Manusia bisa melihat seluruh bumi melalui Google Earth. Tapi bisakah kita menafsirkannya? Membuat foto udara dan kemudian menafsirkannya membutuhkan perlengkapan dan keahlian tersendiri. Berikut keterangan Profesor Frans Wanggai, rektor Universitas Negeri Papua (UNIPA) periode 2003-2007, Manokwari, mengenai manfaat dan penafsiran foto udara. Manfaat foto udara Manfaat potret udara antara lain untuk bisa mengetahui luasan hutan, daratan, laut, pemukiman, pendek kata semua sumber daya yang ada di atas permukaan bumi. Dengan pengetahuan luas hutan yang kita miliki, maka kita bisa menentukan berapa yang telah ditebang, berapa yang dialokasikan untuk pemukiman dan luasan yang dapat kita manfaatkan untuk kegunaan-kegunaan lain. Informasi ini adalah bagian penting dalam menyusun perencanaan. Berdasarkan potret udara dapat diputuskan apakah suatu daerah cocok untuk pengembangan parawisata, perkebunan, perikanan, pertanian atau pemukiman. Membuat & menafsir foto udara Cara membuat foto udara adalah dengan pesawat terbang. Sebuah pesawat terbang dilengkapi kamera diperutnya menyusuri jalur yang sudah ditentukan sebelumnya. Setiap sekian menit atau sekian detik dilakukan pemotretan di atas obyek yang diinginkan. Di dalam pesawat dipasang kompas dan titik-titik yang diinginkan, dengan demikian tidak ada yang luput dari bidikan kamera. Dewasa ini ada cara lain yang lebih mudah untuk melihat bumi, Google Earth yang memungkinkan kita melihat seluruh kenampakan bumi. Informasi itu saja belum lengkap. Foto udara harus ditafsir. Selain mengetahui luasan hutan, foto udara juga bisa memberi informasi mengenai jenis vegetasi atau tumbuhan, dengan demikian kita bisa menafsirkan jenis tanah. Namun ada kelemahannya: kebenaran penafsiran harus diperiksa kembali di lapangan. Kesalahan penafsiran sangat tergantung pada pengalaman si penafsir potret udara serta pengetahuan pelaku groundcheck itu. Misalnya dari udara tampak tumbuhan yang ditafsir sebagai pohon sagu, ternyata pada pemeriksaan di lapangan lahan itu ditumbuhi pohon nipah. Jika kurang berpengalaman di lapangan dan hanya melakukan interpretasi berdasarkan potret udara bisa terjadi kesalahan penafsiran. Informasi tambahan Dengan foto udara bisa didapat pula informasi tambahan, misalnya kekayaan yang terkandung di dalam tanah. Dengan melihat jenis vegetasi tertentu maka para pakar dapat menafsir kedalaman tanah atau disebut juga soil depth. Vegetasi atau tumbukan di permukaan berbatu misalnya, sangat jarang, mungkin hanya rumput saja. Kemudian foto udara juga memberi informasi mengenai topografi, kelerengan dan kecuraman suatu daerah. Keteraturan kelerengan juga memberi informasi mengenai adanya sungai dan alirannya, apakah ke danau atau ke laut. Profesor Frans Wanggai mengatakan dia juga sudah menerapkan ilmunya di Papua sendiri. Ia sudah membuat atlas sumber daya alam Kabupaten Bintuni, Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Kaimana. Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk menyusun rencana dan membantu para pengambil keputusan. Ia berpendapat sangat penting untuk menggabungkan pendapat dari berbagai disiplin ilmu, karena tidak ada ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai seorang ilmuwan lulusan Belanda Prof. Wanggai berpendapat Papua bisa belajar dari Belanda dalam memanfaatkan tanah dan melestarikan hutan. Belanda adalah negara yang kecil dan tidak memiliki hutan, walaupun demikian ada daerah pemukiman, ada hutan buatan yang lestari, ada daerah peternakan atau peternakan yang digabungkan dengan alam. Inilah yang dapat dicontoh. *Dirangkum oleh Moreen Pattiruhu