DEFENISI Gagal Ginjal Gagal ginjal adalah terjadi ketika ginjal tidak mampu rela dan sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat ganggua dan menyebabkan gangguan fungsi endoktrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam-basa. Gagal ginjal merupaakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal. Sertiap tahun 50.000 orang Amerika meninggal akibat gagal ginjal menetap. 1. Gagal ginjal kronis Gagal ginjal kronis adalah penyakit relal tahap (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progrnesin dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Ini dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus; glomerulonefritis kronis; pielonefritis; hipertensi yang tidak dapat dikontrol; obstruksi traktus urinarius; lesi hertiter; seperti penyakit ginjal polikistik; gangguan vaskuler; inveksi; medikasi; atau agens toksik. Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis mencakup timah, kadmium, merkuri, dan kromium. Dialisis atau trasplanasi ginjal kadang-kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien. ETIOLOGI Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit ginjal polikistik, obstruksi saluran kemih, pielonefritis, nefrotoksin, dan penyakit
sistemik, seperti diabetes melitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit, serta amiloidosis (Bayhakki, 2013). Gagal ginjal kronis sering kali menjadi komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Menurut Robinson (2014) penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis yaitu: 1) Penyakit glomerular kronis (glomerulonefritis) 2) Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberkulosis 3) Kelainan kongenital (polikistik ginjal) 4) Penyakit vaskuler (renal nephrosclerosis) 5) Obstruksi saluran kemih (nephrolithisis) 6) Penyakit kolagen (sistemic lupus erythematosus) 7) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida) PATOFISIOLOGI Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan kedealm urin) tertimbun dalam darah terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka Gejala akan semakin berat. Menurunnya fungsi renal, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya di sekresikan melalui urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dalam darah. Uremia mempengaruhi semua bagian tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat (Smeltzer & Bare, 2008). Patogenesis gagal ginjal kronik melibatkan penurunan dan kerusakan nefron yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Total laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun dan klirens menurun, BUN dan kreatinin meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi akibat usaha menyaring jumlah cairan yang lebih banyak. Akibatnya,
ginjal kehilangan kemampuan memekatkan urine. Tahapan untuk melanjutkan ekskresi, sejumlah besar urine dikeluarkan, yang menyebabkan klien mengalami kekurangan cairan. Tubulus secara bertahap kehilangan kemampuan menyerap elektrolit. Biasanya, urine yang dibuang mengandung banyak sodium sehingga terjadi poliuri (Bayhakki, 2013).
KOMPLIKASI Beberapa faktor resiko timbulnya penyakit ginjal kronik adalah diabetes, hipertensi dan obesitas. Diabetes dan hipertensi menyebabkan nefropati diabetik dan hipertensif.Kedua kondisi ini menyebabkan angka kejadian gagal ginjal tahap akhir meningkat di usia sekitar 50 tahun atau lebih sedang glomerulonephritis dan penyakit genetik menjadi penyebab utama meningkatnya angka kejadian gagal ginjal tahap akhir pada usia dibawah 50 tahun (Alashek et. al., 2012) Komplikasi gagal ginjal kronik bervariasi antara lain anemia, hipertensi, asidosis serta gangguan metabolisme mineral dan tulang,diantaranya 1) gangguan metabolisme kalsium,fosfat dan vitamin D, 2) gangguan tulang dalam hal turnover, mineralisasi, volume, pertumbuhandan kekuatan, 3) kalsifikasi vaskuler dan jaringan lunak. Hiperparatiroidisme sekunder merupakan kondisi klinis akibat gangguan metabolisme mineral tulang pada pasien penyakit ginjal kronik. Hiperparatiroidisme sekunder terjadi akibat gangguan ekskresi fosfat yang menyebabkan kadar fosfat meningkat dalam darah serta akibat penurunan kadar vitamin D3 yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal memetabolisme vitamin D3 karena berkurangnya massa ginjal (Abd ElHafeez et al., 2018, Cunningham et al., 2011).
PROGNOSIS Prognosis penyakit ginjal kronis tidak ada obat untuk penyakit ginjal penyakit ginjal kronis. Perjalanan penyakit ini secara alami akan memberat sampai tahap dialisis atau trasplantasi akan di perlukan. Pasien dengan penyakit ginjal kronis ada pada resiko yang lebih tinggi dari pada populasi umum untuk mengembangkan struk dan serangan jantung. Lansia dan pasien yang memiliki diabetes memiliki hasil perjalanan penyakit yang lebih buruk. 400 orang yang menjalani dialisis memiliki ketahatan hidup 5 tahun. Sementara 50% mereka yang menjalani dialisis peritonea memiliki ketahanan hidup 5 tahun. Pasien transplantasi yang menerima ginjal donor hirup memiliki ketahanan hidup 5 tahun 87% dan mereka yang menerima donoran ginjal dari orang yang meninggal memiliki ketahanan hidup 5 tahun dari hampir 75% Kematian telah menurun 28% untuk pasien dialisis dan 40 untuk pasien transplatasi.
DAFTAR PUSTAKA Sjamsuhidayat. De jong. (2010). Buku Ajar ilmu Bedah edisi 3, EGC Jakarta. Brunner & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal-Bedah volume 2. EGC Jakarta. PPNI (2018). Standar Intervensi keperawatan indonesia:Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI (2016). Standar Diagnosis keperawatan indonesia:Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.