BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang wanita merupakan mahluk hidup yang mempunyai kebutuhan yang beragam. Kebutuhan itu mencakup beberapa aspek seperti biopsikososial spiritual dimana jika salah satunya tidak terpenuhi akan menimbulkan ketidakseimbangan. Setiap bulan, secara periodik, wanita mengalami
peristiwa
reproduksi
yaitu
menstruasi,
normal akan
untuk
memenuhi
kesimbangannya yaitu meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma. Sedangkan siklus menstruasi adalah waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya haid periode berikutnya. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45-50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopouse. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut. Berkenaan dengan urgensi pemahaman menstruasi tersebut, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana bagi para praktisi kesehatan terutama dalam memberikan pemahaman dan penyuluhan penanganan masalah menstruasi dengan sasaran utama adalah remaja putri. Oleh sebab itu, kami menulis sebuah makalah yang berjudul “Gangguan Menstruasi”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut 1. Apa yang dimaksud menstruasi? 2. Bagaimana siklus yang terjadi pada menstruasi? 3. Apa yang dimaksud dengan gangguan menstruasi? 4. Apa saja kelainan dan gangguan menstruasi? C. Tujuan 1. Mengetahui definisi menstruasi 2. Mengetahui siklus menstruasi 3. Mengetahui definisi gangguan menstruasi 4. Mengetahui kelainan atau gangguan mestruasi D. Manfaat Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan pembaca pada umumnyya tentang apa saja gangguan menstruasi agar dapat di kenali sedini mungkin dan dapat melakukan penatalaksanaan sederhana.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Menstruasi Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita yang dimulai dari menarche sampai terjadinya menopouse. Menstruasi adalah wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil yang setiap bulan secara teratur mengeluarkan dan alat kandungannya. ( Bagian Obsgn FK UNPAD, 1983) Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004) Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan, 1998). Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting
dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopouse menstruasi pada wanita adalah suatu suatu pendarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid),dan timbulnya pendarahan tersebut sebagaiakibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesteron (Hawari,1997).
B. Siklus Menstruasi Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya pendarahan disebut hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal ialah 21- 35 hari. Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya memiliki lama haid yang tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 20-60 ml per hari. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah lebih banyak keluar. Pada wanita dengan anemi defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak. Darah haid yang tidak membeku disebabkan oleh fibrinolisin. Usia perempuan ketika haid pertama kali (menarche) bervariasi lebar, yaitu 10 - 16 tahun, tetapi rata-rata 12,5 tahun. Menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Menarche diawali dengan gejala pubertas lainnya seperti pertumbuhan payudara (telarche), tumbuh rambut kemaluan (puberche) dan tumbuh rambut ketiak. Menarche diikuti oleh siklus yang panjang sekitar 5-7 tahun, lalu regularitas siklus menstruasi meningkat
sehingga siklus menstruasi memendek untuk mencapai masa siklus yang tetap. Sesudah masa pubertas wanita memasuki masa reproduksi yaitu masa dimana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30 – 40 tahun dan berakhir pada masa mati haid atau monopause. Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Selama kurang lebih satu bulan dapat dibedakan menjadi empat masa atau stadium: 1.
Stadium menstruasi atau desquamasi Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebur stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Proses haid mengeluarkan darah, potongan-potongan endometrium dan lender dari servix. Darah yang keluar tidak membeku karena ada fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan mukasa, namun jika banyak darah yang keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi sehingga timbul bekuan-bekuan darah dalam darah haid.
2.
Stadium post menstruum atau stadium regenerasi Luka yang terjadi karena endometrium dilepaskan berangdur-angsur ditutup kenbali oleh selaput lender baru yang terjadi dari sel apitel kelenjarkelenjar endometrium. Pada saat ini tebalnya endometrium kurang lebih 0,5 mm. stadium ini mulai sejak stadium menstruasi dan lberlangsung ± 4 hari.
3.
Stadium intermenstruum atau stadium proliferasi
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm. kelenjarkelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok. Stadium proliferasi berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari haid pertama. 4.
Stadium pramenstruum atau stadium sekresi Pada stadium ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur. Perubahan ini dimaksudkan untuk memepersiapkan endometrium untuk menerima telur. Stadium ini berlangsung dari hari ke 14-28. Jika tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.
C. Gangguan Menstruasi Kelainan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Kelainan haid sering menimbulkan kecemasan pada wanita karena kehawatiran akan pengaruh kelainan haid terhadap kesuburan dan kesehatan wanita pada umumnya. Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya. Banyaknya terbuka, dan tekanan intravaskular.
1
Dismenore a. Pengertian Dismenore adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh kejang otot uterus. b. Klasifikasi dismenore: 1) Dismenore primer Dismenore primer biasanya terjadi akibat adanya kelainan pada gangguan fisik yang mendasarinya, sebagian besar dialami oleh wanita yang telah mendapatkan haid. Lokasi nyeri dapat terjadi di daerah suprapubik, terasa tajam, menusuk, terasa diremas, atau sangat sakit. Biasanya terjadi terbatas pada daerah perut bagian bawah, tapi dapat menjalar sampai daerah paha dan pinggang. Selain rasa nyeri, dapat disertai dengan gejala sistematik, yaitu berupa mual, diare, sakit kepala, dan gangguan emosional. 2) Dismenore sekunder Biasanya terjadi selama 2-3 hari selama siklus dan wanita yang mengalami dismenore sekunder ini biasanya mempunyai siklus haid yang tidak teratur atau tidak normal. Pemeriksaan dengan laparaskopi sangat diperlukan untuk menemukan penyebab jeias dismenore sekunder ini. c. Etiologi 1) Dismenore primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi dismenore primer, tapi meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas. Etiologi dismenore primer di antaranya: a) Faktor psikologis Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan. b) Faktor endokrin Pada umumya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Pengkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri. c) Alergi Teori ini dikemukakan setelah memerhatikan hubungan antara asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronkial, namun bagaimana pun belum dapat dibuktikan mekanismenya. 2) Dismenore sekunder a)
Faktor konstitusi seperti: anemia.
b)
Faktor seperti obstruksi kanalis servikalis.
c)
Anomali uterus kongenital.
d)
Leiomioma submukosa.
e)
Endometriosis dan adenomiosis.
d. Gejala Klinis Gejala klinis dismenore yang sering ditemukan adalah: 1) Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih. 2) Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit, kepala, diare, dan sebagainya. e. Komplikasi 1) Syok. 2) Penurunan kesadaran. f. Penatalaksanaan Medis Terapi medis untuk klien dismenore di antaranya: 1)
Pemberian obat analgetik.
2)
Terapi hormonal.
3)
Terapi dengan obat nonsteroid antiprostagladin.
4)
Dilatasi kanalis serviksalis.
5) Dapat memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostagladin di dalamnya. 2. Amenorea a. pengertian Amenorea adalah keadaan tidak ada haid untuk sediktnya 3 bulan berturut-turut. Amenorea dibagi menjadi dua yaitu amenorea primer dan sekunder. Disebut amenorea primer jika seorang wanita berumur 18 tahun
keatas tidak pernah haid, sedangkan amenorea sekunder terjadi pada wanita yang telah mendapatkan haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya memiliki sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk di ketahui, seperti kelainan-kelainan congenital dan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk pada sebab-sebab yang muncul kemudian dalam kehidupan wanita seperti gangguan gizi, gagguan metabolism, tumor, penyakit infeksi dan lain-lain. Istilah kriptomera menunjuk pada keadaan dimana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar karena ada yang menghalangi, misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis dan lain-lain. Ada pula yang dinamakan amenorea fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi dan sesudah momopous. b. Penyebab amenorea 1. Gangguan organic pusat Sebab organic: tumor, radang, destruksi 2. Gangguan kejiwaan 1) Syok emosional 2) Psikosis 3) Anoreksia nervosa 4) Pseudosiesis 3. Gangguan poros hipotalamus-hipofisis 1) Sindrom amenorea-galaktorea
2) Sindrom stein-leventhal 3) Amenorea hipotalamik 4. Gangguan hipofisis 1) Sindrom Sheehan dan penyakit simmonds 2) Tumor a) Adenoma basofil (penyakit cushing) b) Adenoma asidopil (akromegali, gigantisme) c) Adenoma kromofob (sindrom forbes-albright) 5. Gangguan gonad 1) Kelainan congenital a) Disgenesis ovarii (sindrom turner) b) Sindrom testicular feminization 2) Menopause premature 3) The insensitive ovary 4) Penghentian fungsi ovarium karena oprasi, radiasi, radang dsb 5) Tumor sel granulose, sel teka, sel hilus, adrenal, arenoblastoma 6. Gangguan glandula suprarenalis 1) Sindrom aderenogenital 2) Sindrom cushing 3) Sindrom Adinson 7. Gangguan glandula tiroidea Hipotiroidi, hipertiroidi, kretinisme 8. Gangguan pancreas
Diabetes mellitus 9. Gangguan uterus, vagina 1) Aplasia dan hipoplasia uteri 2) Sindrom Asherman 3) Endometritis tuberkulosa 4) Histerektomi 5) Aplasia vaginae 10. Penyakit-penyakit umum 1) Gangguan gizi 2) Obesitas 3) Dll c. Gejala Amenore Tanda utama amenore adalah tidak adanya periode menstruasi. Tergantung pada penyebab amenore, Anda mungkin mengalami tanda-tanda atau gejala lain bersama dengan tidak adanya periode, seperti: 1. Keluar cairan pada putin payudara 2. Rambut rontok 3. Sakit kepala 4. Gangguan penglihatan 5. Kelebihan rambut wajah 6. Nyeri panggul 7. Jerawat d. Faktor Risiko Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko amenore termasuk:
1. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki anggota keluarga yang mengalami amenore memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah yang sama. 2.
Gangguan makan Seseorang yang mengalami gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia, berada pada risiko lebih tinggi mengalami amenore.
3. Latihan fisik keras Latihan fisik yang keras seperti pada atlet dapat meningkatkan risiko amenore. e. Pemeriksaan Penunjang Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan : 1.
USG
2.
Histerosalpingografi
3.
Histeroskopi, dan
4.
Magnetic Resonance Imaging(MRI).
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen/ Progesterone Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
f. Terapi penanganan amenorrhea
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorrhea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat. 1) Saluran Reproduksi a. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen. b.
Kelainan bawaan dari vagina,hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki
lubang),
septa
vagina
(vagina
memiliki
pembatas
diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil). c. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namunkecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah dengan membuat vagina baru menggunaka skin graft d. Sindrom feminisasi testis Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita.(indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak) e. Parut pada rahim Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis.
Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto rontgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim. 2) Gangguan Indung Telur a. Disgenesis Gonadal Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual. b. Kegagalan Ovari Prematur Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun. c. Tumor Ovarium Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal 3) Gangguan Susunan Saraf Pusat a. Gangguan Hipofisis Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorrhea. Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan
pengeluaran
hormon
gonadotropin.
Terapi
dengan
menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor. b. Gangguan Hipotalamus Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan sindrom cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.
c. Hipogonadotropik Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikiater 3.
Endometriosis a. Pengertian Endometriosis didefinisikan sebagai adanya jaringan endometrium (kelenjar
dan stroma) yang terdapat di luar kavum uteri.
b. Epidemiologi Endometriosis merupakan kasus yang sering terjadi pada wanita usia reproduksi, dimana diperkirakan terjadi pada 1 dari 10 wanita usia reproduksi.Namun pernah juga ditemukan pada wanita postmenopause, terutama yang mendapat substitusi hormonal. Diperkirakan endometriosis terjadi pada sekitar 30% pada pasien dengan infertilitas dan terjadi pada 45% wanita dengan nyeri pelvis kronis. Rata-rata penderita endometriosis pada waktu didiagnosis berusia antara 25 dan 30 tahun. Endometriosis jarang terjadi pada gadis remaja premenars tetapi dapat diidentifikasi pada lebih dari 50% wanita yang berumur kurang dari 20 tahun dengan keluhan nyeri pelvik kronis atau dispareunia. Kurang dari 5% wanita post menopause yang kebanyakan menerima terapi estrogen membutuhkan operasi karena endometriosis. c. Etiologi Hingga kini penyebab pasti endometriosis belum diketahui, namun beberapa teori berupaya untuk menjelaskan tentang penyebab endometrisis 1. Teori Menstrusi Retrograde Teori ini menyatakan bahwa darah menstrusi pada saat haid oleh sebab kontraksi rahim yang tidak normal masuk kedalam kavum peritoneum melalui tuba. Fragmen endometrium tersebut kemudian terimplantasi ke dalam mesotelium. Namun teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa endometriosis juga dapat timbul di rongga pleura dan organ lain diluar peritoneum.
2. Teori Penyebaran limfatik atau vaskuler Konsep ini menjelaskan tentang bagaimana endometriosis dapat ditemui di jaringan lain, di luar peritoneum. Endometriosis sering ditemukan di daerah retroperitoneal yang merupakan daerah yang kaya akan limfatik, sehingga hal tersebut diduga terjadi sebagai akibat penyebaran limfatik. 3. Teori Coelomic Metaplasia transformasi metaplastik. Karena ovarium dan progenitor endometrium, duktus mullerian berasal dari epitel coelemik, maka metaplassia mungkin dapat menjelaskan tentang perkembangan endometriosis pada ovarium. 4. Teori Induksi Teori ini menyatakan bahwa beberapa faktor biologis termasuk hormonal dan inflamasi menjadi penyebab penyakit ini. Teori ini coba menjelaskan tentang faktor faktor komunikasi antar sel berhubungan dengan kejadian endometriosis. d. Tanda dan Gejala 1. Dysmenorrhea atau nyeri haid 2. Nyeri panggul saat tidak haid 3. Dyspareunia atau nyeri saat berhubungan 4. Infertilitas 5. Lelah 6. Keluhan saluran pencernaan yang bersifat siklik: kembung, diare, atau konstipasi secara berkala 7. Dyschezia siklik, nyeri atau kesulitan untuk buang air besar 8. Disuria siklik, nyeri saat buang air kecil 9. Hematuria siklik, adanya darah pada urine 10. Perdarahan rectum siklik 11. Nyeri pundak siklik 12. Atau gejala siklil lainnya e. Pengobatan Endometriosis Pengobatan endometriosis bertujuan untuk mengurangi gejala, memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim, meningkatkan
kesuburan, dan mencegah endometriosis kambuh. Metode pengobatan meliputi pemberian obat, terapi hormon, dan prosedur bedah, tergantung kepada tingkat keparahan gejala dan apakah masih ada keinginan untuk mempunyai keturunan. a)
Obat-obatan
Dokter akan memberikan obat pereda nyeri untuk mengurangi gejala nyeri pada endometriosis, yaitu obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diclofenac atau ibuprofen. b)
Terapi hormone
Terapi hormon bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan jaringan endometriosis, dengan membatasi atau menghentikan produksi hormon estrogen. Meskipun demikian, terapi hormon tidak dapat meningkatkan kesuburan dan mencegah komplikasi seperti adhesi atau perlengketan. Terapi hormon yang digunakan untuk mengobati endometriosis, antara lain adalah: Kontrasepsi hormonal. Pil KB, KB implan, KB suntik, atau spiral (IUD) dapat menghambat proses penebalan jaringan endometrium hingga menghentikan menstruasi, sehingga nyeri yang dirasakan bisa berkurang. 1)
Obat penghambat aromatase. Misalnya anastrozole, exemestane, dan
letrozole, berfungsi untuk menurunkan kadar hormon estrogen dalam tubuh. 2)
Analog hormon pelepas gonadotropin (Gn-RH). Obat ini memicu
kondisi yang menyerupai menopause, dengan menghambat produksi hormon estrogen. Akibatnya, menstruasi menjadi terhenti dan ukuran endometriosis akan mengecil. 3)
Progestogen. Progestogen adalah hormon sintetis yang menyerupai progesteron.
Obat ini mencegah proses ovulasi, yaitu keluarnya sel telur dari ovarium ke tuba falopi, sehingga memicu penyusutan endometriosis. Salah satu contoh obat dengan kandungan progesteron sintetis adalah norethisterone.
4)
Danazol. Merupakan obat yang menyerupai testosteron, dan bekerja dengan
menurunkan produksi hormon yang dihasilkan indung telur, yaitu estrogen dan progesteron, sehingga mewujudkan kondisi serupa menopause. c)
Prosedur Operasi
Operasi akan dilakukan bila metode di atas sudah tidak efektif dalam mengobati endometriosis. Sejumlah prosedur untuk mengatasi endometriosis adalah: 1)
Laparoskopi
Pada pasien endometriosis yang masih ingin memiliki keturunan namun merasakan nyeri parah, dokter akan menyarankan prosedur laparoskopi atau operasi lubang kunci. Melalui laparoskopi, dokter dapat mengangkat jaringan endometriosis, dan bisa juga membakar jaringan tersebut menggunakan laser atau arus listrik.s 2)
Laparotomi
Laparotomi dilakukan bila endometriosis sudah sangat parah dan ukurannya cukup besar. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan lebar di area perut, agar dokter dapat mengakses organ yang terkena dan mengangkat jaringan endometriosis. 3)
Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim, serviks, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium akan memicu menopause dini. Namun demikian, histerektomi juga tidak menjamin endometriosis tidak akan kambuh. Perlu diketahui bahwa prosedur ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir. Hal ini karena pasien yang menjalani histerektomi tidak bisa hamil lagi, serta memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan sebelum memutuskan menjalani histerektomi. 4. Radang panggul a.
pengertian
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah suatu infeksi yang menjangkiti serviks (leher rahim), uterus (rahim), tuba falopi (saluran indung telur), dan ovarium (indung telur). Kasus radang panggul sebagian besar ditemukan pada perempuan berusia 15-24 tahun yang aktif secara seksual. Selain infertilitas, penyakit radang panggul yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, dan kehamilan ektopik. b. Epidemiologi Satu dari 7 wanitaAmerika telah menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasusbaru terjadi setiap tahun
Penyakit radang panggul sebagian besar (90%) terjadi karena infeksi asenden, selebihnya dapat terjadi karena tindakan medis, atau penyebaran limfogen atau hematogen.
c. Penyebab Radang Panggul Infeksi menular seksual adalah salah satu penyebab radang panggul. Bakteri pada infeksi menular seksual, seperti chlamydia dan gonore, adalah contoh bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi pada leher rahim. Bakteri ini dapat menyebar dari vagina hingga ke organ reproduksi bagian atas. Selain itu, beberapa bakteri yang biasanya hidup pada vagina juga dapat mengakibatkan radang panggul. Bakteri ini akan melewati vagina dan menginfeksi organ tubuh lainnya. d. Faktor risiko radang panggul berkaitan dengan keguguran, tindakan aborsi, sering berganti pasangan seksual, berhubungan seksual tanpa kondom, memiliki riwayat radang panggul dan infeksi menular seksual sebelumnya, penggunaan alat kontrasepsi IUD (spiral). e. Tanda dan Gejala Gejala sangat bervariasi, tergantung lokasi, intensitas, serta daya tahan tubuh. 1) Nyeri/ketegangan abdomen bagian bawah 2) Demam 3) Gangguan berkemih 4) Nyeri goyang serviks 5) Nyeri pada adneksa 6) Discharge vagina yang berlebihan 7) Massa di pelvik pada pemeriksaan USG f. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium 2. Leukosit darah 3. LED 4. CRP 5. Pewarnaan Gram 6. Kuldosentesis purulenta 7. Kultur 8. USG 9. Laparoskopi : Cairan purulen dari fimbrae g. Pengobatan Radang Panggul Pengobatan radang panggul atau pelvic inflammatory disease dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik pada penderita yang masih berada pada tahapan awal penyakit. Biasanya penderita akan diberikan antibiotik metronidazole, ofloxacin, doxycycline, atau ceftriaxone untuk mengobati infeksi bakteri, setidaknya selama 14 hari. Pemberian antibiotik dapat disertai dengan pemberian obat pereda sakit, seperti ibuprofen dan paracetamol jika penderita merasakan sakit di daerah perut atau panggul.
Daftar pustaka Alfaina
wahyuni.2008.Endometriosis
dan
Infertilitas.jurnal
obsetri
dan
Ginekologi.8(1):62-71 Erna Suparman.2012.penatalaksanaan endo metriosis.jurnal Biomedik.4(2):69-78 Suparman E,suparman E.2017.Amonorea sekunder:tinjauan dan diagnosis.jurnal. biomedik.9(3):1440-151 Elisa Ratnasari.2017.gangguan menstruasi.Makalah Tono djumanto.2015.Manajemen endometriosis untuk meningkatkan kualitas hidup wanita penderita endometriosis.Skripsi.Universitas padjajaran Dr.Marianti.2017.Radang\
panggul,gejala,penyebab,penatalaksanaan.[Iinternet]di
https://www.alodokter.com Andre tjie.2014.ENDOMETRIOSIS.[Internet] di https://www.kerjanya.net