Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Resiko Kehamilan Pada Pernikahan Dini Di Sman 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi.docx

  • Uploaded by: Nadila Dwi putri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Resiko Kehamilan Pada Pernikahan Dini Di Sman 1 Kulisusu Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,938
  • Pages: 28
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG RESIKO KEHAMILAN PADA PERNIKAHAN DINI DI SMAN 2 LANGSA TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pendidikan seks adalah salah satu cara pengajaran atau pendidikan mengenai seks dan seksualitas untuk mengurangi dampak negatif yang tidak diharapkan seperti pelecehan seksual, kehamilan yang tidak direncanakan, aborsi, Penyakit Menular Seks (PMS). Kurangnya pengetahuan seks dan kehidupan rumah tangga serta adat istiadat yang merasa malu kawin tua (perawan tua) menyebabkan meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja. Pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum dikatakan maksimal, persiapan fisik, persiapan mental juga persiapan materi (Dlori, 2009). Mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang. Di Negara miskin sekitar 25-30% kematian wanita subur disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Tahun 2012 World Health Organization (WHO) memperkirakan Iebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil, bersalin dan nifas. Dewasa ini masyarakat menghadapi kenyataan bahwa resiko kehamilan pada kelompok usia remaja 12 meningkat dan menjadi masalah terutama kehamilan dibawah usia 20 tahun (Winjosastro, 2013). Menurut Unicef (2016) jumlah anak perempuan usia 18 tahun yang menikah setiap tahun tetap saja besar. Sepertiga atau sekitar 250 juta anak menikah sebelum usia 15 tahun diperkirakan 142 juta anak perempuan (14.2 juta per tahun) akan menikah sebelum usia 18 tahun dari tahun 2011 samapai 2020, dan 151 juta anak perempuan akan menikah sebelum usia 18 tahun dari tahun 2021 sampai 2030. Pernikahan dini paling sering dilakukan di Asia selatan dan Afrika Sub-sahara.India yang memiliki

prevalensi pernikahan usia anak tertinggi, 6 negara diantaranya berada di Afrika,termaksud Nigeria yang memiliki prefalensi tertnggi yaitu 77%. Indonesia termaksud Negara ke-37 dengan presentase pernikahan usia muda yang tinggi dan merupakan teringgi kedua di ASEAN setelah Kamboja (Kemenkes, 2015). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statstik (2014) menyebutkan bahwasanya 1,60% anak perempuan usia 10-17 tahun di Indonesia telah menikah. Presentase anak perempuan usia 10-17 tahun yang berstatus menikah di daerah perkotaan sebanyak 0,9% sedankan dipedesaan mencapai 2.24%. Berdasarkan hasil susens (2015) tercatat sebanyak 2,09% wanita pernah menikah yang usianya kurang atau sama dengan 16 tahun. Pemerintah bertujuan untuk menyediakan pendidikan dasar yang dapat diperoleh secara luas. Oleh sebab itu, perempuan muda dihampir semua negara boleh dikatakan Iebih mungkin memperoleh pendidikan dasar dari pada yang dulu didapatkan oleh ibu mereka, dan di Negara berkembang perbedaannya bisa sangat besar. Misalnya di Banda Aceh, 46 % remaja berumur 15-19 tahun sudah menempuh tujuh tahun atau Iebih masa sekolah, dibandingkan dengan 5 % dari pada wanita berumur 40-44 tahun. Begitupun, disparitas, terutama di segi sosial-ekonomi dan di lingkung kehidupan, masih bertahan. Disebagian negara berkembang, kemungkinan perempuan muda kota untuk memperoleh pendidikan dasar adalah 2-3 kali lipat disebanding dengan perempuan-perempuan yang berada dipedalaman (Keraf,2009). Pola pikir zaman primitif dengan zaman yang sudah berkembang jelas berbeda, hal ini dibuktikan dengan sebuah perkawinan antara pilihan orang tua dengan kemauan sendiri, penikahan dini dipaksa atau penikahan dini karena kecelakaan. Namun prinsip orang tua pada zaman dulu sangat menghendaki jika anak perempuan sudah baliq maka tidak ada kata lain kecuali untuk secepatnya menikah. Tradisi pernikahan zaman nenek

moyang Iebih terpacu dengan prospes budaya nikah dini yakni berkisar umur 15 tahun para wanita dan pria berkisar 20 tahun atau kurang (Dlori, 2009). Undang-Undang (UU) praperkawinan No. 1 Tahun 1974 dengan usia kawin perempuan 16 tahun menyebabkan perkawinan usia remaja meningkat dimana konsekuensi dari kehamilan remaja adalah pemikahan remaja dan pengguguran kandungan. Kehamilan pada remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu maupun anaknya. Dari sudut kesehatan obstetri hamil pada usia remaja memberi resiko komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti : anemia, eklampsia, abotus, partus prematurus, kematian perinatal, pendarahan dan tindakan operatis obstetri Iebih sering dibandingkan dengan kehamilan pada golongan usia 20 tahun keatas (Soetjiningsi, 2011). Saat ini, di Indonesia, ada sekitas 45 % perempuan menikah dibawah usia 20 tahun. Sebanyak 42 % menikah pada usia 10-14 tahun dan 41,8 % menikah pada usia 15-19 tahun. "Anak stunting ini Iebih banyak lahir dari ibu yang hamil dibawah usia 20 tahun. Anak Stunting itu tubuhnya pendek, kecil, dan ukuran otak kecil. Resikonya mudah kena penyakit jantung dan pembuluh darah (Julianto, 2013). Usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, Iebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan tisik, kesiapan mental/ emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh). Yaitu sekitar 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik (BKKBN, 2012).

Pernikahan usia dini akan menimbulkan efek pada kesehatan reproduksi dan seksual perempuan dan banyak pengalaman hidup yang berharga pada saat remaja yang akan hilang untuk selamanya. Selaian itu pernikahan dini akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Diusia belasan tahun mengandung resiko-resiko tertentu, baik ibu maupun bayinya kelak, keduanya berada dalam resiko tinggi. Bayi hasil pernikahan dini mempunyai kemungkinan lebih besar untuk lahir dini (premature), atau lahir dalam berat badan dibawah normal (BBLR) pertumbuhan janin terhambat, lahir cacat dan berpenyakitan. Umumnya bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja beresiko tinggi dalam tingkat kematian yaitu meninggal dunia sebelum satu taun dengan presentase 50%, lebih tinggi dibandingkan bayi-bayi yang dilahirkan oleh usia diatas dua puluh tahun (rachmawati, 2005). Di Provinsi Aceh berdasarkan data Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) Tahun 2013 tercatat sebanyak 10 per . 1000 kelahiran atau 0,01 % melakukan pernikahan dini. Namun demikian data tersebut akan mengalami peningkatan yang disebabkan oleh banyaknya pernikahan yang terjadi pada remaja khususnya atau pernikahan dini. Kejadian tertinggi pernikahan di bawah usia 16 tahun terdapat di Kota Langsa yaitu sebesar 2,31% diantara Kota lainnya di DIY. Usia perkawinan pertama 17-18 tahun di Kota Langsa juga menempati urutan pertama diantara Kota lainnya yakni sebesar 6,49% (BPS DIY, 2015) Hasil studi awal yang dilakukan di SMAN 2 Langsa diperoleh jumlah siswi putri 469 orang pada tahun ajaran 2017/2018. Data pada tahun ajaran 2017/2018 dari sekolah pada didapatkan 4 siswa yang keluar karena hamil. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian tenang “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja

Putri Tentang Resiko Kehamilan Pada Pernikahan Dini di SMAN 2 Langsa Provinsi Aceh Tahun 2018”. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: “Bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja putri tentang risiko kehamilan pada pernikahan dini di SMAN 2 Langsa Provinsi Aceh Tahun 2018 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remeja putri tentang resiko kehamilan pada usia dini di SMAN 2 Langsa Provinsi Aceh Tahun 2018. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang resiko kehamilan pada usia dini di SMAN 2 Langsa Provinsi Aceh. b. Untuk mengetahui sikap remja putri tentang resiko kehamilan pada usia dini Di SMAN 2 Langsa Provinsi Aceh 2018. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah perbendarahaan bacaan bahan bagi mahasiswa Poltekes Kemenkes Aceh Jurusan Kebidanan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi remaja dan seluruh masyarakat tentang seberapa besar pengetahuan masyarakat tersebut khususnya mengenai usia yang mantap untuk menikah dan resiko kehamilan pada pemikahan dini. Dan dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan 3. Manfaat Bagi Peneliti Bagi

penulis

sendiri

untuk

menambah

pengetahuan

dan

pengalaman bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama mata kuliah metodologi penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tinjauan umum tentang pengetahuan a. pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2012). b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi, analisis, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut: 1) Tahu (knowledge) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termaksuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (rical) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.oleh sebab itu “ Tahu “ adalah merupakan pengetahuan yang paling rendah.kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehansion) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3) Menerapkan (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, metode prinsip dan sebagainya dalam kontraksi atau situasi lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitanya antara satu dengan yang lain. 5) Sintesis (Syntesis) Sistesis

merupakan

kemampuan

untuk

meletakan

atau

menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket dengan menanyakan tentang materi yang diukur dari subjek penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut: a). Faktor Internal Menurut Notoatmodjo (2008) faktor internal terdiri dari: 1). Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai

yang baru

diperkenalkan. 2). Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3). Usia Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciriciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek

psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4). Minat Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang Iebih mendalam. 5). Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pemah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan Iingkungannya.ada kecendrungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologi akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. b). Faktor Eksternal Menurut Notoatmodjo (2008) faktor eksternal terdiri dari: 1). Ekonomi Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

2). Kebudayaan lingkungan sekitar Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karna lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. 3). lnformasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. d. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan dan domain (Notoatmodjo 2003) . 2. Tinjauan Tentang Sikap a. Pengertian Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2012). Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesediaan respon seseorang terhadap suatu objek disuatu lingkungan tenentu. Banyak psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Cara yang khusus terhadap

stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap mempakan suatu kecendrungan untuk mendekat atau menghindari positif atau negative terhadap berbagai keadaan social, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide. konsep dan sebagainya (Howard dan Kendler. 2004: Gerungan, 2010). Gagne (2009) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal (Internal State) yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa.

Sikap terdiri dari 4

tingkatan (Notoatmojo. 2012) yaitu: a) Menerima (receiving) Artinya bahwa orang (subjek) dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b) Merespon (responding) Artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau tugas yang diberikan. c) Menghargai (valuing) Artinya

mengajak

orang

Iain

untuk

mengerjakan

atau

mendiskusikan suatu masalah. d) Bertanggung Jawab (responsible) Artinya bertabggung jawab dengan segala sesuatu yang dipilihnya. b. Proses Pembentukan Sikap Sikap tidak tejadi dengan sendiri, pembentukannya selalu berhubungan dengan interaksi individu dengan lingkungan disekitarnya dan perbedaan bakat, minat serta intensitas perasaan. Akyas Azhari (2009) secara umum menggambarkan bahwa pembentukansikap dapat terjadi melalui empat cara yaitu:

1) Adaptasi, yaitu kejadian yang terjadi berulang-ulang 2) Diferensia, yaitu sikap yang terbentuk karena perkembangan intelegensi, bertambahnya pengalaman dan lain-lain 3) lntegrasi, dimana pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan satu hal tertentu sehingga akhimya terbentuk sikap mengenai hal tersebut. 4) Trauma, yakni pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan dan biasanya meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan, sehingga pada akhimya membentuk sikap tertentu. c. Komponen Sikap Sikap pada dasarnya dibagi atas tiga komponen penting yang saling berhubungan yaitu : 1) Komponen Kognitlf (cognitive) Komponen kognitif berupa kepercayaan seseorang mengenai apa yang benaku atau apa yang benar bagi suatu obyek.Saifuddin azwar (2007) mengemukakan bahwa "komponen kognitif berisi persepsi. kepercayaan, dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu”. Hal ini juga diperkuat oleh Travers dalam H. Abu Ahmadi (2007) yang mengemukakan bahwa “komponen kognitif berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek. 2) Komponen afektif (affective) Komponen afektif berhubungan dengan emosional subjektif individu terhadap suatu obyek.Saifuddin azwar (2007) menjelaskan bahwa “komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang”.

3) Komponen Konatif (conative) Komponen konatif juga disebut dengan komponen perilaku adalah kecenderungan seseorang untuk betindak atau beraksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Menurut Saifudin azwar (2007) bahwa “komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau cenderung berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. FaktorFaktor Yang mempengaruhi Sikap Menurut Mrawan daIam Akyas azhari (2007) satiap orang memilki sikap yang berbeda-beda dan khas. Faktorfaktor tersebut dijelaskan sebagai berikut : (1). Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor ini menentukan pilihan seseorang dalam memilih sesuatu yang akan berdampak negative

bagi dirinya atau berdampak

positif bagi kehidupannya. (2). Faktor ekstemal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri orang yang bersangkutan. Faktor eksternal menyangkut a) Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap. b) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap. c) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung suatu sikap. d) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. e) Situasi pada saat sikap itu dibentuk. d. Pengukuran Sikap Diukur dengan kuisioner yang menggunakan skala likert dan mempunyai 10 pernyataan dengan 5 kategori pilihan jawaban. 3. Resiko Kehamilan Pada Pernikahan Dini

a. Pengertian Pernikahan Dini (Kawin Usia Muda) Dalam Kamus Bahasa Indonesia Ahmad & Santoso (2006) pernikahan diartikan sebagai suatu perkawinan, sementara 'dini‟ yaitu awal lmuda. Jadi pemikahan dini merupakan pemikahan yang dilakukan pada usia yang masih muda yang dapat merugikan.

Diori (2009)

mengemukakan bahwa: “Pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum dikatakan maksimal, persiapan fisik. Persiapan mental juga persiapan materi. Karena demikian inilah maka pernikahan dini bisa dikatakan sebagai pernikahan yang terburu-buru, sebab segalanya belum dipersiapkan secara matang”. Menurut Sarwono (2011), pemikahan muda banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual. Sedangkan Sanderowitz dan Paxman menyatakan bahwa pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berlikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Selain itu faktor penyebab terjadinya pernikahan muda adalah perjodohan orang tua, perjodohan ini sering teljadi akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi. Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antara manusia. Menurut Duvall dan Miller cit Paruntu (2007), pernikahan dapat dilihat sebagai suatu hubungan atau berpasangan antara pria dan wanita, yang juga merupakan bentuk interaksi antara pria dan wanita yang sifatnya paling intim dan cenderung diperhatikan. Selain itu pernikahan juga seringkali dianggap sebagai akhir dari serangkaian tahab-tahab yang masing-masing melibatkan tingkat komitmen yang seringkali tinggi, yaitu kencan, saling menemani, pacaran, janji sehidup semati. perjanjian untuk menikah, penunangan dan akhimya sebuah pemikahan. Setiap individu yang memasuki pernikahan juga mengharapkan bahwa pemikahan mereka

akan langgeng dan bertahan sampai salah satu dari mereka meninggal dunia. Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menetapkan bahwa : " Perkawinan diizinkan bila pria berusia 19 tahun dan wanita berusia 16 tahun‟‟. Dengan adanya Undang-Undang perkawinan akan ada batasan usia, penikahan diusia muda baru dapat dilakukan bila usia seorang remaja sudah sesuai Undang-Undang pernikahan yang berlaku di Indonesia. Pada UndangUndang Perkawinan No. 1 Tahun 1979 dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah minimal menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi Iaki-Iaki 18 tahun. b. Risiko Kehamilan Usia Dini (Remaja) Resiko kehamilan usia dini merupakan kehamilan pada usia muda yang dapat merugikan. Perkawinan dini memiliki resiko terhadap kesehatan, terutama pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan dan proses persalinan. Kehamilan mempunyai dampak negatif

terhadap

kesejahteraan seorang remaja. Sebenarnya remaja tersebut belum siap mentalnya untuk hamil, namun keadaan remaja terpaksa menerima kehamilan dengan resiko. (sibadariang dkk,2010) Berikut beberapa resiko kehamilan yang dapat dialami oleh remaja (usia kurang dari 20 tahun) a). Kurang darah (anemia) adalah dalam masa kehamilan dengan akibat yang buruk bagi janin yang dikandungnya, seperti pertumbuhan janin bertambah dan kelahiran premature . b). Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan perkembangan biologis dan kecerdasan janin terlambat sehingga bayi dapat lahir dengan berat badan rendah.

c). Meningkatkan kemungkinan bayi lahir premature d). Meningkatkan resiko kegugguran e). Meningkatkan kecemasan atau depresi f). Meningkatkan resiko terkena kangker serviks g). Menyebabkan munculnya tekana darah tinggi atau hipertensi h). Preeklamsia dan eklamsia yang dapat membawa maut bagi ibu maupun bayinya . Pada wanita yang menikah sebelum usia 20 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk mendapatkan kangker serviks dibandingkan dengan wanita yang menikah pada umumnya yag lebih tua. 4. Tinjauan tentang kehamilan a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah pembuahan ovum oleh spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan berkembang sampai Jenis lahir. Lamanya hamil normal 37- 42 minggu dihitung dari hari partama haid terakhir (Winjosastro. 2012). Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam rahim ibu (Depkes RI, 2009). Kehamilan menurut Rustam (2010) yaitu terjadi proses permulaan kehamilan yakni, setiap bulan wanita melepaskan satu atau dua sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh jumbai-jumbai (frimbiae) dan masuk kedalam saluran sel telur. Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan

sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang mengembung di Tuba Fallopi. Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilaan prematur, sedangkan bila Iebih darl 43 minggu disebut kehamilan postmatur (Mansjoer, dkk, 2010). Proses terjadinya kehamilan menurut (Manuaba, 2010) merupakan mata rantai yang berkesianambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadinya migrasi sperma dan ovum terjadinya konsepsitas dan pertumbuhan zigot ,terjadi nidasi pada uterus, pembentukan plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai hamil. Menurut BKKBN (2010) usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan berisiko. Kesiapan seorang perempuanuntuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh

kesiapan

dalam

tiga

hal,

yaitu

kesiapan

fisik,

kesiapan

mental/emosi/psikologis dan kesiapan sosiall ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik. b. Periode Kehamilan Menurut manuaba (2010) kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu: 1) Triwulan pertama : 0 sampai 12 minggu 2) Triwulan kedua : 13 sampai 28 minggu

3) Triwulan ketiga : 29 sampai 42 minggu Menurut Kusbandiyah (2010) kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu: (1). Trimester pertama :0-12 minggu (2). Trimester kedua :12-28 minggu (3). Trimester ketiga :28-40 minggu c. Tanda dan Gejala Kehamilan Tanda dan gejala kehamilan untuk dapat menegakkan kehamilan menurut Saifudin (2008) dengan melakukan penilaian terhadap: 1) Tanda-tanda tidak pasti hamil meliputi: a) Amenoherhea (terlambat dating bulan) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi folikel degraff dan ovulasi. Bila seorang wanita dalam mampu hamil, apabila sudah kawin mengeluh terlambat haid, maka pikirkan bahwa dia hamil, meskipun keadaan stress, obat-obatan, penyakit kronis dapat pula mengembalikan terlambat haid. b) Mual Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan menyebabkan mual dan muntah. Mual dan muntah merupakan

gejala umum, mulai dari rasa tidak enak sampai

muntah yang berkepanjangan. Dalam kedokteran sering dikenal morning sickness karena munculnya seringkali pagi hari. Mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil. Untuk mengatasinya penderita perlu diberi makan-makanan

yang

ringan,

mudah

dicema

dan

jangan

lupa

menerangkan bahwa keadaan ini dalam batas normal orang hamil, bila berlebihan dapat pula diberikan obat-obat anti muntah.

c) Ngidam Keinginan untuk makan tertentu. d) Pingsan Terjadinya

gangguan

sirkulasi

kedaerah

kepala

(sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulakan pingsan. e) Mastodinia Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara membesar. Vaskularisasi bertambah. Asinus dan duktus berprolifarasi karena pengaruh estrogen dan progesteron dan somatoma tropin. f) Konstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic usus dan dapat meneyebabkan kesulitan untuk buang air besar g) Hiperpigmentasi Kulit (1). Sekitar pipi Keluamya melanophore stimulating hormone hipoiis anterior menyebabkan pigmentasi kulit. (2). Dinding Perut Striae Lividae, striae nigra, Iinea alba atau nigra (3). Sekitar Payudara (4). Hiperpigmentasi areola mammae, putting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah manifest sekitar putting. (5) Varises atau Penampakan Pembuluh Darah Vena karena pengaruh dan estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena.

h) Pembahan Beret Badan Pada kehamilan 2-3 bulan seiring terjadi penurunan berat badan, karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah. Pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang aterm. 2) Tanda-tanda mungkin hamil a) Tanda Hegar Segmen bawah uterus Iembek pada perabaan. b) Tanda Chadwiks Vagina berwarna kebiru-biruan, tejadi minggu keenam. c) Tanda Piscasek Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat dengan implatasi plasenta. d) Kontraksi Brakston His Uterus berkontraksi bila dirangsang, tanda ini khas untuk uterus pada masa kehamilan. e) Tanda Goodell's Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa Iebih lunak. Penggunaan konrasepsi oral juga dapat memberikan dampak ini. f) Tanda Mc Donald Fundus utertu same dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain dan terjadinya isthmus.

g) Terjadi Pembesaran Abdomen Pembesaran perut menjadl nyata setelah minggu ke 16 karena pada saat itu uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut. h) Kontraseksi Uterus Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh Perutnya kencang. Tetapi tidak disertai rasa sakit. i) Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan Pada pemeriksaan ini hasilnya positif, dimana kemungkinan positif palsu. 3). Tanda Pasti Hamil (1). Denyut jantung janin Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18. Pada orang gemuk Iebih lambat. Dengan stetostop ultrasonic (Doppler), DJJ dapat didengarkan Iebih awal lagi sekitar minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu. (2). Palpasi Yang harus ditentukan adalah outline Janin. Biasanya menjadi jelas setelah minggu Ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu ke 24 (Kusmiyati,dkk,2008).

5. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin “adolescere’’ yang berarti „‟tumbuh‟' atau „‟tumbuh menjadi dewasa‟‟ istilah adolescore yang berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Proverawati & Misaroh, 2009). Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa berawalnya pubertas sampai tercapainya kematangan (Aryani, 2010). Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-12 tahun (remaja awal), usia 13 – 15 tahun (remaja tengah) dan berakhir pada usia 16-19 tahun (remaja akhir) (Widiastuti, dkk, 2009). b. Tumbuh Kembang Remaja Putri Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur. Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu; hipotalamus dan hipofisis, ketika organ ini bekerja ada tiga kelenjar yang dirangsang yaitu; kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, kelenjar organ reproduksi (Kusmiran, 2011).

Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan kuantitatif. Terdapat dua konsep perkembangan remaja yaitu nature dan mature konsep nature mengatakan bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Sedangkan konsep nature mengatakan tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, hal tersebut tergantung pada pola asuhan dan lingkungan dimana remaja itu tinggal (Kusmiran, 2011). Perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri, yaitu secara aktif mengatasi stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Dalam penyesuaian remaja terdiri dari tiga tahap perkembangan remaja: 1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun), ciri khasnya: a) Lebih dekat dengan teman sebaya b) Ingin bebas c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuh dan mulai berfikir abstrak 2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri khasnya: a) Mencari identitas diri b) Timbulnya keinginan untuk kencan c) Punya rasa cinta yang mendalam d) Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak e) Berkhayal tentang aktivitas seks

3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya: a) Pengungkapan kebebasan diri b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya c) Punya citra jasmani diri d) Dapat mewujudkan rasa cinta e) Mampu berfikir abstrak (Kusmiran, 2011). B. Landasan Teori Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang masih muda yang dapat merugikan. Pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum dikatakan maksimal, persiapan pisik. persiapan mental. juga persiapan materi. Karena demikian inilah maka pernikahan dini bisa dikatakan sebagai

pernikahan

yang

terburu-buru,

sebab

segalanya

belum

dipersiapkan secara matang (Dlori, 2009). Penyulit pada kehamilan remaja, lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara umur 20-30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stres), psikologi, social, ekonomi, sehingga memudahkan terjadi keguguran, persalinan, premature, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan, keracunan kehamilan (gestosis) dan kematian pada ibu (Manuaba, 2010). Usia muda waktu hamil sering mengalami ketidak teraturan tekanan darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berakibat pada kematian yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Ahmad & Santoso (2006) pernikahan diartikan sebagai suatu perkawinan, sementara dini yaitu awal muda. Jadi pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang masih muda yang dapat merugikan. Kurangnya pengetahuan remaja putri dan informasi yang tepat tentang risiko pernikahan dini kemungkinan dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat berbahaya. Maka perlu adanya pemberian informasi yang lengkap dan terkini kepada remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan mereka akan bahayanya pernikahan dini terutama pada kehamilan dan proses persalinan. Usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20-30 tahun, Iebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental, emosi, fsikologis dan kesiapan social,

ekonomi. Secara umum, seorang

perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik (Notoadmojo, 2012). Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2012). Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2012). Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa sikap adalah kesediaan atau respon seseorang terhadap suatu objek disuatu lingkungan tenentu. Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa berawalnya pubertas sampai tercapainya kematangan (Aryani, 2010). Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-12 tahun (remaja awal), usia 13 – 15 tahun (remaja tengah) dan berakhir pada usia 16-19 tahun (remaja akhir) (Widiastuti, dkk, 2009). C. Kerangka Konsep

PENGETAHUAN RESIKO KEHAMILAN PADA PERNIKAHAN DINI SIKAP

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep Keterangan : Variabel bebas (Independent) : Pengetahuan dan Sikap Variabel terikat (Dependent)

: Risiko Kehamilan Pada Pemikahan Dini

Related Documents


More Documents from "enok siti masitoh"