Fungsi Kurikulum.docx

  • Uploaded by: Puspita Nur Ariesta
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fungsi Kurikulum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,482
  • Pages: 14
FUNGSI, HAKIKAT, DAN PERKEMBANGAN KURIKULUM Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Kajian Kurikulum Matematika Sekolah”

Oleh : Puspita Nur Ariesta (1601105019) Dosen : Yunda Kurniawan, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA

2017

A. Fungsi Kurikulum Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis,diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.

Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi : 1. Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu yang well adjusted. 2. Fungsi Integrasi, kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat. 3. Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan- perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dankreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. 4. Fungsi Persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka. 5. Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat.Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi

seseorang untuk memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel. 6. Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu

dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki

melalui

eksplorasi

dan

prognosa.

Fungsi kurikulum

dalam

mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendididkan Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dengan demikian, dinegara kita tidak sama dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka: 1) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, 2) Kurikulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, 3) Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

2. Fungsi kurikulum bagi sekolah Kurikulum bagi sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan 2) Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut, fungsi ini meliputi: a. Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan b. Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan c. Orang

yang

bertanggung

jawab

dan

melaksanakan

program

pendidikan.

3. Fungsi kurikulum yang lainnya 1) Fungsi Kesinambungan. Sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulm yang diselenggarakannya. 2) Fungsi Persiapan Tenaga. Bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara mengajar.

4. Fungsi Kurikulum Bagi Guru Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembangan kurikulum dalam rangaka pelaksanaan kurikulum tersebut.

5. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.

6. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor) Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

7. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah.

8. Fungsi Kurikulum Bagi Instansi atau perusahaan Instansi atau perusahaan yang mempergunakan tenaga kerja bisa meggunakan kurikulum untuk meningkatkan kuantitas suatu produk dan kualitas pekerja. yang nantinya akan melancarkan bisnis suatu instansi atau perusahaan.

B. Hakikat Kurikulum Hakikat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan leuwis (1981), membuat kategori rumusan pengertian kurikulum, yaitu: 1. Kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran Menurut kamus webster’s new international dictionary, yang sudah memasukkan istilah kurikulum dalam khasanah kosakata bahasa inggris sejak tahun 1593, member arti kepada istilah kurikulum sebagai berikut: a. A course, esp. a specified fixed course of study, as in a school or college, as one leading to a degree (Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatu sekolah atau perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazasah atau gelar).

b. The whole body of courses offered in an educational institution, or by a department there of (Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departemen tertentu). 2. Kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar Pengalaman-pengalaman belajar bisa berupa mempelajari mata pelajaran dan berbagai kegiatan lain yang dapat memberi pengalaman beajar yang bermanfaat. Kegiatan belajar pun tidak terbatas pada kegiatan-kegitan belajar didalam kelas atau sekolah, melainkan juga kegiatan yang dilakukan diluar kelas atau sekolah; asalkan dilakukan atas tanggung jawab sekolah (Romine, 1954). Menurut strate meyer, frokner dan Mck Kim (1947) menurut ketiga tokoh diatas mengartikan kurikulum dalam tiga cara, yaitu: a. Mata pelajaran-mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di kelas b. Seluruh pengalaman belajar, baik yang diperoleh dikelas maupun di luar kelas yang disponsori oleh sekolah c. Seluruh pengalaman hidup siswa. Kurikulum mencakup aspek yang cukup luas yakni meliputi seluruh pengalaman siswa, karena menurut ketiga tokoh diatas berpandangan bahwa pendidikan bertugas mempersiapkan siswa untuk dapat berfungsi dan menyesuaikan diri dengan seluruh aspek kehidupan di masyarakat. Menurut Thorn ton dan Wright (1964) mengemukakan bahwa kurikulum diguakan utuk menunjukkan kepada semua pengalaman belajar siswa yang diperoleh dibawah pegawasan sekolah. 3. Kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar Istilah rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untuk dipelajari siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah. Menurut

Hilda Taba (1962) menyatakan kurikulum adalah suatu rencana belajar. Oleh karena itu, konsep-konsep tetang belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum. Rencana belajar mencakup tujuan, materi, organisasi kegiatan dan penilaian keberhasilan belajar.

C. Perkembangan Kurikulum 1. Kurikulum 1947 Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. 2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952 Rentjana Pelajaran Terurai 1952, kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP yang mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

-

Sekolah Kelas Dua untuk anak pribumi dengan lama pendidikan 3 tahun, dan pelajaran yang diprogramkan : Berhitung, menulis, dan membaca.

-

Sekolah Kelas Satu untuk anak pegawai Hindia Belanda dengan lama pendidikan 7 tahun, dan pelajaran yang diprogramkan : Ilmu Bumi, sejarah, ilmu hayat/menggambar, dan ilmu mengukur tanah. Bahasa pengantarnya adalah Bahasa Melayu dan Belanda.

Tabel Rencana Pelajaran Sekolah Menengah Pertama Republik Indonesia 1945 No.

Mata Pelajaran

Jumlah Jam Pelajaran dalam Seminggu I

II

IIIA

IIIB

1.

Bahasa Indonesia

6

6

6

5

2.

Bahasa Daerah

2

2

3

2

3.

Bahasa Inggris

3

3

4

3

4.

Berhitung/Aljabar

4

4

2

4

5.

Ilmu Ukur

3

3

-

3

6.

Ilmu Alam/Kimia

2

3

2

5

7.

Ilmu Hayat

2

2

2

2

8.

Ilmu Bumi

2

2

3

2

9.

Sejarah Tatanegara

2

2

3

2

10.

Pengetahuan Dagang

-

1

2

-

11.

Seni Suara

1

1

1

1

12.

Menggambar

1

1

1

2

13.

Pekerjaan Tangan

1

1

1

1

14.

Pendidikan Jasmani

3

3

3

3

15.

Budi Pekerti

-

-

-

-

16.

Agama

2

2

2

2

37

37

37

37

Jumlah

Sekolah Menengah Atas (SMA) dibagi menjadi 3 (tiga) bagian:  Bagian A : Jurusan Kesusastraan.  Bagian B : Jurusan Ilmu Pasti-Ilmu Alam.  Bagian C : Jurusan Sosial Ekonomi

3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964 Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan),

dan

jasmaniah.

Pendidikan

dasar

lebih

menekankan

pada

pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Jenis-jenis pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, dan Sejarah dengan waktu belajar 8 bulan dalam 1 (satu) tahun. Mata pelajaran lain juga diajarkan yaitu mengenai Sapta Usaha Tama.

4. Kurikulum 1968 Kurikulum ini merupakan perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,”

katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.  Kurikulum Sekolah Dasar 1968 dibagi menjadi 3 kelompok besar : 

Kelompok

Pembinaan

Pancasila

:

Pendidikan

Agama,

Pendidikan

Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Bahasa Daerah, dan Olahraga. 

Kelompok pembinaan Pengetahuan Dasar : Berhitung, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kesenian, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (termasuk Ilmu Kesehatan).



Kelompok Kecakapan Khusus : Kejuruan Agraria (Pertanian, Peternakan, Perikanan),

Kejuruan

teknik

(Pekerjaan

Tangan/Perbekalan),

Kejuruan

Ketatalaksanaan/jasa  Kurikulum SMP Bahasa Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, Kewarganegaraan, yang mendapat tempat teratas dalam jumlah jam maupun ujian-ujian.  Kurikulum SPG Menekankan pada pembinaan kecakapan khusus, Ilmu Keguruan, Praktik Pendidikan Ekspresi, pengetahuan Bahasa, Pengetahuan Alam, berhitung dan kemasyarakatan.

5. Kurikulum Periode 1975 Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

6. Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 19801986. 7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Isi kurikulum pendidikan menengah wajib memuat bahan kajian dan mata pelajaran mengenai : Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Membaca dan Menulis, Matematika, Pengantar Sains dan Teknologi, Ilmu Bumi, Sejarah nasional dan sejarah umum, Kerajinan Tangan dan Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Menggambar, Bahasa inggris.

8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.

Pendidikan

berbasis

kompetensi

menitikberatkan

pada

pengembangan

kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti di capai siswa. Kerancuan muncul pada alat ukur pencapaian kompetensi siswa yang berupa Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional yang masih berupa soal pilihan ganda. Bila tujuannya pada pencapaian kompetensi yang diinginkan pada siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan kompetensi siswa. 9. Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah dan para guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam kurikulum yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Pelajaran yang ada adalah Agama dan Akhlak Mulia, Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Estetika, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan, Bahasa

Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, Bahasa Inggris

10. Kurikulum Periode 2013 Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan dengan cara mengubah kurikulum Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, serta Sekolah Menengah Kejuruan dengan menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Basis perubahan kurikulum 2013 terdiri dari dua komponen besar, yakni pendidikan dan kebudayaan, agar generasi muda menjadi bangsa yang cerdas tetapi berpengetahuan serta mampu berkolaborasi maupun berkompetisi. Untuk SD, terjadi perubahan dari 10 mata pelajaran menjadi hanya enam. Keenam mata pelajaran itu adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Kesenian. Sedangkan IPA dan IPS menjadi tematik di pelajaran-pelajaran lain. Ditingkat SMP, pemberian pelajaran akan mempergunakan Tekonologi Informasi Komunikasi (TIK). Sementara ditingkat SMA, siswa mendapatkan mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan.

DAFTAR PUSTAKA 

https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum diakses, 9 Oktober 2017 pukul 19.11



http://mam139.blogspot.co.id/2016/02/a.html diakses, 9 Oktober 2017 pukul 19.31



https://murniasihmu.wordpress.com/2011/12/28/hakikat-kurikulum/

diakses,

9

Oktober 2017 pukul 19.33 

http://www.idsejarah.net/2014/01/fungsi-dan-peranan-kurikulum.html diakses, 9 Oktober 2017 pukul 19.47



http://www.blogbarabai.com/2016/02/makalah-perkembangan-kurikulum-di.html diakses, 9 Oktober 2017 pukul 19.52

Related Documents

Fungsi
May 2020 55
Fungsi
November 2019 64
Fungsi Dan Deklarasi Fungsi
November 2019 65
Fungsi Dan Deklarasi Fungsi
November 2019 63

More Documents from "whereiest nevelity"