dan gampang marah, kemampuan dalam mengontrol diri, serta pendekatan yang tinggi atau lemah untuk menghindar (dapat memunculkan perilaku berisiko). Plomin (dalam Schroder & Gordon, 2002) menyimpulkan bahwa, komponen genetik cukup besar pengaruhnya pada orang dewasa yang memiliki perilaku antisosial dan kriminalitas. Namun Rutter et al. & Schmitz et al. (dalam Schroder & Gordon, 2002) membantah, dimana hubungan genetik lebih mungkin ditemukan dalam kasus-kasus perilaku antisosial yang berlanjut sampai dewasa, sedangkan kasus-kasus yang mengalami penurunan perilaku antisosial pada usia tertentu lebih cenderung didasarkan oleh lingkungan. b. Faktor keluarga Penyebab gangguan tingkah laku pada mayarakat pada faktor keluarga, yaitu terkait dengan disfungsi orang tua dalam mengasuh. Dalam hal ini ada beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu: perlakuan orangtua (gaya pendisiplinan, kehangatan vs permusuhan, pengawasan terhadap anak), psikopatologi orang tua (seperti ibu yang depresi, gangguan kepribadian, penggunaan obat terlarang dan perilaku antisosial atau kriminal), perkawinan/orangtua yang disfungsi (seperti perceraian atau berpisah, konflik, kekerasan pada pasangan) dan konflik saudara kandung.
6
c. Faktor lingkungan Faktor lingkungan atau keadaan di sekitar seseorang yang terkait dengan status sosial ekonomi rendah atau kemiskinan, juga dapat menyebabkan
gangguan
tingkah
laku
pada
mayarakat
sehingga
memunculkan permasalahan perilaku antisosial. Status sosial ekonomi rendah yang terkombinasi dengan stres kronik, orangtua tunggal, isolasi sosial, kurangnya stimulasi dari lingkungan dan keterbatasan pengetahuan, dapat mengakibatkan gejala depresi pada ibu, yang berpengaruh terhadap perlakuan orangtua menjadi kurang baik. Selain itu lingkungan miskin juga cukup membahayakan bagi anak, dimana mereka sering melihat role model yang menampilkan kekerasan, penyalahgunaan obat terlarang dan bersekolah dengan keadaan yang memprihatinkan.
2.3 Macam-macam gangguan tingkah laku pada masyarakat 1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sebagian masyarakat kita masih memiliki pola pikir dan pemahaman bahwa kasus kekerasan suami terhadap istri masih dipandang sebagai aib bila diketahui dan dibawa ke sektor publik atau diperkarakan secara hukum
dan
dianggap
sebagai
kewajaran,
yaitu
sebagai
bentuk
pendisiplinan suami terhadap istri. Pembaruan pola pikir dan cara pandang yang berpihak pada kelompok rentan atau tersubordinasi, khususnya perempuan, menjadi sangat diperlukan sehubungan dengan banyaknya kasus kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga.
7
Penyebab KDRT Zastrow & Browker (dalam Wahab, 2010) mengatakan bahwa terdapat 3 teori yang mampu menjelaskan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, yaitu teori biologis, teori kontrol, dan teori frustasi-agresi. 1.
Teori Biologis
Teori biologis mamandang manusia sebagai makhluk yang sejak lahir memiliki insting agresif. Pendiri psikodinamika, Sigmund Freud, menjelaskan
bahwa
manusia
mempunyai
insting
kematian
yang
dimanifestasikan dengan melukai dan membunuh diri sendiri atau orang lain. Menurut Konrad Lorenz, kekerasan sangat bermanfaat untuk dapat bertahan hidup. Tindakan ini membantu seseorang untuk memperoleh dominasi dalam kelompok.Beberapa ahli biologi, berpendapat bahwa pria memiliki lebih hormon yang menyebabkan berperilaku agresif daripada wanita.Teori ini seperti memberikan penjelasan mengapa KDRT lebih banyak dilakukan oleh pria. 2.
Teori Kontrol
Teori kontrol menerangkan bahwa orang yang tidak terpuaskan dalam berelasi dengan orang lain akan mudah untuk melakukan kekerasan. Dengan kata lain, orang yang memiliki relasi yang baik dengan orang lain cenderung lebih mampu mengontrol dan mengendalikan perilakunya yang agresif. Travis Hirschi melalui temuannya mendukung teori ini. Disebutkan bahwa remaja laki-laki yang berperilaku agresif cenderung tidak mempunyai relasi yang baik dengan orang lain. Hal sama juga terjadi pada mantan narapidana di Amerika yang ternyata juga terasingkan dengan teman dan keluarganya. 3.
Teori Frustasi-Agresi
Teori frustasi agresi memandang kekerasan merupakan cara seseorang mengurangi ketegangan yang diakibatkan oleh situasi yang membuat frustasi. Orang yang frustasi akan melakukan agresi (kekerasan) kepada sumber frustasi atau kepada orang lain yang bisa menjadi pelampiasan. Misalnya, seorang suami yang kekurangan penghasilan dan memiliki
8
harga diri rendah, memanifestasikan rasa frustasinya kepada istri dan anak-anaknya. Teori ini sedikit-banyak juga dapat menjalaskan kasus yang kami angkat pada paper “Menelaah Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga” yang melibatkan Amir dan Susi sebagai pelaku dan korban KDRT. 2. Pelecehan Seksual Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan yang terkait dengan seks yang tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal maupun fisik merujuk pada seks.Selengkapnya silakan lanjutkan penjelasannya berikut ini. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja, baik tempat umum seperti bis, pasar, sekolah, kantor, maupun tempat pribadi seperti rumah. Dalam peristiwa pelecehan seksual, biasanya terdiri dari kata-kata pelecehan (10%), intonasi yang menunjukkan pelecehan (10%), dan non verbal(80%). Perilaku yang dapat digolongkan ke dalam pelecehan seksual:
Lelucon seks, menggoda secara terus menerus mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks, baik secara langsung maupun melalui media seperti surat, SMS, maupun e-mail.
Penyiksaan secara verbal akan hal-hal yang terkait dengan seks.
Memegang ataupun menyentuh dengan tujuan seksual.
Secara berulang berdiri dengan dekat sekali atau hingga bersentuhan badan dan badan antar orang.
Secara berulang meminta seseorang untuk bersosialisasi (tinggal, ikut pergi) di luar jam kantor walaupun orang yang diminta telah mengatakan tidak atau mengindikasikan ketidaktertarikannya.
Memberikan hadiah atau meninggalkan barang-barang yang dapat merujuk pada seks.
Secara berulang menunjukkan perilaku yang mengarah pada hasrat seksual.
9
Membuat atau mengirimkan gambar-gambar, kartun, atau material lainnya yang terkait dengan seks dan dirasa melanggar etika/ batas.
Di luar jam kerja memaksakan diri mengajak pada suatu hal yang terkait dengan seks yang berpengaruh pada lingkup kerja.
Pencegahan Secara umum sebaiknya hindari berpergian sendirian pada malam hari dan tidak bekerja lembur sendirian pada malam hari. Juga dianjurkan untuk memastikan
bahwa
keberadaan
diri
diketahui
oleh
orang
lain.
Walaupun tidak ada jaminan bahwa berpakaian tertutup akan aman dari perilaku pelecehan seksual, namun berpakaianlah yang pantas dan sopan untuk mengurangi risiko terjadinya pelecehan seksual. 3. Pengertian Kriminalitas Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama.Dapat diartikan bahwa, tindak kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. (Kartono, 1999: 122) Secara kriminologi
yang berbasis sosiologis, tindak kriminalitas
merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non-formal. Pengertian kejahatan sebagai unsur dalam pengertian kriminalitas, secara sosiologis mempunyai dua unsur-unsur yaitu: 1) Kejahatan itu ialah perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan merugikan secara psikologis. 2) Melukai perasaan susila dari suatu segerombolan manusia, di mana orang-orang itu berhak melahirkan celaan.
10
Bentuk-Bentuk Tindakan Kriminalitas Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Bentukbentuk tindak kriminal seperti: a.
Pencurian Pencuri berasal dari kata dasar curi yang berarti sembunyi-sembunyi atau diam-diam dan pencuri adalah orang yang melakukan kejahatan pencurian. Dengan demikian pengertian pencurian adalah orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi atau diamdiam dengan jalan yang tidak sah. (Poerwardarminta, 1984:217). Pencurian melanggar pasal 352 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan ancaman hukuman maksimal 15 (lima belas) tahun penjara.
b.
Tindak asusila Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini banyak mengintai kaum wanita. Tindak kriminal tersebut hukumannya penjara paling lama 2 th 8 bln tercantum dalam pasal 289 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP ) tentang perbuatan asusila dengan ancaman hukuman 9 tahun penjara.
c.
Pencopetan Pencopetan memiliki pengertian yaitu kegiatan negatif mencuri barang berupa uang dalam saku, dompet, tas, handpone dan lainnya milik orang lain atau bukan haknya dengan cepat, tangkas dan tidak diketahui
oleh
korban
maupun
orang
di
sekitarnya
(http://bahasa.cs.ui.ac.id). Tindak kriminal ini memenuhi pasal 365KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. (Soenarto, 1994:220)
11
d.
Penjambretan Penjambretan merupakan perbuatan atau tindakan negatif dengan merampas harta berharga milik orang lain secara paksa sehingga menimbulkan kerugian materi bagi korban. penjambretan merupakan tindak kriminal yang memenuhi pasal 365 ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. (Soenarto, 1994:221)
e.
Penodongan dengan senjata tajam/api Bentuk kriminal merupakan perampasan harta benda milik korban dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan senjata api sehingga korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta benda miliknya. Tindak kriminal ini memenuhi pasal 368 dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara. (Soenarto, 1994:206)
f.
Penganiayaan. Penganiayaan ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada orang lain. Akan tetepi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu dilakukan untuk menambah keselamatan badan. (M.H. Tirtaamidjaja, 1955: 180) penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan. (Soenarto, 1994:226)
g.
Pembunuhan Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang.Pengertian pembunuhan seperti ini dimaknai bahwa perbuatan pidana pembunuhan tidak diklasifikasi apakah dilakukan dengan sengaja, atau tidak sengaja dan atau semi sengaja.(Wahbah Zuhali, 1989: 217).Tindak kiminal pembunuhan tercantum dalam pasal 388 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan sanksi hukuman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. (Soenarto, 1994:211)
12
h.
Penipuan Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar. (R. Sugandhi, 1980 : 396). Di dalam KUHP tepatnya pada Pasal 378 KUHP ditetapkan kejahatan penipuan dengan ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun. (Soenarto, 1994:140)
i.
Korupsi Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang
menggunakan
wewenang dan
jabatan
guna
mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. korupsi dalam pengertian sosiologis sebagai: Penggunaan yang korup dari kekuasaan yang dialihkan, atau sebagai penggunaan secara diamdiam kekuasaan yang dialihkan berdasarkan wewenang yang melekat pada
kekuasaan
denganmerugikan
itu
atau
berdasarkan
tujuan-tujuan
kekuasaan
kemampuan asli
dan
formal, dengan
menguntungkan orang luar atas dalih menggunakan kekuasaan itu dengan sah Hamzah(1991). Tindak pidana korupsi memenuhi pasal 209 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan hukuman 4 tahun penjara. (Soenarto, 1994:269) Upaya-upaya penanggulangan kriminalitas Kriminalitas yang kian marak membuat resah masyarakat, untuk itu agar tidak menambah banyak korban kasus kriminal haruslah tercipta upaya-upaya penanggulangan maupun pencegahan agar tidak banyak lagi yang mengalami kerugian materil maupun moril. Upaya-upaya penanggulangan tindak kriminalitas antara lain :
13
a. Upaya preventif Penanggulangan kejahatan secara preventif adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali .Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali. Seperti tidak menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan menyimpang juga disamping itu bagaimana meningkatkan kesadaran dan patisipasi masyarakat bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama . (Ramli Atmasasmita 1983:66) Langkah-langkah preventif menurut Baharuddin Lopa,( 2001:1617) itu meliputi : 1.
Peningkatan
kesejahteraan
rakyat
untuk
mengurangi
pengangguran, yang dengan sendirinya akan mengurangi kejahatan. 2.
Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan.
3.
Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum rakyat.
4.
Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya.
5.
Meningkatan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para pelaksana penegak hukum.
b. Upaya represif Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan
14
orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat. (Ramli Atmasasmita,1983:79)
Langkah-langkah konkrit dari upaya represif adalah: 1.
Jika menyimpang dari norma hukum adat masyarakat: sanksi diberikan oleh masyarakat setempat dengan cara dikucilkan dan tidak dihargai didalam dan masyarakat .
2.
Jika melanggar kaidah hukum positif apalagi hukum pidana positif, dapat dipidana berdasarkan ketentuan hukum tertulis. Hukuman bisa berbentuk pidana kurungan, denda, penjara, ataupun pidana mati.
Jenis-Jenis kriminalitas Kartono (1999: 130-136), jenis-jenis kriminalitas dibagi menjadi: 1. Jenis-jenis kejahatan secara umum: a. Rampok dan gangsterisme Rampok dan gangster sering melakukan operasi-operasinya bersama-sama dengan organisasi-organisasi illegal. b. Penipuan-penipuan Permainan-permainan
penipuan
dalam
bentuk
judi
dan
perantara-perantara “kepercayaan”, pemerasan (blackmailing), ancaman
untuk
memplubisir
skandal
dan
perbuatan
manipulative. c. Pencurian dan pelanggaran Pencurian dan pelanggaran tersebut antaralain: perbuatan kekerasan, perkosaan, pembegalan, penjambreta/pencopetan, perampokan, pelanggaran lelu lintas, ekonomi, pajak, bea cukai, dan lain-lain. 2. Jenis kejahatan menurut cara kejahatan dilakukan: a. Menggunakan alat bantu.
15
Pelaku
kriminal
tersebut
dalam
melancarkan
aksinya
menggunakan senjata, senapan, bahan kimia dan racun, instrument kedokteran, alat pemukul, alat jerat, dll. b. Tanpa menggunakan alat bantu. Pelaku dalam melakukan tindak kriminal hanya dengan kekuatan fisik saja dengan bujuk rayu atau tipuan. c. Residivis Residivis adalah penjahat yang berulang ke luar masuk penjara.Selalu mengulangi perbuatan jahat baik yang serupa maupun yang berbeda bentuk kejahatannya. d. Penjahat berdarah dingin. Penjahat berdarah dingin adalah pelaku kriminal yang melakukan kejahatan dengan pertimbangan dan persiapan yang matang. e. Penjahat kesempatan. Yang dimaksud adalah penlaku kejahatan yang melakukan kejahatan dengan menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada tanpa direncanakan. f. Penjahat karena dorongan impuls-impuls yang timbul seketika. 3. Jenis kejahatan menurut obyek hukum yang diserangnya: a. Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan, penyelundupan, perdagangan
barang-barang
terlarang,
penyogokan
dan
penyuapan untuk mendapatkan monopoli-monopoli tertentu. b. Kejahatan politik dan hankam: pelanggaran ketertiban umum, pengkhianatan, penjualan rahasis-rahasia negara kepada agenagen asing untuk kepentingan subversi, pengacauan, kejahatan terhadap keamanan negara dan kekuasaan negara, penghinaan terhadap martabat pemimpin negara, kolaborasi dengan musuh, dll. c. Kejahatan kesusilaan: pelanggaran seks, perkosaan, fitnahan. d. Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda.
16
BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Gangguan tingkah laku adalah menyimpangnya seseorang dari perilaku yang dianggap normal menurut usia dan jenis kelaminnya.Penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dibagi menjadi 3 yakni, Faktor genetik atau biologis, keluarga dan lingkungan. Adapun macam-macamnya ada banyak, yakni kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan tindakan kriminalitas yang terdiri dari, pencurian, tindak asusila, pencopetan, penjabremtan, penganiyaan, Penodongan dengan senjata tajam/api, korupsi, dan pembunuhan. 3.2 Saran Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini, mahasiswa mampu mengenali berbagai macam gangguan tingkah laku yang ada di masyarakat sekitar. Dan mampu mengenali dari masing-masing tingkah laku tersebut juga seberusaha mungkin untuk dapat memberikan edukasi pada warga sekitar bila mengalami gangguan tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA Afandi, D., Rosa, W.Y., Suyanto, Khodijah, Widyaningsih, C. (2012). Karakteristik kasus kekerasan dalam rumah tangga. Journal Indonesia Medeical Association, 62 (11), 435 – 438. Nelson, P.V, 1981. Greenhouse Operatio and Management 2nd Edition.Reston Publishing Company, Inc, Virgina. Bruno Locatelli. (2012). Menghadapi Masa Depan yang Tak Pasti: Bagaimana Hutan dan Manusia Beradaptasi terhadap Perubahan Iklim. Europe: Uni Eropa. Evans, W.C., 2002, Trease and Evans Pharmacognosy, 15thEdition, 466, 479, New York, W.B Saunders. Gordon, B. N., & Schroeder, C. S. (2002). Assessment and Treatment of Childhood Problems : A Clinician’s Guide.Second Edition. United States of America : The Guilford Press. Zastrow, Charles & Bowker, Lee (1984), Social Problems: Issues and Solutions, Chicago: Nelson-Hall Kartono, Kartini. 1999. Patologi Sosial. Jakarta: Raja grafindo Persada. Poerwadarminta . 1984,Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta :Balai Pustaka. Soerodibroto, Soenarto, 1994, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Atmasasmita, Romli, 1983, Bunga Rampai Kriminologi, Rajawali, Jakarta. Atmasasmita, Romli, 1983, Bunga Rampai Hukum Acara Pidana, Bandung: Bungacipta.
18