Gangguan Hati: Kelompok 2

  • Uploaded by: yayuksuseno
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gangguan Hati: Kelompok 2 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,431
  • Pages: 39
GANGGUAN HATI KELOMPOK 2

ARI MELIANA LULUK SETIANINGSIH M. AZIZ SIDIQ NURMELA SETIA NINGSIH

Definisi • Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma.

• Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asa urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

• Hati juga menyimpan beberapa vitamin, mineral (termasuk zat besi), dan gula, mengatur penyimpanan lemak dan mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol. • Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan menyerap zat gizi penting. Juga menetralkan dan menghancurkan substansi beracun serta memetabolisme alkohol, membantu menghambat infeksi, dan mengeluarkan bakteri dari aliran darah

Ganguan pada hati yang menyebabkan hati tidak bekerja sebagaimana fungsinya.

1. Abses Hati Infeksi pada hati karena infeksi oleh bakteri,parasit,jamur yang menyebabkan lubang-lubang kecil pada hati yang penuh nanah. • Abses hati piogenik (AHP) 80% kasus abses hati. Diakibatkan oleh enterobacteriaceae streptokokus mikroaerofili, strepkokus anaerobic, klebsiella pnemoniae, salmonella typhi dan sebagainya.

• Abses hati amebic (AHA) 10% kasus abses hati. Diakibatkan oleh Entamoeba Histolytica • Abses hati jamur 10 % kasus abses hati. Diakibatkan oleh candida

Gejala Abses Hati • Nyeri perut kanan atas • Demam • Anoreksia (nafsu makan menurum) • Nausea (mual) • Vomitus (muntah) • Berat badan menurun • Batuk

• Pembengkakan perut kanan atas • Ikterus (kuning pada mata dan kulit) • BAB berdarah • Temperatur tubuh naik • Malnutrisi • Fluktuasi • Hepatomegal

Pemeriksaan Medis • • • • • • • • •

Abdominal CT scan Abdominal ultrasound Complete blood count (CBC) Liver function tests Bilirubin blood test Blood culturre for bacteria Liver abscess aspiration Serology for amebiasis Stool testing for amebiasis

Penatalaksanaan medis • tandar tata laksana medis abses hati adalah drainase perkulataneus atau aspirasi dengan bantuan USG dan CT scan jika terdapat obstruksi bilier dilakukan dekompresi secara hepatic atau dengan dendoskopi. • Pengobatan abses hati piogenik biasanya meliputi aspirasi cairan abses dengan menggunakan jarum khusus. Tindakan operasi diperlukan bila abses terlalu besar atau telah timbul perforasi. Selain itu, juga akan diberikan antibiotik untuk sekitar 4 – 6 minggu

2. Perlemakan Hati (Hepatic Steatosis) Penumpukan lemak yang berlebih pada organ hati. Penumpukan abnormal tersebut biasanya terjadi pada Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan pada fungsi hati yang seharusnya memproses makanan dan minuman, serta menyaring zat berbahaya dari darah. • perlemakan hati nonalkoholik/nonalcoholic fatty liver (NAFLD) • perlemakan hati alkoholik/alcoholic liver disease (ALD).

Gejala hepatic steatosis • • • • • • • • • •

Pembesaran hati Kelelahan Lemas Penurunan berat badan Kehilangan selera makan Sakit perut Mual dan muntah Pembuluh darah seperti laba-laba Menguning pada kulit dan mata (jaundice) Gatal, penumpukan cairan dan pembengkakan pada kaki (edema) dan abdomen (ascites) • Kebingungan mental

Tes pemeriksaan • Pemeriksaan penunjang adanya peningkatan enzim transaminase dengan dominasi pada ALT atau SGPT àmenandakan adanya kerusakan sel hepatosit. • Didapatkan peningkatan SGOT dan SGPT à Aspartate aminotransferase (AST = SGOT) dan alanine aminotransferase (ALT = SGPT) merupakan petanda nekroinflamasi. Digunakan sebagai alat bantu diagnostik penyakit hati > 50 tahun. Nilai ALT menentukan indikasi terapi anti virus. AST dan ALT juga merupakan parameter keberhasilan terapi

Lanjutan … • Hiperbilirubinemia dengan dominasi bilirubin direct à bilirubin terkonjugasi à sehingga kemungkinan kelainannya ada di hepar atau post hepatal bukan pre hepatal (Bila pre hepatal yang dominan bilirubin indirect) • Gammaglutamyl transferase (GGT) 78 U/L àMengalami peningkatan (Normal 9 – 58 U/L) à Menunjukkan adanya obstruksi bilier

Penatalaksanaan medis 1. Penurunan berat badan dapat mengurangi steatosis hepatik, akan tetapi diperlukan penurunan berat badan paling sedikit 10% untuk memperbaiki necroinflammation. 2. Pasien dengan NAFLD tidak disarankan untuk mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak. 3. Pemberian vitamin E (a-tocopherol) 800 IU/hari memperbaiki histologi hati pada pasien dewasa nondiabetik yang telah dibuktikan dengan biopsi memiliki NASH, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama.

Lanjutan … 4. Omega-3 dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama pada pasien NAFLD dengan hipertrigliseridemia. 5. Metformin tidak direkomendasikan sebagai terapi spesifk untuk penyakit hati pada dewasa dengan NASH. 6. Pioglitazone dapat digunakan sebagai terapi steatohepatitis pada pasien dengan NASH yang telah dibuktikan dengan biopsi, akan tetapi data keamanan dan efikasi jangka panjang belum diketahui. 7. Statin dapat digunakan sebagai terapi dislipidemia pada pasien dengan NAFLD dan NASH, akan tetapi tidak direkomendasikan pada pasien dengan spesifik NASH.(MAR)

Kolesistitis Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan (Brooker, 2001). Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.

Etiologi Koleosistitis Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitu kolesistitis akut dan kronik (Suparyanto, 2009).

1. Kolesistitis akut Peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa . 2. Kolesistitis kronik adalah Peradangan menahun dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.

Gejala • Rasa sakit yang sangat parah pada perut bagian kanan atas dan dapat bertahan

selama beberapa jam. Rasa sakit ini cenderung muncul setelah mengonsumsi makanan tertentu, terutama makanan berlemak dan bisa menjalar hingga ke punggung atau tulang belikat kanan. • Rasa sakit bertambah parah saat menarik napas panjang • Mual, muntah, dan nafsu makan hilang. • Demam dan berkeringat. • Kulit dan mata menjadi kuning.

Tes Pemeriksaan 1. Sonografi (USG) dianjurkan sebagai pemeriksaan awal untuk kolesistitis akut dan scintigrafi merupakan alternatif penggantinya yang dianjurkan. 2. CT Scan dianjurkan sebagai pemeriksaan radiologi sekunder yang dapat mengidentifikasi kelainan ekstrabilier sebagai komplikasi dari kolesistitis akut seperti gangren, formasi gas dan perforasi. 3. CT Scan dengan kontras intravena berguna untuk mendiagnosis kolesistitis akut pada pasein dengan nyeri perut yang tidak khas. 4. Kadar enzim intrinsik hati Alanin Amino Transferase (ALT) dan Aspartat Amino Transferase (AAT) digunakan untuk mengevaluasi fungsi hati dan adanya hepatitis serta dapat pula jumlahnya meningkat pada kolesistitis dan obstruksi saluran empedu.

Lanjutan...

1. Kadar Bilirubin dan Alkalin Fosfatase diperiksa untuk mengevaluasi obstruksi saluran empedu yang umum dijumpai.

2. Kadar Amilase dan Lipase biasanya digunakan untuk memeriksa adanya Pankreatitis, namun Amilase dapat pula meningkat pada kolesistitis. 3. Peningkatan kadar Alkalin Fosfatase ditemukan pada sekitar 25% pasien dengan kolesistitis

Tata laksana Medis . Terapi awal dan pemberian Antibiotik Untuk kolesistitis akut, terapi awal meliputi pengistirahatan usus (bowel rest), hidrasi intravena, koreksi elektrolit, analgesia, dan antibiotik intravena. Untuk kasus yang ringan, terapi antibiotik menggunakan satu jenis antibiotik berspektrum luas sudah cukup memadai. Beberapa pilihan untuk jenis terapi awal ini :  Sanford guide merekomendasikan piperacillin/tazobactam (Zosyn, 3,375 gram IV/6

jam atau 4,5 gram IV/8 jam), ampicilin/sulbactam (Unasyn, 3 gram IV/6 jam), atau meropenem (Merrem, 1 gram IV/8 jam). Pada kasus berat yang mengancam jiwa, Sanford guide merekomendasikan Imipenem/cilastatin ( primaxin, 500 mg IV/6 jam).

lanjutan....  Regimen alternatif meliputi sefalosporin generasi ketiga plus metronidazole (Flagyl, 1 gram IV bolus diikuti 500 mg IV/6 jam).  Bakteri yang biasa ditemukan pada kolesititis adalah : Eschericia coli, Bacteroides fragilis, Klebsiella, Enterococcus, dan Pseudomona  Bila terdapat emesis dapat diberikan antiemesis dan suction nasogastrik.  Oleh karena sering terjadi progesi yang cepat dari kolesistitis akalkulus menjadi

gangren dan perforasi, deteksi dan intervensi dini sangat dibutuhkan.

Terapi konservatif untuk kolesistitis tanpa komplikasi Pasien dapat dirawat jalan pada kasus kolesititis tanpa komplikasi dengan memberikan

terapi antibiotik, analgesik dan kontrol untuk follow up. Kriteria pasien yang dapat di rawat jalan adalah :  Tidak demam (afebris) dengan tanda vital yang stabil.

 Tidak ada bukti adanya obstruksi berdasarkan hasil lab.  Tidak ada masalah medis lain, usia lanjut, kehamilan serta masalah immunocompromised.  Analgesia yang adekuat.  Pasien memiliki sarana dan akses transportasi yang mudah ke sarana kesehatan.  Bersedia untuk kontrol/follow up.

Hepatitis Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002). Sedangakna menurut Brunner dan Suddarth (2002) hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas. Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002). Sedangakna menurut Brunner dan Suddarth (2002) hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas.

Etiologi  Hepatitis A Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna.  Hepatitis B Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah  Hepatitis C Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah

Lanjutan...  Hepatitis D Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV.  Hepatitis E Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling

sering pada dewasa muda hingga pertengahan.

 Kemungkinan hepatitis F dan G Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar

belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

Gejala 

Demam



Kelelahan



Kehilangan nafsu makan



Mual atau muntah



Nyeri lambung



Nyeri sendi atau otot



Buang air kecil atau besar yang tidak lazim



Warna kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice, tanda dari penyakit hati)



Perasaan gatal



Perubahan mental, seperti kurangnya konsentrasi atau koma



Perdarahan dalam

Tes Medis 

Alanineaminotransferase (ALT)/SGPT, aspartateaminotransferase (AST)/SGOT dan alkalinephosphatase (ALP): ketiga enzim ini dihasilkan oleh hati. Ada terlalu banyak

enzim enzim ini berarti ada masalah pada hati Anda. 

Bilirubin: kadar bilirubin darah meningkat dalam penyakit hati. Bilirubin diangkut ke hati untuk diekstrak. Kadar bilirubin yang tinggi berarti kadar faktor pembekuan yang tinggi dan peningkatan risiko kecendrungan perdarahan dan mudah memar.



Albumin dan total Protein (TP): kadar protein darah dan albumin merupakan indikatif dari fungsi hati yang sehat

Tatalaksana Medis o Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/Kg BB. o Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi.Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang. Pemberian lemak sebanyak 45 Kg dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak. o Protein agak tinggi, yaitu 1.25-1.5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Asupan minimal protein 0.8-1g/Kg BB, protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses.

Lanjutan... o Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral Zn dan Fe bila ada anemia.

o Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa. o Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi. o Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa

sesuai kemampuan saluran cerna.

Sirosis Hepatis • Sirosis adalah proses difus yang ditandai oleh fibrosis dan perubahan struktur hepar yang normal menjadi nodulanodula yang abnormal. Hasil akhirnya adalah destruksi hepatosit dan digantikan oleh jaringan fibrin serta gangguan atau kerusakan vaskular (Dipiro et al, 2006). • Progevisitas sirosis akan mengarah pada kondisi hipertensi portal yang bertanggung jawab terhadap banyak komplikasi dari perkembangan penyakit sirosis ini. Komplikasi ini meliputi spontaneous bacterial peritonitis (SBP), hepatic encephalophaty dan pecahnya varises esophagus yang mengakibatkan perdarahan (hematemesis dan atau melena) (Sease et al, 2008).

Etiologi Sirosis Hepatis • Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis. • Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. • Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

Gejala Sirosis Hepatis • Penyakit kuning. Gejala ini ditandai dengan menguningnya beberapa bagian tubuh. misalnya, kulit dan bola mata terlihat menguning. Bila Anda mengalami hal ini, berarti Anda sedang mengalami gangguan fungsi hati. • Permukaan kulit terasa gatal-gatal. Hal ini akibat zat bilirubin yang masuk ke dalam aliran darah sehingga muncul di bawah permukaan kulit. Biasanya, gejala ini diiringi juga bercak-bercak kemerahan. • Perut buncit akibat penumpukan air. Kalau perut Anda tiba-tiba membesar, padahal Anda tidak mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak, bisa jadi Anda mengalami penumpukan pada perut. Hal ini terjadi gangguan fungsi hati yang terjadi. Biasanya, kondisi ini diiringi dengan gejala sulit bernapas akibat cairan yang menumpuk di sekitar perut. • Kaki tiba-tiba bengkak. Pembengkakan kaki yang tiba-tiba ini juga disebabkan oleh penumpukan cairan di sekitar kaki Anda (edema). Hal ini menunjukkan bahwa aliran darah di dalam tubuh Anda terganggu. • Mengalami gejala lainnya, seperti sulit tidur, muntah darah, merasa lelah terus-terusan, bahkan hilang kesadaran

Tes Medis • Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik. • Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif. • Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.

Tatalaksana Medis 1. 2. 3. 4.

Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan total Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5% g/kg BB Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi 5. Nartium diberikan rendah 6. Cairan diberikan lebih dari biasa 7. Bentuk makanan lunak

TRIMAKASIH

Related Documents

Gangguan Hati: Kelompok 2
December 2019 23
Gangguan Fungsi Hati
October 2019 43
Hati-hati
June 2020 43
Hati
May 2020 43
Setulus Hati 2
May 2020 9

More Documents from "Nicha c'Icha Arisanty"