SKRIPSI EKSTRAK ETANOL DAUN BANDOTAN (AGERATUM CONYZOIDES) DALAM MENINGKATKAN PROLIFERASI HUMAN DERMAL FIBROBLAST UNTUK PENYEMBUHAN LUKA DAN TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
Disusun oleh: AKBAR FITRIANTO NPM 1102015013
Skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI TAHUN 2018 i
UNIVERSITAS YARSI FEBRUARI, 2018 HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal ini diajukan oleh: Nama
: Akbar Fitrianto
NPM
: 1102015013
Program Studi
: Kedokteran Umum
Judul Skripsi
: Ekstrak etanol daun babadotan (Ageratum Conyzoides L.) dalam meningkatkan Proliferasi sel fibroblast untuk penyembuhan luka dan tinjauannya menurut islam
Disetujui untuk diujikan di hadapan Komisi Penguji seminar proposal pada ……… (tanggal, bulan, tahun) dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Menyetujui:
dr. Marisa Riliani, MBiomed NIK : 531111117256
dr. H. Lilian Batubara, MKes NIDN : 0312116302
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................... iii DAFTAR TABEL .................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 3 1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................. 3 1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3 1.4.1 Tujuan Umum ............................................... 3 1.4.2 Tujuan Khusus .............................................. 3 1.5 1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3 1.4.1 ................................................................... 1.
5.1 Manfaat Bagi Teoritik.................................. ................................................ 3 1.4.2 ................................................................... 1.
5.2
Manfaat
Metodologik
Bagi
........................................................………..…........4 1.4.3 ................................................................... 1.
5.3 Manfaat Bagi Aplikatif ..................................................…………...…...…..4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit. ........................................................................................ 5 2.2 Luka. ........................................................................................ 7 2.3 Human Dermal Fibroblast. ..................................................... 8 2.4 Ageratum Conyzoides. ............................................................. 10 2.5 Kerangka Teori. ....................................................................... 12 2.6 Kerangka Konsep. ................................................................... 13 2.7 Perumusan Hipotesis. .............................................................. 14 2.8 Definisi Operasional. ............................................................... 14
iii
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 14 3.2 Rancangan Penelitian .............................................................. 14 3.3 Populasi ................................................................................... 15 3.4 Sampel ..................................................................................... 15 3.5 Cara Penetapan Sampel ........................................................... 15 3.6 Penetapan Besar Sampel.......................................................... 15 3.7 Jenis Data................................................................................. 15 3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data ............................... 15 3.9 Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 16 3.10 Analisis Data ......................................................................... 16 3.11 Alur Penelitian ....................................................................... 16 3.12 Jadwal Penelitian19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 21 BIODATA PENELITI ........................................................................... 23
iv
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Definisi Operasional............................................................... 13 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian .................................................................... 18
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kulit .................................................................................... 6 Gambar 2.2 Human Dermal Fibroblast ................................................. 9 Gambar 2.3 Ageratum Conyzoides L...................................................... 10 Gambar 2.4 Kerangka Teori ................................................................... 11 Gambar 2.5 Kerangka Konsep ............................................................... 12 Gambar 3.1 Alur Penelitian .................................................................... 17
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kulit merupakan organ yang esensial dan merupakan perncerminan dari kesehatan hidup kita. Kulit terletak pada bagian tubuh terluar dan berfungsi untuk melindungi organ-organ lain yang terletak di dalam tubuh. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997). Kulit memiliki fungsi sebagai pelindung tubuh dan juga homeostasis bagi tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D (Djuanda, 2007). Tubuh kita mengalam banyak gangguan dalam kegiatan sehari-hari. Terutama pada bagian kulit karena kulit merupakan bagian yang rentan terkena berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah luka pada kulit. Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti bahan kimia, air panas, api, radiasi, dan listrik, hasil tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis. Luka pada kulit sering menyebabkan gangguan pada fungsi juga struktur anatomi tubuh. Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya, luka dibagi menjadi luka akut dan luka kronik. (Purnama, 2017) Tubuh melakukan proses penyembuhan dalam menanggapi luka yang terjadi pada kulit. Proses penyembuhan itu sendiri merupakan suatu sifat yang terdapat pada jaringan-jaringan hidup. Hal ini juga diartikan sebagai pembentukan kembali (pembaharuan) dari jaringan-jaringan tersebut. Penyembuhan dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu peradangan, proliferatif, dan maturasi (bernanah luka). (Kozier, 1995) Ageratum conyzoides atau bandotan merupakan tanaman yang tersebar di seluruh dunia, khususnya daerah tropis dan subtropis. Ageratum conyzoides merupakan tanaman herba tahunan yang dapat tumbuh hingga 1 meter. Batang dan daun tanaman ditutupi oleh bulu putih halus. Tanaman ini memiliki banyak 1
efek yang bermanfaat dalam pengobatan dan dapat digunakan dalam pencarian obat baru dari herbal. (Melissa, 2017). Bandotan (Ageratum conyzoides, L.) dikenal secara luas sebagai tanaman obat dan pestisida nabati. Daun bandotan dilaporkan dapat dikembangkan sebagai insektisida botani karena memiliki bahan aktif saponin, tanin, flavonoid, polifenol serta minyak atsiri (Mahendra 2010). Pemanfaatan tanaman bandotan dalam pengobatan antara lain adalah bagian akar tanaman digunakan untuk menurunkan demam, sedangkan bagian daunnya digunakan sebagai pencuci mata serta mengobati sakit perut dan luka. (Hidayati, 2017) Human Dermal Fibroblast (HDF) merupakan sel yang paling umum ditemui pada jaringan ikat dan mensintesis beberapa komponen matriks ekstraseluler (kolagen,
elastin,
retikuler),
beberapa
makromolekul
anionik
(glikosaminoglikans, proteoglikans) serta glikoprotein multiadhesiv, laminin, dan fibronektin) yang dapat mendorong perlekatan sel pada substrat. Di samping itu, sel fibroblas mensekresikan sitokin dan beberapa faktor pertumbuhan (growth factors) diantaranya dapat menstimulasi proliferasi sel dan menghambat proses diferensiasi. (Sumbayak, 2015) HDF merupakan sel yang banyak didapat pada jaringan ikat terutama pada kulit. Sel fibroblas terlibat secara aktif dalam pembentukan serat-serat terutama serat kolagen dan matriks amorf ekstraseluler. Selain itu HDF menghasilkan serat-serat retikulin, elas-tin, glikosamin, dan glikoprotein dari substansi interseluler
amorf.
HDF
terlibat
dalam pertumbuhan normal,
proses
penyembuhan luka dan aktifitas fisiologis dari tiap jaringan dan organ dalam tubuh. Fungsi utama HDF adalah menjaga integritas jaringan pendukung dengan cara mengatur perubahan umur matriks ekstraseluler secara berkesinambungan. HDF mudah untuk dikultur karena memiliki kemampuan tumbuh dan melekat yang tinggi dan regenerasi cepat. (Kurniawati, 2015) Telah banyak masyarakat yang menggunakan daun Bandotan sebagai obat alternatif untuk menyembuhkan luka. Tetapi masih belum banyak penelitian yang dapat menjelaskan bahwa ada hubungan antara daun Bandotan dan proliferasi sel fibroblas kulit manusia untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Oleh
2
karena itu penelitian ekstrak etanol daun Ageratum Conyzoides (bandotan) terhadap proses proliferasi sel fibroblas diperlukan untuk memperluas dan mengembangkan teknologi pengobatan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan kekayaan alam ini yang mudah dan terjangkau untuk diperoleh.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah ekstrak etanol daun Bandotan (Ageratum conyzoides) dapat meningkatkan kemampuan proliferasi sel HDF dalam penyembuhan luka dan pandangannya dalam Islam.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dibentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Apakah ekstrak etanol daun Bandotan (Ageratum conyzoides) dapat
meningkatkan kemampuan proliferasi sel HDF? 2.
Bagaimana pandangan Islam dalam penyembuhan luka dengan ekstrak
etanol daun bandotan?
1.4 Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui ekstrak etanol daun Bandotan (Ageratum conyzoides) dapat
meningkatkan kemampuan proliferasi sel HDF 2.
Mengetahui pandangan Islam terhadap penyembuhan luka dengan ekstrak
etanol daun bandotan.
1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritik 1.
Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan sebagai Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. 2.
Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.
b. Manfaat Metodologik
3
1.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan
pembanding untuk penelitian selanjutnya. 2.
Hasil penelitian dapat menambah rujukan dalam bidang Biologi
3.
Penelitian dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya di
Universitas YARSI. c. Manfaat Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyembuhan luka sehingga masyarakat dapat menangani luka.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit Kulit manusia terdiri dari dua lapisan yaitu, epidermis dan dermis. Epidermis merupakan bagian kulit terluar dan memiliki ketebalan yang berbeda. Bagian tebal epidermis seperti kulit telapak tangan dan kaki, memiliki ketebalan 400-600 µm. Sedangkan bagian tipis kulit seperti pada kulit selain telapak tangan dan telapak kaki, juga memiliki rambut, memiliki ketebalan 75150 µm. Epidermis dilapisi oleh sel epitel gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jangaringan epitel. Epidermis tidak memiliki jaringan pembuluh darah maupun jaringan pembuluh limf. Selain sel epitel, epidermis juga dilapisi oleh lapisan melanosit yang berfungsi untuk memproduksi melanin melalui proses melanogenesis, lapisan sel langerhans yang berfungsi untuk mengikat dan mengolah, lalu mempresentasikan antigen kepada sel limfosit T untuk imunologi kulit, oleh lapisan sel merkel yang berfungsi sebagai mekanoresepto sensoris dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus, lapisan keratinosit yang tersusun secara berurut dari stratum korneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal atau stratum germinativum (Tortora, 2006; Harien, 2010) Stratum korneum terdiri dari 15-20 lapis sel gepeng tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin. Stratum lucidum terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilk yang gepeng, Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel polygonal yang sitoplasmanya berisi granul keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas sel-sel kuboid. Pada Stratum spinosum, sel-selnya saling terikat dengan filamen. Stratum basal atau Stratum germinativum adalah lapisan epidermis yang terbawah dan terdiri dari selapis sel kuboid (Junqueira dan Carneiro, 2007) Dermis adalah lapisan yang berada dibawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri dari stratum papilare dan stratum retikular yang memiliki batas
5
tidak nyata. Stratum papilare adalah bagian yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum papilare dapat ditemukan leukosit, sel mast, makrofag dan sel fibroblas yang keluar dari pembuluh darah atau disebut ekstravasasi. Stratum papilare merupakan bagian yang utama dari papilla dermis. Stratum retikular tersusun dari jaringan ikat padat dan lebih tebal dari stratum papilare. Selain stratum papilare dan stratum retikular, dermis mengandung turunan epidermis seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebacea (Harien 2010). Kulit berfungsi sebagai pelindung dan penjaga homeostasis tubuh dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Fungsi tersebut dapat dibagi menjadi fungsi proteksi, fungsi absorpsi, ekskresi, persepsi, termoregulasi, dan pembentukan Vitamin D (Djuanda, 2007). Kulit menyediakan keratin untuk melindungi dari mikroba, gesekan, panas ataupun zat kimia sebagai fungsi proteksi. Kulit melepaskan lipid untuk mencegah evaporasi air sehingga kulit tidak dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya zat lain dari lingkungan luar tubuh. Sebum yang diproduksi oleh kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan, juga mengandung bakterisid untuk mengeleminasi bakteri di permukaan kulit. Melanin yang mengandung pigmen dilepas oleh sel-sel melanosit pada stratum basal, berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar UV yang berbahaya bagi kulit (Martini, 2006).
Gambar 2.1 Struktur kulit
6
2.2 Luka Luka adalah rusaknya kesatuan jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Mansjoer, 2000). Luka dapat dibagi lagi menjadi luka yang terbuka dan luka yang tertutup. Luka terbuka adalah luka yang dimana jaringan bawah kulit dan jaringan selaput lendir mengalami kerusakan. Kerusakan luka terbuka dapat terjadi karena kesengajaan seperti pada saat tindakan operasi maupun tindakan yang invasive lainnya. Dapat juga karena tindakan yang tidak disengaja seperti kecelakaan, luka karena benda tajam ataupun tumpul. Luka tertutup adalah suatu kerusakan jaringan yang tidak merusak kulit pelindung, tidak terbuka dan jaringan kulit masih utuh. Luka tertutup seperti memar yang hanya rusak jaringan bawah kulit tanpa merobek kulit (Moya J.Morison, 2003). Salah satu contoh luka terbuka adalah insisi/luka sayat dimana terdapat robekan linier pada kulit dan jaringan di bawahnya (Pusponegoro, 2005). Manajemen perawatan luka diperlukan untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah kerusakan kulit lebih lanjut, mengurangi risiko infeksi, dan meningkatkan kenyamanan pasien. Berbagai jenis luka yang dikaitkan dengan tahap penyembuhan luka memerlukan manajemen luka yang tepat. Perawatan luka saat ini sudah berkembang sangat pesat. Pada perkembangannya, hasil penelitian perawatan luka menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik dari pada lingkungan yang kering (Gayatri, 1999). Penyembuhan luka adalah proses dinamik kompleks yang menghasilkan pemulihan kontinuitas fibroblas dan fungsi suatu jaringan yang rusak. Tujuan utama tubuh dalam perbaikan suatu luka adalah untuk mengembalikan fungsi kulit sebagai sawar fungsional. Re-Epitelisasi luka dimulai 24 jam setelah terjadi kerusakan jaringan melalui pergerakan sel epitel dari tepi jaringan melalui defek dan struktur folikel rambut yang masih tersisa pada dasar luka. (Sonny, 2013). Berdasarkan tahapannya, penyembuhan luka dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase inflamasi atau fase reaktif, fase destruktif, fase proliferasi, dan fase fibroblas.
7
Pada fase inflamasi atau reaktif, akan terjadi setelah masa terjadinya luka, dan terbagi atas 2 fase, yaitu fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh darah yang fibroblas pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan mencoba menghentikannya melalui vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang putus, dan reaksi homeostasis. Pada fase ini terjadi aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan debris pada luka. Fase destruktif adalah fase dimana jaringan yang mati dibersihkan dan mengalami devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag. Pada fase proliferasi dapat disebut juga fase fibroplasia karena pada saat fase ini berlangsung, terjadi proses proliferasi sel fibroblas. Fibroblas menghasilkan matriks ekstraselular, kolagen primer, dan fibronektin. Untuk migrasi sel dan proliferasi sel. Fase remodelling ini merupakan fase terakhir dari proses penyembuhan luka pada jaringan lunak dan kadang-kadang disebut fase pematangan luka. Pada fase ini terjadi perubahan bentuk, kepadatan, dan kekuatan luka. Selama proses ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas, dan mudah digerakkan dari dasarnya. Terlihat pengerutan maksimal dari luka, terjadi peningkatan kekuatan luka, dan berkurangnya jumlah makrofag dan fibroblas yang berakibat terhadap penurunan jumlah kolagen. Secara mikroskopis terjadi perubahan dalam susunan serat kolagen menjadi lebih terorganisasi. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir apabila semua tanda radang sudah hilang. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang abnormal karena adanya proses penyembuhan. (Vinna, 2011; Morison, 2004)
2.3 Human Dermal Fibroblast (HDF) Sel Human Dermal Fibroblast (HDF), adalah sel yang terdapat paling banyak dalam jaringan ikat. Fibroblas membuat serat-serat kolagen, retikulin,
8
elastin, glikosaminoglikan dan glikoprotein dari substansi intercellular amorf (Mescher, 2010). Fibroblas pada jaringan ikat jarang mengalami pembelahan, mitosis hanya terjadi apabila organisme memerlukan tambahan fibroblas, hal ini terjadi karena kerusakan jaringan ikat. Sel fibroblas sering kali dikultur untuk cangkok kulit karena fungsinya untuk menghasilkan serat kolagen dan memperbaiki jaringan epidermis yang rusak. Fibroblas menghasilkan matriks ekstraseluler, kolagen primer, dan fibronektin untuk migrasi sel dan ploriferasi sel (Femin Damayanti, 2017). Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan bahan-bahan dasar serat kolagen seperti asam amino Glisin, dan prolin yang akan menyambungkan tepi luka. Pada fase proliferasi, fibroblas juga akan membentuk jaringan ikat baru yang akan memberikan kekuatan dan integritas pada luka yang disembuhkan. Semakin banyak jumlah sel Fibroblas, semakin meningkat jumlah serat kolagen yang akan mempercepat proses penyembuhan luka. (Vinna K., 2011)
Gambar 2.2 Human Dermal Fibroblast (HDF)
9
2.4 Ageratum Conyzoides (Bandotan) Ageratum Conyzoides atau bandotan merupakan tumbuhan yang berasal dari amerika tropis. Bandotan merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu atau gulma di kebun dan di ladang. Tumbuhan ini dapat ditemukan juga di pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut. Bandotan merupakan termasuk golongan tumbuhan yang terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 20-90 cm dan bercabang. (Setiawan Dalimartha, 2009) Di Indonesia, Ageratum conyzoides memiliki nama daerah Badotan, Babadotan, Bandotan, atau wedusan. Tanaman ini digolongkan sebagai gulma di Indonesia sehingga sering kali dimusnahkan. Namun beberapa kelompok menggunakan tanamanan ini sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti luka koreng, malaria, influenza, radang paru-paru dan tumor (Djauharja dan Hernani, 2004). Telah dilakukan uji pendahuluan pada daun Ageratum conyzoides dan dapat diindikasikan bahwa tanaman ini mengandung banyak Alkaloid, sehingga masih sangat memungkinkan bagi para peneliti untuk mengisolasi senyawa Alkaloid lainnya dari ekstrak tanaman ini. Alkaloid memiliki efek farmakologi pada manusia sebagai zat antibakteri yang berperan dalam penyembuhan luka. Alkaloid memiliki kemampuan untuk menghambat kerja enzim untuk mensintesis protein bakteri sehingga metabolisme bakteri terganggu. Dengan tambahan, Ageratum conyzoides kaya akan flavonoid seperti kaempferol, quercetin, glukosida, triterpenoid dan sterol. Herba bandotan juga mengandung asam amino, organiacid, pectic substance, minyak asiri kumarin, ageratochromene, friedelin, B-stosterol, stigmasterol, tanin, sulfur dan potassium chloride. Pada akar, Bandotan mengandung minyak asiri, alkaloid dan kumarin. (Suryanintyas et al., 2008). Ageratum conyzoides diketahui secara empiris memiliki khasiat sebagai bahan obat. Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada penelitian yang dapat secara rasional menggunakan tanaman herbal ini dalam penyembuhan luka. Tetapi telah tertulis bahwa ekstrak etanol dari daun Ageratum conyzoides
10
meningkatkan kemajuan beberapa fase dalam proses penyembuhan luka pada kulit (Arulprakash, 2012).
Gambar 2.3 Daun Bandotan
11
2.5 Kerangka Teori
Preputium/Kulit
Isolasi
HDF
Viabilitas
Diferensiasi
Proliferasi
Migrasi
Penyembuhan Luka
Ekstrak Etanol Daun Bandotan Gambar 2.4 Kerangka Teori
12
2.6 Kerangka Konsep
Preputium/kulit
HDF
Thawing
Kultur pada Multi Plate 96 Well
Ekstrak etanol daun
Inkubasi 24, 72, 120, 168,
Bandotan
dan 216 jam
Viabilitas
Proliferasi
Diferensiasi
Migrasi
Keterangan : Variabel yang diteliti Variable yang tidak diteliti
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
13
2.7 Perumusan Hipotesis Hipotesis nol (H0)
: Daun Bandotan tidak dapat mempercepat proses Proliferasi sel HDF
Hipotesis Alternatif
: Daun Bandotan dapat mempercepat proses proliferasi sel HDF
2.8 Definisi Operasional
no 1
variabel
Definisi operasional
Ekstrak Daun Bandotan
Ekstrak yang dihasilkan oleh salah satu tanaman herbal yang sudah sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengobati luka (Setiawan, 2009)
2
Proliferasi
Reproduksi atau multipiklasi bentuk-bentuk sejenis, khususnya sel dan kista patologis (Dorland, 2011)
Tabel 2.1 Definisi Operasional ekstrak etanol daun bandotan (ageratum conyzoides) dalam meningkatkan proliferasi Human Dermal Fibroblast (HDF) untuk penyembuhan luka dan tinjauannya menurut islam
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di Laboratorium Herbal dan Laboratorium Stem Sel Universitas Yarsi secara in vitro.
3.2. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan variasi konsentrasi dosis ekstrak etanol daun Bandotan yaitu 0,5%, 1%, 2%, 4%, serta kontrol tanpa perlakuan lalu dilihat dampak terhadap model penyembuhan luka in vitro dengan uji CCK-8. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
A
B
C
D
E
F
G
H
Keterangan perlakuan :
15
1. Kontrol tanpa perlakuan 2. Perlakuan dosis 0,5% 3. Perlakuan dosis 1% 4. Perlakuan dosis 2% 5. Perlakuan dosis 4%
3.3. Populasi Human Dermal Fibroblast Cell (HDF)
3.4. Sampel Human Dermal Fibroblast Cell (HDF) yang berasal dari Biorepository Universitas Yarsi
3.5. Cara Penetapan Sampel Sel HDF akan ditanam dengan kepadatan 3.000 sel/well dalam multi well plate 96 dengan 3 kelompok pengulangan.
3.6. Penetapan Besar Sampel Sebanyak 3.000 sel/well untuk parameter proliferasi
3.7. Jenis Data Kualitatif
: Morfologi sel yang diamati dengan photomicrograph
Kuantitaif
: kemampuan proliferasi sel yang diukur dalam satuan OD (Optical Density)
3.8. Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data 1.
Sel HDF mendapat perlakuan masing-masing dan inkubasi selama 24 jam.
Selanjutnya medium dibuang dan diganti dengan PBS dan diukur menggunakan CCK-8. 2.
Ke dalam setiap well diberu 10 ul CCK-8 dan 90 ul PBS.
3.
Selanjutnya diinkubasi selana 60 menit pada suhu ruangan (37 derajat
Celcius).
16
4.
Diperiksa menggunakan Microplate Reader dan diperoleh data berupa OD
dengan panjang gelombang 450 nm.
3.9. Instrumen Pengumpulan Data Penghitungan jumlah sel menggunakan microplate reader.
3.10. Analisa Data Data kuantitatif berupa OD dianalisa dengan SPSS dan dibuat grafik menggunakan Microsoft Excel.
3. 11 Alur Penelitian Human Dermal
Thawing
Fibroblast Cell
Tanam di multi well
96 plate
Inkubasi 24 jam
Ekstrak
Uji CCK-8
Membuat grafik
Analisa
OD (Optical Gambar 3.1 Alur Penelitian
Cara Kerja Bahan :
17
1. sel Human Dermal Fibroblast (HDF) 2. Complete Medium yang terdiri dari : a.
DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle Medium)
b.
FBS (Fetal Bovine Serum)
c.
PBS (Phospate Buffered Saline)
d.
Penicillin, Streptomicin dan Gentamicin
3. Ekstrak daun Bandotan 4. Reagen proliferasi sel CCK-8
Peralatan : 1. Multi Plate 96 Well 2. Pipet 100 µl 3. Inkubator (37 derajat Celcius) 4. Microplate Reader dengan Panjang gelombang 420-480 nm
Prosedur : 1. Sel dithawing pada flask T-25. 2. Kemudian sel dipanen dan dihitung. 3. Sel ditanam pada multi plte 96 well sebanyak 20.000 sel/well dengan volume 100 µl/well. 4. Lalu diinkubasi dengan suhu 37 derajat Celcius dna kadaer CO 2 5%. 5. Amati pertumbuhan dan perkembangan sel sampai sel konfluens sekitar 70%. 6. Beri perlakuan ekstrak daun Bandotan pada masing-masing well dengan dosis 0,5%, 1%, 2%, dan 4% kemudian diinkubasi 24 jam. 7. Tambahkan 10 ul reagen CCK08 dan 90 µl PBS dalam setiap well lalu inkubasi 90 menit. 8. Hitung absorbansi menggunakan Microplate Reader dengan Panjang gelombang 450 nm. 9. Analisis data dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS.
18
3.12 Jadwal Penelitian
NO 1
TANGGAL 1-14 September
TAHUN 2018
KEGIATAN Sosialisasi, pembagian kelompok dan dosen pembimbing
2
8 September-7 Oktober
2018
Pengajuan topik/judul penelitian
3
Oktober- Januari
2018/2019
Bimbingan proposal dengan dosen pembimbing
4
Januari - Februari
2019
Pendaftaran ujian proposal skripsi
5
Februari
2019
Ujian proposal (seminar hasil)
6
Februari - Maret
2019
Revisi proposal
7
Maret
2019
Izin etik penelitian
8
Maret - Juni
2019
Pengumpulan data
9
1 September-28
2019
Penyusunan
November
laporan hasil penelitian
10
22 Oktober-14 Desember
2019
Pendaftaran ujian hasil (seminar hasil)
19
11
1 November-28
2019
Desember
Ujian hasil (seminar hasil)
12
15 Desember-14 Januari
2019
Revisi
13
22 November-28 Januari
2019
Penyerahan laporan akhir
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
20
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Djuanda. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Arulprakash, K, et al. 2012. Efficacy Of Ageratum Conyzoides On Tissue Repair, And Collagen Formation In Rats. Clinical and Experimental Dermatology Volume 37, Issue 4. Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2. Jakarta. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. ISBN 979-661-065-5. Damayanti, Femin. 2017. Peningkatan performa pertumbuhan kultur sel Fibroblas dan aplikasinya untuk perbaikan Jaringan yang rusak. BioTrends Vol.8 No.2. Hal: 32-39. Djauhariya, E dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Cetakan I. Jakarta: Penebar Swadaya. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hidayati, AS. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Krim Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides. L) dalam Pelarut Etanol. Jurnal MIPA 40 (1) (2017): 33-38 Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Gramedia. Junqueira, et all. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Alih bahasa dr. Jan Tambayong. 2007. Jakarta: EGC. Kalangi, Sonny. 2013. Histofisiologi kulit Kozier, Barbara, et al. 1995. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC Kurniawati, Yuli. 2015. Kultur primer fibroblas: penelitian pendahuluan. Volume 38, Nomor 1. Hal: 33-40. Mansjoer, Arief. 2010, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.
21
Melissa. 2017. Review: senyawa aktif dan manfaat farmakologis Ageratum conyzoides. Volme 15 nomer 1. Hal: 200-212. Mescher, A. L. 2010. Junquiera's Basic Histology Text & Atlas 12th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Moya J, Morison. 2003. Manajemen Luka. Jakarta. EGC Moya J, Morrison. 2004. A Colour Guide To The Nursing Management Of Wound. Jakarta : EGC. Purnama, handi, et al. 2017. Review Sistematik: Proses penyembuhan dan perawatan luka. Pusponegoro. 2005. Perspektif Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC Sugiaman, Vinna K. 2011. Peningkatan Penyembuhan Luka di Mukosa Oral Melalui Pemberian Aloe Vera (Linn.) Secara Topikal. JKM. Vol.11 No.1 Juli 2011:70-79 Sumbayak, Erma Mexcorry. 2015. Fibroblas: Struktur dan Peranannya dalam Penyembuhan Luka. Surya Tortora, Gerard J. 2006. Principles of anatomy and physiology. 11th ed. Hoboken, NJ: J. Wiley.
22
BIODATA PENELITI a. Nama Lengkap
: Akbar Fitrianto
b. Nomor Pokok Mahasiswa
: 1102015013
c. Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang, 11 Februari 1997
d. Jenis Kelamin
: Laki - Laki
e. Fakultas/Program Studi
: Kedokteran/Kedokteran Umum
f.
: Komplek Peruri Jl. Soeroso VIII Blok G no. 8
Alamat Rumah
Sudimara Timur Ciledug Tangerang 15151
23