Gangguan Saluran Buang Air Kecil pada Penderita Fimosis Sarah Claudia Yosephine Simanjuntak (102016204) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia Email:
[email protected] Abstrak Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur keseimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (bulibuli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh. Kata Kunci : ureter, vesika urinaria, uretra, urine Abstract Kidneys are the organs in the human body that perform many functions for homeostasis, which primarily is as an organ of excretion and regulating fluid and acid-base balance in the body. There is a pair of kidneys in humans, respectively on the left and right side ( lateral ) vertebrae and located retroperitoneal (behind the peritoneum ). Besides a pair of kidneys are also equipped with a pair of ureters, a bladder ( bladder / urinary bladder ) and the urethra that carries urine out of the body into the environment. Keyword :ureters, a bladder, urethra, urine
Pendahuluan Pada pria organ genitalia terbagi menjadi dua yaitu, organ genitalia interna dan genitalia externa. Berdasarkan kasus, disini saya akan membahas tentang genitalia externa dimana terdiri dari penis dan skrotum, dimana Penis adalah alat kelamin jantan. penis terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa berfungsi ketika ereksi dan satu bagian yang lebih kecil di bawah . Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra berfungsi sebagai saluran air seni ketika kencing dan saluran untuk sperma ketika ejakulasi. Sedangkan skrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur suhu yang sesuai bagi spermatozoa. Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi sebagai tempat bergantungnya testis. Genitalia Masculina Urethra Urethra pada laki-laki (masculina) berbeda dengan wanita (femina). Urethra masculina merupakan pipa fibromuscular dengan panjang 18-22cm dan mempunyai fungsi menyalurkan urine dari vesica urinaria sampai ke dunia luar dan tempat lewatnya semen/sperma.1 Urethra masculina terdiri dari 4 bagian, yaitu:2 1. Urethra pars intramuralis (preprostatica) : panjang urethra pars intramuralis adalah 0,51,5cm. 2. Urethra pars prostatica : panjang urethra pars prostatica ±3cm, membentang dari collum vesica urinaria sampai sedikit ventral apex gl.prostata. pada dinding posteriornya dapat dijumpai: Crista urethralis, merupakan rigi yang memanjang. Sinus prostaticus, merupakan lekukan di sisi kiri dan kanan crista urethralis dan muara ductus excretorius prostaticus. Colliculus seminalis, merupakan tonjolan di tengah-tengah crista urethralis dan memiliki lubang yang disebut utriculus prostaticus (utriculus masculinus).
Muara ductus ejaculatorius di kanan dan kiri utriculus prostaticus. Jadi dapat disimpulkan bahwa urethra pars prostaticus merupakan pertemuan saluran urine dan reproduksi. 3. Urethra pars membranasea : urethra pars membranasea merupakan bagian yang paling pendek, sepanjang 1-2cm, dan membentang apex prostat sampai bulbus penis. Bagian paling sempit urethra pars membranasea disebabkan oleh otot yang mengelilingi urethra yaitu m.spinhcter urethra. Urethra bagian ini seluruhnya terletak dalam diaphragma pelvis/diaphragma urogenitale. Selain pendek dan sempit, urethra bagian ini susah diregangkan dan sangat tipis di bagian distalnya sehingga mudah robek pada katerisasi.1,2 4. Urethra pars spongiosa : urethra pars spongiosa merupakan bagian urethra terpanjang yaitu ±15cm dan membentang dari bulbus penis sampai ujung glans penis. Seluruh bagian urethra pars spongiosa dikelilingi corpus spongiosum/corpus cavernosum. Pada glans penis terdapat bagian yang melebar disebut fossa naviculare urethrae. Muara urethra pars spongiosa pada glans penis disebut orificium externum urethra dan pada bagian anterior bermuara gl.urethralis littre.1,2
Gambar 1.Urethra
Gambar 2 : genitalia masculina Penis Penis dihubungkan pada symphisis ossis pubis melalui suatu jaringan ikat yang disebut lig.suspensorium penis.Penis dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu radix penis, corpus penis, dan glans penis. Radix penis merupakan bagian penis yang melekat ke symphisis ossis pubis dan terdiri dari 3 massa jaringan erektil yaitu:bulbus penis, crus penis dextra, dan crus penis sinistra. Sedangkan corpus penis merupakan lanjutan radix penis ke arah distal. Pada permukaan dorsal corpus penis, tepat pada garis tengah, dapat dijumpai V.dorsalis penis superficialis. Glans penis terletak pada ujung distal corpus penis. Pada glans penis dapat dijumpai alat-alat sebagai berikut: 1. Meatus/orificium urethra externa. 2. Frenulum, yaitu lipatan kulit yang terletak di caudal meatus urethra externa. 3. Preputium, yaitu lapisan kulit yang menutupi glans penis. 4. Corona glandis, yaitu pinggir dasar glans penis. Pada penis terdapat juga beberapa pembuluh darah. Pembuluh darah penis antara lain: a. Arteri pudenda penis: cabang arteri hipogastrika yang menyuplai darah untuk ruangan kavernosa
b. Arteri profunda penis: cabang dari arteri dorsalis penis, bercabang terbuka langsung keruang kavernosa. Cabang kapiler ini akan menyuplai darah ke trabekula ruangan kavernosa dan dikembalikan ke vena pada dorsum membentuk vena dorsalis penis melewati permukaan superior korpura lalu bergabung dengan yang lain. Vena penis a. V. Dorsalis penis subfascialis menerima dari glans penis, praeputium penis, corpora cavernosa penis, corpus cavernosa urether(corpus spongiosum penis). Masuk ke plexsus venosus prostaticus, akhirnya ke v. Iliaca interna. b. V. Dorsalis penis subcutanea Menerima dari jaringan cutis dan subcutis Akhirnya ke V. Saphena magna Persarafan pada penis: Merupakan
cabang
dari
nervus
Gambar 3 : penis
pudendus
dan
plexus.2
Scrotum Scrotum merupakan suatu kantong yang dibentuk oleh kulit dan fascia. Kulit scrotum berkeriput dan ditutupi rambut-rambut kasar. Pada bagian tengah scrotum, dapat dijumpai suatu garis yang disebut Raphe Scrotalis. Scrotum berisi testis dan epidydimis.1,2 Perdarahan pada scrotum antara lain: a. Ramus perinealis dari arteri pudenda interna b. Arteri pudenda externa dari arteri femoralis c. Arteri cremasterica dari arteri epigastrica inferior Vena scrotales mengiringi arteri-arteri tersebut. pembuluh limfe
ditampung oleh nodi
lymphoidei ingunales superficiales. Persarafan pada scrotum antara lain: a.
Ramus genitalis dari nervus genitofemoralis (L1,L2) yang bercabang menjadi cabang sensoris pada permukaan scrotum ventral dan lateral.
b. Cabang nervus ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan scrotum ventral. c. Ramus perinealis dari nervus pudendalis untuk permukaan scrotum dorsal. d. Ramus perinealis dari nervus cutaneus femoris posterior untuk permukaan scrotum kaudal. Bagian ventral testis dipersarafi oleh nervus ilioinguinalis dan oleh ramus genitalis nervus genitofemoralis. Bagian dorsal memperoleh persarafan dari ramus medialis dan ramus scrotalis nervi perinealis dan ramus perineals nervi cutanei femoralis posterioris.
Gambar 4 : scrotum Testis Istilah testis berasal dari bahasa Yunani orchis, sedangkan peradangan testis disebut orchitis. Testis adalah organ reproduksi yang menghasilkan spermatozoa dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder. Bentuk testis oval dengan konsistensi lunak. Testis dibungkus oleh tunica vaginalis propria dan terletak dalam cavum scroti. Pada orang normal, testis kiri letaknya lebih rendah daripada yang kanan. Sedangkan pada situs inversus totalitas dan orang kidal, testis kanan letaknya lebih rendah dari pada testis kiri.Pada testis dapat dijumpai sisa-sisa perkembangan ujung cranial ductus paramesonephros yang disebut appendix testis. Testis dapat dibedakan menjadi bagianbagian sebagai berikut: extremitas superior, extremitas inferior, facies lateralis, facies medialis, margo anterior (convex), dan margo posterior (datar). Sedangkan pembungkus testis dari dalam keluar adalah: 1. Tunica albuginea. 2. Tunica vaginalis testis lamina visceralis dan lamina parietalis. 3. Fascia spermatica interna. 4. M. Cremaster 5. Fascia spermatica externa.
6. Tunica dartos. 7. Cutis scroti. Pada irisan/potongan testis dari margo anterior ke margo posterior dapat dijumpai parenkim testis dibungkus oleh tunica albuginea. Tunica albuginea memberikan septula testis ke dalam parenkim testis. Di sebelah luar, tunica albuginea dibungkus lagi oleh tunica vaginalis propria lamina visceralis.Di daerah dekat margo posterior testis yang tidak di capai oleh septula testis terbentuk massa jaringan ikat fibrosa yang memadat, disebut mediastinum testis. Rete testis adalah anyaman beberapa tubuli seminiferi recti yang memasuki mediastinum. Dari rete testis dibentuk saluran-saluran yang memasuki caput epididymis disebut ductuli efferentes testis. Testis didarahi oleh a.testicularis, cabang aorta abdominalis. Sedangkan aliran vena nya bermuara ke v.testicularis, yang kemudian dialirkan ke dalam v.cava inferior.Pada penderita filariasis terdapat penimbunan cairan antara lapisan tunica vaginalis visceralis dan parietalis yang disebut Hydrocele testis. Secara fisiologis, pada masa janin testis yang terletak di dalam cavum abdomen akan turun dan memasuki scrotum. Peristiwa ini disebut descensus testiculorum. Keadaan dimana testis tidak turunj ke dalam scrotum disebut Kriptorkismus. Keadaan ini membutuhkan operasi sedini mungkin.
Gambar 5 : testis
Epididymis Epididymis merupakan suatu saluran berkelok-kelok yang panjangnya kurang lebih 6 meter. Epididymis terletak di sebelah dorsal testis. Epididymis dibedakan menjadi caput epididymis, corpus epididymis, dan cauda epididymis.
Gambar 6 : epididimis Ductus Deferens Ductus deferens atau vas deferens adalah suatu saluran berdinding tebal yang dilalui sperma. Mulai dari anulus inguinalis medialis menuju lateral A.epigastrica inferior kemudian turun ke dorsocaudal pada dinding lateral pelvis, menyilang ureter di sisi medialnya dan menuju ke mediocaudal pada permukaan dorsal vesica urinaria. Pada bagian ujung akhir ductus deferens terdapat bagian yang melebar disebut: Ampulla ductus deferens. Ductus excretorius vas deferens bersama-sama dengan ductus excretorius gl.vesiculosa membentuk: ductus ejaculatorius. Glandula prostata Gl.prostata adalah sebuah organ fibromuskular sebesar kemiri yang berfungsi sebagai kelenjar aksesoris dan mengelilingi pars prostatica urethra. Gl. Prostata memiliki capsula fibrosa yang
padat dan diliputi oleh sarung prostat jaringan ikat sebagai bagian fascia pelvis visceralis. Topografi prostata adalah sebagai berikut : alasnya berhubungan dengan cervix vesicae, puncaknya bersandar pada diaphragma urogenitale, permukaan ventral prostate terpisah dari symphysis pubica oleh lemak retroperitoneal dalam spatium retropubicum, permukaan dorsal prostate berbatas pada ampulla recti, permukaan laterokaudal berhubungan dengan m.levator ani. Lobus-lobus prostata : Lobus anterior (isthmus prostatae), terletak ventral dari urethra, bagian ini bersifat fibromuskular dan mengandung sedikit jaringan kelenjar, mungkin juga sama sekali tidak. Lobus posterior, terletak dorsal dari urethra dan kaudal terhadap kedua ductus ejaculatorius, bagian ini dengan mudah teraba pada pemeriksaan rektal secara digital. Lobus –lobus lateral, terletak pada sisi kanan dan sisi kiri urethra, lobus-lobus ini merupakan bagian utama prostata. Lobus medius (tengah), terletak antara urethra dan kedua ductus ejaculatorius, lobus ini berhubungan erat dengan cervix vesicae Ductuli prostatici yang berjumlah 20-30 buah, terutama bermuara ke dalam sinus prostaticus pada dinding dorsal pars prostatica urethra. Cairan prostat menyumbangkan sekitar 20% dari volume cairan mani. Pendarahan arterial Arteri-arteri untuk prostata terutama berasal dari arteri vesicalis inferior dan arteri rectalis media, cabang arteria iliaca interna Penyaluran balik darah dan penyaluran limfe Vena-vena bergabung untuk membentuk plexus venosus prostaticus sekeliling sisi-sisi dan alas prostate. Plexus venosus prostaticus yang terletak antara capsula fibrosa dan sarung prostata, ditampung oleh iliaca interna. Plexus venosus prostaticus juga berhubungan dengan plexus
venosus vesicalis dan plexus venosi vertebrales. Pembuluh limfe terutama berakhir pada nodi lymphoidei iliaci interni dan nodi lymphoidei sacrales. Persarafan Serabut parasimpatis berasal dari nervi splanchnici pelvici (nervi erigentes). Serabut simpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior. Vesicula seminalis Masing-masing vesicula seminalis adalah sebuah bangunan agak panjang yang terletak antara fundus vesicae dan rectum. Vesicula seminalis yang terletak miring disebelah kranial prostate, tidak menimbun spermatozoon. Kedua vesicular seminalis membentuk cairan alkalis kental yang bercampur dengan spermatozoon sewaktu spermatozoon memasuki ductus ejaculatorius dan urethra. Ujung-ujung kranial vesicula seminalis tertutup peritoneum dan terletak dorsal dari kedua ureter pada tempat peritoneum excavatio rectovesicalis memisahkannya terhadap rectum. Ujung-ujung kaudal vesicula seminalis berhubungan erat dengan rectum dan hanya terpisah oleh septum rectovesicale. Ductus excretorius masing-masing vesicula seminalis bergabung dengan ductus deferens untuk membentuk ductus ejaculatorius. Pendarahan arterial Arteri untuk vesicula seminalis berasal dari arteri vesicalis inferior dan arteria rectalis media Penyaluran balik darah dan penyaluran limfe Vena mengikuti arteri dan diberi nama yang sesuai. Nodi lymphoidei iliaci, terutama nodi lymphoidei iliaci interni, menampung limfe dari vesicula seminalis. Persarafan Dalam dinding vesicular seminalis terdapat pleksus serabut saraf dan beberapa ganglion simpatis. Serabut simpatis praganglion berasal dari nervi lumbales superiors dan serabut parasimpatis dari nervi splanchnici pelvici (nervi erigentes).
Mikroskopik Genitalia Masculina Epididimis Setiap epididimis merupakan sebuah saluran yang tipis, panjang (4-6 m), sangat berkelok yang terlipat dalam ruang yang panjangnya 7 cm pada aspek posterior testis. Epididimis dapat dibagi dalam tiga bagian: kepala, badan, dan ekor. Kepala, terbentuk sebagai penyatuan dari 10-20 duktuli eferentes, menjadi amat berkelok dan melanjutkan diri menjadi badan yang juga amat berkelok. Bagian distal ekornya, yang menyimpan spermatozoa untuk beberapa waktu, menjadi kurang berkelok saat melanjutkan diri menjadi duktus deferens. Lumen epididimis dibatasi oleh epitel bertingkat terdiri atas dua tipe sel: _ Sel basal : yang pendek berbentuk piramid hinggapolihedral. Mempunyai inti yang bulat mengandung kumpulan banyak heterokromatin yang memberikan gambaran padat. Sitoplasma yang sedikit relative jernih, dengan hanya sedikit organel. Sel basal diduga berfungsi seperti sel punca, akan beregenerasi menjadi sel basal dan sel prinsipal apabila dibutuhkan. _ Sel principal: epitel epididimis tinggi, dan mempunyai inti oval yang irregular dengan satu atau dua anak inti yang besar. Intinya jauh lebih pucat dibanding dengan inti sel basal, dan terletak pada bagian basal sel. Sitoplasma sel prinsipal berisi banyak RER yang terletak antara inti dengan plasmalema bagian basal. Inti juga mempunyai kompleks Golgi besar di daerah di atas inti (supranuklear), banyak gambaran SER di daerah apikal, endolisosom, dan badan multivesikular. Membran sel di bagian apikal memperlihatkan banyak vesikel pinositotik dan vesikel berselubung di daerah pangkal pada banyak stereosilia yang menjulur ke lumen epididimis. Juluran sel yang panjang dan bercabang ini merupakan kumpulan mikrovili yang saling berdekatan sehingga tampak membentuk kelompokan. Sel-sel utama menyerap cairan lumen, yang diendositosis melalui vesikel pinositotik dan diantarkan ke lisosom untuk dibuang. Tambahan lagi, sel-sel ini memfagositosis sisa sitoplasma yang tidak dikeluarkan oleh sel Sertoli.Sel-sel utama juga memproduksi gliserofosfokolin, suatu glikoprotein yang menghambat kapasitasi spermatozoa, dengan demikian mencegah spermatozoa memfertilisasi sebuah oosit sekunder sebelum sperma memasuki saluran genitalia perempuan Epitel epididimis dipisahkan dari jaringan ikat longgar di bawahnya oleh suatu lamina basal. Selapis sel otot polos yang tersusun sirkular mengitari lapisan jaringan ikat. Kontraksi peristaltik lapisan ini membantu mengantarkan spermatozoa ke duktus deferens.
Duktus Deferens (Vas Deferens) Duktus deferens merupakan tabung muskular dengan lumen yang kecil, ireguler yang menyalurkan spermatozoa dari ekor epididimis ke duktus ejakulatorius. Epitel kolumnar bertingkat berstereosilia pada duktus deferens sama dengan yang terdapat pada epididimis, walaupun sel utama di sini lebih pendek. Sebuah lamina basal memisahkan epitel dari jaringan ikat longgar di bawahnya. Epitel membentuk lipatanlipatan sehingga lumen terlihat ireguler. Selubung otot polos tebal yang melingkari jaringan ikat, tersusun dalam lapisan dalam dan luar yang longitudinal dan lapisan tengah yang sirkular. Selubung otot polos ini diseling oleh lapisan tipis jaringan ikat fibroelastik longgar. Bagian akhir setiap duktus deferens yang melebar, dikenal sebagai ampula, mempunyai epitel tebal yang amat berlipat-lipat. Ampula dekat kelenjar prostat akan bergabung dengan vesikula seminalis (kelenjar vesikulosa). Lanjutan dari penyatuan ampula dengan vesikula seminalis disebut sebagai duktus ejakulatorius. Vesikula Seminalis (Kelenjar Vesikulosa) Vesikula seminalis merupakan bangunan tubular yang berjalan amat berkelok (coiled), panjang sekitar 15 cm, terletak antara aspek posterior leher kandung kemih dan kelenjar prostat, dan menyatu dengan ampula duktus deferens tepat di atas kelenjar prostat. Mukosavesikula seminalis amat berkelok, membentuk ruang-ruang buntu (cul-de-sac) mirip labirin, yang secara tiga dimensi, mempunyai lumen yang sama di tengah. Lumen dibatasi epitel silindris bertingkat terdiri atas sel basal yang pendek dan sel kolumnar rendah. Setiap sel silindris mempunyai banyak mikrovili rendah dengan satu flagelum menjulur ke lumen kelenjar. Sitoplasma sel-sel ini menunjukkan RER, Aparatus Golgi banyak mitokondria, beberapa butiran lipid dan pigmen lipokrom, dan banyak granula sekretorik. Tinggi sel bervariasi sesuai dengan kadar/tingkat testosteron darah. Jaringan ikat subepitel bersifat fibroelastis dan dikelilingi oleh selubung otot polos, tersusun sebagai lapisan sirkular dalam dan lapisan luar yang longitudinal. Selubung otot polos kemudian dilingkupi oleh lapisan jaringan ikat fibroelastis yang sangat halus (rapuh). Vesikula seminalis pernah dianggap tempat menyimpan spermatozoa, beberapa di antaranya selalu ada dalam lumen kelenjar ini. Sekarang diketahui bahwa kelenjar ini menghasilkan cairan seminal yang banyak mengandung fruktosa, meliputi 70% volume semen. Walaupun cairan
seminal juga mengandung asam amino, sitrat, prostaglandin, dan protein, fruktosa merupakan unsur utama, karena merupakan sumber energi spermatozoa. Karakteristik warna kuning pucat semen disebabkan oleh pigmen lipokrom yang dilepaskan oleh vesikula seminalis.
Gambar 7 : vesicula seminalis Kelenjar Prostat Kelenjar prostat, merupakan kelenjar pelengkap terbesar, ditembus oleh uretra dan duktus ejakulatorius. Kapsula tipis kelenjar terdiri atas jaringan ikat kolagen padat iregular dengan banyak pembuluh darah, diselingi sel-sel otot polos. Stroma jaringan ikat kelenjar berasal dari kapsula dan karenanya juga diperkaya dengan serat otot polos selain sel-sel jaringan ikat yang biasa. Kelenjar prostat, suatu kumpulan terdiri atas 30 hingga 50 kelenjar tubuloalveolar kompleks, tersusun dalam tiga lapisan konsentrik terpisah: Mukosa, Submukosa,Utama. Setiap kelenjar tubuloalveolar mempunyai saluran keluarnya sendiri yang menyalurkan produk sekresinya ke dalam uretra prostatik. Kelenjar mukosa paling dekat dengan uretra dan karenanya merupakan kelenjar terpendek. Kelenjar submukosa terletak perifer terhadap kelenjar mukosa dan karenanya lebih besar daripada kelenjar mukosa. Kelenjar terbesar dan berjumlah terbanyak ialah kelenjar utama yang terletak paling perifer, yang menyusun massa prostat. Komponen kelenjar prostat dibatasi oleh epitel silindris selapis hingga berlapis, sel-selnya mempunyai cukup banyak organel yang berperan untuk sintesis dan pengepakkan proteinnya. Oleh karenanya, selsel ini mempunyai banyak RER, sebuah aparatus Golgi yang besar, banyak granula sekretori, dan banyak lisosom. Lumen kelenjar tubuloalveolar seringkali berisi konkresi prostatik (korpora amilasea) yang bundar hingga oval, terdiri atas glikoprotein yang terkalsifikasi, benda-benda ini bertambah pada penuaan individu. Kegunaan konkresi sekret ini belum dipahami. Sekresi prostat menyusun semen. Merupakan cairan putih serosa, banyak mengandung lipid, enzim proteolitik,
asam fosfatase, fibrinolisin, dan asam sitrat. Pembentukan, sintesis, dan pelepasan sekresi prostat diatur oleh dihidrotestosteron, yaitu bentuk aktif testosteron.3,4 PENIS Penis terdiri atas tiga kolom jaringan erektil, yang masing-masing terbungkus dalam kapsul jaringan ikat fibrosa yang padat, yaitu tunika albuginea Dua di antara kolom jaringan erektil, korpora kavernosa, terletak di daerah dorsal; tunika albuginea di antaranya tidak lengkap memungkinkan hubungan antara kedua jaringan erektilnya, korpus spongiosum terletak di daerah ventral. Oleh karena korpus spongiosum dilalui uretra penilis, uretra di sini disebut juga uretra korpus kavernosum. Korpus kavernosum berakhir di bagian distal dengan bagian melebar yang disebut glans penis (kepala penis). Ujung glans penis ditembus ujung akhir uretra sebagai celah vertikal. Ketiga korpora diliputi selubung bersama jaringan ikat longgar, tanpa hipodermis, dan diliputi kulit tipis. Kulit bagian proksimal penis mempunyai rambut pubis yang kasar dan banyak kelenjar keringat dan sebasea. Bagian distal penis tidak berambut dan hanya sedikit kelenjar keringat. Kulit berlanjut dari distal ke glans penis membentuk sarung yang dapat ditarik ke belakang, prepusium, yang permukaan dalamnya dilapisi membran mukosa, epitel gepeng berlapis tanpa zat tanduk. Bila seseorang disirkumsisi, bagian prepusium inilah yang dibuang.3
Gambar 8 : penis Scrotum Terdiri atas integumentum communis dan tunika dartos. Kulit skrotum lebih tipis, rambut lebih sedikit dan kaya akan glandula. Terdapat glandula sebasea dan glandula kulit tubuler, di bagian
dalam kulit skrotum melekat ke tunika dartos dengan perantara jaringan ikat longgar. Tunika dartos terdiri atas berkas otot polos yang arahnya tidak teratur serta serabut kolagen dan elastis. 4
Mekanisme Terjadi Miksi Miksi atau berkemih merupakan proses pengosongan kandung kemih yang diatur oleh mekanisme reflex berkemih dan kontrol volunter berkemih. Refleks berkemih dimulai ketika reseptor regang di kandung kemih terangsang. Kandung kemih dapat menampung 250-400 mL urin sebelum tegangan dindingnya mulai meningkat dan mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan yang berlebih maka semakin besar tingkat aktivasi reseptor. Serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan melalui antarneuron merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motoric ke sfingter externum. Stimulasi parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi akan menarik terbuka sfingter internum. Secara bersamaan sfingter eksternum melemas karena neuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui urethra karena kontraksi kandung kemih.6,7 Pengisian kandung kemih juga menyadarkan seseorang terhadap keinginan berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul sebelum sfingter eksternum secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan terjadi. Akibatnya kontrol volunter berkemih yang diajarkan saat toilet training mampu mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kemih dapat berlangsung sesuai dengan keinginan. Jika waktu refleks miksi kurang sesuai, seseorang tersebut bisa dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan mengencangkan sfingter externum dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunteer dari korteks serebrum mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang sehingga sfingter ekstenum tetap kontraksi dan urin tidak keluar.6 Tetapi kalau kandung kemih terus terisi dan sinyal dari reseptor regang terus meningkat, akhirnya sinyal inhibitorik ke neuron motoric makin kuat dan tidak dapat diatasi dengan sinyal eksitatorik volunteer sehingga sfingter externum melemas dan kandung kemih mengosongkan isinya secara tidak terkontrol. Berkemih juga dapat dimulai meski kandung kemih tidak teregang dengan cara melemaskan sfingter eksternum dan diafragma pelvis secara sadar. Dengan
merendahkan rongga dasar pelvis, kandung kemih jatuh kebawah dan secara bersamaan menarik sfingter internum terbuka dan meregangkan dinding kandung kemih. Selain itu, pengosongan kemih yang disadari juga dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan karena peningkatan tekanan intraabdomen memeras kandung kemih untuk memudahkan pengosongannya.6,7
Gambar 9 : mekanisme miksi
Keseimbangan Cairan Elektrolit Tubuh Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk mempertahankan
konsentrasi
elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga untuk volume cairan tubuh total.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar
paratiroid,
kelenjar
adrenal,
dan
paru.
Ginjal
merupakan
pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang di simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankan fungsinya. Ada beberapa elektrolit di dalam tubuh dan jumlah normalnya, yaitu:8 Natrium (Na+) Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt. Kreatinin Merupakan asam amino yang diproduksi oleh hati, pancreas, dan ginjal. Kreatine juga bisa diperoleh dari luar tubuh yaitu dari sumber makanan. Pada perempuan biasanya memiliki kadar kreatinin leboh rendah dibandingkan laki-laki karena perempuan memiliki jaringan otot yang lebih sedikit. Di antara orang dewasa tanpa penyakit ginjal, laki-lakimeiliki kadar kreatinin normal sekitar 0,6-1,2 mg/dL, sedangkan nilai normal kreatinin pada wanita antara 0,5-1,1 mg/dL. 8
Kalium (K+) Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt. Calsium (Ca2+) Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl. Magnesium (Mg2+) Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.
Sumber
magnesium didapat dari makanan seperti
sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt. Klorida (Cl-) Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt. Bikarbonat (HCO3-) HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal. Normalnya sekitar 24-28 mEq/L.
Urea Urea adalah suatu zat yang mengandung nitrogen dan biasanya dibersihkan dari darah oleh ginjal ke dalam urin. Penyakit yang membahayakan fungsi ginjal sering menyebabkan kadar urea darah meningkat, yang diukur dengan tes nitrogen urea darah (BUN). Normalnya sekitar 10-50 mg/dl. Kesimpulan Pada saat miksi organ penis menjadi salah satu alat yang penting dalam pengeluaran urine. Pada penis terdapat lapisan-lapisan tebal yang disebut dengan preputium tepatnya pada bagian glans penis. Apabila lapisan kulit ini terlalu tebal maka akan mengganggu jalannya urine untuk keluar dari tubuh, oleh sebab itu sirkumsisi dilakukan sebagai metode mengangkat preputium yang tebal tersebut agar tidak menjadi penghalang bagi urine untuk keluar. Daftar Pustaka 1. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia: anatomi umum dan sistem muskuloskeletal. Ed. 23. Jakarta: EGC; 2010. 2. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s basic anatomy. Philadelphia: Elsevier; 2012. h. 221-6 3. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier; 2007. h. 461-507 4. Mescher AL. Junqueira’s basic histology. 13th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2013. 5. Eroschenko VP. diFiore’s atlas of histology with functional correlation. 11th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. 6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.8. Jakarta: EGC; 2016. 7. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed.12. Singapura: Elsevier; 2011 8. Tamsuri A. keseimbangan cairan dan elektrolit. Jakarta: EGC;2008.h.33-4