Fraktur adalah gangguan komplet atau tak—komplet pada kontinuitas stuktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih besar dari yang dapat diserapnya. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang meremukan, gerakan memuntir yang mandadak, atau bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur di sekitarnya juga terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, gangguan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat terluka akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau oleh fragmen fraktur. Tipe Fraktur
Fraktur komplet : patah di seluruh penampang lintang tulang, yang sering kali tergeser.
Fraktur Inkomplet, juga disebut sebagai fraktur greenstick : Patah terjadi hanya pada sebagian dari penampang lintang tulang.
Fraktur remuk (comminuted): Patah dengan beberapa fragmen tulang.
Fraktur tertutup, atau fraktur sederhana: tidak menyebabkan robekan di kulit.
Fraktur terbuka, atau fraktur campuran atau kompleks : patah dengan luka pada kulit atau membran mukosa meluas ke tulang yang fraktur. Fraktur terbuka diberi peringkat sebagai berikut: derajat I: luka bersih sepanjang kurang dari 1 cm; derajat II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas; derajat III: luka sangat terkontaminasi dan menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang luas (tipe paling berat).
Fraktur dapat juga dideskripsikan menurut penempatan fragmen secara anatomik, terutama jika fraktur tergeser atau tidak tergeser.
Fraktur intra-artikular meluas ke permukaan sendi tulang.
Manifestasi Klinis Tanda dan gejala klinis fraktur mencakup nyeri akut, kehilangan fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, dan edema lokal serta ekimosis. Tidak semua manifestasi ini terdapat dalam setiap fraktur.
Manifestasi Komplikasi
Jika sindrom embolisme lemak terjadi, yang menyumbat pembuluh darah kecil yang menyuplai otak, paru, ginjal, dan organ lain (awitan mendadak, biasanya terjadi dalam
12 sampai 48 jam tetapi dapat terjadi sampai dengan 10 hari setelah cedera), manifestasi berikut dapat terlihat: hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia; dispnea, krakel, mengi, nyeri dada prekordium, batuk, sputum kental berwama putih dan banyak; hipoksia dan nilai gas darah dengan PaO2 kurang dari 60mm Hg, dengan diawali oleh alkalosis respiratorik dan selanjutnya menjadi asidosis respiratorik; perubahan status mental beragam dari sakit kepala dan agitasi ringan sampai delirium dan koma. Radiograf dada menunjukkan infiltrat “badai salju (smowstrom)” yang khas. Pada akhirnya, edema pulmonal akut, sindrom gawat napas akut (ARDS), dan gagal jantung dapat terjadi.
Pada embolisasi sistemik, pasien tampak pucat. Petekie muncul di membran bukal dan kantung konjungtiva, di palatum durum, dan di atas dada serta lipatan aksila anterior. Demam (suhu lebih dari 39,5°C) terjadi. Lemak bebas dapat ditemukan di dalam urine ketika emboli mencapai ginjal. Nekrosis tubular akut dan gagal ginjal dapat terjadi.
Sindrom kompartemen (terjadi ketika tekanan perfusi turun di bawah tekanan jaringan di dalam kompartemen anatomi yang tertutup). Sindrom kompartemen akut dapat menyebabkan nyeri yang dalam, berdenyut, tidak reda yang tidak dapat dikontrol oleh opioid (dapat disebabkan oleh gips yang terlalu ketat atau balutan konstriktif atau peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau hemoragi). Terjadi sianosis (warna biru) pada bantalan kuku; dan jari tangan atau kaki pucat atau kusam dan dingin; waktu pengisian kapiler bantalan kuku memanjang (lebih dari 3 detik); denyut nadi mungkin berkurang (Doppler) atau tidak ada; dan kelemahan, paralisis, dan parestesia motorik dapat terjadi.
Manifestasi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) mencakup perdarahan yang tidak terduga setelah pembedahan dan perdarahan dari membran mukosa, lokasi punksi vena, dan saluran gastrointestinal dan perkemihan.
Gejala infeksi dapat mencakup nyeri tekan, nyeri, kemerahan, pembengkakan, kehangatan lokal, peningkatan suhu tubuh, dan drainase purulen.
Tidak menyatu (nonunion) dimanifestasikan dengan ketidaknyamanan persisten dan abnormalitas pergerakan di lokasi fraktur. Beberapa faktor risiko mcncakup infeksi di tempat fraktur, interposisi jaringan di antara ujung tulang, imobilisasi yang tidak adekuat atau manipulasi yang mengganggu pembentukan kalus, ruang berlebih di antara fragmen
tulang, keterbatasan kontak tulang, dan gangguan suplai darah yang menyebabkan nekrosis avaskular.
Manifestasi komplikasi lain mungkin akan terlihat (DVT, tromboembolisme, embolus pulmonal). Lihat gangguan spesifik untuk informasi tambahan.