Gadar Kel.3.docx

  • Uploaded by: Armenia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gadar Kel.3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,427
  • Pages: 28
MAKALAH DETEKSI DINi KOMPLIKASI, RUJUKAN DAN KEGAWATDARURATAN Tugas Mata Kuliah Gadar Maternal Neonatal & Basic Life Suport Dosen : Ida Susila, S.ST., M.Kes

Disusun oleh : Armenia kastar

(121710001)

Magfirotun Ni’ma

(121710007)

Nasyi’atul Islamiyah

(121710009)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN TAHUN 2019

1

DAFTAR ISI Halaman Sampul.......................................................................................................i Daftar Isi..................................................................................................................ii DETEKSI DINI KOMPLIKASI PARTUS LAMA..................................................1 1.1 Definisi Penapisan persalinan......................................................................1 1.2 Tindak Lanjut Hasil penapisan.....................................................................1 1.3 Manfaat Penapisan.......................................................................................1 1.4 Definisi Partus Lama....................................................................................2 1.5 Penyebab Partus Lama.................................................................................2 1.6 Tanda-Tanda Partus Lama............................................................................3 1.7 Penatalaksanaan Partus Lama......................................................................3 1.8 Komplikasi Partus Lama..............................................................................5 1.9 Faktor Predisposing Partus Lama................................................................5 PENANGANAN AWAL GAWAT JANIN KALA I KARENA MULTI SEBAB....8 2.1 Tali Pusat Menumbung.................................................................................8 2.2 KPD ( Ketuban Pecah Dini )......................................................................12 2.3 Kontraksi Hipertonik..................................................................................17 2.4 Frekuensi Dikatakan Gawat Janin..............................................................18 RUJUKAN.............................................................................................................19 3.1 Tabel Indikasi-Indikasi Untuk Tindakan Dan / Atau Rujukan Segera Selama Kala I Persalinan...........................................................................19 3.2 Stabilitas Rujukan......................................................................................25

2

DETEKSI DINI KOMPLIKASI PARTUS LAMA 1.1 Pengertian penapisan/ skrining Adalah proses pendeteksian kondisi kesehatan ibu hamil yang akan melahirkan harus memenuhi persyaratan yang disebut penapisan awal yang bertujuan untuk menentukan apakah ibu tersebut boleh bersalin di PKD/BPM atau harus dirujuk. Format bentuk penapisan persalinan NO. KETERANGAN YA TIDAK 1. Riwayat Bedah Sesar 2. Perdarahan Pervaginam 3. Persalinan kurang bulan (< 37 mgg) 4. Ketuban pecah dengan mekonium kental 5. Ketuban pecah lama (lebih 24 jam) 6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (<27 mgg) 7. Ikterus 8. Anemia berat 9. Tanda/gejala infeksi 10. Pre Eklamsia/hipertensi dalam kehamilan 11. TFU 40 cm atau lebih 12. Gawat janin 13. Primipara fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5 14. Presentasi bukan Belakang Kepala 15. Presentasi Ganda 16. Kehamilan GEMELLI 17. Tali pusat menumbung 18. Syok

1.2 Tindak lanjut hasil penapisan a. Pemberian pertolongan pertama b. Persiapan rujukan c. rujukan

1.3 Manfaat penapisan a. Memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah potensial selama kehamilan dan persalinan b. Evaluasi kebutuhan selama persalinan c. Mengurangi ketakutan terhadap masalh dan prosedur yang dibutuhkan d. Memungkinkan mengubah diagnosa melalui proses monitoring kehamilan yaitu kesejahteraan fisik, psikologi 1

e. Dan emosional ibu dan janin 1.4 Pengertian partus lama Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (rustam mochtar, 1998) Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf. Partus lama disebut juga distosia, di definisikan sebagai persalinan abnormal / sulit (Sarwono, 2010) 1.5 Etiologi Menurut Sarwono (2010) sebab-sebab persalinan lama dapat digolongkan menjadi 3 yaitu: 1 Kelainan Tenaga (Kelainan His) His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. Jenis-jenis kelainan his yaitu: a. Inersia Uteri Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu pada bagian lainnya. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu maupun janin kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama. b. Incoordinate Uterine Action Disini sifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga di luar his dan kontraksinya berlansung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya koordinasi antara bagian atas, tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Tonus otot yang menaik menyebabkan nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia janin. 2

Kelainan Janin Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin (Janin besar atau ada kelainan konginetal janin)

3

Kelainan Jalan Lahir Kelainan dalam bentuk atau ukuran jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

2

1.6 Tanda dan Gejala Menurut Rustam Mochtar (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin. 1 Pada ibu Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium. 2 Pada janin : a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negarif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau. b. Kaput succedaneum yang besar c. Moulage kepala yang hebat d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP) Menurut Manuaba (2010), gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain : 1 2 3 4 5 6 7

Dehidrasi Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur mekonium Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput pada bagian terendah Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.

1.7 Penatalaksanaan 1 Penanganan Umum a. Perawatan pendahuluan : Penatalaksanaan penderita dengan partus kasep (lama) adalah sebagai berikut : 1) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan tingkat dehidrasinya). 2) Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan; Nilai frekuensi dan lamanya his. 3) Suntikan cortone acetate 100-200 mg intramuscular. 4) Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular.

3

2

5) Streptomisin : 1 gr intramuscular. 6) Infuse cairan : Larutan garam fisiologis (NaCl), Larutan glucose 5-10 % pada janin pertama : 1 liter per jam. 7) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak. b. Pertolongan : Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, secsio cesaria, dan lain-lain. Penanganan khusus 1 Fase laten memanjang (prolonged latent phase) Diagnosis fase laten memanjang di buat secara retrospektif. Jika his berhenti, pasien disebut belum in partu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, masuk dalam fase laten. Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks : 1) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum in partu. 2) Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin. a) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. b) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakuakan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan seksio sesarea. 3) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,cairan vagina berbau) : a) Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin. b) Berikan antibiotic kombinasi sampai persalinan.  Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam  Ditambah gentamisin 5mg / kg BB IV setiap 24 jam.  Jika terjadi persalinan pervaginan stop antibiotic pascapersalinan.  Jika dilakukan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metrinodazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam. 2 Fase aktif memanjang 1) Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban. 2) Nilai his :

4

3

a) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan adanya insertia uteri. b) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi, malposisi atau malpenetrasi. c) Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan. Kala Dua Lama 1) memimpin ibu meneran jika ada dorongan untuk meneran spontan 2) Jika tidak ada mal posisi /malpresentasi berikan drip oxytocin 3) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:  Jika letak kepala lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala dari stasion (0) lakukan ekstraksi vakum  Jika kepala antara 1/5 - 3/5 di atas simfisis pubis lakukan ekstraksi vakum  Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis lakukan SC

1.8 Komplikasi partus lama a. Bagi ibu  KPD  Infeksi instrapartum  Rupture uteri  Pembentukan fistula b. Bagi bayi  Caput sucsedaneum  Molase kepala janin 1.9 Faktor predisposisi partus lama Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama antara lain: 1 Kelainan letak janin Meliputi presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi dahi, letak sungsang, letak melintang, dan presentasi ganda. Pada kelainan letak janin dapat menyebabkan partus lama dan ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum. Sementara pada janin dapat berakibat adanya trauma partus dan hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus (Mochtar, 2011). 2 Kelainan his Menurut Wiknjosastro (2010) kelainan his antara lain : a. Inertia Uteri  Hypotonic uterine contraction

5

3

Suatu keadaan dimana kontraksi uterus lebih lama, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama b. Inersia uteri sekunder Timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia sekunder jarang ditemukan, kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik pada waktu persalinan. c. His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction) His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam, dinamakan partus presipitatus: sifat his normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainan terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina, dan perineum, sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat. d. Incoordinate uterine action Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan sehingga menyebabkan kala I lama. Kelainan lain Meliputi pimpinan persalinan yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primi tua primer dan sekunder, perut gantung, grandemulti, ketuban pecah dini ketika serviks masih menutup, keras dan belum mendatar, kecemasan dan ketakutan atau respon stress, pemberian analgetik yang kuat atau terlalu cepat pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif, ibu bertubuh pendek <150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi, riwayat persalinan terdahulu sectio caesarea, IUFD (Intra Uterine Fetal Death), ibu usia muda atau di bawah 17 tahun, adanya derajat plasenta previa yang tidak diketahui, atau adanya masa seperti fibroid yang muncul dari uterus atau serviks (Chapman, 2006; Simkin, 2005; Oxorn, 2010; Liu, 2007).

6

PENANGANAN AWAL GAWAT JANIN KALA I KARENA MULTI SEBAB 2.1 TALI PUSAT MENUMBUNG a. Pengertian Menurut Prof. Dr. Roestam Mochtar, MPH, 1998. Tali pusat menumbung adalah bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ketuban sudah pecah. b. Klasifikasi Tali Pusat Menumbung Menurut Harry Oxorn, 1996 Tali pusat menumbung, ketuban pecah. Tali pusat menempati salah satu dari 3 kedudukan, yaitu : 1 Tali pusat menumbung di PAP, terletak di samping bagian terbawah janin di PAP

7

2 Tali pusat menumbung ke dalam vagina, turun ke vagina 3 Tali pusat menumbung melalui introitus dan keluar dari vagina c. Etiologi Tali Pusat Menumbung Menurut Harry Oxorn, 1996 1. Etiologi Fetal a. Presentasi abnormal Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi kepala namun bisa juga karena letak lintang dan letak sungsang/presentasi bokong, terutama bokong kaki. b. Prematuritas Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan premature, yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil tidak tahan terhadap trauma dan anoksia. c. Kehamilan ganda Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

meliputi

gangguan

adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, insidensi hydramnion yang tinggi dan pecahnya ketuban anak kedua. d. Hydramnion Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke bawah. 2. Etiologi Maternal a. Disproporsi kepala panggul Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung. b. Bagian terendah yang tinggi Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal, terutama pada multipara. 3. Etiologi Dari Tali pusat dan Plasenta 

Tali pusat yang panjang Semakin

panjang

tali

menumbung

8

pusat

maka

semakin

mudah



Plasenta letak rendah Jika plasenta dekat serviks maka ia akan menghalangi penurunan bagian terendah. Di samping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.

d. Diagnosis Tali Pusat Menumbung Menurut Harry Oxon, 1996 Diagnosa tali pusat menumbung dibuat dengan 2 cara : 1.

Melihat tali pusat di luar vulva

2.

Meraba tali pusat pada pemeriksaan vaginal (periksa dalam). Pemeriksaan vaginal harus dilakukan : 

Bila terjadi gawat janin yang tidak diketahui sebabnya dan trauma jika bagian terbawah belum turun.



Bila ketuban pecah dengan bagian terendah yang masih tinggi.



Bila semua kasus malpresentasi pada waktu ketuban pecah



Bila bayinya jelas prematur



Pada kasus-kasus kembar

e. Prognosis Tali Pusat Menumbung Menurut Harry Oxorn, 1996 Tali pusat menumbung tidak membahayakan si ibu dan tidak menyulitkan dalam persalinan, namun mengancam bagi janin. Harapan untuk bayi tergantung pada derajat dan lamanya kompresi tali pusat dan interval antara diagnosis dan kelahiran bayi. Faktor-faktor yang mempengaruhi nasib janin : 1. Semakin baik keadaan janin pada waktu diagnosis dibuat, semakin besar harapan hidupnya. Tali pusat yang berdenyut keras menurunkan gejala yang baik dan sebaliknya tali pusat yang berdenyut lemah berarti tidak baik. 2. Semakin cepat bayi dilahirkan setelah tali pusat turun ke bawah, semakin baik hasilnya. Penurunan lebih dari 30 menit memperbesar kematian janin 4 x. 3. Janin yang lebih tua umur kehamilannya lebih besar pula kemampuannya bertahan terhadap proses-proses traumatic.

9

4. Semakin kurang trauma pada kelahiran bayi, semakin baik prognosis untuk ibu dan anak. 5. Pembukaan serviks mungkin merupakan faktor yang terpenting. Jika pembukaan sudah lengkap pada waktu diagnosis dibuat maka akan banyak bayi yang dapat diselamatkan. Semakin kecil pembukaan prognosisnya semakin jelek. Perkecualian untuk ini adalah jika dapat dilakukan section caesarea dengan segera, dalam hal mana prognosisnya sama baik atau lebih baik pada pembukaan serviks yang masih kecil. 6. Kematian janin bertambah dengan semakin panjangnya interval antara pecahnya ketuban dan kelahiran bayi. f. Penanganan Tali Pusat Menumbang Menurut Harry Oxorn, 1996 Tali pusat menumbung dibiarkan dan persalinan diteruskan pada keadaankeadaan sebagai berikut : 1. Bila janin sudah meninggal 2. Bila janin diketahui abnormal 3. Bila janin masih sangat premature sehingga tidak ada harapan untuk dapat hidup. Usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat dan memperbaiki keadaan janin adalah sebagai berikut : 1. Penolong memasukkan satu tangan ke dalam vagina dan mendorong bagian terendah ke atas menjauhi tali pusat. Pada waktu yang bersamaan dilakukan persiapan untuk menolong persalinan. 2. Pasien diletakkan dalam sikap lutut-dada (knee chost) atau trendelenburg dengan pinggul diatas dan kepala di bawah. 3. Diberikan oksigen dengan masker kepada ibu 4. Denyut jantung janin sering diperiksa dengan teliti 5. Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan presentasi, pembukaan serviks, turunnya bagian terendah dan keadaan tali pusat. Jika pembukaan sudah lengkap dilakukan usaha-usaha untuk berbagai presentasi sebagai berikut :

10

1. Presentasi kepala, kepala rendah di dalam panggul : ekstraksi dengan forceps 2. Presentasi kepala, kepala tinggi : Versi ekstraksi cara ini mengandung bahaya terjadinya rupture uteri tetapi oleh karena ini merupakan usaha dalam keadaan putus asa untuk menyelamatkan anak maka resiko tersebut harus diambil 3. Presentasi bokong. Kedua kaki diturunkan dan bayi dilahirkan sebagai presentasi bokong kaki secepat mungkin. 4. Letak lintang. Versi dalam menjadi presentasi kaki dan segera dilakukan ekstraksi. Jika pembukaan belum lengkap, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut : 1. Sectio caesaria, merupakan pilihan selama bayinya cukup bulan dan dalam keadaan baik. Nasib bayi pada section caesaria jauh lebih baik dibanding kelahiran dengan cara lain. Bahaya untuk ibu juga sangat kurang dibanding dengan melahirkan bayi secara paksa pada pembukaan yang belum lengkap. Sementara dilakukan persiapan operasi diadakan usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat seperti tersebut diatas. 2. Reposisi tali pusat dapat dicoba jika tidak dapat dikerjakan section caesarea. Tali pusat dibawah ke atas kedalam uterus, sedangkan bagian terendah janin di dorong ke bawah masuk panggul kemudian di tahan kadang-kadang reposisi tali pusat berhasil tetapi umumnya kita kehilangan banyak waktu yang berharga pada waktu melakukan. 3. Jika usaha ini tidak berhasil, pasien di pertahankan dalam posisi trendelenburg dengan harapan tali pusat tidak tertekan sehingga bayi tetap dapat hidup sampai pembukaan menjadi cukup lebar untuk memungkinkan lahirnya bayi. 4. Dilatasi serviks secara manual, insisi serviks dan cara-cara lain untuk memaksakan pembukaan serviks tidak akan pernah diterima. Keberhasilannya kecil sedangkan resiko untuk ibu besar.

11

2.2 KETUBAN PECAH DINI (KPD) a. Pengertian KPD 

KPD adalah keluarnya air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun aterm.



KPD atau dikenal juga Prematur Rupture Of the Membrane (PROM) adalah Keluarnya air-air per vaginam akibat pecahnya selaput ketuban secara spontan pada usia ≥ 34 minggu.



Ketuban pecah yang berkepanjangan/Prolonged Rupture of Membrane adalah ketuban yang pecah lebih dari 24 jam atau disebut juga Ketuban Pecah Lama (KPL)

b. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala KPD dapat berupa :  

Ketuban pecah secara tiba-tiba Keluar cairan ketuban dengan bau yang khas



Bisa tanpa disertai kontraksi/his



Terasa basah pada pakaian dalam/underwear yang konstan



Keluarnya cairan pervagina pada usia paling dini 22 minggu

c. Faktor Risiko Faktor risiko terjadinya KPD antara lain : 

Inkompetensia servik



Polihidramnion



Malpresentasi janin



Kehamilan kembar



Vaginitis/servisitis, Infeksi Menular Seksual seperti Clamydia dan Gonore

12



Riwayat persalinan premature



Perokok (Pasif/aktif) selama kehamilan



Perdarahan pervaginam



Penyebab yang tidak diketahui



Sosial ekonomi (minimnya ANC)



Ras : kulit hitam lebih berisiko KPD dibanding kulit putih

d. Komplikasi KPD Komplikasi yang dapat terjadi akibat KPD antara lain: 

Partus Prematur



Berkembangnya infeksi yang serius pada plasenta yang menyebabkan korioamnionitis



Abrupsio plasenta



Kompresi talipusat



Infeksi pospartum

e. Pemeriksaan Lakukan tes lakmus (tes nitrasin) dengan cara: 

Lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah ada cairan keluar melalui ostium uteri eksternum (OUE) atau terkumpul di forniks posterior



Dengan pinset panjang atau klem panjang masukan kertas lakmus ke dalam serviks.



Jika kertas lakmus berubah warna menjadi biru, maka tes lakmus positif atau menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis) Harus diperhatikan, darah dan infeksi vagina dapat memberikan hasil positif palsu/false positive. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya seperti ultrasonografi untuk melihat indeks cairan amnion. Cara lain yaitu dengan pemeriksaan mikroskopis 13

yaitu tes pakis. Tes Pakis dilakukan dengan cara meneteskan cairan amnion pada objek glas, tunggu hingga kering dan diperiksa di mikroskop, Jika Kristal cairan tersebut berbentuk seperti pakis, maka cairan tersebut adalah cairan amnion yang menandakan tes pakis positif. Secara ultrasonografi, Indeks cairan amnion (ICA) diukur pada 4 kuadran. Jika ditemukan ICA kurang dari 8 cm disebut oligohidramnion dan jika > 25 cm disebut polihidramnion. Sumber lain mengatkan bahwa range normal ICA adalah 5-25 cm. Empat kuadran untuk pengukuran ICA dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Empat kuadran untuk mengukur indeks cairan ketuban

Sumber: Parinatology.com Pengukuran indeks cairan ketuban dengan USG diukur dengan meletakan probe USG sejajar dengan sumbu longitudinal pasien dan tegak lurus dengan lantai. Setiap kuadran dihitung dalam sentimeter. Keempat pengukuran kemudian dijumlahkan untuk menghitung ICA (gambar 2). Gambar 2. Cara mengukur ICA dengan USG

14

Sumber: Ultrasoundpaedia Berikut ini adalah gambar grafik indeks cairan amnion untuk mengetahui normal atau tidaknya indeks cairan ketuban ibu hamil.

Gambar 3. Indeks cairan amnion (ICA) Grafik diatas ini menunjukan ICA pada kehamilan tunggal, garis tengah menunjukan rentang normal. Pada kehamilan 35 minggu ICA 16, dan 4 harikemudian, terjadi penurunan ICA secara drastic sampai6,3. Hal ini tidak diperhatikan oeh petugas kesehatan (bidan, perawat dan dokter) sehingga beberapa hari kemudian terjadi kerusakan yang jukup berat yakni penekanan tali pusat yang menyebabkan cerebal palsi. f. Penanganan Penanganan KPD adalah sebagai berikut:

15

1. Rawat inap di Rumah sakit 2. Jika ada perdarahan pervagina disertai nyeri perut, pikirkan adanya abrupsio plasenta 3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotika sama halnya pada amnionitis 4. Jika tidak ada tanda infeksi dan kehamilan < 37 minggu: a. Berikan antibiotika ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 3 x 250 mg peroral selama 7 hari b. Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru  Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam  Atau deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam  Kortikosteroid jangan kalau ada infeksi 5. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu a. Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi persalinan premature b. Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu: 

Jika ketuban sudah pecah > 18 jam, berikan antibiotic profilaksis



Ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam



Atau penisilin G 2 juta unid IV setiap 6 jam hingga persalinan terjadi



Jika tidak ada infeksi pasca persalinan, hentikan antibiotika

6. Nilai serviks o Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin o Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea g. Pencegaha

16

Hingga kini belum ditemukan tindakan pencegahan terhadap KPD. Evidence base melaporkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara merokok dengan KPD, oleh karena itu ibu hamil yang merokok harus berhenti merokok bahkan sebelum terjadi konsepsi, dan juga terhadap perokok pasif agar lebih berhati-hati dengan menghindari perokok aktif di sekitarnya. Selain itu melihat penyebab adalah IMS dan infeksi vagina atau servik, maka personal hygiene dan hubungan seksual yang aman hanya dengan pasangan dianjurkan untuk menghindari faktor risiko yang dapat dicegah. Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan jalan lahir lunak seperti vulva, vagina, serviks dan uterus. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

2.3 KONTRAKSI HIPERTONIK a. Pengertian Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan. His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya 17

terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus). b. Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan : o Terjadi persalinan tidak pada tempatnya o Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan. o Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri. o Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat. c. Penanganan disfungsi hipertonik Disfungsi semacam ini ditandai dengan nyeri uterus yang sangat hebat diantara saat-saat his dan tentu saja tidak sebanding dengan efektivitasnya untuk menghasilkan penapisan serta dilatasi serviks. Jenis disfungsi uterus ini secara khas terjadi sebelum serviks mencapai dilatasi 4 cm ataun lebih. Oksitosi jarang diperlukan pada keadaan hipertonus uteri dengan janin yang masih hidup. Persalinan dengan seksio sesaria jika dicurugai terjadi gawat janin. Apabila selaput ketuban masih utuh dan tidak tedapat bukti yang menunjukan adanya disporposi fetipelvik, pemberian morvin atau meperidin akan meredakan rasa nyeri dan memberikan kesempatan istirahat bagi ibu disamping menghentikan aktifitas uterus yang abnormal. Jadi harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal. 2.4 FREKUENSI DIKATAKAN GAWAT JANIN a. tanda – tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilias kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.Tanda bahaya kala I dan manajemenya

18

RUJUKAN 3.1 TABEL INDIKASI-INDIKASI UNTUK TINDAKAN DAN / ATAU

RUJUKAN SEGERA SELAMA KALA I PERSALINAN : Temuan-temuan anamnesis dan/atau pemeriksaan Riwayat bedah sesar

Rencana untuk asuhan atau perawatan 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai

kemampuan

untuk

melakukan bedah sesar. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berilah dukungan dan semangat. Perdarahan pervaginam dari lendir bercampur

selain 1 darah 2

Baringkan ibu ke sisi kiri. Pasang

19

infus

menggunakan

jarum

(show)

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer loktat atau cairan garam fisiologis (NS). 3

Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah

Kurang dari 37 minggu 1 (persalinan kurang bulan)

sesar. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetrik dan BBL.

Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental

2

Dampingi ibu ke tempat rujukan dan

1

berikan dukungan serta semangat. Baringkan ibu ke sisi kiri

2

Dengarkan DJJ

3

Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan untuk melakukan bedah sesar.

4

Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir delle

dan

handuk/kain

untuk

mengeringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu melahirkan di jalan. Ketuban pecah bercampur dengan Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat sedikit mekonium disertai tandajanin laksanakan asuhan yang sesuai (lihat tanda gawat janin di bawah) Ketuban telah pecah (lebih dari 24 1 Segera rujuk ibu ke fasilitas yang jam) atau ketuban pecah pada memiliki kemampuan melakukan asuhan kehamilan kurang bulan (usia kegawat daruratan obstetrik. kehamilan kurang dari 37 2 Dampingi ibu ke tempat rujukan dan minggu) berikan dukungan serta semangat. gejala-gejala 1. Baringkan ibu miring kekiri

Tanda-tanda atau infeksi : - Temperatur tubuh - Menggigil - Nyeri abdomen - Cairan ketuban yang berbau

2. Pasang

infus

menggunakan

jarum

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125

20

ml/jam. 3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat. 1. Baringkan ibu miring kekiri

Tekanan darah lebih dari 160/ 110 dan/atau terdapat protein dalam 2. Pasang infus menggunakan jarum urine (preeklamsia berat) berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 g MgSO4 20% IV selama 20 menit. 4. Suntikan 10 g MgSO4 50% 15 g IM pada bokong kiri dan kanan. 5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapabilitas asuhan kegawat daruratan obstetrik dan BBL. 6. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramniofis, kehamilan ganda

berikan dukungan serta semangat. 1. 1.Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat dan dukungan. Alasan : Jika diagnosisnya adalah polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah dengan janinnya. Dengan adanya makrosomia risiko distosia bahu dan perdarahan pasca

DJJ kurang dari 100 atau lebih 1. dari 180 kali/menit pada 2 x

persalinan atau lebih besar. Baringkan ibu miring ke kiri, dan anjurkan untuk bernapas secara teratur.

21

penilaian dengan jarak 5 menit 2. (gawat janin)

Pasang

infus

menggunakan

jarum

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan renger laktat atau cairan garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 ml/jam.

3.

Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetrik dan BBL.

4.

Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.

Primipara dalam persalinan fase 1. Baringkan ibu miring ke kiri aktif dengan palpasi kepala janin 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang masih 5/5 memiliki kemampuan pembedahan bedah sesar. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll)

berikan dukungan dan semangat. 1. Baringkan ibu miring ke kiri. 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri dan BBL. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat. 1. Baringkan ibu dengan posisi

Presentasi ganda (majemuk) lutut (adanya bagian janin, seperti menempel ke dada atau miring ke kiri. misalnya lengan atau tangan, 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang bersamaan dengan presentasi memiliki kemampuan penatalaksanaan belakang kepala) kegawat daruratan obstetri dan BBL. 1. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)

berikan dukungan dan semangat. 1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat, letakan satu tangan divagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat janin.

22

Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk membantu menggeser bayi dan menolong bagian terbawah bayi tidak menekan

tali

pusatnya.

(keluarga

mungkin dapat membantu). 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri dan BBL. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan ATAU 1. Minta

ibu

untuk

melakukan

posisi

bersujud dimana posisi bokong tinggi melebih kepala ibu, hingga tiba ke tempat rujukan. 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan BBL. 3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan Tanda-tanda gejala syok : Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 kali/menit) Tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mm Hg Pucat Berkeringat atau kulit lembab, dingin. Napas cepat (lebih dari 30 x/menit) Cemas, bingung atau tidak sadar Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)

berikan semangat sedukungan. 1. Baringkan ibu miring ke kiri 2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung. 3. Pasang

infus

menggunakan

jarum

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau cairan garam fisiologis (NS), infuskan 1 liter dalam waktu 15 – 20 menit, jika mungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama,

kemudian

menjadi 125 m/jam.

23

turunkan

tetesan

4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat daruratan obstetri dan BBL. 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan Tanda-tanda gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam. Kontraksi teratur lebih dari 2 dalam 10 menit) Tanda dan gejala belum inpartu Kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 – 2 jam.

berikan dukungan dan semangat. 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki

kapasitas

kegawatdaruratan

obstetri dan BBL. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat. 1

Anjurkan ibu untuk minum dan makan.

2

Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa.

3

Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi djj, jika tidak ada tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin. Persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk : a. Menjaga cukup makan dan minum b. Datang

untuk

mendapatkan

asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

Tanda dan gejala partus lama Pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada (partograf) Pembukaan serviks kurang dari 1 cm perjam Kurang dari 2 kontraksi dalam waktu 10 menit, masing-masing berlangsung kurang dari 40 detik.

1

Prosedur Rujukan

1. Petugas

memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan BBL. 2

Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukung

UGD

/

Rawat

Inap

menyatakan pasien perlu rujukan 2

Petugas

24

UGD

/

Rawat

Inap

menjelaskan dan meminta persetujuan kepada keluarga pasien untuk dirujuk. 3

Keluarga pasien setuju.

4

Petugas UGD / Rawat Inap membuat surat rujukan

5

Petugas UGD / Rawat Inap membuat rincian biaya pasien pulang dan biaya penggunaan ambulan (untuk pasien rawat inap atau pasien UGD yang sudah diberikab terapi, bagi pasien UGD yang tidak mendapat terapi cukup membayar biaya ambulan saja)

6

Keluarga

pasien

membayar

dan

menerima kwitansi dan surat rujukan 7

Petugas UGD / Rawat Inap menerima pembayaran

8

Petugas

UGD

/

Rawat

Inap

mempersiapkan kesiapan pasien dan Petugas UGD/rawat inap yang lain segera menghubungi sopir Ambulan. 9

Sopir menyiapkan ambulan (jika sudah siap sopir segera menghubungi petugas UGD bahwa ambulan sudah siap)

10 Petugas

UGD

/

Rawat

Inap

mendampingi dan mengantarkan pasien ke tempat tujuan dengan ambulan. 11 Setelah

selasai

mengantarakan

dan

kembali ke Rumah Sakit Petugas UGD / Rawat Inap menulis laporan kegiatan pada buku kegiatan UGD / Rawat Inap 3.2 Stabilisasi klien a. Pengertian 25

Stabilisasi/roses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita pasien agar tetap stabilselama pertolongan pertama. b./rinsip Stabilisasi') &enjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaanyang dialami) menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil 1) menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah 2) menjaga agar perdarahan tidak bertambah. 3) menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang

lebih

lagialam

buruk

memberikan

pelayanan

kegawatdaruratan yang akan dirujuk, beberapahal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu a. Stabilisasi penderita b. Pemberian oksigen c. Pemberian cairan infus intravena dan transfusi darah d. Pemberian obat-obatan (antibiotik, analgetika, tetanus toksoid)Stabilisasi kondisi penderita dan merujuknya dengan cepat dan tepat sangat penting (esensial) dalam menyelamatkan

kasus

gawat

darurat,

tidak

peduli

jenjangatau tingkat pelayanan kesehatan itu. emampuan tempat

pelayanan

kesehatanuntuk

dengan

segera

memperoleh transportasi bagi pasien untuk dirujuk ke jenjangyang lebih tinggi amat menentukan keselamatan kehidupan kasus yang gawat. Tatacara untuk memperoleh transportasi yang cepat bagi kasus gawat darurat harus adadi setiap tingkat pelayanan kesehatan. ntuk ini dibutuhkan masyarakat

koordinasi seperti

pemerintah,dians sebagainya.

26

dengansumber-sumber kepolisisn,

pertanian,

dinas

militer,

dalam institusi

kesehatan,

dan

Related Documents

Gadar Rpl.ppsx
October 2019 33
Dok. Gadar
June 2020 27
Gadar Urgent.docx
November 2019 35
Gadar Fix.docx
May 2020 15
Gadar Syok.docx
October 2019 37
Buku Gadar
June 2020 18

More Documents from "Suparjo, Skep.Ns"

Persalinan Macet.doc
July 2020 11
Gadar Kel.3.docx
November 2019 19