Gabungan Ej Dan Sintesis.docx

  • Uploaded by: Muhamad Maftuh Ihsan
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gabungan Ej Dan Sintesis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,839
  • Pages: 23
KETIMPANGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG SEBAGAI ENVIROMENTAL JUSTICE

TUGAS KELOMPOK 4

MATA KULIAH FILSAFAT LINGKUNGAN Dosen : PARIKESIT M.Sc, Ph,D

DISUSUN OLEH :

1. 2. 3. 4. 5.

ADI SURYAWAN ROHANI SITORUS MUHAMAD MAFTUH IHSAN ANNAS DWITRI MALIK OVI OKTAVIANI

250120180015 250120187006 250120180004 250820180001 250120187005

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS PADJAJARAN 2018 i

PERTANYAAN : APAKAH KETIMPANGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG SEBAGAI ENVIROMENTAL JUSTICE..?

Berdasarkan pertanyaan diatas, kami menjawab “Ya”, kami menemukan berbagai bukti/eviden yang sangat meyakinkan bahwa ketimpangan tersebut akibat ketidakadilan yang diciptakan melalui berbagai kebijakan dunia sejak Modernitas terjadi di Abad 17. Bukti tersebut kami jelaskan pada halaman selanjutnya, namun secara ringkas kami jelaskan sebagai berikut: Ringkasan : Enviromental Justice (EJ) merupakan konsep keadilan yang termasuk dari Hak Asasi Manusia mendapatkan kondisi lingkungan ideal. Konsep ini muncul akibat kesenjangan kondisi lingkungan antar ras, bangsa, negara yang secara sengaja diciptakan melalui kebijakan dan peraturan. Konsep EJ mempertimbangan aspek keadilan secara : Prosedural (Keterlibatan), Subtantif (Lingkungan Ideal) dan Distributi (Benefit yang merata). Kesenjangan antara Negara Maju dan Berkembang berdasarkan konsep EJ diketagorikan kedalam Ketidak-adilan Lingkungan (Enviromnental Injustice/EI). Bukti ketidak-adilan sebagai contoh : Negara Maju didominasi oleh industri Tersier yang bahan bakunya dipenuhi oleh industri primer. Industri primer merupakan ciri dari negara berkembang. Bahan baku industri Primer diperoleh langsung dari alam secara exploitasi, sehingga berdampak terhadap kerusakan lingkungan secara nyata menurunkan kapasitas daya dukung. Produk Primer memiliki harga yang sangat rendah dibandingkan industri Tersier dan cenderung dimonopoli. Sebaliknya, Pada industri tersier sangat boros energi atau Metabolisme external tinggi, sehingga menghasilkan emisi dan polusi yang tinggi. Fenomena ini memiliki banyak contoh seperti Minyak Bumi, CPO Sawit, Kayu Gelondong, dan lain sebagainya. Kondisi kesenjangan ini terjadi akibat penguasaan teknologi dan fasilitas pendidikan oleh negara maju, sehingga menjadi kekuatan untuk menekan negara berkembang melalui rekomendasi dan mazhab pembangunan yang harus diadopsi oleh negara berkembang. Dampak buruk dari ketidakadilan ini menyebabkan berbagai persoalan kesehatan masyarakat di negara berkembang sebagai contoh tingkat kematian ibu dan anak yang tinggi, indek pembangunan manusia dan kebahagian yang rendah di Negara berkembang. Implikasi yang muncul akibat fenomena ini adalah munculnya berbagai gerakan lingkungan dan perubahan paradigma pembangunan menjadi Sustainability Development, Konsep Ecological Foot Print dan lain sebagainya. Untuk kasus di Indonesia, Pemerintah harusnya melakukan penguasaan teknologi di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan serta energi. Optimalisasi bidang tersebut dengan teknologi ramah lingkungan, akan meningkatkan kedaulatan negara. Industri agrocomplect memiliki emisi yang sangat rendah dan demand paling tinggi dibandingkan industri lainnya. Kata Kunci : Enviromental Justice, Kesenjangan, Negara Berkembang, Negara Maju,

ii

Daftar isi A. ENVIROMENTAL JUSTICE ......................................................................................... 1 B.

KONDISI NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG ..................................................... 4

C. IMPLIKASI ENVIRONMENTAL JUSTICE (EJ) NEGARA MAJU TERHADAP NEGARA BERKEMBANG ........................................................................................... 10 D. PENUTUP ........................................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

A. ENVIROMENTAL JUSTICE Perkembangan paradigma Environmental Justice atau keadilan lingkungan telah muncul akibat dari berkembangnya wacana tentang lingkungan. Perkembangan wacana kesadaran akan lingkungan memunculkan suatu gerakan sosial dari masyarakat sebagai dampak adanya ketidakadilan dalam masyarakat (Taylor, 2000). Selanjutnya Taylor (2000), membagi garis besar isu keadilan lingkunan menjadi beberapa prinsip, yaitu : 1. Prinsip ekologis, meliputi (a) ecocentric dengan cara membangun kembali saling ketergantungan spiritual untuk kesucian bumi (alam), Menegaskan kesatuan ekologi dan saling ketergantungan dari semua spesies; (b) stewardship (etika tanah), dengan cara etis penggunaan lahan dan sumber daya terbarukan secara seimbang dan bertanggung jawab; (c) Mengurangi konsumsi, adanya tanggung jawab dan komitmen pribadi untuk membuat pilihan mengkonsumsi sesedikit mungkin isi sumber daya bumi dan menghasilkan limbah sesedikit mungkin; (d) akses ke sumber daya alam dan menyediakan akses yang adil untuk berbagai sumber daya pendidikan; dan (e) pendidikan lingkungan yang menekankan isu-isu sosial saat ini dan generasi masa depan serta pendidikan lingkungan berdasarkan apresiasi dan perspektif dari beragam budaya. 2. Prinsip keadilan, meliputi (a) ekuitas antar generasi dengan pembangunan berkelanjutan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya serta memprioritas ulang terhadap gaya hidup kita untuk memastikan kelestarian alam bagi kepentingan generasi masa depan; (b) Intragenerational ekuitas, melalui mengenali kebutuhan untuk kebijakan ekologi perkotaan, membersihkan dan membangun kembali kota‐kota yang mempertimbangkan keseimbangan dengan alam, mengenali kebutuhan untuk kebijakan ekologi pedesaan dan membersihkan dan membangun kembali daerah pedesaan dalam keseimbangan dengan alam; (c) 1

Hak, kebebasan, dan menghormati untuk terbebas dari kehancuran ekologi; (d) Tindakan tegas ketidakadilan lingkungan yang merupakan pelanggaran hukum internasional. (Deklarasi Universal HAM, Konvensi PBB tentang Genosida. 3. Prinsip otonomi, meliputi (a) adanya perjanjian dan kedaulatan; (b) penentuan nasib sendiri dengan menegaskan hak politik, ekonomi, dan budaya; penentuan nasib sendiri dari semua orang‐orang; serta penegasan kedaulatan rakyat pribumi untuk menentukan nasib sendiri. 4. Budaya, yakni menghargai dan mengapresiasi budaya dan bahasa masingmasing, menghormati integritas budaya dari semua komunitas, menghargai dan mengapresiasi system kepercayaan masing--‐masing dalam memahami dunia alam. Kesadaran untuk Environmental Justice atau keadilan lingkungan telah tumbuh baru-baru ini, tetapi masih sangat sedikit yang menjadi perhatian untuk diimplementasikan terutama yang mengacu pada tuntutan gerakan sosial. Sebagian pemahaman keadilan lingkungan masih mengacu pada masalah ekuitas, atau distribusi penyakit dan manfaat lingkungan. Tapi mendefinisikan keadilan lingkungan sebagai ekuitas tidak lengkap. Aktivis, masyarakat, dan organisasi non‐pemerintah (NGO) meminta lebih dari sekedar distribusi. Keadilan yang dituntut oleh keadilan lingkungan global mesti memenuhi tiga unsur: ekuitas dalam distribusi dan risiko lingkungan, pengakuan keragaman dan pengalaman masyarakatyang terkena dampak, dan partisipasi dalamp roses politik untuk membuat dan mengelola kebijakan lingkungan. Dalam rangka mengembangkan teori tentang hak keadilan, kita harus mengungkap selubung ketidaktahuan, tempatdimana kita tidaktahu kekuatan dan kelemahan kita sendiri atau tempat kita sendiri dalam skema sosial, menghadirkan gagasan peradilan yang adil yang disetujui semua orang yang memiliki hak politik, dan distribusi yang harus menguntungkan semua orang sehingga tidak terjadi ketimpangan ekonomi dan social di masyarakat (Schlosberg, D. 2004). Keadilan lingkungan (EJ) adalah perlakuan yang adil dan keterlibatan yang berarti dari semua orang tanpa memandang ras, warna kulit, asal kebangsaan, atau penghasilan sehubungan dengan pengembangan, implementasi dan penegakan hukum, peraturan dan kebijakan lingkungan. (United States Environmental Protection Agency). Perlakuan yang adil berarti tidak ada kelompok orang yang harus menanggung bagian

2

yang tidak proporsional dari konsekuensi lingkungan negatif yang dihasilkan dari operasi atau kebijakan industri, pemerintah dan komersial. Keterlibatan yang berarti: 1. Orang-orang memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam keputusan tentang kegiatan yang dapat mempengaruhi lingkungan dan / atau kesehatan; 2. Kontribusi publik dapat mempengaruhi keputusan pengambil kebijakan; 3. Kepedulian masyarakat akan dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan; dan 4. Pengambil kebijakan akan mencari dan memfasilitasi keterlibatan mereka yang berpotensi terkena dampak. Beberapa ahli lain menyebut keadilan lingkungan sebagai pergerakan di lapisan masyarakat bawah (grassroot) yang memperjuangkan perlakuan yang sama bagi masyarakat tanpa memandang suku bangsa, budaya, sosial ekonomi, dalam hal pembangunan, implementasi dan penegakan hukum, peraturan dan kebijakan. Perlakuan adil berarti pula tidak boleh ada seorangpun atau kelompok tertentu yang lebih dirugikan oleh suatu dampak lingkungan. Environmental Justice disebut juga environmental equity yang diartikan sebagai hak untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya lingkungan secara adil bagi individu, kelompok, atau masyarakat tanpa membedakan ras, bangsa, atau status ekonomi. Berdasarkan definisinya, Environmental Justice mengandung tiga aspek sebagai berikut: 1. Aspek keadilan prosedural: keterlibatan seluruh pihak (masyarakat) dalam arti yang sebenarnya; 2. Aspek keadilan subtantif: hak untuk tinggal dan menikmati lingkungan yang sehat dan bersih; dan 3. Aspek keadilan distributif: penyebaran yang merata dari keuntungan yang diperoleh dari lingkungan. Sebuah kondisi keadilan lingkungan terjadi ketika risiko lingkungan dan bahaya serta investasi dan manfaat yang merata dengan berkurangnya diskriminasi, baik langsung maupun tidak langsung pada setiap tingkat yurisdiksi, ketika akses ke investasi lingkungan serta memanfaatkan sumber daya alam yang merata; serta ketika akses ke informasi, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan akses terhadap keadilan dalam hal yang berhubungan dengan lingkungan yang dinikmati oleh semua.

3

Sebaliknya ketidakadilan lingkungan terjadi ketika ada anggota yang kurang beruntung, etnis minoritas atau kelompok lain menderita secara tidak proporsional di tingkat lokal, regional, atau tingkat nasional dari risiko lingkungan atau bahaya dan atau menderita luar biasa akibat pelanggaran hak asasimanusia sebagai hasil dari factor lingkungan, dan atau aksesnya ditolak untuk melakukan investasi lingkungan, memanfaatkan sumber daya alam, dan atau tertolak aksesnya ke informasi, dan atau partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan atau akses terhadap keadilan dalam hal yangberhubungan dengan lingkungan. Di Indonesia hak atas lingkungan telah diadopsi diberbagai ketentuan perundang-undangan baik konstitusi negara pasca amandemen maupun undang‐undang negara. Dalam UUD1945 amandemen II Pasal 28H ayat (1) menyebutkan : ''Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, berhak memperoleh pelayanan kesehatan''. Pasal 5 dan 8 UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup berbunyi : ''Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat''. Bahkan dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga menyatakan hal yang sama, yaitu pada Pasal 3 yang berbunyi ''Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat''. B. KONDISI NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati 3 elative hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Kebanyakan negara dengan GDP per kapita tinggi dianggap negara maju. Namun beberapa negara yang telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam (seperti Nauru melalui pengambilan phosphorus) tanpa mengembangkan 3 elative yang beragam dan ekonomi berdasarkan jasa tidak dianggap memiliki status ’maju’. Negara sedang berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relative terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Istilah ini mulai menyingkirkan Dunia Ketiga, sebuah istilah yang digunakan pada masa perang dingin. Keberhasilan pembangunan di suatu negara dapat dijadikan acuan untuk menentukan suatu negara dikatakanmaju atau berkembang. Negara yang sudah berhasil dalam pembangunan sering disebut dengan negara maju, sedangkan negara yang masih sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disebut dengan negara berkembang. 4

Contoh negara berkembang yang akan disajikan di sini adalah india. Dengan penduduk skitar 1.068.903.000 jiwa (2003) India merupakan negara yang menempati urutan nomor 2 terpadat di dunia (nomor 1 adalah RRC). Tingkat pertumbuhan penduduknya 2% per tahun. Jumlah penduduk sebesar itu menyebabkan India sering mengalami kelaparan, terutama jika hujan datang terlambat sehingga menyebabkan panen gagal. Pembangunan industri di India didukung oleh tenaga buruh yang jumlahnya banyak, namun upahnya rendah sehingga kesejahteraan kaum buruh India juga rendah.

Tabel 1.Sektor Perekonomian di India No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kawasan Penghasil Punjab dan Lembah Gangga Benggala, Assam Bihar dan Andra Pradesh Nagpur dan Misore Laut Bombay (sebelah timur) Mika Bombay dan Madrass Bombay dan Calcuta Dataran Tinggi Dekan Calcuta Madras

Produk-Produk yang Dihasilkan Padi dan palawija Batu bara Bauksit dan tembaga Seng, bijih besi, dan mangan Minyak dan gas alam Bihar Tekstil Jasa pelabuhan Sorghum Kertas, besi, baja Kerajinan kulitPengecoran logam, sepeda, bajaj, dan mesin

India merupakan negara berkembang yang berusaha sekuat tenaga untuk menjadi negara maju di kawasan Asia Selatan. India mengekspor tekstil, teh, bijih besi, goni, batu mika, besi, mangan, kerajinan kulit, vespa/bajaj, dan mesin-mesin. Adapun impor India yaitu berupa mesin-mesin, bahan kimia, kertas, dan gandum. Contoh negara maju yang akan disajikan di sini adalah Perancis. Perancis termasuk negara tua di Eropa dan tergolong negara maju. Penyebaran penduduknya tidak merata, (penduduk yang tinggal di kota ± 74,1%) dari total jumlah penduduk seluruhnya (± 59.439.000 jiwa pada tahun 2005). Tingkat kepadatan penduduknya 103 orang per km², angka klahiran 14, dan angka kematian 10 per 1000 penduduk per tahun. Pertambahan penduduknya rata-rata 0,4% per tahun. Perekonomian Perancis cukup

5

stabil dan tidak hanya didukung industri saja. Bidang-bidang lain yang turut berperan memajukan negara adalah pertambangan, pertanian, dan perdagangan. Tabel 2 Jenis-Jenis Industri Besar di Perancis No 1 2

Jenis Barang Industri Pesawat terbang (sipil dan militer) Tekstil

3

Bahan-bahan kimia

4

Mesin dan persenjataan

5 6

Mobil

7

Kapal (sipil dan militer) Karet dan plastik

8

Besi, baja, dan persenjataan

Tempat Produksi Paris, Toukouse, Bordeaux, Nantes Longwy, Lille, Nancy, Strasbourg, Charleville-Meziera Nancy, Marseille, Nantes, Paris, Rouen, Ferrand, Lyon, Longwy, CharlevilleMeziera, Grenoble Ferrana, Lyon, Roanne, Nancy, Nancy, Mulhouse, Paris, Denain, Longwy Strasbourg, Paris, Lion Rouaen, Marseille, Nantes, Bordeaux, Le Havre Cleremont– Ferrand, Lyon, Paris, Rounne, Mulhouse Lecroust, Denain, Nancy, Longwy

Perdagangan di Perancis yang sangat ramai, tak lepas dari letak negara Perancis yang diapit oleh Samudra Atlantik dan Laut Tengah. Pelabuhan-pelabuhan laut (Le Havre, Rouen, dan Marseille) merupakan pelabuhan-pelabuhan laut yang ramai di Eropa Barat. Ekspor Perancis ke negara-negara di seluruh dunia adalah: bahan-bahan kimia, parfum, tekstil, mobil, persenjataan, kapal, pesawat trbang, anggur, perabot rumah tangga, susu, dan daging. Impor Perancis dari berbagai negara meliputi minyak tanah dan gas alam, lada, teh, kopi, dan kayu. Berikut ini peta sebaran negara berdasarkan tingkat kesejahteraan

Gambar 1. Peta sebaran negara berdasarkan tingkat kesejahteraan(Putri, 2013) 6

Berikut ini parameter perbedaan negara maju dan berkembang berdasarkan data 2014 (Utami & Kurniawati, 2018) Tabel 1. Perbedaan tingkat kesejahteraan antara nagara maju dan berkembang Parameter Ciri

Negara Maju a. Sumber Daya Alam Rendah b. Tingkat pendidikan penduduk tinggi c. Sumber Daya Manusia unggul d. Penguasaan teknologi modern e. Sarana transportasi dan komunikasi maju f. Pelayanan sosial dan kesehatan sangat memadai g. Angka kematian sangat rendah h. Angka kelahiran sangat rendah i. Mempunyai indeks pembangunan manusia tinggi j. Pendapatan perkapita tinggi k. Pengangguran rendah l. Keadaan ekonomi stabil dan mengalami kemajuan m. Kegiatan industri dan jasa lebih maju (sekunder-tersier) daripada agraris (primer) n. Usia harapan hidup tinggi (bisa mencapai 80 tahun) o. Angka pertumbuhan penduduk rendah

Negara Berkembang a. Sumber Daya Alam Tinggi b. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk masih sangat rendah c. Sumber Daya Manusia masih rendah d. Penguasaan teknologi rendah e. Sarana transportasi dan komunikasi rendah f. Pelayanan sosial dan kesehatan kurang memadai g. Angka kematian tinggi h. Angka kelahiran tinggi i. Mempunyai indeks pembangunan manusia rendah j. Pendapatan perkapita rendah k. Pengangguran tinggi l. Keadaan ekonomi sangat rendah m. Kegiatan agraris (primer) lebih dominan dibandingkan dengan keadaan industri dan jasa (sekunder-tersier) n. Usia harapan hidup rendah o. Angka pertumbuhan penduduk tinggi

GDP (US$MM)

37.500 Amerika serikat 36.000 Norwegia

5.000 Malaysia 1.500 Nigeria

Indek Pembangunan Manusia Kematian Bayi (per 1000) Struktur Mata Pencaharian Penduduk

0,943 Jepang 0,955 Australia

0,602 India 0,507 Kambodja

3 Bayi Jepang 6 Bayi Australia Industri Tersier 52% Amerika Serikat, 50% Norwegia

63 Bayi India 97 Bayi Kambodja Industri Tersier 28% Indonesia 15% Pakista

Industri Sekunder

Industri Sekunder 7

44% Amerika Serikat, 42% Norwegia

18% Indonesia 30% Pakistan

Industri Primer 4% Amerika Serikat, 8% Norwegia Sarana 10 terbaik universitas berada Pendidikan Amerika Serikat, Swis, Inggris berdasarkan QS (Harususilo, 2018) World

Industri Primer 54% Indonesia 55% Pakistan 21 terbaik pada tahun 2018 : Politeknsik Siberia Rusia selbihnya (Id.rbth.com, 2018)

Indikator Negara Maju dan Negara Berkembang Beberapa ciri yang menandai sebuah negara dikatakan sebagai negara maju atau berkembang adalah sebagai berikut. : a. Pendapatan Per kapita Penduduk Pendapatan per kapita/income per kapita penduduk pada hakikatnya mencerminkan tingkat kemakmuran dan kemajuan suatu negara. Di negara-negara maju pendapatan penduduk per kapita tinggi, sedangkan di negara berkembang pendapatan per kapita penduduk lebih rendah daripada negara maju. b. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah suatu wilayah dapat diartikan sebagai bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk suatu wilayah disebabkan faktor-faktor tertentu. Di negara maju umumnya pertumbuhan penduduk sangat kecil. Umumnya orang tua hanya menginginkan jumlah anak sedikit (1 atau 2 anak aja), selain itu angka kematian di negara maju lebih besar daripada angka kelahiran. Berkebalikan di

negara

berkembang

yang

memiliki

tingkat

pertumbuhan

penduduk

tinggi.Pertumbuhan penduduk yang tinggi memerlukan ketersediaan sumber daya alam yang besar pula. Jika sumber daya alam dan jumlah penduduk tidak seimbang maka yang terjadi adalah kehidupan penduduk yang kurang sejahtera. Inilah yang terjadi di negara berkembang, bahkan negara miskin. c. Jumlah Tenaga Kerja Di negara maju, kesempatan kerja lebih terbuka dan beragam daripada di negara berkembang. Industri di negara maju sangat berkembang, hal ini memungkinkan 8

kegiatan penduduk banyak terkait dengan kegiatan industri ini. Di negara berkembang, kegiatan ekonomi penduduk lebih banyak terserap di sektor pertanian (termasuk perkebunan) dan perikanan/sebagai nelayan. d. Angka Harapan Hidup Di negara maju, pelayanan kesehatan dan taraf ekonomi baik sehingga menyebabkan penduduknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Membaiknya kesehatan dan perkembangan tubuh menjadikan tingkat harapan hidup yang lebih baik pula. Di negara maju angka harapan hidup warganya sekitar 60 tahun ke atas, sedangkan di negara berkembang angka harapan hidup warganya rata-rata di bawah 60 tahun. Hal ini tentu saja berkaitan dengan tingkat pelayanan kesehatan dan taraf ekonomi yang ada. e. Mata Pencaharian dan Pemanfaatan Lahan Di negara-negara berkembang, sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah di sektor pertanian. Pemanfaatan lahan sebagian besar digunakan untuk sawah, perkebunan, tambak, dan hutan. Umumnya lahan yang tersedia masih luas dan termasuk negara agraris, contohnya Vietnam yang 80% penduduknya bekerja di bidang pertanian. Keadaan seperti di atas tidak ditemui di negara maju. Di negara maju, sebagian besar penduduknya bekerja di sektor industri yang sangat beragam, seperti industri elektronik, mesin-mesin, dan sebagainya. f.

Penurunan Buta Huruf Istilah buta huruf mengandung beberapa macam pengertian. 1) Buta bahasa, artinya tidak mampu melafalkan/berbicara menggunakan bahasa nasionalnya. 2) Buta angka, artinya tidak mampu membaca angka ataupun berhitung. 3) Buta aksara, yaitu tidak mampu membaca huruf, termasuk membaca dan menulis. Di negara maju karena tingkat perekonomian sudah maju, maka negara mampu menyediakan fasilitas-fasilitas di bidang pendidikan secara memadai, penyediaan sekolah-sekolah, dari dasar sampai tingkat perguruan tinggi secara merata sehingga di negara maju penduduknya rata-rata sudah bebas buta huruf.

9

g. Penurunan Kesenjangan Hidup Masalah kesejahteraan perekonomian suatu negara tidak saja dicapai dari aspek tingginya kesejahteraan ekonomi, tetapi juga dibarengi dengan tingkat pemerataan perekonomian tersebut. Di negara berkembang, tingkat perbedaan antara si kaya dan si miskin sangat mencolok sekali. Negara-negara maju mampu mengurangi jarak kesenjangan hidup warganya, artinya banyak orang kaya dan tidak terlalu banyak warga yang miskin.

h. Pemanfaatan Sumber Tenaga Mesin dan Listrik Pemanfaatan mesin dan listrik sangat terkait dengan penguasaan teknologi di suatu negara, yang pada akhirnya akan berujung pada pendapatan (devisa) negara serta pendapatan per kapita dalam negara dalam negara tersebut. Di negara-negara maju, hampir semua peralatan sudah menggunakan listrik dan komputerisasi sehingga pekerjaan di berbagai sektor dapat dilakukan secara cepat, tepat, efektif, dan efisien. Sedangkan di negara berkembang, banyak peralatan yang masih nonlistrik, artinya masih dijalankan secara manual/tradisional.

i. Angka Penurunan Kematian Bayi Pada prinsipnya, angka kematian akan menunjukkan besarnya kualitas penduduk dan negara di bidang kesehatan dan kemakmurannya. Negara dikatakan berkembang apabila angka kematian bayi di negara itu tinggi karena kualitas kesehatan dan kemakmuran penduduknya relatif rendah. Hal ini umumnya tidak terjadi di negara maju. C. IMPLIKASI ENVIRONMENTAL JUSTICE (EJ) NEGARA MAJU TERHADAP NEGARA BERKEMBANG a.

Environmental Justice Terhadap Kepemilikan Sumber Daya Alam Kemajuan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh peran aktif pemerintah beserta pendukungnya serta partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Bagi negara, membangun merupakan hak setiap negara/bangsa di dunia yang ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat

sesuai

dengan

kemampuannya. Keberhasilan pembangunan di suatu negara berbeda-beda tergantung pada sejarah negara, sumber daya alam, sumber daya manusia, iklim, dan penguasaan teknologi. 10

Berdasarkan table. 1 diatas, dapat dilihat bahwa Negara Maju walaupun memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang rendah tetapi memiliki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi. Kualitas SDM Negara Maju yang tinggi ini didukung oleh tingginya tingkat pendidikan di Negara Maju. Diketahui bahwa 10 Universitas Terbaik berada Amerika Serikat, Swiss, Inggris yang merupakan Negara Maju (Harususilo, 2018). Tingginya kualitas SDM dan tingkat pendidikannya menyebabkan penguasaan teknologi di Negara Maju sangat pesat. Teknologi dalam pengolahan SDA lahir dari Negara Maju, oleh karena itu Negara Maju telah lebih dahulu menggunakan sumber daya alam yang dimiliki untuk pembangunan industri, infrastruktur yang modern, telekomunikasi, pendidikan, fasilitas kesehatan, dan perumahan, sehingga saat ini memiliki SDA yang rendah.

Gambar 2. Peta Kepemilikan Atas Migas dan Metana Batubara di Indonesia Negara berkembang memiliki kondisi yang bertolak belakang dengan Negara maju. Negara berkembang memiliki SDA yang tinggi, tetapi SDM, tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi yang rendah. Hal ini menyebabkan SDA di Negara-negara berkembang lebih banyak dimanfaatkan oleh Negara-negara maju. Salah satu contoh adalah Investor dalam produksi SDA Migas dan Gas Metana di Indonesia yang sebagian besar merupakan Negara-negara maju (Peta Kepemilikan AS dan Negara Lain Atas Wilayah Migas dan Gas Metana Batubara di Indonesia Tahun 2012, Sumber : BP Migas).

11

Gambar 3 : Seorang warga duduk didekat monument pompa angguk minyak tertua di daerah Minas, Blok Rokan, Riau, Rabu (01/8/2018) Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45043328

Penguasaan SDA oleh Negara maju menyebabkan masyarakat yang berada pada wilayah tersebut tidak merasakan manfaat dari SDA yang ada. Salah satu contohnya Blok Rokan yang merupakan sumur minyak terbesar di Indonesia itu sudah 94 tahun dikuasai perusahaan asing PT Chevron Pacific Indonesia milik Amerika. Pada 31 Juli 2018 lalu, pemerintah mengumumkan secara resmi bahwa pengelolaan Blok Rokan akan diserahkan ke PT Pertamina mulai 2021 setelah masa kontrak dengan PT Chevron Pacific Indonesia berakhir. Masyarakat Riau melalui Lembaga Adat Melayu atau LAM Riau menuntut pengelolaan Blok Rokan sebesar 70 persen setelah penunjukkan PT Pertamina sebagai kontraktor baru. Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam atau ESDM bakal menjadwalkan pertemuan antara PT Pertamina bersama LAM Riau terkait tuntutan tersebut. LAM Riau menganggap wajar tuntutan pengelolaan 70 persen Blok Rokan tersebut menyusul sumur minyak terbesar tersebut dikuasai perusahaan asing. Dia berharap, Riau melalui Badan Usaha Milik Daerah dapat menerima pengelolaan Blok Rokan 70 persen dari PT Pertamina untuk selanjutnya. (Novitra, Riyan. 2018). Berdasarkan berita ini dapat terlihat bahwa penguasaan pihak asing atas SDA di Blok Rokan tidak memenuhi Aspek Keadilan Prosedural dalam Environmental Justice yaitu keterlibatan seluruh pihak (masyarakat) dalam arti yang sebenarnya.

12

b.

Tingkat Konsumsi Energi per kapita Tingkat konsumsi per kapita dapat menunjukan jumlah materi/sumber daya alam

yang dikonsumsi oleh seluruh penduduk suatu negara. Selama pertumbuhan penduduk dunia terus terjadi, kebutuhan manusia terhadap energi akan semakin meningkat. Energi dibutuhkan untuk melakukan usaha-usaha dalam meningkatkan perekonomian suatu negara dan memperoleh kualitas hidup masyarakat yang baik. Sejauh ini, sumber utama energi yang digunakan oleh negara-negara di dunia adalah bahan bakar fosil. Pada tahun 2014, tercatat bahwa bahan bakar fosil menyumbang 81 persen untuk produksi energi dunia (World Bank, 2017). Gambar berikut ini menunjukkan tingkat konsumsi energi yang bersumber dari bahan bakar fosil di setiap negara per satuan kilogram bahan bakar fosil pada tahun 2014.

Gambar 3. Peta negara berdasarkan tingkat konsumsi energi Berdasarkan peta pada Gambar 2, tingkat konsumsi energi yang lebih dari 5000 kilogram bahan bakar fosil didominasi oleh negara-negara maju, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Korea Selatan, Swedia dan Australia. Pada umumnya di negara maju, selain digunakan untuk kebutuhan transportasi, energi yang bersumber dari bahan bakar fosil paling banyak dikonsumsi untuk kebutuhan industri. Fakta-fakta menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi di negara maju maupun negara berkembang akan sejalan dengan jumlah penduduk di negara tersebut. Sebagai contoh, Amerika serikat yang terdiri dari sekitar 4,5% penduduk dunia memiliki tingkat konsumsi energi sekitar 20% dari total konsumsi energi dunia (World Population Balance, 2018). Namun, hal tersebut nampaknya berbeda dengan Kanada. Pada tahun 2018, populasi penduduk Kanada adalah 36 juta atau sekitar 0,4% penduduk dunia (Statcan, 2018). Berdasarkan peta pada 13

Gambar 2, konsumsi energi di Kanada melebihi 5000 kilogram bahan bakar fosil ekuivalen. Jika dibandingkan dengan India yang memiliki 1,3 miliyar populasi penduduk atau sekitar 17% dari total penduduk dunia, konsumsi energi di India masih berada di antara 1.000-2.499 kilogram bahan bakar fosil ekuivalen (World Population Clock, 2018). Hal tersebut menunjukkan bahwa industri memiliki tingkat konsumsi energi yang lebih tinggi daripada energi yang dikonsumsi per penduduk di dalam negara tersebut (misalnya kebutuhan rumah tangga dan transportasi). Di Kanada, energi yang dikonsumsi pada sektor industri adalah 37,1% sedangkan yang digunakan untuk kegiatan transportasi adalah 30,2% (Natural Resource Canada, 2016). Pada umumnya negara maju sangat mengandalkan sektor industri dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. Pesatnya pertumbuhan sektor industri di negara maju dapat menunjukkan tingginya tingkat eksploitasi sumber daya alam di negara tersebut. c.

Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Selain itu sector energi, industri yang dijadikan sebagai sektor utama untuk

pertumbuhan ekonomi negara maju merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim merupakan fenomena alam akibat terjadinya pemanasan global suhu bumi yang dipicu meningkatkan gas rumah kaca (CO2, NO3, CHCl dan lain-lain) berikut ini peta negara berdasarkan tingkat emisi CO2.

Gambar 4. Peta sebaran negara berdasarkan emisi CO2 pada tahun 2007 (www.eramuslim.com, 2009) Tingkat emisi CO2 yang melebihi 500 ton CO2 didominasi oleh negara-negara maju, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Rusia, Jerman, Jepang, dan Korea Selatan. Tidak 14

dapat dipungkiri bahwa negara-negara tersebut memiliki kepentingan bahwa pembangunan di negara mereka tidak dapat terlepas dari konsumsi energi dari sektor kelistrikan, transportasi, dan industri. Ketidakadilan lingkungan (Environmental Injustice) yang dapat ditunjukkan pada kesenjangan tingkat konsumsi energi antara negara maju dan negara berkembang adalah pada saat negara maju mengedepankan pembangunan pada sektor industri yang menyumbang emisi gas rumah kaca, negara berkembang pun terkena dampak lingkungan dari aktivitas industri tersebut. Dampak lingkungan global yang dirasakan oleh seluruh negara di dunia adalah peningkatan suhu bumi dan perubahan iklim. Seperti yang disebutkan sebelumnya, aktivitas industri yang tinggi di negara maju dapat menyebabkan penurunan kuantitas sumber daya alam di negara tersebut. Akibatnya luasan sumber daya alam yang memiliki peran dalam mengendalikan emisi gas rumah kaca semakin menipis. Berbeda halnya dengan mayoritas negara berkembang, yang masih memiliki luasan sumber daya alam yang lebih memadai untuk mengurangi emisi CO2. Meskipun hal tersebut terjadi, negaranegara maju tetap memiliki tanggung jawab dalam menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh negara tersebut. Mekanisme pengurangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh negara maju pernah didiskusikan di dalam Konvensi Kerangka Kerjasama Persatuan BangsaBangsa mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC-United Nations Framework Convention on Climate Change) pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Mekanisme tersebut kemudian diratifikasi pada Conference of Parties-3 (COP-3) yang disebut dengan Protokol Kyoto. Di dalam Protokol Kyoto disepakati bahwa seluruh negara ANNEX I (negara-negara maju yang ditetapkan sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar) wajib menurunkan emisi GRK mereka rata-rata sebesar 5.2% dari tingkat emisi tersebut di tahun 1990. Tahun 1990 ditetapkan dalam Protokol Kyoto sebagai acuan dasar (baseline) untuk menghitung tingkat emisi GRK. Bagi negara NON ANNEX I Protokol Kyoto tidak mewajibkan penurunan emisi GRK, tetapi mekanisme partisipasi untuk penurunan emisi tersebut terdapat di dalamnya, prinsip tersebut dikenal dengan istilah "tanggung jawab bersama dengan porsi yang berbeda" (common but differentiated responsbility) (WWF, 2018). Beberapa

mekanisme

dalam Protokol

Kyoto yang

mengatur

masalah

pengurangan emisi GRK, seperti dijelaskan di bawah ini (WWF, 2018) : 15

1. Joint Implementation (JI), mekanisme yang memungkinkan negara-negara maju untuk membangun proyek bersama yang dapat menghasilkan kredit penurunan atau penyerapan emisi GRK. 2. Emission Trading (ET), mekanisme yang memungkinkan sebuah negara maju untuk menjual kredit penurunan emisi GRK kepada negara maju lainnya. ET dapat dimungkinkan ketika negara maju yang menjual kredit penurunan emisi GRK memiliki kredit penurunan emisi GRK melebihi target negaranya. 3. Clean Development Mechanism (CDM), mekanisme yang memungkinkan negara non-ANNEX I (negara-negara berkembang) untuk berperan aktif membantu penurunan emisi GRK melalui proyek yang diimplementasikan oleh sebuah negara maju. Nantinya kredit penurunan emisi GRK yang dihasilkan dari proyek tersebut dapat dimiliki oleh negara maju tersebut. CDM juga bertujuan agar negara berkembang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan, selain itu CDM adalah satu-satunya mekanisme di mana negara berkembang dapat berpartisipasi dalam Protokol Kyoto.

Sejauh ini, ada negara maju yang berkomitmen dalam mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi ada pula negara maju yang kurang menunjukkan komitmennya. Sebagai disparitas, kita bandingkan komitmen Kanada dan Swedia dalam menurunkan emisi CO2 yang dihasilkan oleh negaranya. Menurut Kerr (2014), dalam periode 19902009, kedua negara ini semakin terlihat disparitasnya dalam hal mengurangi emisi CO2. Di dalam periode tersebut, Kanada cenderung mengalami peningkatan 20% emisi CO2, sementara Swedia mengalami penurunan emisi CO2 sebesar 21%. Dalam hal carbon footprint, Swedia menempati urutan ketiga di antara negara-negara OECD (Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi). Sedangkan Kanada berada di urutan ke27. Data tersebut ditampilkan pada gambar berikut.

16

Gambar 5. Emisi Karbon per Kapita di antara Negara-negara OECD Tahun 2009 (Kerr, 2014) Emisi karbon per kapita yang dihasilkan oleh Kanada melebihi 15% dan berada di atas ambang rata-rata emisi yang dihasilkan oleh seluruh negara OECD. Sementara Swedia berada di urutan ketiga dalam menunjukkan komitmennya mengurangi emisi karbon, berada dua urutan di bawah Meksiko dan Turki. Keberhasilan Swedia dalam mengurangi emisi CO2 terkait dengan kemajuan yang telah dilakukan dalam hal mengurangi dampak lingkungan di empat aspek teknologi yaitu, telah mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, intensitas karbon, kehilangan konversi, dan intensitas energi. Di sisi lain, emisi Kanada terus meningkat, karena memiliki pertumbuhan demografi dan ekonomi yang cepat, dan memiliki keberhasilan kontribusi yang berbeda dengan empat aspek teknologi yang telah dicapai oleh Swedia (Kerr, 2014). d.

Tingkat indek kebahagian World Happiness Report 2017 dalam Laporan Kebahagiaan Dunia 2017

akhirnya sudah dipublikasi oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dalam rangka untuk memantau negara mana saja yang berhasil menjaga kebahagiaan masyarakat di antara semua 155 negara yang ada. Norwegia telah melompat beberapa tingkat hingga menjagi 17

tempat paling bahagia di bumi tahun ini, setelah menduduki peringkat keempat pada tahun 2016. Peringkat puncak Norwegia itu disusul dengan Denmark, Islandia, Swiss, Finlandia, Belanda, Kanada, Selandia Baru, Australia dan Swedia. Seperti yang diperkirakan banyak orang, negara-negara yang berperang, terlibat konflik maupun tersiksa secara ekonomi seperti negara Afrika sub-Sahara memiliki nilai terendah. Negara-negara dengan peringkat terendah adalah Republik Afrika Tengah, Burundi, Tanzania, Suriah, Rwanda, Togo, Guinea, Liberia, Sudan Selatan dan Yemen. Secara berurutan, ternyata ada juga negara-negara yang mengalami kenaikan tingkat kebahagiaan secara drastis jika dibandingkan dengan tahun lalu. Negara-negara tersebut adalah Nikaragua, Latvia, Sierra Leone, Ekuador, Moldova, Bulgaria, Rusia, Slovakia, Chile dan Uzbekistan. Konsep bahagia sangat subjektif seperti diilustrasikan di atas. Agar dapat dipantau secara internasional, indikator kebahagiaan dalam konteks kolektif harus disusun untuk merangkum berbagai aspek kesejahteraan (wellbeing) yang dapat diterima secara universal. Laporan Survei Kebahagiaan Dunia pertama kali dipublikasikan bulan April 2012 oleh PBB dalam pertemuan tingkat tinggi membahas kebahagiaan dan kesejahteraan. Kebahagiaan dipandang sebagai parameter yang lebih pas untuk mengukur keberhasilan pembangunan sosial dan ketercapaian target kebijakan publik. Terdapat delapan indikator Kebahagiaan oleh PBB tahun 2017, yaitu : 1) Pendapatan per Kapita; 2) usia harapan hidup berdasarkan (WHO); 3)Dukungan sosial; 4) Kebebasan menentukan pilihan hidup; 5) Kedermawanan; 6) Persepi korupsi; 7) Perasaan positif; dan 8) Perasaan negatif. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi antara negara maju dengan kebahagiaan warganya. Dikutip dari situs investopedia.com, ada beberapa ciri yang membedakan negara maju dengan negara berkembang. Dominasi ciri negara maju secara kasat mata adalah sistem industrialisasi yang diimplementasikan secara masif dalam kehidupan warga negaranya. Dari aspek kesetaraan gender, lebih banyak proporsi wanita yang bekerja khususnya mereka yang menduduki posisi eksekutif utama. Negara maju menggunakan sumberdaya dunia dalam jumlah yang tidak berimbang dibandingkan negara-negara berkembang, terutama sumber energi dunia seperti minyak bumi dan gas. Penjelasannya karena warga negara maju sebagian besar mengendarai mobil, menggunakan perangkat elektronik lebih banyak di rumahnya, sehingga 18

kebutuhan listriknya pun tinggi. Kondisi ini kontras dengan negara berkembang, di mana banyak warganya belum menggunakan teknologi yang memerlukan penggunaan sumberdaya alam tersebut. Yang menarik, tingkat hutang di negara maju justru tinggi. Ini karena lebih banyak jumlah warga negara maju yang memiliki akses pembiayaan dari perbankan. Sebaliknya, di negara berkembang masih banyak mereka yang kesulitan mendapat pinjaman modal dari bank. Instrumen lain yang digunakan untuk menentukan kemajuan negara adalah HDI (Human Development Index). Komponen HDI atau dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia merupakan komposit dari indikator angka harapan hidup saat lahir (Life expectancy at birth), lama sekolah yang diharapkan (Expected years of schooling), dan pendapatan nasional per kapita (Gross National Income per Capita). Dengan nilai antara 0 hingga 1, semakin maju suatu negara, nilai HDI akan semakin mendekati angka 1 (satu), demikian pula sebaliknya. Sebagai informasi, sebagian besar negara maju meraih nilai HDI di atas 0,8. Negara-negara maju dengan nilai HDI di atas 0,8 di antaranya terdapat Jerman (0,92), Perancis (0,89), Belanda (0,92), Norwegia (0,94), Korea Selatan (0,89), Swedia (0,9), Australia (0,93), Kanada (0,91), Finlandia (0,89), Islandia (0,92), Denmark (0,92), Switzerland (0,94)dan New Zealand (0,91). Tampaknya negara maju memang berpeluang membahagiakan warganya. Di antara deretan negara dengan HDI di atas 0,8 tersebut, ada Norwegia, Denmark, Islandia, Switzerland dan Finlandia yang termasuk 5 besar negara paling bahagia di dunia. Membandingkan indikator HDI dengan indeks kebahagiaan, memang ada sudut pandang

berbeda

pada

keduanya

dalam

memandang

keberhasilan

pembangunan. Penggunaan parameter lama sekolah memunculkan kritik terhadap HDI yang tidak mengakomodasi kebebasan masing-masing warga dalam membuat berbagai pilihan tentang pendidikan formal. Warga negara yang memilih untuk tidak menempuh pendidikan tinggi, secara kasar jatuh pada kelompok sosial yang lebih rendah dibanding mereka yang bersekolah lebih lama. Juni 2016 menandai komitmen OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) untuk mendefinisikan ulang makna pertumbuhan ekonomi dengan mengetengahkan kesejahteraan penduduk sebagai perhatian utama upaya pemerintah. Demikian pula pemimpin UNDP dalam pidatonya menegaskan bahwa kualitas lebih penting daripada pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Perhatian lebih pada kebahagiaan 19

haruslah menjadi bagian dari upaya bersama mewujudkan pembangunan manusia yang berkelanjutan. Mewujudkan warga bahagia tentu membutuhkan upaya keras semua pihak, baik pemerintahan hingga masyarakatnya sendiri. Tidak hanya bertujuan meningkatkan citra positif persepsi korupsi, mengingat aspek kebahagiaan mencakup berbagai aspek hingga urusan perlindungan hak menjalankan pilihan. Kita sebagai warga masyarakat pun punya peran dalam menyebarkan perasaan nyaman, dan peduli lewat kedermawanan dan menciptakan perasaan positif itu dalam keseharian.

Gambar 6. Peta Ranking Kebahagian Negara-negara di Dunia D. PENUTUP a. Kesimpulan Berdasakan uraian diatas, kami menyimpulkan bahwa kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang adalah bukti ketidak-adilan lingkungan yang telah diciptakan secara sengaja oleh negara maju melalui berbagai skema pembangunan ekonomi dan kebijakan lingkungan. Negara maju memiliki penguasaan teknologi dan perkembangan ilmu yang cepat dibandingkan pada negara berkembang, sehingga menjadi alat dogmatis untuk menekan kepada negara berkembang melakukan ratifikasi kebijakan pembangunan. b. Saran Berdasarkan kajian tersebut, kami menyarankan untuk Bangsa kita sendiri yaitu Indonesia harus melakukan peningkatan teknologi dan ilmu pada kekuatan sumber daya alam yang ramah lingkungan. Satu-satunya sektor yang dapat dikembangkan dan memilik dampak lingkungan paling ringan adalah sektor Agrocomplek dan energi terbarukan. Produk agrokomplek dan energi merupakan kebutuhan terbesar seluruh manusia dan memiliki emisi paling rendah. 20

DAFTAR PUSTAKA Affan, Heyder. 2018. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45043328. 3 Agustus 2018. Akses tanggal 28 September 2018 16:00 WIB. Harususilo, Y. (2018). Ini Daftar 10 Universitas Terbaik Dunia 2018-2019. Retrieved September 27, 2018, from https://edukasi.kompas.com/read/2018/06/25/13392391/inidaftar-10-universitas-terbaik-dunia-2018-2019 Kerr, D. 2014. Population Growth, Energy Use, and Environmental Impact : Comparing the Canadian and Swedish Records on CO2 Emission. Canadian Studies on Population. 41:120-143. Muchlis, Fuad dan Anuar Rasyid. 2014. Makalah Seminar TSH 2014 : Potret Keadilan Lingkungan Dalam Kontestasi Ekonomi Politik (Kasus di Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi). http://skpm.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2014/01/1.Makalah-Seminar-TSH-2014_Fuad-Muchlis Anuar.pdf. Akses tanggal 28 September 2018 14:00 WIB. Natural Resource Canada. 2016. Additional Statistics on Energy. https://www.nrcan.gc.ca/publications/statistics-facts/1239. Diakses pada 29 September 2018 Novitra, Riyan. 2018. https://bisnis.tempo.co/read/1118862/masyarakat-riau-tuntutpengelolaan-blok-rokan-70-persen. Senin, 20 Agustus 2018 16:22 WIB. Akses tanggal 28 September 2018 15:00 WIB. Putri, W. (2013). Negara maju negara berkembang. Retrieved from https://www.slideshare.net/wisdaap/negara-maju-negara-berkembang Schlosber D, 2004. Reconceiving Environmental Justice: Global Movements And Political Theories. Environmental Politics, Vol.13, No.3, Autumn 2004, pp.517 –540.ISSN0964-‐4016 print/1744--‐8934 online DOI: 10.1080/0964401042000229025 #2004 Taylor & Francis Ltd Statcan. 2018. Quarterly Demographic Estimates. https://www150.statcan.gc.ca/n1/pub/91002-x/91-002-x2018002-eng.htm. Diakses pada 29 September 2018 Taylor D, 2000. The Rise of the EnvironmentalJustice Paradig Injustice Framing and the Social Construction of Environmental Discourse. University of Michigan. American Behavioral Scientist, Vol. 43 No. 4, January 2000 508--‐580 © 2000 Sage Publications, Inc Utami, W. S., & Kurniawati, A. (2018). Pendalaman Materi Geografi (Negara Maju dan Berkembang). Jakarata: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi World Bank. 2017. WDI 2017 Maps. https://data.worldbank.org/products/wdi-maps. Diakses tanggal 29 September 2018 World Population Balance. 2018. Population and Energy Consumption. https://www.worldpopulationbalance.org/population_energy. Diakses pada 29 September 2018 World Population Clock. 2018. India Population Clock. http://worldpopulationclock.info/india. Diakses pada 29 September 2018 www.eramuslim.com. (2009). Peta Emisi Negara Group 20. Retrieved September 27, 2018, from https://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/peta-emisi-negara-group-20.htm WWF. 2018. Sekilas Tentang Kyoto Protokol. https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/solusikami/negotiati on_kyoto_p.cfm. Diakses pada 30 September 2018

21

Related Documents

Ej
November 2019 50
Gabungan
June 2020 29
Gabungan
October 2019 42
Gabungan Kim
August 2019 43
Rapot-gabungan
December 2019 40

More Documents from "Eli Priyatna"