Gametogenesis.docx

  • Uploaded by: GaluhFahmi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gametogenesis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,145
  • Pages: 25
MAKALAH GAMETOGENESIS DAN SIKLUS REPRODUKSI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Struktur dan perkembangan Hewan II Yang Dibimbing Oleh Dr. Abdul Gofur, M.Si

Oleh : Kelompok 1 Offering A 2017 Galuh Fahmi Fachrezi

; 170341615051

Muhammad Karrel F.

; 170341615064

Muhammad Rifqi T.

; 170341615076

Melia Dita Silviana P.

; 170341615093

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN SAINS JURUSAN BIOLOGI PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI Agustus 2018

DAFTAR ISI DAFTAR ISI............................................................................................... i DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN.........................................................................

1

1.1 Latar Belakang......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2 1.3 Tujuan...................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN..........................................................................

3

2.1 Gametogenesis........................................................................... 2 2.2 Siklus Reproduksi....................................................................... 15 BAB III PENUTUP..................................................................................

20

4.1 Kesimpulan.............................................................................

20

4.2 Saran.......................................................................................

21

DAFTAR RUJUKAN...............................................................................

22

i

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.................................................................................................

3

Gambar 2.2.................................................................................................

3

Gambar 2.3.................................................................................................

4

Gambar 2.4.................................................................................................

4

Gambar 2.5.................................................................................................

6

Gambar 2.6.................................................................................................

7

Gambar 2.7.................................................................................................

8

Gambar 2.8.................................................................................................

9

Gambar 2.9.................................................................................................

11

Gambar 2.10...............................................................................................

13

Gambar 2.11...............................................................................................

16

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri utama mahkluk hidup adalah berkembang biak atau menghasilkan keturunan, termasuk juga hewan. Beberapa hewan perkembang biakan dapat dilakukan melalui reproduksi secara seksual maupu secara aseksual. Reproduksi Sseksual pada hewan membutuhkan penyatuan dua sel gamet yang diproduksi dari dua individu hewan yang berbeda. Pembentukan sel gamet pada individu disebut dengan gametogenesis, pada jantan disebut dengan spermatogenesis dan pada betina disebut dengan oogenesis Gametogenesis berperan penting dalam pembentukan sel gamet, dengan adanya sel gamet memungkinkan hewan untuk bereproduksi dan menghasilkan keturunan. Sel gamet di produksi melalui pembelahan mitosis dan meiosis. Sel gamet ditujukan agar makhluk hidup dapat menghasilkan keturunan melalui fertilisasi. Namun sebelum fertilisasi diwalai dengan siklus reproduksi. Siklus reproduksi diawali siklus menstruasi atau siklus ovarian. Siklus reproduksi merupakan fase dari awal menstruasi sampai awal menstruasi berikutnya. Biasanya terjadi antara 28 hari. Siklus menstruasi memiliki empat tahap yaitu fase folikuler, fase ovulasi, fase luteal, dan fase menstruasi. Oleh karena gametogenesis dan siklus reproduksi penting untuk keberlangsungan makhluk hidup maka akan dibahas lebih lanjut di dalam makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Bagaimana Proses Spermatogenesis Berlangsung?

1.2.2

Bagaimana Proses Oogenesis Berlangsung?

1.2.3

Bagaimana Proses Siklus Reproduksi Berlangsung?

1.3 Tujuan 1.3.1

Mengetahui Proses Berlangsungnya Spermatogenesis.

1.3.2

Mengetahui Proses Berlangsungnya Oogenesis.

1.3.3

Mengetahui Proses Berlangsungnya Siklus Reproduksi.

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gametogenesis Salah satu ciri utama mahkluk hidup adalah berkembang biak atau menghasilkan keturunan, termasuk juga hewan. Beberapa hewan perkembang biakan dapat dilakukan melalui reproduksi secara seksual maupu secara aseksual. Sebagian hewan yang melakukan reproduksi aseksual dapat membentuk tunas maupun membelah dirinya untuk menghasilkan keturunan. Berbeda dengan reproduksi aseksual yang hanya membutuhkan satu individu Reproduksi seksual pada hewan membutuhkan penyatuan dua sel gamet yang diproduksi dari dua individu hewan yang berbeda. Secara definisi sel gamet tersebut pada individu jantan disebut sperma dan pada betina disebut dengan ovum. Penyatuan kedua sel gamet inilah yang nantinya menjadi cikal bakal kehidupan. Setiap sel gamet membawa kode genetic dari masing masing individu. Namun tidak serta merta sperma dan ovum lagsung terbentuk pada hewan betina maupun jantan. Proses pembentukan sel gamet pada individu hewan tersebut dinamakan dengan gametogenesis (Slack, 2006:9). Sel gamet pada mulanya berawal dari sel germ pada embrio, sel germ pada embrio merupakan kumpulan sel yang hanya bisa menjadi bakal sel gamet (Slack, 2006:8). Pada perkembangan embrionik sel germ akan mengalami pembelahan dan perbanyakan serta perpndahan ke gonad, pada perkembangan pasca embrionik nantinya sel germ akan mengalami gametogenesis (Slack, 2006:9). Pada individu betina gametogenesis disebut dengan oogenesis dan pada individu jantan disebut spermatogenesis.

2

Gambar 2.1 Perkembangan Sel Germ Pada Testis (Ross, 2011:786)

Gambar 2.2 Perkembangan Sel Germ (Slack, 2006:8)

2.1.1

Spermatogenesis Spermatogenesis terjadi di gonad individu jantan atau disebut testis, pada individu jantan memiliki sepasang testis yang tersusun dari berbagai tubuler. Sperma dihasilkan di tubulus seminiferous yang menyusun sebagian besar testis. Disekitar tubulus seminiferus terdapat jaringan pengikat yang di dalamnya terdapat sel Leydig, sel

3

dengan nucleus besar dan sitoplasma yang bergranular, sel Leydig menghasilkan hormone testosterone pada masa pubertas (Rastogi, 2008:437). Tubulus seminiferous terdiri dari sel spermatogenic dan sel Sertoli, sel spermatogenic akan membenuk sel sperma dan sel Sertoli

akan

memberikan

kebutuhan

nutrisi

kepada

sel

spermatogenic yang sedang berkembang (Rastogi, 2008:437).

Gambar 2.3 Testis Manusia (Mescher, 2013:431)

Gambar 2.4 Testis Pada Vertebrata (Kardong, 2008:573)

4

Spermatogenesis dibedakan menjadi 3 fase, fase proliferative dimana

spermatogonium

membelah

secara

mitosis

untuk

memperbanyak diri, fase meitotic diamana spermatosit primer akan mengalami pembelahan meiosis, dan fase spermiogenesis dimana spermatid akan diubah menjadi sperma (Gilbert, 2018:208). Fase proliferative diawali dari pembelahan dan diferensiasi sel germ

menjadi

spermatogonium

(diploid),

ada

3

tipe

spermatogonium, tipe A1 (dark), A2 (Pale), dan B. tipe A1 berfungsi sebagai sel punca bagi spermatogonium lain, sel tipe ini dapat memperbanyak diri serta membentuk tipe A2 yang lebih terang melalui pembelahan mitosis. Tipe A2 dapat membelah diri membentuk sel tipe A2 lainnya melalui pembelahan mitosis atau tipe B yang nantinya akan membelah menjadi sperma. Tipe B akan mengalami pembelahan mitosis terakhir membentuk spermatosit primer (diploid) (Gilbert, 2018:208). Pada fase meitotic, tiap spermatosit primer akan mengalami pembelahan meiosis pertama membentuk sepasang spermatosit sekunder yang haploid karena terjadi reduksi kromosom. Selanjutnya tiap spermatosit sekunder akan mengalami meiosis kedua membentuk sepasang spermatid yang haploid (Gilbert, 2018:209). Pada fase meitotic sel akan semakin menjauh dari lamina basalis dan semakin mendekat ke bagian lumen, walaupun makin menjauh dari lamina basalis tiap spermatid masih terhubung satu sama lain melalui jembatan sitoplasmik. (Gilbert, 2018:209).

5

Gambar 2.5 Sel Spermatogenic (Ross, 2011:791)

Pada fase spermiogenesis, spermatid yang masih berbentuk bulat dan tak berflagela akan mengalami diferensiasi dan pematangan menjadi sperma. Proses diawali dengan pembentukan akrosom oleh badan golgi, selama pembentukan akrosom spermatid akan berotasi sehingga akrosom akan menghadap ke arah lamina basalis. Selanjutnya flagel akan terbentuk dari sentiol memanjang ke arah lumen. Pada fase terakhir sisa sitoplasma akan dilepaskan atau dikeluarkan dari sperma. Walaupun sperma sudah terbentuk di testis, proses pematangan masih terjadi di bagian epididymis, sel epididymis akan mengeluarkan eksosom yang akan menyatu dengan sperma, eksosom berfungsi mengekspresikan atau menekan beberapa sifat gen di sperma. Pematangan terakhir sperma terjadi di saluran reproduksi betina, sekresi dari oviduct akan merubah membran sel sperma sehingga sperma dapat menyatu dengan ovum (Gilbert, 2018:210).

6

Gambar 2.6 Spermatogenesis (Mescher, 2013:434)

2.1.1.1 Spermatogenesis Pada Vertebrata Spermatogenesis pada vertebrata dibedakan menjadi kelompok anamniotes (Pisces dan Amfibi) dan kelompok amniotes (Reptil, Aves, dan Mamalia). Pada kelompok anamniotes

unit

spermatogenesis

disebut

dengan

spermatocyst, spermatocyst terbentuk dari spermatogomiu, yang dikelilingi oleh sel Sertoli membentuk cyst. Proses pembentukan sperma sama dengan spermatogenesis pada

7

umumnya namun sperma dibentuk dalam cyst yang berasal dari sel Sertoli (Pudney, 1995). Spermatogenesis pada kelompok amniotes cenderung sama dan mengalami proses spermatogenensis seperti yang dijelaskan pada sub-bab 1.1. namun pada aves ada sedikit perbedaan dimana terdapat 4 macam tipe spermatogonium yaitu tipe A1, A2.1, A2.2, dan B (Noris et al, 2010: 30)

Gambar 2.7 Pembentukan Cyst Pada Spermatogenesis Pisces (Pudney, 1995)

8

2.1.1.2 Spermatogenesis Pada Invertebrata Spermatogenesis

pada

invertebrate

sama

dengan

penjelasan pada sub-bab 1.1. namun pada beberapa invertebrate

spermatogoniumnya

memiliki

sedikit

komponen sitoplasma dan organel. Pada pembentukan spermatosit biasanya diiringi dengan penambahan jumlah organel dan ukuran sel (Hodgson, 1986: 107). Pada sperma invertebrate dibedakan menjadi sperma primitive dan modern.

Sperma

primitive

merupakan

ciri

sperma

invertebrate yang melakukan fertilisasi di luar tubuh, sedangkan

sperma

modern

merupakan

ciri

sperma

invertebrate dengan fertilisasi di dalam tubuh. Pada beberapa invertebrate terjadi modifikasi bentuk maupun struktur sperma seperti pada beberapa molusca yang memiliki mitochondria berada pada bagian posterior nucleus dan bukan di sekeliling aksonema. Pada Platyhelminthes nucleus cenderung memanjang, pada beberapa Crustacea terkadang tidak memiliki flagellum, dan pada beberapa invertebrate juga ada yang memiliki dua flagellum (Hodgson, 1986: 106).

Gambar 2.8 Sel Sperma Primitif dan Modern Pada Invertebrata (Hodgson, 1986: 106).

9

2.1.2

Oogenesis Oogenesis terjadi pada organ gonad betina atau disebut ovarium, ovarium terdapat sepasang dan berada di samping vertebrae dan dibelakang ginjal. Ovarium berfungsi menghasilkan ovum sebagai sel gamet dari betina. Ovarium juga di lengkapi dengan oviduct, Oviduct terbagi menjadi 3 bagian yaitu corong bersilia, tuba fallopi, dan uterus. Ovum mengalami pematangan, fertilisasi, dan pembelahan di bagian tuba fallopi. Selain menghasilkan sel gamet, ovarium juga berfungsi menghasilkan hormone steroid seperti estrogen dan progesterone (Ross, 2011:831). Oogenesis terjadi sejak bulan pertama perkembangan embrio, ketika sel germ bermigrasi ke gonad, sel germ akan membelah dan berdiferensiasi menjadi oogonium. Pada bulan kedua hingga kelima pada embrio akan terbenentuk 600.000-7.000.000 oogonium. Pada bulan ketujuh oogonium akan mengalami pembelahan secara mitosis untuk menghasilkan oosit primer, tiap oosit primer akan dikelilingi oleh sel pendukung yang pipih bernama sel follicular untuk membentuk follicle. Pada bulan ketujuh tersebut sebagian besar oogonium sudah menjadi oosit primer dan terkelilingi oleh sel follicular. Namun pada perkembangannya sebagian besar oosit primer akan terdegradasi selama masa hidup betina. Ketika betina mencapai pubertas setidaknya terdapat 300.000 follicles dan hanya 450 follicles yang mengalami pematangan menjadi ovum (Mescher, 2013:449).

10

Gambar 2.9 Ovarium dan Macam Follicle (Mescher, 2013:451).

Oosit primer yang dikelilingi oleh sel follicular disebut dengan primordial follicle, ketika individu betina memasuki masa pubertas hormone FSH akan memacu perkembangan primordial follicle. Perkembangan tersebut memacu pertumbuhan oosit primer serta poliferasi dan perubahan sel follicular. Sel follicular akan membelah dan membentuk sel-sel yang berbentuk kubus, pada fase ini follicle disebut dengan follicle primer unilaminar. Sel follicular kemudia melanjutkan poliferasinya dan membentuk beberapa lapisan sel

11

follicular, pada fase ini follicle disebut dengan follicle primer mltilaminar (Mescher, 2013:449). Follicle primer multilaminar kemudian mengalami pertumbuhan dan membentuk celah di daerah sel follicular yang disebut dengan antrum, follicle yang memilki antrum ini disebut dengan follicle sekunder. Walaupun dinamakan follicle sekunder, akan tetapi oosit yang di dalamnya masih merupakan oosit primer yang diploid bersama dengan follicle primer unilaminar dan multilaminar (Mescher, 2013:456). Follicle sekunder kemudian mengalami perbesaran ruang antrum dan tumbuh semakin besar, follicle tersebut dinamakan dengan follicle de graff. Bersamaan dengan itu terjadi meiosis 1 yang menghasilkan 2 sel yang tidak sama besar, sel yang kecil memiliki nucleus yang kecil dan sitoplasma yang sedikit akan mati, sel keil tersebut dinamakan badan polar. Sel lain yang berukuran lebih besar dinamakan oosit sekunder. Oosit sekunder memiliki jumlah kromoson yang haploid (Mescher, 2013:457). Ovulasi terjadi saat follicle de graaf meleaskan oosit sekunder ke oviduct. Oosit sekunder yang diovulasikan masih belum matang. Meiosis kedua akan terjadi ketika oosit sekunder dibuahi oleh sperma. Ketika terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami meiosis kedua, menghasilkan ovum dan satu badan polar (Ross, 2011:838). Follicle de graaf yang telah melakukan ovulasi kemudian akan berubah menjadi corpus luteum yang menghasilkan hormone progesterone dan estrogen (Ross, 2011:839).

12

Gambar 2.10 Oogenesis (Mescher, 2013:457).

13

2.1.2.1 Oogenesis Pada Vertebrata dan Invertebrata Oogenesis pada dasarnya sama pada vertebrata dan invertebrate namun pada beberapa jenis vertebrata maupun invertebrate yang mempunyai ciri khusus pada proses oogenesisnya. Pada follicle lalat maupun zebra laut terdapat mycrofil atau tempat masuknya sperma. Pada beberapa jenis reptile pembentukan folliclenya tersusun atas berlapis sel follicular yang membungkus oosit (Matova & Cooley, 2001:309)

14

2.2 Siklus Reproduksi Siklus reproduksi yaitu fase dari awal menstruasi sampai awal menstruasi berikutnya atau bisa disebut siklus ovarian atau siklus menstruasi. Biasanya terjadi antara 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama. Siklus menstruasi memiliki empat tahap yaitu fase folikuler, fase ovulasi, fase luteal, dan fase menstruasi Hari pertama keluarnya darah dari vagina merupakan hari pertama dari siklus menstruasi. Pendarahan terjadi karena adanya peluruhan dari endometrium dan pembuluh darah yang membantu implantasi dari blastokista. Bagian pertama dari siklus disebut fase proliferatif atau folikuler, pituitari mulai mensekresi FSH sehingga jumlahnya meningkat. Setiap folikel yang matang merespon hormon ini sehingga tumbuh lebih besar dan mengalami proliferasi sel. FSH juga menginduksi pembentukan reseptor LH pada sel granulosa. Tidak lama setelah periode pertumbuhan folikel awal ini sekitar 7-8 hari sebelum ovulasi, pituitari mulai mensekresikan LH. Membran nukleus oosit memecah, dan kromosom berkumpul untuk pembelahan meiosis yang pertama. Satu set kromosom disimpan di dalam oosit, dan yang lainnya berakhir di badan polar. Keduanya terbungkus oleh zona pellucida, yang telah disintesis oleh oosit. Pada tahap inilah telur akan di ovulasi.

15

Gambar 2.11 Aktivitas Hormonal Dan Pengaruhnya Pada Saat Siklus Ovarian (Ross, 2011:846).

Aktivitas LH dan FSH, menyebabkan folikel meningkatkan jumlah estrogen, yang memiliki setidaknya lima aktivitas utama dalam mengatur perkembangan dari siklus reproduksi yaitu, menyebabkan endometrium mulai proliferasi dan kaya dengan peredaran darah, menyebabkan lendir serviks menjadi tipis, sehingga memungkinkan sperma masuk ke bagian dalam sistem reproduksi, menyebabkan peningkatan jumlah reseptor FSH pada sel granulosa folikel juga menyebabkan pituitari menurunkan produksi FSH. Dan juga merangsang sel granulosa untuk mensekresikan inhibin hormon peptida, yang juga menekan sekresi FSH, pada konsentrasi rendah, estrogen menghambat produksi LH, tetapi pada konsentrasi tinggi, ia merangsangnya, dan pada konsentrasi yang sangat tinggi dan dalam jangka waktu lama, estrogen berinteraksi dengan hipotalamus, menyebabkannya untuk mensekresikan faktor melepaskan gonadotropin. Ketika kadar

16

estrogen meningkat sebagai akibat dari produksi folikuler, tingkat FSH menurun. LH Ketika kadar estrogen meningkat akibat dari produksi folikuler, tingkat FSH menurun. Tingkat LH, terus meningkat karena lebih banyak estrogen yang disekresikan. Karena estrogen terus dibuat (Pada hari ke 710), sel granulosa terus tumbuh. Pada hari ke-10, sekresi estrogen meningkat tajam. Kenaikan diikuti pada pertengahan siklus oleh lonjakan besar LH dan FSH yang lebih kecil. Dalam 10 hingga 12 jam setelah puncak gonadotropin, telur di ovulasi. Setelah ovulasi, adalah fase luteal. Sel-sel sisa dari folikel yang pecah, di bawah pengaruh LH yang berubah menjadi korpus luteum. Sel-sel sisa folikel mampu merespon LH karena lonjakan FSH menstimulasi mengembangkan lebih banyak reseptor LH. Korpus luteum mengeluarkan estrogen, tetapi sekresi utamanya adalah progesteron. Hormon steroid ini bersirkulasi ke uterus untuk menyiapkan jaringan uterus implantasi dari blastokista, merangsang pertumbuhan dinding uterus dan pembuluh darahnya. Memblokir reseptor progesteron dengan mifepristone steroid sintetik sehingga menghentikan dinding uterus dari penebalan dan mencegah implantasi blastokista. Progesteron juga menghambat produksi FSH, sehingga mencegah pematangan folikel dan ovum. Oleh karena itu kombinasi estrogen dan progesteron telah digunakan dalam pil KB. Pertumbuhan dan pematangan ovum baru dicegah selama FSH dihambat. Jika ovum tidak dibuahi, korpus luteum berdegenerasi, sekresi progesteron berhenti, dan dinding uterus diluruhkan. Dengan penurunan kadar progesteron, pituitari mengeluarkan FSH lagi, dan siklusnya kembali lagi. Namun, jika pembuahan terjadi, trofoblas mengeluarkan hormon baru, luteotropin, yang menyebabkan korpus luteum tetap aktif dan tingkat progesteron tetap tinggi. Dengan demikian memungkinkan pematangan dan ovulasi ovum dan memungkinkan uterus secara periodik berkembang menjadi organ yang mampu memelihara organisme yang berkembang selama 9 bulan. Telur dan sperma keduanya akan mati jika mereka tidak bertemu.

17

Pada Vertebrata selain mamalia hewan akan mengalami masa birahi atau disebut dengan siklus estrus 2.2.1

Siklus Estrus Estrus yang juga dapat disebut dengan birahi, estrus adalah periode dimana psikologis maupun fisiologis pada hewan betina bersedia untuk kopulasi dengan pejantan. Siklus estrus dibagi menjadi empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Estrus disebabkan oleh tingginya estradiol, folikel de Graaf yang membesar dan matang, kontraksi uterus, serta ovum yang mengalami pematangan (Frandson, 1996). 2.2.1.1 Proestrus Proestrus adalah fase saat folikel de graaf tumbuh karena pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol. Estradiol meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel de graff. Fase ini merupakan fase penumpukan, dimana folikel de graff yang berisi ovum membesar karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap ke dalam aliran darah

menyebabkan

peningkatam

vaskularisasi

dan

pertumbuhan sel genital. Pada fase ini terlihat perubahan dari luar alat kelamin dan terjadi perubahan tingkah laku dimana timbul rasa gelisah dan sering mengeluarkan suara yang tidak biasa terdengar (Frandson, 1996).. 2.2.1.2 Estrus Estrus adalah fase yang ditandai dengan keinginan untuk berkopulasi dengan pejantan. Umumnya timbul rasa gelisah, nafsu makan turun, menghampiri pejantan. Fase estrus ditandai dengan betina yang berusaha untuk berkopulasi dengan pejantan, Keluarnya cairan bening dari vulva dan peningkatan sirkulasi sehingga tampak merah. Pada saat itu, keseimbangan hormon hipofisis bergeser dari FSH ke LH

18

yang mengakibatkan peningkatan LH, hormon ini akan membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan korpus luteum (Frandson, 1996).. 2.2.1.3 Metestrus Metestrus ditandai dengan berhentinya estrus, korpus yang mengecil, dan berhentinya pengeluaran lender oleh vulva. Saat metestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi dengan darah dan membentuk korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum akan berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum. Fase berada dibawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Progesteron menghambat sekeresi

FSH

oleh

pituitari

sehingga

menghambat

pertumbuhan folikel ovarium dan mencegah terjadinya estrus. Pada fase ini terjadi ovulasi, setidaknya 10-12 jam sesudah estrus, kira-kira 24 sampai 48 jam sesudah birahi (Frandson, 1996). 2.2.1.4 Diestrus Diestrus adalah periode terakhir, dimana korpus luteum menjadi matang dan muncul pengaruh progesterone terhadap saluran reproduksi (Frandson, 1996).

19

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.1.1

Proses spermatogenesis diawali dari pembentukan spermatogonium oleh sel germ. Sel spermatogonium kemudian melakukan pembelahan mitosis untuk membentuk spermatogonium lainnya. Spermatogonium akan mengalami pembelahan mitosis terakhir membentuk spermatosit primer yang diploid sama seperti spermatogonium. Spermatosit primer akan mengalami meiosis 1 membentuk

spermatosit

sekunder

yang haploid, kemudian

dilanjutkan dengan meiosis dua yang nantinya akan menghasilkan 4 spermatid dari satu spermatosis primer. Spermatid akan mengalami spermiogenesis untuk disempurnakan menjadi sperma. 3.1.2

Proses oogenesis diawali dari pembentukan oogonium oleh sel germ. Sel oogonium kemudian melakukan pembelahan mitosis untuk membentuk oogonium lainnya. Oogonium akan mengalami pembelahan mitosis terakhir membentuk oosit primer yang diploid sama seperti oogonium. oosit primer akan mengalami meiosis 1 membentuk oosit sekunder yang haploid dan satu badan polar, ovulasi terjadi ketika oosit sekunder dilepaskan ke saluran oviduct untuk dibuahi sperma. Meiosis kedua terjadi jika oosit sekunder dibuahi oleh sperma. Oosit sekunder akan membelah dan menghasilkan ovum dan saut badan polar. Oogenesis terjadi dari masa embrionik dan akan berlanjut kembali ketika pubertas

3.1.3

Siklus reproduksi yaitu fase dari awal menstruasi sampai awal menstruasi berikutnya atau bisa disebut siklus ovarian atau siklus menstruasi. Biasanya terjadi antara 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama. Siklus menstruasi memiliki empat tahap yaitu fase folikuler, fase ovulasi, fase luteal, dan fase menstruasi. Pada Vertebrata selain mamalia hewan akan mengalami masa birahi atau disebut dengan

20

siklus estrus. Siklus estrus dibagi menjadi empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. 3.2 Saran 3.2.1

Perlu adanya penjelasan lebih lanjut mengenai gametogenesis pada vertebrata maupun invertebrata.

3.2.2

Kurangnya penjelasan mengenai ciri khusus dari sel gamet vertebrata maupun invertebrate.

21

DAFTAR RUJUKAN Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-7. diterjemahkan oleh Srigandono, B. dan Praseno, K. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gilbert, S.F. & Barresi, M.J.F. 2018. Developmental Biology. Eleventh Edition. Massachusetts: Sinauer Associates, Inc. Hodgson,

A.N.

1986.

Invertebrate

Spermatozoa

Structures

And

Spermatogenesis. Journal of Reproductive System. 17:2. 105-114. Kardong, K.V. 2009. Vertebrates: Comparative Anatomy, Function, & Evolution. Fifth Edition. Belmont: McGraw-Hill Education. Matova, N. & Cooley, L. 2001. Comparative Aspect of Animal Oogenesis. Developmental Biology. 231. 291-320. Mescher, A.L. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. Thirteenth Edition. Indiana: McGraw-Hill Education. Norris, D.O & Lopez, K.H. 2010. Hormones and Reproduction Of Vertebrates. Amsterdam: Elsevier. Rastogi, S.C. 2008. Essentials of Animal Physiology. Fourth Edition. Mumbai: New Age International Publisher. Ross, M.H. & Pawlina, W. 2011. Histology A Text and Atlas. Sixth edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins. Slack, J.M.W. 2006. Essential Developmental Biology. Second Edition. Oxford: Blackwell Publisher. Pudney, J. 1995. Spermatogenesis in Nonmamalian Vertebrates. Microscopy Research and Technique. 32. 459-597.

22

More Documents from "GaluhFahmi"

Kolestrol-1.docx
December 2019 15
Gametogenesis.docx
December 2019 19
Filum Echinodermata.docx
December 2019 36
Fiswan Hormon Kel. 6.docx
December 2019 12
1-2001-albizia_dormancy.pdf
December 2019 16