Forum Alumni No. I, April-mei '09

  • Uploaded by: FORUM ALUMNI ITB
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Forum Alumni No. I, April-mei '09 as PDF for free.

More details

  • Words: 32,224
  • Pages: 64
DWIBULANAN NO. 01 APRIL-MEI 2009

FORUM ALUMNI

MEMBANGUN SINERGI ALUMNI ITB UNTUK BANGSA

ALUMNI BERDIALOG

MEMBANGUN KEUNGGULAN BARU BANGSA ALMAMATER

DIES EMAS ITB

Purwacaraka: Rindu Pisan Euy ….! Sekolah dan Fakultas

Apa Bedanya?

CALEG ALUMNI

MENGHITUNG SUARA Wawancara Rinaldi Firmansyah

Basket ‘‘Mata Kuliah’’ Favorit Saya April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

1

MAJALAH KOMUNITAS ALUMNI ITB Pengganti Ongkos Cetak Rp. 15.000,-

RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN

2

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

MECHANICAL, ELECTRICAL & ENGINEERING CONTRACTOR

PT. MEGACIPTA SENTRAPERSADA

Komplek Ruko Taman Pondok Kelapa Blok D-6 Jl. Raya Pondok Kelapa - Jakarta Timur 13450 Telp. 021 8650339 – 40, Fax. 021 8650320 Email: [email protected]; [email protected] Website: http://www.megacipta.com

EMPORIUM PLUIT MALL & HOTEL

B E R I TA D A N K E G I ATA N

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

3

Candil mengaku persiapannya untuk tampil dengan kolaborasi alat musik angklung ini telah dipersiapkannya sejak dua minggu yang lalu. Dia juga menegaskan kerjasama ini nantinya tidak hanya sekedar menempelkan karakter vokalnya yang nge-rock dengan alunan musik etnik angklung. ’’Sejujurnya saya juga tidak ingin terlalu nge-rock, harapannya bagaimana bisa berjalan seimbang dan bisa menonjolkan angklungnya. Makanya sampai sekarang saya masih terus menggali dan belajar,’’ katanya. n mt rizky

4

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

GERBANG

DARI REDAKSI

FORUM ALUMNI Majalah Dwi Bulanan IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PENANGGUNGJAWAB Freddy P. Zen DEWAN REDAKSI Eky S Pratomo-Tedjo Ramli Kadir John Heilmy Herry Sugiharto Nanang T. Puspito Sawaludin Lubis Adamsyah Wahab M. Azhar PEMIMPIN REDAKSI Herry Sugiharto WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Erick Ridzky REDAKTUR PELAKSANA Eko Supriyanto SEKRETARIS REDAKSI Setiawan Eko N. PRODUKSI M. Meylana Hermawan SIRKULASI & DISTRIBUSI Samjah ALAMAT REDAKSI/IKLAN Jl. Taman Patra II No. 16 Kuningan, Jakarta Selatan Telp. (021) 529 21564/65 Fax. (021) 520 7573 Email: [email protected]

MITRA REDAKSI Adi Cipta Media

Redaksi menerima sumbangan artikel/tulisan dari pembaca. Kirimkan artikel/tulisan Anda ke [email protected].

MEMBAHAS EDISI PERDANA: Tim redaksi sedang mendiskusikan wajah baru Forum Alumni dengan Freddy P. Zen/Sekjen IA-ITB (foto tengah)

TAMPIL WAJAH BARU TAMPIL BARU. Begitu mungkin komentar Anda ketika majalah ini sampai di tangan Anda. Benar, FORUM ALUMNI memang tampil baru. Dari sisi desain, Forum Alumni berusaha tampil segar, bersih dan modern; sementara dari sisi redaksi kita berusaha tampil encer, meski masalah yang ditulis mungkin serius atau sedikit serius dengan rubrikasi yang lebih beragam. Tampilan Forum Alumni wajah baru ini tak lepas dari pertimbangan akan perlunya majalah yang lebih representatif yang bisa menjadi jembatan komunikasi dan sinergi antar alumni, pengurus pusat dan pengda, serta antara IA-ITB dengan almamaternya, ITB; serta antara IA-ITB, ITB dan alumninya dengan masyarakat luas. Selain itu, wajah baru ini sekaligus merupakan realisasi dari hasil rakernas IA-ITB yang berlangsung di Aula Barat, 6 Maret 2009. Salah satu keputusan rakernas adalah menerbitkan media komunikasi dan informasi berupa majalah Forum Alumni ITB dengan periodesasi terbit dua bulan sekali. Dilihat ke belakang, majalah dwibulanan ini merupakan pengembangan dari buletin yang sebelumnya sempat terbit tiga kali sepanjang tahun 2008. Heri Sugiharto (Wakil Sekjen/ TK 87) bertindak sebagai Pemred dan Erick Ridzky (GM 86) sebagai wakilnya. Sementara untuk urusan redaksi ditangani oleh Eko Supriyanto (GL 86) yang

memang berpengalaman di media (mantan wartawan dan pernah menjadi koresponden harian Republika di AS). Untuk Sekretaris Redaksi dan Produksi masing-masing dikomandani oleh Setiawan Eko (MT 94) dan M Meylana Hermawan (FT 89). Sehari-hari tim pengelola Forum Alumni berkantor di alamat yang sama dengan Sekretariat IA-ITB, yaitu di Taman Patra II, Kuningan, Jakarta. Pada penerbitan perdana ini kami sengaja mengambil tema yang menjadi perhatian bersama, yaitu perlunya bangsa ini membangun faktor keunggulan baru untuk meningkatkan daya saing. Pemilihan tema ini didasari atas keprihatinan rendahnya daya saing bangsa di tingkat internasional, di bawah negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Selain itu, tentu saja edisi perdana ini juga memuat isu-isu yang berkembang di rakernas/ KLB, berita yang berkembang di almamater kita, dan berita-berita lain, lokal/nasional, yang kita anggap penting dan layak menjadi perhatian kita semua. Akhirnya, dengan dukungan Anda semua semoga penerbitan majalah ini akhirnya bisa mencapai tujuannya dan bisa berlangsung secara berkesinambungan. Masukan, kritik membangun sangatlah kita harapkan. Akhirnya, selamat membaca!

Redaksi

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

5

DARI PENGURUS

Sinergi untuk Kemandirian Bangsa Dengan adanya perubahan paradigma pembangunan, maka strategi pembangunan bangsa tidak mungkin dilakukan melalui pendekatan faktor endowment tradisional, seperti buruh murah dan kekayaan sumber daya alam sebagaimana dilakukan selama ini. Tetapi harus merupakan kombinasi produktif keunggulan komperatif, keunggulan kompetitif dan kemampuan human capital berkualitas. Oleh karenanya, ada 3 pilar yang berperan penting yaitu pilar budaya kreatif, teknologi dan inovasi. Alumni ITB terpanggil menjadi pelopor kemajuan peradaban dunia, pembangunan nasional menuju kehidupan adil, makmur dan sejahtera. Sepanjang tahun 2008 tidak kurang dari 31 mata kegiatan baik lokal (internal) maupun berskala nasional telah dilaksanakan PP IA-ITB, dengan melibatkan para Alumni, Pengurus Daerah, Pengurus Jurusan, sivitas akademika ITB, maupun pemerintah dan masyarakat umum. Tentunya program-program IA-ITB baik yang telah maupun yang akan dilaksanakan selama periode kepengurusan 2007-2011 ini, tidak akan berarti apapun tanpa dukungan dan peran aktif dari semua pihak, baik Jajaran Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Pengurus Program Studi/Jurusan seluruh Indonesia, maupun para alumni dimanapun berada, dan almamater kita tercinta, ITB. Hasil rakernas 2009 digulirkan tak kurang dari 70 mata kegiatan yang terbagi dalam tujuh bidang, antara lain: bidang organisasi, bidang hubungan almamater, bidang pelayanan dan hubungan alumni, bidang bisnis dan teknopreneur, bidang kemitraan, kebendaharaan, dan kesekjenan. Penerbitan majalah Forum Alumni merupakan pengembangan dari bulletin Forum Alumni dimaksudkan untuk memberikan informasi lebih lengkap bagi para alumni tentang dinamika alumni meliputi kegiatan kepengurusan, termasuk di daerah, prodi dan komisariat, informasi tentang almamater kita ITB, pengembangan riset dan teknologi. Termasuk di dalamnya bisnis dan kiprah para alumni. Hal ini merupakan bentuk peningkatan pelayanan dari pengurus pusat dalam rangka membangun sinergi antar alumni untuk bangsa. Semoga partisipasi kita itu, dapat menjadi modal utama terbangunnya sinergi kemandirian bangsa di masa depan.

D A F TA R I S I

Membangun Faktor Keunggulan Bangsa yang Baru ............................................... 13 Berbeda dengan masa klasik, kemakmuran bangsa tak lagi ditentukan oleh sumber daya tradisional seperti kekayaan alam. Daya saing bangsalah yang akan menentukan kemakmuran suatu bangsa di masa kini dan yang akan datang. Bagaimana sinergi alumni bisa dibangun untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia?

12 Pilar Tolok Ukur Daya Saing Bangsa ..............26 Apa saja pilar-pilar yang menjadi tolok ukur indeks daya saing bangsa

Caleg Alumni: ‘Deg-degan’ Menghitung Suara.........................30 Ada lebih dari 300 orang alumni menjadi caleg legislatif, baik di pusat maupun daerah, pada pemilu lalu. Siapa saja merekla dan bagaimana sebaran alumni di partai-partai?

Rekernas dan KLB ................................................34 Isu yang hangat dan menjadi perdebatan

Dies Emas ITB ......................................................44 Bulan Maret tahun ini merupakan bulan istimewa bagi ITB, almamater kita. Tahun ini ITB merayakan Dies Emas

Ada Sekolah, Ada Fakultas .................................48 Apa yang membedakannya? Mengapa departemen dihapus?

Siapa Calon Rektor Baru? ..................................50 Pergantian rektor baru masih akan berlangsung tahun depan. Tetapi isu siapa calon penggantinya sudah bergulir

Wawancara Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah...53 Pernah diusir dosen keluar kelas

Srikandi ITB di Pertamina ................................... 56 Tantangan Karen, Dirut Pertamina yang baru

Dari RS Pertamina hingga Bin Laden .................58 Herry Moelyanto, Niat, menjaga kepercayaan, dan profesional. Itulah kunci sukses bisnis alumni FT 83 ini

Kencan..................................................................62 Dari Purwacaraka hingga Candil

Freddy P. Zen/Sekjen PP IA-ITB

6

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

SUARA ALUMNI Selamat untuk FORUM ALUMNI Salam! Kami ucapkan selamat dan sukses atas terbitnya Majalah Forum Alumni ITB edisi perdana ini. Media cetak yang diperuntukkan bagi para alumni ini, diharapkan mampu menjalin komunikasi dan informasi baik aktifitas profesional, kegiatan kemasyarakatan, maupun kiprah para alumni dimanapun berada. Semoga media ‘dari dan untuk’ alumni ini menjadi jembatan komunikasi terbangunnya sinergi antar alumni ITB. Sekali lagi kami ucapkan Selamat. Viva Alumni ITB! Aulia Prima/FI’89 Sekjen IA-ITB Jakarta

Kesan Rakernas Kepada yth., Pengurus Pusat IA-ITB Berikut kami sampaikan kesan kami

mengikuti Rakernas dan KLB IA-ITB di Bandung tanggal 6-8 Maret 2009 yll, yaitu 1. Perencanaan waktu kegiatan telah dilakukan dengan baik, bertepatan dengan Ulang Tahun Emas ITB sehingga memberikan kesempatan untuk mengamati kemajuan kampus dan mengunjungi berbagai stand pameran/presentasi yang bernilai tinggi. 2. Acara telah dilaksanakan secara efektif dan efesien, waktu yang dialokasikan cukup singkat namun dapat menyelesaikan permasalahan yang dibahas sangat bermanfaat untuk penyelesaian masalah. 3. Peserta cukup antusias dan berpartisipasi untuk ikut serta dalam setiap pembahasan masalah, merupakan cerminan interes yang tinggi dalam melaksanakan rencana kerja selanjutnya. 4. Konsumsi dan akomodasi cukup layak, penggantian uang perjalanan cukup praktis dan mudah.

5. Kami ucapkan selamat dan sukses bagi panitia yang telah berhasil melaksanakan dan menyampaikan pesan Rakernas dan KLB kepada peserta dengan sangat baik.

1.

2.

Saran kami selanjutnya adalah: Berikan tanggung jawab kepada Pengurus Daerah untuk mengadakan kegiatankegiatan sejenis, untuk memotivasi dan meningkatkan peran Pengda tersebut secara daerah maupun nasional. Waktunya mungkin bisa berupa Raker, seminar, pameran setiap tahun. Follow up acara tersebut segera, seperti ucapan orang bijak ‘rencana yang baik hanya bermanfaat jika dilaksanakan’. Demikian. Wassalam. Irwansyah Putra/SI ‘90 Ketua IA-ITB Aceh

KALENDER KEGIATAN AGENDA ALUMNI 28-Maret s/d 5-April 2005 Pengurus Pusat menerjunkan Tim IA-ITB TANGGAP untuk membantu Masyarakat Korban Situ Gintung Lokasi Posko: Depan FK UMJ, Ciputat, Tangerang.

29-Mei*) Dialog Nasional ‘‘Menghadapi Kecenderungan Nasionalisasi dan Proteksi Akibat Krisis Keuangan Dunia’’ Tempat: Gedung Joeang 45, Jl. Cikini Raya, Jakarta

4-April Rapat Bidang Organisasi: Pembahasan Rencana Kegiatan 2009 Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra II/16, Jakarta Selatan

30-Mei Workshop Website Maker Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra II/16, Jakarta Selatan*) Penyelenggara: Dep. Kominfo bekerjasama dengan Khania Studio

15-April Seminar Nasional “ Peluang dan Tantangan Manajemen Limbah B-3” Tempat: Hotel Nikko - Jakarta Keynote Speaker: Menteri Negara Lingkungan Hidup Penyelenggara: IA-ITB Kimia

30-31 Mei Turnamen Tenis Piala Ketua Umum IA-ITB “Hatta Rajasa” Tempat: The Executive Club, Hotel Sultan, Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan *) Tentatif

17-April Rapat Pengurus Harian: Pembahasan Program Kerja hasil RAKERNAS 2009 Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra II/16, Jakarta Selatan

AGENDA ITB

17-Mei Turnamen Golf Alumni ITB’83 Tempat: Emeralda Golf, Cimanggis, Bogor 28-Mei Forum Lesehan Alumni: Orientasi Caleg Alumni ITB Terpilih, Mau kemana? Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra II/16, Jakarta Selatan

AGENDA NON-AKADEMIK Pertemuan ITB - Univ Twente (Belanda) 1 April 2009. Jam 9:00-11:30. Bertempat di Ruang Seminar FTMD (Gedung Lab Tek II, lt 2) Pelatihan Pembuatan Peta Tutupan Lahan, Penggunaan Lahan dan Peta Kemiringan Lahan untuk Manajemen Bencana Gelombang I, 6-9 April 2009 Bertempat di Pusat Pengindeeraan Jarak

Jauh (CRS) ITB Jl. Ganesha no. 10 Bandung Pelatihan Pembuatan Peta Tutupan Lahan, Penggunaan Lahan dan Peta Kemiringan Lahan untuk Manajemen Bencana Gelombang I, 6-9 April 2009 Bertempat di Pusat Pengindeeraan Jarak Jauh (CRS) ITB Jl. Ganesha no. 10 Bandung PSTK: Tanggap Warsa 38 18 dan 25 April 2009 DIES UKM 18, 23, 25 April 2009 GAMAIS ITB Industrial and Technology Training Maret s.d Mei 2009

AGENDA AKADEMIK 2 April 2009 Batas Waktu Pendaftaran Peserta Wisuda Kedua Tahun Akademik 2008/2009 dan Batas Akhir FPN Mata kuliah KP/TA/Tesis/Disertasi Semester II-2007/2008 18 April 2009 Hari Wisuda Kedua Tahun Akademik 2008/2009 15 Mei 2009 Hari Terakhir Masa Kuliah Semester II-2008/2009 18 Mei - 29 Mei 2009 Ujian Akhir Semester II-200812009

AGENDA JAKARTA Jakarta International Handicraft Trade Fair or INACRAFT 2009 Tanggal 22-26 April 2009 Bertempat di Balai Sidang Jakarta Convention Center

GALERI NASIONAL INDONESIA 16-28 April Pameran karya Nashar Kurator: Agus Dermawan T Kerjasama: Emmitan Fine Art Gallery, ASPI 4-16 Mei Festival Printemps Prancis (Pameran Gambar) Kerjasama: CCF 20-31 Mei Pameran Seni Rupa Nusantara Kurator: Kuss Indarto Penyelenggara: GNI 5-12 Juni Pameran Keramik F Widayanto “Semarak 30 Semar” Kerjasama: Gallery F Widayanto

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

7

GANESIANA

Yang dipelajari kan seluas bumi .. Di masa lalu, ada mahasiswa jurusan-jurusan tertentu di ITB yang masa kuliahnya sangat lama, sampai-sampai ada istilah mahasiswa abadi. Dalam salah satu wisuda jurusan Geologi tahun 1986 atau 1987 misalnya, kalau tak salah ada salah seorang wisudawannya angkatan 1969. Jadi waktu diwisuda bukan calon istri atau pacar yang dibawa, tapi sudah anak-anak dan istrinya. Ada cerita khusus mengapa jurusan Timur Jauh ini lama selesai kuliahnya. Syahdan, ada percakapan antara mahasiswi Kedokteran Gigi Unpad dengan mahasiswa Geologi ITB. Keduanya secara tak sengaja ketemu di suatu tempat dan berkenalan. Setelah menyebut nama, asal, dan seterusnya, percakapan sampai pada soal kuliah. Mahasiswa GL: Masuk FKG tahun berapa? Mahasiswi FKG: Tahun 1983. Sekarang (tahun 1988) hampir wisuda. Kalau Mas masuk tahun berapa? Mahasiswa GL: 1982. Mahasiswi FKG : Wah, sudah selesai dong kuliahnya.. Mahasiswa GL : Sarjana Muda juga belum. Mahasiswi FKG (kaget): Lama banget. Mahasiswa abadi dong kalau begitu …. Mahasiswa GL (mulai sewot) : Untuk mempelajari barang seluas mulut saja kamu butuh waktu enam tahun. Lha yang kupelajari kan seluas bumi! Butuh waktu lebih lama lagiii .....

Susu Dancow Istimewa Pada masa lalu, banyak mahasiswa ITB yang berasal dari berbagai daerah dan sebagian di antaranya berasal dari kalangan ekonomi yang tidak mampu. Salah seorang di 8

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

antaranya sebutlah namanya Bambang. Di kota asal, emaknya berprofesi sebagai pedagang pasar. Kiriman bulanan kadang hanya Rp 10 ribu saja (untuk tahun 1985, itu jumlah yang jauh dari cukup untuk sebulan). Karena itu, dia sering nomaden: selalu berpindah-pindah dari kos temen yang satu ke kos temen yang lainnya. Untuk menyambung hidup, dia kadang ngajar privat, kadang juga bekerja sebagai buruh kasar. Syahdan, suatu hari kantong dan perutnya kempes secara bersamaan. Karena mulai liburan semester, temen-temennya sebagian besar sudah mudik …. kecuali satu orang, sebutlah Sapto. Yang ini belum mudik karena masih sibuk mempersiapkan kegiatan di unit kampus. Pagi itu Sapto, semalaman tidur di markas unit, baru pulang ke kos. Dia kaget menemukan sobatnya tidur terlentang dan merintih. Kalau sobatnya nyelonong tiba-tiba ditemukan di kamarnya, Sapto tak heran karena dia memang selalu meninggalkan kunci kamar di tempat tertentu yang hanya kawan-kawan terdekatnya yang tahu. Tapi dia terlentang dan merintih? ‘’Kamu kenapa?’’ sambil menyelidik Sapto bertanya. Bambang pun menjawab panjang dan lebar: ‘’Aku tadi malam datang pengen makan. Kamu nggak ada. Aku ngecek ke dapur. Beras ada. Indomie ada. Telur ada. Wahh lengkap … senangnya. Aku ke dapur, mau menyalakan kompor. Celaka, minyak tanah habis. Pusing aku, nggak ada duit. Akhirnya aku cari-cari di lemari makan. Ketemu susu Dancow. Aku ambil gelas besar .. wong lapar, mompa air sumur, dan bikin susu. Hasilnya seperti ini: bukannya kenyang, malah perutku sakitnya setengah mati semalaman ….’’ Bukannya kasihan, Sapto malah tertawa berkepanjangan …

A K T I V I TA S P E N G U R U S SUARA A L U M(lanjutan) NI (lanjutan) SUARA ALUMNI Database Diperbaharui Salam! Kalau bisa database alumni diperbaharui. Selain itu untuk mencari nama alumni jangan hanya berdasarkan jurusan dan angkatan tapi juga ada opsi untuk mencari berdasarkan lokasi tempat tinggal. Pertanyaan saya: Apakah ada komisariat alumni ITB di AS? Nanda [email protected]

Kartu Anggota

Salam! Saya ingin menanyakan mengenai kartu anggota IA-ITB, apakah masih bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk pembuatannya atau ada kebijakan terbaru yang lain? Kalau masih, di Bank Mandiri mana saja yang ditunjuk untuk pembuatan kartu tersebut? Karena saya sudah mencoba membuat kartu IA ITB di Bank Mandiri Cabang Metro, Lampung Tengah, tetapi pihak bank tersebut menyatakan sudah tidak membuat kartu itu Tolong informasinya lebih lanjut. Trims. Agung Kurniawan [email protected] Berdasarkan informasi dari Sekretariat, bahwa penerbitan Kartu Anggota terpisah dengan Kartu Kredit IA-ITB. Saat database dan kartu anggota sedang dalam penyelesaian . Dan penerbitan Kartu Kredit IA-ITB sedang dijajaki bekerjasama dengan Bank Mega.

RAPAT PENGURUS HARIAN membahas tentang tindak lanjut hasil keputusan rakernas 2009 yang baru lalu. Hadir pada rapat tersebut (dari ki-ka): Amir Sambodo (Ketua Bidang Bisnis dan Teknopreneur), Jetti R. Hadi (Ketua Bidang Organisasi), Bakti S. Luddin (Bendahara Umum), Freddy P. Zen (Sekjen), dan Rinaldi Firmansyah (Ketua Bidang Pelayanan dan Hubungan Alumni) terlibat aktif dalam pembahasan program kerja 2009. Rapat bertempat di Sekretariat pada 17 April.

S2 saja, Apa Termasuk Alumni Mau tanya nih. Yang dimaksud alumnus itu terbatas S1 saja? atau bisa S2 atau S3? Saya lulusan S2 saja. Terima kasih. Wijono [email protected] Sesuai dengan AD/ART IA-ITB hasil KLB 2009, yang termasuk alumni ITB adalah orang yang pernah mengikuti salah satu jenjang pendidikan formal di ITB. Jadi Anda termasuk alumni ITB dan berhak menjadi anggota IA-ITB. Keterangan: Forum Alumni menyediakan rubrik SUARA ALUMNI, merupakan surat pembaca. Mohon data Nama pengirim dilengkapi dengan Jurusan, Angkatan, dan Email. Terimakasih.

WAKIL BENDAHARA (AHMAD YANI) berdiskusi dengan Ketua Bidang Organisasi (Jetti R. Hadi) dalam rangka menjajagi penerbitan kartu kredit bagi para alumni bekerja sama dengan Bank Mega, awal April lalu.

I NNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN

INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN

PP IA-ITB turut berduka cita atas wafatnya Bapak Mertua dari Andri Fajria (FT’89/Ketua Departemen SosialPP IA-ITB/PJ Posko IA-ITB Tanggap “Situ Gintung”)

Telah berpulang ke rahmatullah Bapak Mertua dari Muhammad Hariyanto (Pengurus Departemen Pengembangan Karir Alumni PP IA-ITB)

Pada hari Selasa (malam) 31 Maret 2009 di Bandung Semoga arwah dan amal ibadah almarhum diterima disisi Allah SWT, dan keluarga/sanak/famili yang ditinggalkan diberikan kekuatan iman dan kesabaran. Amin.

Hari Rabu, 11 Maret 2009, pukul 2 dini hari Keluarga Besar IA-ITB turut berduka cita. Semoga Allah SWT menerima amal ibadahnya. Amin ya rabbal alamin PP. IA-ITB

PP. IA-ITB Hatta Rajasa Ketua Umum

Freddy P. Zen Sekretaris Jenderal

Hatta Rajasa

Freddy P. Zen

Ketua Umum

Sekretaris Jenderal

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

9

K I L A S A N B E R I TA

Turnamen Tenis Buat Yang Punya Nyali YA SILATURAHMI,YA PRESTASI. Begitulah kira-kira latar belakang dan tujuan penyelenggaraan Turnamen Tenis antar alumni yang menurut rencana akan digelar pada 30-31 Mei mendatang, di lapangan hardcourt outdoor, Lapangan Tenis The Executive Club Hotel Sultan, Jakarta. Turnamen ini akan memperebutkan piala bergilir Ketua Umum Hatta Rajasa. Menurut Ketua Panitia Edi Purnomo (MA 77), kegiatan ini dimaksudkan untuk membangun semangat silaturahmi dan jiwa sportifitas dalam nuansa keakraban melalui wahana olahraga. ‘’Yang sudah sepuh biar nyambung kembali sama yang muda,’’ katanya. Sementara Eky, Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi IA-ITB, menambahkan, penyelenggaraan turnamen ini diharapkan bisa menjadi wahana untuk menciptakan hubungan kekeluargaan yang lebih solid diantara sesama alumni ITB dan pengurus IA ITB. Selain itu, seperti laiknya kompetisi lainnya, turnamen ini pun dimaksudkan untuk menjaring bibit-bibit berbakat di

10

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

kalangan alumni ITB. Diharapkan setiap pengurus daerah maupun pengurus program studi atau pengurus komisariat IA-ITB seluruh Indonesia dapat mengirimkan perwakilan timnya. Adapun nomor yang dipertandingkan terbatas hanya nomor Ganda, baik campuran maupun putra/putri. Dan jenis pertandingan dalam turnamen adalah berpasangan fun dan berpasangan prestasi. Sementara itu, bahwa pasangan pemain akan dilakukan secara undian. “Dengan sistem Pertandingan adalah setengah kompetisi, dimana setiap pemain melaksanakan 5 pertandingan ganda (double) masing-masing game 8. Setiap peserta diperbolehkan mengikuti kelompok fun maupun prestasi,’’ kata Edi. Juara turnamen merupakan perseorangan yang mempunyai jumlah nilai (score) terbanyak. Menurut salah seorang panitia, pendaftaran sudah dapat dilakukan di Sekretariat IA-ITB, jalan Taman Patra II/16, Kuningan-Jakarta Selatan. Ayo, siapa punya nyali?

Turnamen Golf ITB ‘83: Mari Berbagi Merupakan kebanggaan kita bersama bahwa Alumni ITB telah menjadi bagian dari kemajuan bangsa Indonesia. Didorong oleh hal itu, alumni ITB angkatan 83 betekad untuk memberikan makna lebih terhadap kontribusi alumni ITB semangat ‘Berbagi’. Demikian yang melatarbelakangi inisiasi melalui Turnamen Golf yang digagas Yayasan G83. Turnamen yang direncanakan akan diselenggarakan pada 17 Mei, di Emerald Golf Course, Cimanggis, Bogor itu, ditujukan untuk mewadahi semangat berbagi dan program sosial ITB angakatan 83 dalam mengembangkan dana abadi ITB untuk membantu mahasiswa ITB yang mengalami kesulitan biaya kuliah, mendukung upaya-upaya peningkatan entepreneurship mahasiswa ITB, mendukung kepedulian akan kualitas pendidikan, khususnya di lingkungan sekitar ITB, dan menjalin terjalinnya sinergi antar alumni ITB angkatan 83. Hal itu semua menjadi misi dari pembentukan Yayasan G83, sebagai inisiator kegiatan ini. “Pada pelaksanaan Turnamen Golf ini, Yayasan G83 berkerjasama dengan Persatuan Golf Ganesa (PGG-ITB)”. Demikian diiformasikan Fauzi Utomo, sebagai contact person informasi kegiatan ini yang juga alumnus jurusan Penerbangan ITB angkatan 94.[]

K I L A S A N B E R I TA

Tenis Persahabatan Antar-Alumni

IA ITB Jabar Persiapkan “Temu Alumni” IA- ITB Jawa Barat menjadi panitia pelaksana Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Kongres Luar Biasa (KLB) IA-ITB. Acara berlangsung pada 6 Maret 2009 di kampus ITB. Sebagai ketua pelaksana adalah Abdul Aziz, ketua IA-ITB Jabar. Rakernas IA-ITB yang merupakan ajang konsolidasi tahunan IA-ITB diikuti para pengurus IA-ITB pusat, daerah, jurusan, dan komisariat. Sementara itu KLB yang akan dilaksanakan merupakan amanat kongres IA-ITB tahun 2007 yang akan membahas tentang perubahan AD/ART.

Pengurus IA-ITB Sulawesi Selatan Periode 2009 – 2013 Dilantik HARIYADI Kaimuddin terpilih sebagai ketua IA-ITB Sulawesi Selatan Periode 2009-2013. Pemilihan yang diikuti dua calon, Hariyadi dan Sampara Salman, itu dilaksanakan pada hari pertama musyawarah daerah (Musda), Jumat (20/2). Acara Musda dua hari itu berlangsung di Baruga Anging Mamiri, rumah jabatan wali kota, Makassar. Pemilihan ketua IA-ITB Sulawesi Selatan dilakukan melalui penghitungan suara yang dihadiri 82 orang. Dari hasil perhitungan suara Hariyadi Kaimuddin mengumpulkan 60 suara, Sampara Salman mendapat 19 suara. Sementara itu 1 suara abstain dan 2 suara dinyatakan batal. Selain Musda, IA-ITB Sulsel juga menggelar seminar sehari di Hotel Sahid Jaya Makassar, Sabtu (21/2). Seminar bertema Penguatan Sosial Kapital Sulsel itu menghadirkan Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad sebagai keynote speaker dan tiga pemateri masing-masing Prof Mappadjantji Amien, Prof Darmawan Salman, dan Prof Veny Hadju. Pada kesempatan itu Fadel membawakan materi "Peta Kesenjangan Timur-Barat dan Selatan-Utara".

SBM ITB ‘Sulit’ Ciptakan Enterpreneur Sekolah Bisnis dan Managemen (SBM) ITB kian sulit menjadikan alumninya sebagai enterpreneur. Sejak kuliah mahasiswanya sudah diincar perusahaan. Padahal keberadaan SBM ITB awalnya untuk menciptakan enterpreuner. Hal itu disampaikan oleh Ketua Ikatan Alumni (IA) ITB Hatta Rajasa dalam malam peringatan 5 Tahun SMB ITB dan Peresmian IA SMB ITB di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha No 10, Sabtu (3/1) malam. Menurut Hatta, sejak SBM ITB berdiri lima tahun silam, SBM ITB telah memiliki tantangan besar. Sebab, sejak di bangku kuliah, para mahasiswanya sudah ditarik oleh perusahaan-perusahaan. Padahal awal berdirinya SMB ITB adalah untuk menciptakan enterpreneur. Senada dengan Hatta, Ketua IA SBM ITB Mandala Widi Muchlis berharap dengan adanya IA SBM ITB, para alumni akan menjadi mentor bagi mahasiswa SBM. Menurutnya, selama ini kendala yang dialami oleh alumni SBM ITB adalah tidak adanya mentor.

29 JANUARY 2009 . AlumnI enam perguruan tinggi adu kelihaian di lapangan tenis. Pertandingan tenis persahabatan alumni ITB, Unpad, Unpar, IPB, UI, dan UGM itu berlangsung di lapangan tenis indoor Kemayoran, Jakarta. Pertandingan diawali upacara pembukaan yang sedianya dilakukan oleh Ketua IA-ITB Hatta Rajasa. Karena yang bersangkutan berhalangan, pembukaan pun diwakilkan pada Hermanto Dardak (kabid Hubungan Almamater PP IA-ITB). Pertandingan siap dimulai di 6 lapangan indoor pada sekitar pukul 08.00. Masing-masing tim menurunkan lima pasang pemain. Pertandingan dijuarai tim alumni UGM sementara ITB, yang menjadi tuan rumah, ada posisi paling buncit.

Kunjungan Ikatan Alumni dan Perwakilan Mahasiswa GD Ketua Umum IA-ITB Hatta Rajasa menaruh perhatian terhadap kasus meninggalnya mahasiswa Teknik Geodesi ITB, Dwiyanto Wisnunogroho (19) usai mengikuti kegiatan penerimaan anggota baru Ikatan Mahasiswa Geodesi ITB 7-8 Januari lalu. Hatta, Kamis (12/2/09) sore berkenan menerima kunjungan perwakilan mahasiswa dan alumni ITB. Dalam pertemuan sore hari di sekretariat IA-ITB itu hadir dari IMG (Ikatan Mahasiswa Geodesi) Gunawan Raditya “Agun”(Ketua IMG), Arif Rohman ( wakil ketua Eksternal), Aditya Yudha (Ketua divisi Kaderisasi), serta M. Zahrul Affendi (Koordinator Lapangan). Hadir pula perwakilan KM-ITB (Keluarga Mahasiswa ITB), dan beberapa alumni ITB. Ketua IMG, Agun dalam kesempatan tersebut memaparkan latar belakang kegiatan Proses Penerimaan Anggota Baru (PPAB) Ikatan Mahasiswa Geodesi. Ia kemudian juga menjelaskan kronologis kejadian PPAB sekaligus menjelaskan perihal wafatnya Dwiyanto Wisnunogroho (19) seorang peserta kegiatan tersebut. Ketua Ikatan Alumni Geodesi ITB, Sobri Syawie yang juga hadir dalam kesempatan itu menyampaikan pandangannya agar ITB cooling down hingga jelas duduk permasalahannya. Ia juga berharap agar ITB tidak mengeluarkan sanksi DO bagi panitia yang terlibat sebagaimana yang dikhawatirkan mahasiswa. Sobri lebih lanjut berharap agar para alumni dapat menempatkan kasus ini dengan proporsional.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

11

K I L A S A N B E R I TA

Law Offices Prihartono & Partners Penasihat Hukum IA-ITB

IKA UNSRI Berkunjung ke IA-ITB IKATAN Keluarga Alumni Universitas Sriwijaya (IKA Unsri) Palembang berkunjung ke Sekretariat PP IA-ITB, Jakarta, Senin (16/2). Rombongan yang terdiri 10 orang itu disambut tuan rumah Amir Sambodo, kabid Bisnis dan Teknopreneur , yang didampingi pengurus pusat lain di antaranya A Yani (bendahara), Herry Sugiharto (wakil sekjen), dan Sawaluddin ( wakil sekjen), serta Badan Eksekutif PP IAITB Erick Ridzky dan Ekon Nugroho. Kepada rombongan pengurus IA Unsri, Amir menjelaskan IA-ITB berikut kiprahnya. Amir menjelaskan mengenai kartu kredit IA-ITB dan pengelolaan endownment fund . Amir memaparkan upaya organisasi membantu pendanaan almama-

ter lewat pengelolaan endownment fund. Keuntungan pengelolaan itu diserahkan untuk pengembangan ITB seperti hibah riset. Upaya lain yang dikembangkan saat ini adalah modal ventura untuk pengembangan bisnis di kalangan alumni ITB. Menjelang akhir diskusi, IKA Unsri mengajak IA-ITB bekerja sama dalam menggulirkan program-programnya. Sebab, banyak anggota IKA Unsri yang juga merupakan anggota IA-ITB . Amir Sambodo menyambut baik usulan kerjasama antar-Ikatan Alumni. Apalagi jumlah alumni Unsri cukup besar, sekitar 57.000 alumni. Acara IKA Unsri dilanjutkan dengan kunjungan ke kampus ITB di Bandung.

ASMARA ASRAMAKU: Kehidupan Mahasiswa ITB Era 90-an RAMAINYA novel-novel ber- setting universitas asing, membuat Sudiharto tergelitik. Alumni TM ITB 94 ini menulis sebuah novel kehidupan kemahasiswaan ITB pada tahun 1990-an: Asmara Asramaku. ’’ITB yang notabene universitas paling terkemuka di negeri ini kok seolah-olah tidak ada yang membanggakannya,’’ kata Ir Sudiharto, MT. Dari pemikiran itu, ia merasa perlu membuat suatu novel fenomenal yang mengangkat nama besar ITB . Untuk menjaring pasar dan komunitas di luar ITB dan diluar Asrama, Sudiharto yang menggunakan nama pena Sudyus Barbassy menyinergikan judulnya dengan Asrama Aramaku yang menceritakan tentang kehidupan mahasiswa ITB yang tinggal di Asrama B Charade dengan bumbu cinta kasih absud ala mahasiswa.

12

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

PERJANJIAN jasa hukum antara IA-ITB dan Law Offices Prihartono & Partners ditandatangani, Jumat (23/1). Penandatanganan dilakukan oleh Freddy P Zen, sekjen IA-ITB, dan R Dwiyanto Prihartono. Selaku partner Hendardi. Jasa hukum yang diberikan untuk IA-ITB berupa memberikan konsultasi atau nasihat hukum dan/atau pendapat hukum, secara lisan dan atau tertulis, melakukan legal audit, dan menghadiri rapat-rapat dalam rangka pembahasan aspek hukum terhadap aktivitas organisasi IA-ITB, termasuk IA-ITB Daerah, Jurusan, maupun Komisariat.

Hendardi selaku Partner Law Offices Prihartono & Partners (kanan)

Program Penyediaan Air Bersih dari Alumni ITB untuk Rakyat Sumsel

YAYASAN Alumni ITB dan IA-ITB Sumatra Selatan mengadakan kerjasama Program Penyediaan Air Bersih Pedesaan di Sumsel. Acara penandatanganan kerjasama berlangsung di Sekretariat IA-ITB, Jakarta, Jumat (6/2), Program ini rencananya akan dilaksanakan di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten

Banyuasin, Sumatra Selatan. Penandatangan perjanjian kerjasama kedua belah pihak diwakili masingmasing oleh Ketua Yayasan Alumni ITB, Muchlis Moechtar dan Ketua II IA-ITB Daerah Sumatra Selatan yang juga bertindak selaku Pembantu Rektor I Universitas Sriwijaya, Zulkifli Dahlan. Sedangkan dari PP IA-ITB turut menandatangani adalah Amir Sambodo (ketua Bidang Bisnis dan Teknoprenuer). Penandatanganan perjanjian kerjasama ini disaksikan oleh Hendardi selaku penasihat hukum IA-ITB serta para pengurus harian. IA-ITB akan menurunkan tim ahli yang mendampingi pelaksanaan program penyediaan air bersih itu. Kerjasama ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan turut meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Sumber Rejo.

L A P O R A N U TA M A

B O U L E VA R D

ALUMNI BERDIALOG

MEMBANGUN FAKTOR KEUNGGULAN BARU

T

ahun 1960-an, Koes Plus mempopulerkan banyak lagu yang bercerita mengenai kemakmuran Indonesia. Dengan syair romantik bahkan hiperbolik, Koes Plus bercerita tentang tanah subur dan kaya, sehingga ‘’tongkat kayu dan batu’’-pun bisa menjadi tanaman. Kini, berpuluh tahun kemudian, bahkan sang pencipta lagu itu sendiri pun tampaknya sudah tak yakin dengan kebenaran isi syair lagu tersebut (album terbarunya, yang disponsori mantan Ketua Umum IA ITB Laksamana Soekardi dan partainya PDP, Koes Plus justru banyak bercerita

soal kesengsaraan rakyat). Ada sebagian dari kita yang mengungkit tentang sindrom ‘’jebakan kutukan sumber daya alam’’ – istilah yang merujuk kepada beberapa negara yang, meski sumberdaya alamnya melimpah, terjerembab ke dalam jebakan ‘’negara gagal’’. (Nigeria, si kaya minyak yang sekarang terjerembab ke kemiskinan, sering disebut sebagai salah satu contoh ‘’negara gagal’’ dan kena sindrom ‘’kutukan sumber daya alam’’). Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi babak pertama, dan paling lambat keluar dari krisis itu dibanding negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Si-

ngapura, sebagian kita dari ada yang bertanya: adakah Indonesia tengah terjangkit sindrom yang sama? Ketika dampak dari krisis babak pertama masih belum sepenuhnya teratasi, tiba-tiba badai krisis kedua datang. Berbeda dari krisis babak pertama yang pemicunya dari dalam, krisis babak kedua ini merupakan imbas krisis global. Lagi-lagi kita bertanya: apakah krisis global ini, yang dipicu oleh kegagalan subprime mortgage di Amerika Serikat yang kemudian mengimbas ke Eropa dan akhirnya ke seluruh dunia, bakal membuat Indonesia jatuh ke jurang resesi? Apa yang harus dilakukan agar bisa ber-

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

13

L A P O R A N U TA M A

‘‘Kalau dilihat sejarah, krisis keuangan bukan hal yang baru,’’ komentar Raden Pardede, ekonom ITB yang menjadi salah pembicara dalam seminar itu. ‘’Krisis sudah terjadi berulang kali, baik dalam skala nasional, regional maupun global,’’ tambahnya.

tahan dari tantangan lingkungan global yang makin kompleks? Akhirnya juga: bagaimana membayangkan Indonesia, katakanlah, pada tahun 2020 mendatang? Indonesia yang berhasil keluar dari krisis ke krisis, bahkan menjadi salah satu pemenangnya? Wacana-wacana inilah yang menjadi perhatian dalam acara Alumni Berdialog tentang Daya Saing dan Masa Depan

Bangsa, yang dilakukan berbarengan dengan perayaan Dies Emas ITB, di Aula Barat ITB 7 Maret lalu.

Alkimia Krisis Finansial ‘’Kalau dilihat sejarah, krisis keuangan bukan hal yang baru,’’ komentar Raden Pardede, ekonom ITB yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar itu. ‘’Krisis sudah terjadi berulang kali, baik

dalam skala nasional, regional maupun global,’’ tambahnya. Sejarah ekonomi modern mencatat krisis keuangan sudah terjadi sejak 1618 di kerajaan Romawi karena spekulasi koin. Pada abad 20, ada depresi besar yang melanda AS yang terjadi pada 1929-1933. Lalu krisis Asia dan Indonesia pada 1997/1998. Pada tahun 2008, krisis finansial terjadi lagi.

Isu Kunci: Meningkatkan Peran Teknologi dalam Pembangunan Cina dan India merupakan dua contoh negara yang berhasil membangun karena pilihan yang tegas terhadap strategi pembangunan, yaitu memilih pembangunan yang berbasis teknologi (technology based development). Dengan ciri khas kekuatan ekonominya masing-masing, Cina sebagai negara manufaktur terbesar dan India sebagai negara outsource IT terbesar, kedua negara berhasil menghapus kemiskinan absolute dalam jumlah yang tak terbayangkan. ‘’ India membebaskan 200 juta rakyatnya dari kemiskinan, sedangkan China 300 juta,’’ kata Kepala BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar dalam paparan makalahnya, pada kesempatan Seminar Temu Alumni ITB. Karena di masa yang akan datang, tantangan terbesar bagi strategi pembangunan Indonesia adalah bagaimana mendorong teknologi berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian diharapkan Indonesia, yang saat ini masih masuk dalam kategori negara dengan keunggulan mendasar berubah menjadi negara yang masuk dalam kategori innovation driven (lihat bagan ). Umar Juoro, yang banyak berbicara mengenai pentingnya menumbuhkan lingkungan bisnis mikro, menyatakan hal serupa. ‘’Perekonomian Indonesia masih sangat bergantung pada modal dan tenaga kerja (tangible capital). Total Factor Productivity (TFP) tumbuh hanya sekitar 0.2% dan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi di bawah 10%,’’ katanya. Selain itu, ekspor Indonesia masih didominasi oleh produk padat karya (tekstil, garmen, elektronika, dan alas kaki), serta produk sumberdaya alam (min14

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

Tantangan Peran Teknologi Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional Komponen Pertumbuhan Ekonomi MODAL

Komponen Pertumbuhan Ekonomi

TENAGA KERJA

Peran Teknologi

TEKNOLOGI (TFP) - 3%

TENAGA KERJA TEKNOLOGI (TFP) - 0,1%

MODAL

Meningkatkan kontribusi teknologi pada komponen pertumbuhan ekonomi (GDP)

yak, gas, batubara, CPO, karet) yang kandungan teknologinya relatif rendah. Dalam laporan World Economic Forum tentang indeks daya saing bangsa, Indonesia masih ditempatkan pada “kasta” terendah yaitu key driven dimana masih dalam taraf awal tingkat keunggulan kompetitif. Strata ini didukung oleh faktor-faktor dasar seperti institusi, infrastruktur, stabilitas makro ekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar yang masih rendah. Untuk dapat memperbaiki peringkat kompetitif di dunia, Indonesia harus memperbaiki daya saingnya terutama di sektor infrastruktur, kesiapan teknologi (technology readiness), kecanggihan bisnis (business sophistication) dan kapasitas inovasi (innovation capacity).

L A P O R A N U TA M A

‘‘Jika dilihat secara mendasar, alkimia dan akar masalah krisis sebenarnya sama, yaitu ‘’animal spirit’’ ekonomi manusia yang tidak berubah. ‘‘ Jika dilihat secara mendasar, kata Raden Pardede, alkimia dan akar masalah krisis sebenarnya sama: ‘’animal spirit’’ ekonomi manusia yang tidak berubah. Sebagian Anda tentu ingat Gordon Gekko dalam film Wall Street yang menjadi klasik? Gekko, tokoh antagonis film itu, menyatakan bahwa uang tidak pernah tidur, dan oleh karena itu tamak itu baik. ‘’Greed is good,’’ katanya. (Begitu bagusnya film ini menggambarkan praktek animal spirit dalam ekonomi modern, sampaisampai Micheal Douglas, aktor sang pemeran Gekko, ditanyai wartawan ketika crash melanda Wall Street tahun 2008 lalu).

Rocket Scientist dan Financial Engineer Dalam praktik ekonomi modern, animal spirit ini makin memperoleh kanalnya oleh karena kehadiran para “rocket scientist” dan para “financial engineer’’ pada lembaga keuangan. Rocket scientist dalam industri keuangan? Ya. Jangan membayangkan mereka adalah ilmuwan roket beneran, seperti yang bekerja di lembaga LAPAN atau NASA. Ini hanyalah istilah dalam industri keuangan yang ditujukan kepada orang-orang yang memanfaatkan keahliannya di bidang sains dan matematika untuk membuat model

kuantitatif kompleks yang membantu bank, asuransi dan perusahaan investasi untuk ‘’menghargai’’ suatu piranti atau instrument investasi. Sementara financial engineer adalah suatu bidang keahlian multidisiplin – komputasi, keuangan, metoda numerik dan simulasi komputer; yang membantu pengambilan keputusan dalam investasi, hedging, maupun perdagangan. Mereka akan membantu menentukan risiko finansial dari instrument keuangan tertentu yang ‘’diciptakan’’. Yang menjadi masalah dalam praktik Wall Street adalah: keduanya makin ‘’kreatif’’ dan ‘’inovatif’’. Para rocket scientist punya cara untuk mentranform surat hutang BB dan unrated yang berisiko tinggi menjadi CDO dengan rating AAA atau Aaa yang berisiko rendah. Sementara para insinyur keuangan semakin kreatif dan inovatif dalam menciptakan produk kompleks, seperti Prime dan sub-prime Mortgage Loan (produk KPR), Asset Backed Securities/Mortgage Backed Securities (MBS) /Commercial MBS/Residential MBS (produk sekuritisasi yang dicatat diluar buku lembaga keuangan), Collateral Debt Obligation (hutang dengan agunan hutang juga), dan Credit Default Swaps (semacam asuransi terhadap kegagalan bayar kredit/hutang).

Pasar Over Optimistik Karena uang tak pernah tidur, maka investor pun memburu berbagai macam perangkat investasi yang memberikan tingkat pengembalian tinggi, sementara pada sisi lain mereka makin toleran terhadap risiko. ‘’Bank dan lembaga keuangan agresif memberi pinjaman dan sembarangan kepada individu yang tidak punya sejarah kredit, tidak punya dokumen, tidak punya pendapatan rutin. Mereka mengejar bonus penjualan setiap tahun,’’ kata Raden Pardede menjelaskan. Pada saat yang sama, para pelaku di Wall Street menciptakan produksi produk derivatif yang kompleks dengan sangat kreatif dengan bantuan “rocket scientist” dan “financial engineer” tadi. ‘’Mereka mendapat bayaran yang jauh lebih tinggi lho daripada insinyur benaran,’’ selorohnya.

Kronologi Krisis Krisis ini sudah terlihat tanda-tandanya sejak pertengahan 2007. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan bunga bank yang rendah, banyak pelaku ekonomi menjadi over optimistik. ’Ketika itu aktivitas saham menaik secara drastis,’’ kata Raden Pardede. Tapi optimisme tiba-tiba mengalami titik balik hingga akhirnya harga saham dan komoditas tiba-tiba menurun. Sinyal itu dimulai dari Wall Street, bersamaan dengan kolapsnya dua perusahaan hedge fund karena investasi subprime mortgage yang gagal. Sikap optimisme, yang dipicu oleh asumsi

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

15

L A P O R A N U TA M A

Isu Kunci: ICT sebagai Peluang Perubahan masyarakat industri ke masyarakat informasi ditandai dengan semakin meningkatnya peran informasi dalam kehidupan manusia. Menurut Dirut PT Telkom Tbk. Rinaldi Firmansyah, pergeseran ini makin membuat sektor ICT berperan strategis tidak saja berperan dalam percepatan pembangunan ekonomi tetapi juga peningkatan kualitas hidup masyarakat dan daya saing nasional.

P

ergeseran peran ICT bisa dilihat pada ilustrasi bagan I dan bagan II. Jika dilihat pada penentuan tingkat daya saing suatu bangsa (Global Competitiveness Index) dilakukan oleh World Economic Forum, ICT termasuk dalam sub-indeks teknologi dan menjadi bagian atau pilar tolok ukur indeks daya saing bangsa. Ada tiga sub-indeks daya saing bangsa, yaitu: (1) teknologi; (2) institusi publik; dan (3) ekonomi makro. Jika dilihat pada sub-indeks teknologi terdiri dari (a) inovasi; (b) transfer teknologi; dan (c) ICT.

• Pendukung kegiatan komersial dan perdagangan • Good Governance • Poverty Alleviation and Wealth Creation. Jika dilihat secara sekilas lingkungan industri telekomunikasi di Indonesia, maka dapat disimpulkan Indonesia merupakan salah satu pasar yang paling kompetitif di dunia. Ada tak kurang 11 operator yang melayani 227 juta penduduk, 56% di antaranya merupakan generasi muda yang dinamis. Kerasnya pasar telekomunikasi di Indonesia bisa dilihat dari persaingan ketat antar provider. Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai wilayah dengan tarif komunikasi termahal secara regional, kini dikenal sebagai pasar dengan tarif komunikasi termurah. Perubahan dari tariff termahal menjadi wilayah dengan tariff termurah ini hanya berlangsung dalam 24 bulan. Selain itu, perkembangan pasar ICT di Indonesia juga melahirkan sejumlah peluang dengan makin populernya pemanfaatan internet di masyarakat, baik untuk sekadar browsing melalui google, aktivitas chatting melalui frienster, mempublikasikan dan melihat video melalui Youtube, membuat blog, hingga melakukan aktivitas jejaring social melalui facebook. Di dalam negeri, pertumbuhan ICT ini juga mendorong berkembangnya industri content karya anak bangsa. Dengan semakin berkembangnya pasar ICT di dalam negeri, maka perlu dukungan untuk pengembangan ICT Nasional hingga 2010 dengan memperhatikan tiga hal: perluasan akses, pengembangan industri content, dan pengenalan entity/komunitas pengguna ICT di Indonesia (bagan III).

Menurut Rinaldi, ada beberapa area di mana ICT memiliki impak yang signifikan, di antaranya: • Pendidikan dan Pelatihan • Layanan dan Adminitrasi Sektor Publik • Aktivitas Produksi dan Operasi • Peningkatan Produktivitas untuk operasi industri agrikultur • Sektor swasta, terutama untuk sector layanan • Pembangunan pedesaan

Epilog: Tantangan dan Rekomendasi Kondisi saat ini: • Karena terbatasnya kapasitas, jangkauan dan kualitas infrastruktur ICT nasional sehingga kesenjangan digital belum dapat dikurangi. Tantangan ke depan: • Dapat menempatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai enabler pembangunan. • Menumbuhkan iklim usaha yang sehat dalam industri ICT baik dari sisi supply maupun demand. Rekomendasi: • Sinergi antara pemerintah dan penyelenggara, serta masyarakat pengguna sesuai dengan peran dan kapasitas masing-masing dalam menumbuhkan peran industri ICT dalam pembangunan nasional.

16

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

L A P O R A N U TA M A

‘‘Untungnya, ekspor kita tidak terlalu besar. Ini yang membuat kita mungkin lega. Di tempat lain sudah mulai rata dengan tanah, kita – minimal – masih bisa bernafas untuk berbuat lebih banyak.’’ Fauziah Swasono, ekonom alumni ITB yang juga dosen FEUI bahwa pasar akan berjalan dengan sempurna, bergerak ke arah sebaliknya. Krisis kepercayaan terjadi. Saham dan komoditas anjlok. ‘’Negara maju mengalami depresi ekonomi hebat, yang hanya bisa dibandingkan dengan peristiwa “great depression” tahun 1930. ‘’Karena mengalami tekanan yang luar biasa, mereka harus menarik modal-modal yang mereka tanam ke luar, terutama di negara-negara berkembang, termasuk di antaranya di Indonesia.’ Dari sinilah krisis lalu merembet ke negara lain, bahkan ke sektor lain. ’’Awalnya hanya sektor keuangan. Sekarang merambah ke sektor riil, yang menyebabkan deflasi yang membuat pertumbuhan ekonomi yang negatif selama dua kali berturut-turut.’’ Karena krisis ini, maka pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya bertumbuh 0.5% pada tahun 2009, jauh dibawah

perkiraan semula. ‘’Itu pun mungkin masih akan ada koreksi pertumbuhan tersebut.’’

lebih terawasi, kepastian hukum dan politik lebih baik, dan respon kebijakan yang lebih cepat dibanding tahun ketika krisis 19 97/98.

Kabar Baik: Pertumbuhan Masih Tinggi Salah satu efek skunder dari krisis adalah mengkerutnya pasar ekspor. Maklum, krisis itu bermula dari Amerika Serikat, yang merupakan negara pasar besar dunia. Untungnya, sebagaimana dilukiskan Fauziah Swasono, ekonom alumni ITB yang juga dosen FEUI, kontribusi ekspor bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak besar. ‘’Sumbangan terbesar pertumbuhan ekonomi Asia, termasuk Indonesia, masih sangat besar disumbang dari konsumsi swasta dan investasi. Ekspor tidak terlalu besar. Ini yang membuat kita mungkin lega. Di tempat lain sudah mulai rata dengan tanah, kita – minimal – masih bisa bernafas untuk berbuat lebih banyak,’’ kata Fauziah, dalam roundtable IA-ITB di Jakarta, Februari lalu. Malahan, menurut Pardede, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 4% akan menjadi pertumbuhan tertinggi ketiga di dunia setelah Cina dan India. ‘’Petumbuhan kita jauh melampaui petumbuhan negara negara di ASEAN lainnya.’’ Selain masalah ekspor yang relatif kecil, Indonesia juga diuntungkan oleh pasar domestik yang besar. ‘’Tentu saja adalah menjadi PR bersama bagaimana kita harus bisa bersaing di tanah sendiri.’’ Hal-hal lain yang juga membantu adalah: tingkat ketergantungan yang relatif kecil terhadap sumber pembiayaan global (dibanding negara negara tetangga), lembaga keuangan sudah

Kabar Baik, tapi Juga Kabar Buruk Sekalipun begitu, bukan berarti kabar baik tidak memiliki potensi kabar buruk. Marilah kita melihat detail ekonomi kita, yang sebagian masih merupakan efek lanjutan dari krisis jilid pertama. Ambillah sektor industri, yang memberikan kontribusi hampir 27% PDB kita. . ‘’Pertumbuhannya cenderung menurun dari 2005,’’ komentar Amir Sambodo, Ketua Bidang Bisnis dan Techoprenuer IA ITB. Pada 2005, pertumbuhannya mencapai 4,6 %. Pada kuartal kedua tahun 2008, pertumbuhannya hanya 4,1%. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika sektor ini tidak tumbuh di atas 7%. ‘’Pertumbuhan yang rendah di sektor industri akan sangat berpengaruh pada rendahnya penyerapan tenaga kerja dan rendahnya produktivitas nasional.’’ Industri menengah kecil, yang selama ini digadang-gadang pemerintah sebagai sektor yang memiliki kelembaman tinggi dalam menyiasati krisis, tidak mengalami pertumbuhan baik karena kurangnya dukungan dana dan pembinaan. Pada krisis jilid pertama, industri menengah kecil dan UKM, memang bisa bertahan karena pasar global tumbuh dengan baik. Tapi krisis jilid dua ini berbeda karena justru mengakibatkan mengkerutnya pasar global. Akibatnya, sektor industri pun makin kelimpungan. ’’Pertumbuhan industri sangat rendah, bahkan ada gejala deindustrialisasi’’.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

17

L A P O R A N U TA M A Fauziah Swasono sepakat dengan sinyalemen itu. “Saya berkesempatan mengunjungi Cikarang dan Cimahi dalam waktu satu tahun lalu,’’ ceritanya. ‘’Saya menyaksikan puluhan perusahaan tutup di satu kabupaten, seperti yang terjadi misalnya di Cimahi. Ini berarti gelombang PHK seperti tak terelakkan.’’ Selain masalah penutupan usaha dan pengangguran, masih ada sejumlah risiko yang harus diantisipasi ke depan. ‘’Pengusaha masih akan sulit mendapatkan kredit karena ketidak pastian dan saling tidak percaya. Apalagi

trilyun untuk belanja negara.

Strategi Untuk Mengeliat dari Krisis? Nah, jika dalam jangka pendek kebijakan stimulus fiskal tampaknya sudah disepakati semua pihak (bahkan sudah diimplementasi pemerintah saat ini), yang tampaknya akan menjadi wacana bagi para pengambil kebijakan adalah bagaimana strategi pembangunan di masa mendatang. Soal inilah yang menjadi wacana menarik, baik secara internal di kalangan alumni ITB maupun ekonom/ahli secara luas, politisi

Rizal Ramli juga mengusung tema perubahan kebijakan ekonomi secara mendasar. Pertanyaannya adalah: perubahan seperti apa? Tanpa mengabaikan sejumlah keunggulan komparatif tradisional seperti sumber daya alam, tenaga kerja dan pasar, serta mengalirnya sumber daya modal; memang diperlukan kebijakan untuk memperkuat ekonomi mikro yang membuat ekonomi tumbuh dan berkembang lebih efisien serta lebih memiliki nilai tambah. Umar Juoro merupakan salah satu

‘’Stabilitas ekonomi yang baik saat ini masih belum didukung oleh daya saing mikro ... (Padahal) daya saing di tingkat mikro berupa kecanggihan strategi perusahaanlah yang bisa mensinergikan faktor input seperti sumber daya alam, SDM dan teknologi; persaingan, i ndustri pendukung, dan pasar yang kompetitf.‘‘ Umar Juoro, ekonom alumni ITB dari sejarah masa lampau pemulihan bisa saja lama,’’ kata Raden Pardede. Dalam jangka pendek, pemerintah memang telah mengeluarkan kebijakan stimulus fiskal senilai Rp 73,3 trilyun, dengan rincian Rp 56,3 trilyun berupa stimulus perpajakan (penurunan tariff PPh, Ppn dan bea masuk) serta Rp. 17

dan masyarakat pada umumnya. Di tengah aroma kampanye yang pekat saat pemilu misalnya, beberapa partai politik mengusung tema perubahan kebijakan dari ekonomi pasar bebas kepada ekonomi yang lebih berpihak kepada masyarakat. Alumni ITB yang mencalonkan diri jadi capres seperti

Porter’s Diamond Model FIRM STRATEGY, STRUCTURE AND RIVALRY

CHANCE

DEMAND CONDITIONS

FACT TOR TOR FACTOR CONDITIONS

RELATED ATED AND A SUPPORTING INDUSTRIES

18

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

GO G OVE VER R GOVERNMENT

pembicara yang memberikan perhatian pada masalah ini. ‘’Stabilitas ekonomi yang baik saat ini masih belum didukung oleh daya saing mikro,’’ komentarnya. Umar, yang lulusan FT ini, melihat pengambil kebijakan masih memandang soal hukum dan infrastruktur sebagai permasalahan utama. ‘’Kedua hal itu memang penting,’’ akunya. Namun, katanya meneruskan, daya saing di tingkat mikro berupa kecanggihan strategi perusahaanlah yang bisa mensinergikan faktor input seperti sumber daya alam, SDM dan teknologi; persaingan, industri pendukung, dan pasar yang kompetitif (khusus untuk teknologi, lihat box halaman 8: Meningkatkan Peran Teknologi dalam Pembangunan)

Membangun Faktor Keunggulan Baru Dengan mendasarkan diri pada model yang dikembangkan Micheal E. Porter yang dikenal sebagai Porter’s Diamond, Umar Juoro menekankan perlunya bangsa Indonesia mengembangkan faktor keunggulan baru. Melalui bukunya The Competitive Advantage of Nations, Porter merupakan ahli yang pertama mengembangkan faktor keunggulan bangsa, di luar faktor

L A P O R A N U TA M A keunggulan konvensional seperti tanah, lokasi yang strategis, sumber daya alam, tenaga kerja yang besar, dan jumlah penduduk. Bukunya, yang lahir setelah melalui riset yang intensif di 10 negara dengan pertumbuhan perdagangan terbesar, merupakan buku pertama yang menyebutkan tingkat produktivitas yang disebabkan oleh persaingan sehat perusahaan sebagai faktor keunggulan suatu negara. Dengan menggunakan diagram berbentuk intan, Porter mengembangkan kerangka kerja yang menggambarkan bagaimana keunggulan tersebut terbangun (lihat Bagan Porter’s Diamond Model). Berbeda dengan kebijakan konvensional yang selama ini dipahami, Porter juga menyatakan bahwa faktor-faktor kunci produktivitas yang menjadi input dasar (tenaga kerja terlatih, modal dan infrastruktur) itu harus ‘’diciptakan’’ dan bukan ‘’diwariskan’’. Porter bahkan menyebut faktor tenaga kerja murah dan melimpahnya raw material bukan sebagai faktor kunci (non-key factor). Faktor ini gampang diduplikasi dan tidak berkesinambungan. Karena itu sebagai input dasarnya, Porter menyodorkan input yang terspesialisasi yang lebih bernilai, dan pada saat yang sama, tidak gampang diduplikasi. Umar Juoro memilih model ini untuk mengembangkan Lingkungan Bisnis Ekonomi Mikronya (lihat bagan). Empat sudut diamond yang menjadi faktor tersebut adalah Input (efisiensi, kualitas dan spesialisasi input), Strategi dan Persaingan (Investasi Perusahaan, strategi, dan intensitas persaingan), Permintaan (Permintaan dan tekanan pembeli untuk memperbaiki produk dan jasa), dan Industri Pendukung (Ketersediaan dan kualitas pemasok lokal-industri terkait, kluster). Keempatnya saling terkait satu sama lain.

Membangun Klaster Ekonomi Hal penting yang juga disinggung Umar Juoro adalah mengembangkan kluster ekonomi, suatu istilah juga diperkenalkan Porter. Klaster adalah kelompok perusahaan yang secara geografis berdekatan terkait dengan kelembagaan tertentu, dalam suatu bidang tertentu yang terkait satu dengan yang lain karena kesamaan dan saling melengkapi. ‘’Kluster itu realitas, fenomena yang tidak direncanakan. Klaster berkembang

dengan proses evolusinya sendiri yang dapat saja dipengaruhi oleh tindakan pemerintah maupun swasta, tetapi sangat sulit untuk membentuknya.’’ Sekalipun untuk mewujudkan bukan hal mudah, pengenalan adanya kluster ekonomi itu penting. Selain untuk mengoptimalkan potensi lokal, pemahaman akan kluster ekonomi juga berfungsi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, minstimulasi inovasi, dan meningkatkan komersialisasi. Ada beberapa model kluster ekonomi sering disebut. Di Amerika ada Silicon Valley (IT/Computer) dan Hollywood (industri film dan kreatif); di India ada Bengalore (software outsoures) dan Bollywood (industri film); di Prancis ada Paris (mode); di Belanda ada Rotterdam (industri logistik). Kalau di Indonesia mungkin ada Bali (pariwisata), Gorontalo yang berhasil dikembangkan sabuk jagung Indonesia oleh Gubernur Gorontalo yang juga alumni ITB Fadel Muhammad, dan mungkin perlu dikembangkan lagi kluster-kluster ekonomi lain secara lebih luas.

Peran Pemerintah Pertanyaannya, bagaimana peran pemerintah? Apakah tumbuhnya Lingkungan Ekonomi Mikro yang baik ini diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar? Atau harus lewat kebijakan melalui mekanisme politik? Ada sejumlah pilihan dan model. ‘’Pada beberapa negara seperti Taiwan

dan India perkembangan industri high tech ditentukan oleh mekanisme pasar, bahkan mengikuti persaingan global,’’ kata Umar Juoro memberikan contoh. Hal yang sama juga terjadi pada sejumlah sektor industri di Amerika dan sejumlah negara Barat. (‘’Kecuali industri pertahanan. Di AS, juga dikebanyakan negara, ditentukan oleh keputusan politik.’’) Sebaliknya di kebanyakan negara berkembang, peran pemerintah dominan membentuk lingkungan ekonomi mikro ini. Contoh yang baik dan berhasil barangkali adalah Cina. Lalu bagaimana sebaiknya strategi yang dipilih Indonesia? Di mata Umar, sinergi antara keputusan politik dan mekanisme pasar sebagai hal yang lebih realities. Indonesia bisa mengambil contoh Jepang dan Korea. ‘’Pengalaman kedua negara menunjukkan berhasilnya sinergi yang optimal antara putusan politik dan mekanisme pasar dalam pengembangan teknologi dan industri,’’ katanya. Raden Pardede juga menambahkan pentingnya memperkuat arsitektur keuangan yang menjamin pembiayaan jangka panjang, dengan mengembangkan lembaga keuangan yang lebih spesifik. Misalnya, ada bank pembangunan, bank infrastruktur, bank pertanian, venture capital untuk produk teknologi, dan bank pedesaan sebagai pemberdayaan dan peluasan fungsi yang sudah dijalankan oleh BRI saat ini..

Lingkungan Bisnis Ekonomi Mikro (Diadopsi dari Porter’s Diamond)

INPUT Efisiensi, kualitas, dan spesialisasi input: Sumber daya manusia Modal Infrastruktur fisik Infrastruktur administratif Infrastruktur informasi Infrastruktur iptek Sumber daya alam

STRATEGI & PERSAINGAN: Investasi Perusahaan, strategi, dan intensitas persaingan PERMINTAAN Permintaan domestik dan tekanan pembeli utk memperbaiki ut p ro produk dan jasa

INDUSTRI PENDUKUNG, ENDUK EN DUKU U Ketersediaan dan kualitas pemasok lokal dan industri berkaitan, kluster

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

19

L A P O R A N U TA M A

KRISIS SEBAGAI TITIK UNTUK MEMULAI PERUBAHAN Tetap Optimis dan bersikap rasional. Itulah ajakan Ketua Umum IA-ITB Hatta Rajasa dalam kesempatan Acara Ikatan Alumni – Institut Teknologi Bandung, 7 Maret lalu. Berikut presentasi/makalah yang disampaikan oleh Ketua Umum IA-ITB Hatta Rajasa: Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke! Ir. Soekarno – Presiden RI Pertama, Alumni ITB

M

embangun bangsa adalah sebuah kerja besar yang menuntut kerja keras dan komitmen kuat dari seluruh warga bangsa. Setelah lebih dari 63 tahun Indonesia, capaian pembangunan yang berhasil dilakukan telah menempatkan Indonesia menjadi bangsa yang jauh lebih maju dan lebih kokoh dibandingkan dengan kondisi di awal kemerdekaan Jika kita lihat dalam sejarah, sejatinya semenjak diproklamirkannya negara ini, maka bingkai kehidupan berpolitik yang kita sepakati bersama adalah kehidupan demokrasi. Bagi bangsa Indonesia, demokrasi adalah roh roh kehidupan berpolitik, terutama dalam penyelenggaran kehidupan

20

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia, demokrasi juga menjadi syarat dan sarana untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat sebagai bentuk dan cara hidup bernegara dan bermasyarakat. Oleh karena itu, dalam menilai tingkat kemajuan kehidupan berpolitik ditanah air, maka hal itu sama artinya dengan mengukur kualitas kemajuan pembangunan demokrasi.

Pembangunan Demokrasi Indonesia Dilihat ke belakang, pembangunan demokrasi di Indonesia dimulai dari 1 November 1945, ketika keluar Maklumat X (Maklumat Moh. Hatta) yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan Partai Politik. Setelah diteruskan dengan penyelenggaraan Pemilu 1955, sebagai pemilu dengan sistem multi partai dan paling demokratis dalam sejarah bangsa Indonesia. Setelah itu, periode dua ditandai dengan kecenderungan Pseudo demokratis, yaitu demokrasi yang dikontrol ketat oleh pemerintah pada masa

Orde Baru. Setelah reformasi, demokrasi di Indonesia kembali menemukan tempatnya dengan digelarnya Pemilu 2004. Dalam pemilu ini, untuk pertama kalinya pemilihan presiden dan pilkada dipilih secara langsung. Pertama kali dalam sejarah demokrasi nasional, every vote counts. Pembangunan demokrasi di Indonesia makin berkembang maju sejalan dengan penghapusan diskriminasi ras dan etnis, seiring dengan lahirnya UU 40/2008 tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis. Pada saat ini, lahir UU 10/2008 yang mendewasakan partai politik. UU ini menegaskan fungsi Parpol sebagai sarana pembelajaran politik bagi masyarakat. Keberhasilan pembangunan di bidang demokrasi dan penyelenggaran pemerintahan yang demokratis telah menempatkan Indonesia sebagai tiga negara demokrasi terbesar di dunia bersama-sama Amerika Serikat dan India. Ini dibuktikan Indeks Demokrasi (democracy index) yang cukup baik (no empat, setelah Swedia, AS dan India). Indonesia bahkan lebih demokratis dibandingkan beberapa negara ASEAN. [Ref.: The Economist Unit’s Intellegence of Democracy, Data January 2007]

Membangun Daya Saing Bangsa Selain berhasil melaksanakan pembangunan di bidang demokrasi, kita juga terus

L A P O R A N U TA M A

‘‘Tapi kita harus tetap optimis dan bersikap rasional dalam menyikapi krisis dan tantangan pembangunan. Pegang teguh prinsip: crisis, if handled correctly, can be the starting point of change and reform.’’ M. Hatta Rajasa, Ketua Umum PP IA-ITB

berupaya membangun daya saing bangsa, yang antara lain ditandai dengan keberhasilan menyelenggarakan pembangunan yang berprestasi internasional, antara lain: • Keberhasilan mengatasi krisis kenaikan harga pangan. Pada KTT Pangan di Roma, 8 Juni 2008, FAO Memuji Indonesia sebagai negara yang tidak saja berhasil meningkatkan produktivitas pangan tetapi juga mengendalikan harga. FAO rekomendasikan strategi Indonesia sebagai role-model bagi bangsa bangsa lain. • Keterlibatan nyata mengatasi dampak lingkungan. Pada Pertemuan G-8 Plus D-8, Indonesia dipuji sebagai negara dengan peran yang sangat aktif dalam mengatasi dampak pemanasan global melalui prakarsa Conference on Parties (COP) ke-13 di Bali dan disepakatinya Bali RoadMap. • Keberhasilan dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Kita berhasil menurunkan kemiskinan dari 17,7% (2006) menjadi 15,4% (2008) dan pengangguran, dari 10,5% (2006) menjadi 8,5% (2008). World Bank menilai penurunan angka kemiskinan adalah terendah dalam 10 tahun terakhir. Capaian-Bangsa Indonesia itu tentu memberikan kontribusi pada pembangunan peradaban global. Penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia dipastikan ikut memberikan kontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Ada juga sejumlah bukti lain yang menunjukkan daya saing bangsa yang meningkat, di antaranya: • Penilaian OECD. Negara maju yang tergabung dalam OECD bulan Juli 2008, telah menempatkan Indonesia kedalam kelompok Enhanced Engagement Countries, yaitu negara yang harus ditingkatkan keterlibatannya dengan negara maju. • Global Competitiveness Index menyatakan bahwa ranking Indonesia terus membaik dari peringkat ke-69 (2004) ke ranking 55 (2008). • Penilaian PriceWaterHouse Coopers: Indonesia menjadi The Emerging Seven (E-7)

atau 7 negara maju di dunia ditahun 2030. • Dokumen “Global Trend 2025: A Transformed World”, lansiran Pemerintah AS (2008) secara eksplisit menyebutkan bahwa Indonesia bersama dengan Iran dan Turki akan menjadi pilar kekuatan ekonomi dunia setelah India, Cina, Brasil dan Russia. • Keberhasilan dalam menurunkan tingkat kemiskinan; kita berhasil menurunkan kemiskinan dari 17,7% (2006) menjadi 15,4% (2008) dan pengangguran, dari 10,5% (2006) menjadi 8,5% (2008). World Bank menilai penurunan angka kemiskinan adalah terendah dalam 10 tahun terakhir. Capaian-Bangsa Indonesia itu tentu memberikan kontribusi pada pembangunan peradaban global. Penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia dipastikan ikut memberikan kontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium

Penataan Birokrasi Kita juga melakukan penataan di bidang birokrasi dan pemerintahan yang makin bersih dan makin akuntabel. Penataan ini ditujukan perbaikan tiga Indeks Korupsi, yaitu Indeks Pengendalian Korupsi (Control Corruption Index, CCI), Indeks Potensi Korupsi (International Country Risk Guide, ICRG), dan Indeks Persepsi Korupsi, Corruption Perception Index (CPI). Patut dikemukakan bahwa ketiganya saat ini terus membaik. • Indeks Pengendalian Korupsi (CCI) terus menunjukkan perbaikan, yaitu dari– 1,01 pada tahun 2000 menjadi -0,77 pada tahun 2006 untuk skala antara -2,50 – 2,50. • Untuk indeks Potensi Korupsi (ICRG), nilai potensi korupsi Indonesia pada tahun 2006 berada pada skala 2,33, membaik dibandingkan posisi tahun 2000 yaitu 1,92 pada skala 0 – 6, dengan skala 6 adalah nilai untuk potensi korupsi paling kecil. • Untuk indeks Persepsi Korupsi (CPI), nilai persepsi korupsi Indonesia terus membaik, dengan memperoleh nilai 2,30 pada tahun 2007, dibandingkan dengan nilai 1,70 di tahun 2000 , untuk skala 1 – 10, den-

gan nilai 10 untuk potensi korupsi paling kecil (Ref : Buku UNDP Report on Corruption for 2008, UNDP 2008 )

Meningkatkan Kemandirian Bangsa Kita bertekad untuk terus meningkatkan kemandirian bangsa. Ini antara lain dibuktikan oleh bangsa Indonesia yang berhasil berhasil melunasi seluruh hutang IMF, senilai US$ 7,8 milyar, Oktober 2006. Pada tahun yang sama, kita pun keluar dari CGI. Untuk menciptakan kemandirian dan daya saing yang berkelanjutan (sustainable competitiveness), pemerintah bersama DPR telah membuat terobosan besar yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN 2009, atau senilai Rp 207,4 Trilyun. Sebagai bangsa, kita terus terlibat aktif dalam memberikan kontribusi pada pembangunan peradaban global. Patut diingat, Indonesia adalah negara dengan perpaduan tiga budaya besar dunia yaitu: Barat, Timur (Hindu dan Budha) dan Islam. Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk memainkan peran dalam percaturan budaya dan peradaban.

Epilog Dalam kesempatan ini saya mengajak kepada segenap alumni ITB untuk terus terlibat aktif dan berpartisipasi aktif dengan mengedepankan kreatifitas dan inovasi untuk MEMELIHARA DAN MENINGKATKAN momentum Pembangunan. Saat ini memang tengah terjadi krisis global yang pengaruhnya kita rasakan di Indonesia. Tapi kita harus tetap optimis dan bersikap rasional dalam menyikapi krisis dan tantangan pembangunan. Pegang teguh prinsip: crisis, if handled correctly, can be the starting point of change and reform. Tetap bina dan perkokoh kerjasama lintas alumni untuk meraih peluang sebaik-baiknya: strengthen relationships and seize opportunities.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

21

L A P O R A N U TA M A

TINDAK PIDANA KORUPSI

ANTARA NIAT DAN KESEMPATAN Tak diragukan lagi, pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan hal yang penting untuk memperkuat sub-indeks daya saing bangsa, khususnya di sisi kelembagaan. Berikut penyampaian makalah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar.

S

ecara sederhana dapat dikatakan bahwa korupsi terjadi sebagai pertemuan antara niat dan kesempatan. Niat terkait dengan perilaku dan perilaku tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai. Sementara kesempatan untuk melakukan korupsi banyak dibuka oleh kelemahan sistem. Berdasarkan pengertian itulah maka Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK) didefinisikan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas TPK melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan-penyidikan-penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat. Ketika upaya pemberantasan korupsi dilakukan, banyak tudingan oleh sebagian kalangan seolah-olah pemberantasan korupsi telah menghambat roda ekonomi. Seolah-olah melambatnya perputaran roda ekonomi sektor riil dialamatkan pada upaya pemberantasan korupsi, terutama yang dilakukan oleh KPK. Timbul pertanyaan: apakah benar dana APBN/D tertahan karena orang takut bermasalah dengan KPK, atau apakah ada yang diuntungkan dari kelambatan ini? Kalau APBN/D dijalankan dengan transparansi, partisipasi dan akuntabilitas, tidak ada alasan untuk timbulnya rasa ‘ketakutan’ itu.

22

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang relatif rendah selalu menarik investasi lebih banyak dari pada negara-negara yang dianggap lebih rentan terhadap korupsi ...

Memang, di masa lalu ada pandangan di sebagian para ahli yang berpendapat bahwa korupsi berdampak positif bagi pembangunan karena terjadi terjadi pengumpulan rente ekonomi sebagai modal pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tapi apa fakta yang terbukti sekarang? Negara-negara korup harus membayar hutang yang lebih besar. Negara-negara yang tingkat korupsinya tinggi harus membayar harga infrastruktur yang lebih tinggi . Tingkat korupsi yang tinggi ternyata menyebabkan ketimpangan pendapatan dan kemiskinan, menurunkan investasi

dan karenanya menurunkan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang relatif rendah selalu menarik investasi lebih banyak dari pada negara-negara yang dianggap lebih rentan terhadap kegiatan korupsi. Persepsi korupsi ternyata memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap arus investasi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ben Olken/Abhijit Banerjee (Harvard Univ, MIT, & J- Poverty Action Lab) mengenai ongkos sosial yang dibayar karena maraknya praktek korupsi menyimpulkan fakta menarik. Pertama, pada praktik suap, besaran uang suap yang berpindah hanya merupakan ’money transfered’ dan ’bukan social cost’ itu sendiri. Uang suap itu tetap dapat beredar dan memutar roda ekonomi. Kedua, ini yang perlu diperhatikan, tindakan koruptif itulah yang membawa akibat sosial sekalipun tanpa adanya uang suap/gratifikasi. Ongkos sosial yang harus dibayar di antaranya adalah: kegagalan fungsi aturan, terjadinya mis-alokasi (anggaran), rendahnya kualitas barang dan jasa yang dihasilkan karena praktek korupsi, kelambatan mobilisasi sumber daya, dan lain sebagainya; yang pada akhirnya akan menghambat pencapaian cita-cita bangsa.

L A P O R A N U TA M A

ROUNDTABLE DISCUSSION MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA

Guna membuat draft rancangan tentang Visi Pembangunan Indonesia 2020, PP IA-ITB menggelar roundtable yang berlangsung pada 4 Desember dan 19 Februari di Jakarta.

K

amis, 19 Pebruari 2009, 18 orang terlibat diskusi serius di salah satu ruangan hotel bintang lima di pusat kota Jakarta. Meski ruangan cukup dingin, namun para peserta diskusi tetap semangat melontarkan gagasan. Acara yang difasilitasi oleh PP Ikatan Alumni (IA) ITB itu menghadirkan sejumlah citivitas akademika ITB seperti guru besar, dosen, KM ITB dan alumni ITB. Diskusi yang berlangsung selama tiga jam itu bertemakan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia. Acara berformat roundtable itu merupakan kelanjutan dari diskusi sebelumnya yang difasilitasi oleh PP IA ITB guna menyambut Dies Natalis ITB ke 50. Diskusi pertama berlangsung pada tanggal 4 Desember 2008 di Jakarta. Kemudian disusul dengan acara seminar pada 18 Desember 2008 bertempat di Graha Telkom, Jakarta. Amir Sambodo, Ketua Bidang Bisnis

dan Techoprenuer IA ITB saat ditemui disela-sela roundtable mengatakan, diskusi tersebut bertujuan untuk menyempurnakan draft tentang visi pembangunan Indonesia 2020. Rencananya konsep itu akan disampaikan dalam acara Dies Natalis ITB pada tanggal 7 Maret 2009. “Bentuk sumbangsih IA ITB terhadap bangsa,” ujar Amir. Dipilihnya tema diskusi roundtable II seperti tertulis dalam TOR, karena menurut World Economic Forum (WEF) tingkat daya saing Indonesia pada tahun 2008 berada di peringkat ke 55. Posisi itu menurun satu tingkat jika dibandingkan tahun 2007 yang menduduki peringkat ke-54 dari 132 negara yang disurvei. World Economic Forum mengelompokkan tingkat daya saing suatu negara dalam tiga kategori yaitu innovation driven, efficiency driven dan key driven. Indonesia ditempatkan pada “kasta” terendah yaitu key driven dimana masih dalam taraf awal tingkat keunggulan kompetitif. Strata ini didukung

oleh faktor-faktor dasar seperti institusi, infrastruktur, stabilitas makro ekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar yang masih rendah. Untuk dapat memperbaiki peringkat kompetitif di dunia, Indonesia harus memperbaiki daya saingnya terutama di sektor infrastruktur, kesiapan teknologi (technology readiness), kecanggihan bisnis (business sophistication) dan kapasitas inovasi (innovation capacity). Amir menambahkan, peningkatan daya saing bangsa merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dari visi pembangunan Indonesia 2020 yang berbasis pada budaya kreatif, sains dan teknologi. “IA ITB dan civitas akademika ITB harus terlibat aktif didalamnya.” Selain meningkatkan daya saing bangsa, visi Indonesia 2020 memiliki tiga tujuan lain yaitu pemerataan hasil pembangunan, pengembangan potensi lokal dan penguatan budaya kreatif, sains dan teknologi. April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

23

L A P O R A N U TA M A

ROUNTABLE II: Suasana roundtable kedua yang berlangsung pada 19 Februari 2009 Pemerataan hasil pembangunan dengan memprioritaskan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Nasional (SPM) meliputi tiga sub sektor yaitu percepatan pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan melalui peningkatan kapasitas lokal, SPM yang mendukung modal dasar penguatan kompetensi bangsa dan memprioritaskan pembangunan nasional (fokus) dan keunggulan lokal (locus). Sedangkan pengembangan potensi lokal dan regional harus berlandaskan pembangunan yang berkelanjutan. Beragamnya potensi lokal yang tersebar di seluruh Nusantara mesti dikelola dengan optimal. Untuk itu dibutuhkan pemetaan yang dapat mengidentifikasi kelebihan suatu daerah dengan daerah lainnya. Sementara budaya kreatif, sains dan teknologi harus ditunjang dengan riset. Untuk itu Amir berharap agar riset-riset yang diproduksi oleh ITB dapat disesuaikan dengan kondisi pasar. Dengan begitu, sumbangsih ITB dapat lebih nyata dalam mendorong kemajuan bangsa. “Manfaatkan semua sarana untuk mempromosikan hasil 24

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

... riset tidaklah harus melakukan invention yang baru. Tetapi dapat juga memanfaatkan sesuatu yang telah ada di pasar.

riset,” ucap Amir yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Tuban Petrochemical Industries ini. Bagi Amir, riset tidaklah harus melakukan invention yang baru. Tetapi dapat juga memanfaatkan sesuatu yang telah ada di pasar. ‘Harus cermat melihat peluang di pasar,” ucapnya. Melalui hasil riset yang bermutu maka industri akan tertarik untuk bermitra dengan kampus. Sejauh ini, ITB telah memiliki inkuba-

tor bisnis sedangkan IA mempunyai modal ventura dan technoprenuer forum yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi hasil riset ITB. Sementara itu, Fauziah, ekonom IA ITB, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan visi Indonesia 2020 diperlukan sebagai acuan dalam proses pembangunan. “Agar lebih sistematis dan jelas standar pengukurannya,” ucapnya. Untuk itu, pelaksanaannya perlu dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan. Tahap pertama yang mesti dilakukan adalah pemetaan daerah. Hal itu bertujuan untuk mengetahui keunggulan daerah yang tentunya berbeda dengan yang daerah lainnya. “Bisa ditempuh dalam 1-2 tahun mendatang,” ucapnya. Dengan begitu, pengembangan sains dan teknologi dapat disesuaikan dengan potensi lokal setempat. “Akan menghasilkan nilai ekonomis bagi bangsa,” ucapnya. Fauziah menambahkan, pasca pemetaan maka dibutuhkan penggalangan dana untuk riset dan development. Untuk itu peran serta pemerintah dan swasta sangat dibutuhkan.

L A P O R A N U TA M A

KONSEP PEMBANGUNAN INDONESIA 2020 VISI : Indonesia Sejahtera melalui pembangunan yang merata sebagai hasil dari peningkatan produktivitas berbasis budaya kreatif, sains, dan teknologi dengan memanfaatkan potensi lokal. TUJUAN: A. Meningkatkan daya saing bangsa melalui pendidikan dan dukungan pemerintah B. Pemerataan pembangunan dengan prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Nasional C. Mengembangkan potensi lokal dan regional dengan konsep pembangunan nasional yang berkelanjutan D. Penguatan budaya kreatif, sains, dan teknologi untuk mendukung kemandirian bangsa. STRATEGI A. Meningkatkan daya saing bangsa melalui pendidikan dan dukungan pemerintah:

C. Pemerataan pembangunan dengan prioritas pemenuhan standar pelayanan minimum nasional: a. Percepatan pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan melalui peningkatan kapasitas lokal. Pemetaan potensi dan kebutuhan daerah tertinggal/perbatasan Belanja daerah diarahkan untuk prioritas pembangunan

2009

2020

• Definisi daerah tertinggal masih • Pendefisinian dan pemetaan tidak tegas kebutuhan dan potensi daerah tertinggal • Fokus terhadap daerah terting- • Fokus pada pengembangan gal masih pada masalahnya, potensi untuk menyelesaikan perbukan potensinya masalahannya • Pembangunan DT/P tidak • Perencanaan dan pelaksanaan signifikan dan terencana dengan pembangunan DT/P secara terukur baik sehingga tidak banyak dan berbasis potensi lokal. perbaikan yang berarti

a. Pendidikan berbasis kebutuhan jangka menengah dan panjang

2009

2020

• Supply dan kebutuhan tidak sesuai

• Ketidaksesuaian yang minimum antara supply dan demand tenaga kerja. • Pilihan jenis dan jenjang pendidikan yang disesuaikan dengan target pembangunan daya saing bangsa. • Arahan kompetensi peserta didik untuk menguasai pemanfaatan potensi lokal

• Arah pendidikan sebagai pembentuk dasar kompetensi bangsa tidak jelas • Potensi lokal belum diberdayakan

b. Pemetaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan budaya kreatif, sains dan teknologi bangsa: Dilakukan dengan menguatkan dengan pemahaman ilmu dasar sejak pendidikan dasar dan membuat kurikulum nasional yang harmoni dengan arah pembangunan sains dan teknologi Indonesia.

b. SPM mendukung modal dasar penguatan kompetensi bangsa: SPM yang memenuhi kebutuhan dasar dan realistis. Dan Pemenuhan SPM pada tiga sektor pokok: pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar.

2009

2020

• Belum ada SPM yang realistis

• SPM yang realistis dan sesuai

• Semua K/L membuat SPM tanpa melihat kemampuan untuk mencapainya • Kemampuan daerah mencapai SPM sangat variatif

dengan kemampuan nasional • SPM berfokus pada sektor yang merupakan modal dasar kompetensi: pendidikan, kesehatan, infrastruktur. • Kemampuan daerah untuk mencapai SPM dasar cukup merata

2009

2020

c. Prioritas pembangunan nasional (fokus) dan keunggulan lokal (lokus). Penetapan prioritas pembangunan nasional jangka menengah dan panjang yang konsisten Sinergi prioritas nasional dengan keunikan dan keberagaman lokal

• Ristek terpisah dari Pendidikan

• Pengembangan Sains dan

2009

2020

• Prioritas pembangunan nasional jangka panjang dan menengah belum diterjemahkan ke dalam prioritas pembangunan tahunan • Waktu perencanaan yang sangat singkat menyebabkan evaluasi tidak efektif • Kurang harmonisasi dan sinergi antara prioritas nasional dan prioritas daerah

• Konsistensi prioritas pembangu-

Teknologi menjadi bagian terintegrasi dengan Pendidikan • Kurikulum IPA dikdasmen berori- • Kurikulum IPA yang menarik dan entasi teori dan hapalan berfokus pada pemahaman • Kurang kerjasama antara PT • Kerjasama yang erat antara PT dengan lembaga riset nasional dan lembaga riset nasional. (LIPI, BPPT, Batan, dsb)

B. Regulasi yang meningkatkan iklim investasi yang kondusif. Dilakukan dengan mengubah paradigma ‘kedaerahan’ menjadi ‘keekonomian’ dan memerangi ekonomi biaya tinggi

nan jangka panjang, menengah, dan pendek. • Menerapkan Multi-Terms Expenditure Framework (MTEF) • Harmonisasi prioritas nasional dan potensi daerah yang beragam

efektif, dan tidak membebani iklim usaha • Kejelasan kewenangan pusat dan daerah dalam perizinan

D. Mengembangkan potensi lokal dan regional dengan konsep pembangunan berkelanjutan melalui: Pembangunan berbasis potensi lokal, Kerja sama antardaerah yang saling menguntungkan, dan Konsep pembangunan yang berkelanjutan secara nasional. E. Penguatan budaya kreatif, sains, dan teknologi untuk mendukung kemandirian bangsa

• Daerah memiliki kemampuan kompetitif untuk menciptakan iklim usaha yang sehat

kreatif, sains, dan teknologi, technology park.

2009

2020

• Masih banyak regulasi yang bersifat red-tape dan menimbulkan HCE • Masih ada bagian dalam perizinan usaha yang kewenangan antara pusat dan daerah belum jelas • Masih banyak daerah yang kapasitasnya kurang untuk mendorong iklim investasi

• Regulasi menjadi sederhana,

• Mengembangkan teknologi hijau (green technology ) sesuai dengan prioritas pembangunan berkelanjutan • Kerja sama pemerintah nasional dan daerah dengan universitas. • Pengembangan universitas unggulan melalui pengembangan riset

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

25

L A P O R A N U TA M A

12 Pilar Daya Saing versi World Economic Forum

DARI INSTITUSI HINGGA INOVASI Negara itu boleh terhempas ke dalam krisis keuangan yang parah. Tapi Amerika Serikat, negara yang menjadi biang keladi krisis global saat ini, tetapi menduduki ranking 1 dunia untuk indeks daya saing bangsa. Ada beberapa satu alasan penting mengapa Amerika tetap menduduki posisi teratas dalam laporan yang dikeluarkan WEF tersebut. Pasar finansial hanyalah satu dari sekian puluhan komponen yang dipilah ke dalam 12 pilar utama. Stabilitas makro negara itu boleh menduduki posisi yang jeblok, bebeberapa malah ada pada posisi 100-an dari 134 negara yang disurvei. Tapi banyak komponen lainnya, seperti ukuran pasar, ketersediaan teknologi, infrastruktur yang baik, sumberdaya yang ahli dan terlatih, dan terutama sekali inovasi di bidang teknologi baru; tetap membuat negeri ini layak memperoleh sebutan sebagai negara adidaya. Secara score total Amerika tetap menduduki rangking pertama untuk indeks daya saing bangsa, yang berarti tidak berbeda dengan laporan lembaga yang sama, yang dirilis pada tahun sebelumnya. Berikut 12 Pilar yang menentukan Daya Saing Bangsa sebagaimana diringkas dari laporan World Economic Forum tahun 2009:

Pilar 1: Kelembagaan Dalam suatu talkshow TV mengenai besarnya minat orang Indonesia terhadap properti di Australia dan Singapura, terselip satu pertanyaan penting: mengapa? Jawaban yang dikemukakan narasumber, seorang pengamat property Indonesia, adalah: kepastian hukum. Pembeli percaya bahwa, meski mereka warga asing, hak milik mereka akan dilindungi. Pembeli juga percaya bahwa investasi mereka akan terjaga, dan karena itu mereka tak segan untuk mengeluarkan uang lagi untuk merawat dan menjaga hak milik mereka

26

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

karena mereka pun yakin bahwa pasar skunder bisa memberi nilai tambah terhadap investasi yang mereka tanam. Mereka pun percaya bahwa pihak otoritas akan melindungi dan mendukung mereka dalam bertransaksi, dalam proses pembelian awal maupun transaksi di pasar skunder berikutnya. Cerita lain, dalam suatu publikasi majalah pertanian terkemuka di Indonesia, seorang penyilang tanaman langka lebih suka mematenkan hasil karyanya di Amerika Serikat dan bukan di Indonesia. Alasannya? Proses di negeri Paman Sam tersebut lebih mudah dan cepat. Selain itu, dia

Kelembagaan merupakan jaringan kompleks yang melibatkan interaksi antara birokasi, perangkat hukum/regulasi, kebijakan, pihak swasta maupun masyarakat umum

pun merasa hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun lebih dilindungi.’’Di sini, penemunya sering gigit jari sementara yang lain bisa menikmati keuntungan ekonomi yang lebih. Kita, yang bekerja keras sejak awal, jadi keki,’’ katanya. Benar merah dari keduanya adalah faktor kelembagaan, yang menjadi pilar pertama yang menentukan daya saing bangsa. Kelembagaan merupakan suatu jaringan kompleks yang melibatkan interaksi antara birokasi, perangkat hukum/ regulasi, kebijakan, pihak swasta maupun masyarakat umum yang menciptakan hubungan timbal balik. Pada satu segi kelembagaan – seperti kepastian hukum, transparasi, keberpihakan pada pasar, efektivitas birokrasi, dan lain-lain -- bisa mendorong pendistribusian manfaat maupun keuntungan. Tapi pada sisi lain, kelembagaan juga bisa menyebabkan biaya yang diakibatkan oleh pilihan strategi pembangunan dan kebijakan serta kinerja

L A P O R A N U TA M A aparat birokrasi. Birokrasi yang eksesif, over-regulasi, korupsi, kurangnya transparansi dan ketergantungan yang terlalu kental pada proses politik akan berpengaruh pada biaya ekonomi dan melambatnya pertumbuhan. Kelembagaan tak hanya penting untuk investasi, tapi juga penting untuk mendorong tumbuhnya pasar yang lebih dinamis. Di masa lalu, kelembagaan biasanya hanya difokuskan pada lembaga hukum dan pemerintahan. Tapi sekarang, dan dibuktikan dalam krisis dan skandal keuangan dalam beberapa tahun terakhir, fokus kelembagaan juga diarahkan pada organisasi swasta. Artinya, tuntutan transparasi dan akutanbilitas juga tak hanya dituntut dari pihak pemerintah, tapi juga dari sektor swasta.

Basic requirements • • • •

Key for

Institutions Infrastructure Macroeconomic stability Health and primary education

factor-driven economies

• Higher education and training Key for economies

• Financial market sophistication • Technological readiness • Market size

Innovation and sophistication factors • Business sophistication • Innovation

Key for

innovation-driven economies

Pilar Kedua: Infrastruktur Dalam suatu arahan di depan para pejabat kabupaten dan kota, seorang pejabat di Dirjen Depdagri memberikan pertanyaan berikut: ‘’Bapak-bapak, mengapa jeruk Medan lebih mahal dari jeruk Cina ketika tiba di supermarket di Jakarta?’’ Ia menjawab sendiri pertanyaan itu. Katanya: ‘’Jeruk Cina langsung tiba di Jakarta melalui bandara. Kutipannya cuma satu. Sementara jeruk medan harus melewati banyak kabupaten yang memperlakukan kutipan dan ….. jalanan buruk yang panjang.’’ Selain kelembagaan (yang menyebab-

Infrastruktur yang baik mengurangi efek yang ditimbulkan oleh jarak antar daerah, sehingga membuat suatu titik bisa terintegrasi sepenuhnya dengan pasar nasional, sebelum lalu terintegrasi dengan pasar antar negara dan regional.

Ketika Adam Smith Tak Memadai Lagi Pada masa klasik, mungkin tanah dan kekayaan alam tolok ukuran kemakmuran bangsa. Pada zaman neoklasik Adam Smith, para ahli lebih memberikan penekanan terjadap spesialisasi tenaga kerja dan investasi di bidang insfrastruktur fisik. Kini, para ahli sepakat bahwa sumber kemakmuran semakin kompleks: pendidikan, ketersediaan teknologi (baik ditemukan sendiri atau diperoleh dari negara lain), transparansi dan kelembagaan yang berfungsi dengan baik, inovasi, dan sebagainya. Semuanya secara matrik akan membentuk suatu relasi yang kompleks yang disebut sebagai ‘’daya saing bangsa’’. Tampaknya bukan hal kebetulan kalau Micheal Porter, ekonom Harvard pencetus The Competitive Advantage of Nations, terlibat dalam laporan World Economic Forum (WEF) ini. Sejak tahun 2000 Porter bergabung dengan WEF, dan memperkenalkan Business Competitiveness Index (BCI) yang fokus kepada kemakmuran yang didorong oleh daya saing lingkungan mikroekonomi. Pengaruh Porter jelas terlihat dalam penyempurnaan pilar-pilar yang menentukan indeks daya saing bangsa ini. Secara teoritis, daya saing bangsa ini ditentukan 12 pilar utama. Keduabelas

pilar ini terbagi dalam tiga kunci utama (lihat bagan), yaitu: Pertama, Kunci Faktor Pendorong Ekonomi yang menjadi dasar bagi bagi tumbuhnya daya saing bangsa. Dilihat secara keseluruhan, ini merupakan tahapan dan tataran yang paling rendah. Kedua, Kunci Pendorong Efisiensi Ekonomi. Ini merupakan tahap lanjut yang mendorong daya saing bangsa. Ketiga, Kunci Pendorong Inovasi Ekonomi. Ini merupakan tataran tertinggi yang menjadi tolok ukur daya saing bangsa. Laporan World Economic Forum ini menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang masih dalam kelompok key driven yaitu taraf awal tingkat keunggulan kompetitif yang dukungan oleh faktor-faktor dasar. Tingkat daya saing Indonesia pada tahun 2008, menurut laporan tahunan itu, berada di peringkat ke 55. Posisi ini menurun jika dibandingkan tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-54 dari 132 negara yang disurvei. Posisi ini memperlihaktkan bahwa Indonesia masih berada di posisi yang kurang kompetitif dibandingkan negaranegara Asean seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

27

L A P O R A N U TA M A

Stabilitas ekonomi tak selalu mendorong produktivitas – itu benar. Tapi tanpa stabilitas makro, ekonomi pun tak akan mungkin bisa didorong untuk tumbuh.

kan ekonomi biaya tinggi), masalah infrastruktur menjadi faktor krusial yang menentukan daya saing bangsa. Menurut WEF, infrastruktur yang efisien dan ekstensif merupakan faktor yang esensial untuk mendorong daya saing. Infrastruktur yang baik akan mengurangi efek yang ditimbulkan oleh jarak antar daerah, sehingga membuat suatu titik bisa terintegrasi sepenuhnya dengan pasar nasional, sebelum lalu terintegrasi dengan pasar antara negara dan regional. Kasus ‘’jeruk medan di atas’’, seperti menggambarkan keberhasilan integrasi pasar jeruk Cina dengan pasar regional, dan kegagalan integrasi jeruk medan dengan – ironisnya – pasar nasional. Infrastruktur yang baik dan ekstensif penting untuk pergerakan manusia, barang-barang perdagangan dan layanan. Pengusaha bisa mengirim barang ke pasar dengan aman dan tepat waktu. Para pekerja bisa bergerak mudah dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Selain jalan raya, bandara, atau pelabuhan, infrastruktur juga mencakup jaringan listrik dan telekomunikasi.

Pilar Ketiga: Stabilitas Makroekonomi Stabilitas makroekonomi merupakan hal yang penting bagi bisnis. Benar, dalam beberapa kasus sering kali stabilitas makro itu sendiri tidak bisa menjadi pendorong produktivitas bangsa. Ketika krisis finansial global melanda banyak negara, termasuk Indonesia, kenaikan suku bunga yang bertujuan untuk mempertahakan kondisi 28

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

makro ternyata berakibat pada perlambatan malah lumpuhnya pertumbuhan sektor riil. Tapi yang pasti, ketidakstabilan ekonomi makro pasti berakibat buruk pada pertumbuhan ekonomi. Ketika inflasi berjalan di luar kontrol, ketika pemerintahan tidak bisa melayani masyarakat maupun sektor swasta karena tingginya beban bunga yang harus dibayar karena hutang masa lalu, maka iklim usaha pun tak akan kondusif. Stabilitas ekonomi tak selalu mendorong produktivitas – itu benar. Tapi tanpa stabilitas makro, ekonomi pun tak akan mungkin bisa didorong untuk tumbuh.

Pilar Keempat: Kesehatan dan Pendidikan Dasar Dalam banyak kesempatan dan publikasi, banyak praktisi bisnis, pengambil kebijakan dan pakar yang berteriak mengenai pentingnya mencegah dari pada mengobati. Kesehatan buruk bisa memicu ekonomi biaya tinggi – dan itu tentu saja buruk bagi bisnis. Pekerja yang sakit cenderung absen dan tidak, bekerja dengan kapasitas yang rendah, kurang produktif, dan tidak bisa menggali potensinya secara maksimal. Investasi di bidang kesehatan tak cuma penting bagi daya saing, tapi secara moral itu ‘’harus’’. Bersama dengan kesehatan adalah pendidikan dasar. Karena perkembangan teknologi, pilar ini makin menjadi penting bagi daya saing.

Pilar Kelima: Pendidikan Tinggi dan Training Kekayaan tak lagi bersandar pada tanah, tenaga kerja atau pun modal. Banyak diskusi di Indonesia kini berbicara mengenai ‘’kutukan’’ negara dengan sumber alam melimpah tapi salah kelola. Sudah jauh-jauh hari para jawara masa depan mengingatkan soal ini. Pada 1991, dalam sebuah artikel di New Perspectives Quarterly yang berjudul Economic Time Zones: Fast versus Slow, suami istri Alvin dan Heidi Toffler mengingatkan mengenai ‘’fast versus slow’’ zone. Ketika itu mereka meramalkan bahwa negara yang berbasis pada pengetahuan akan menjadi bagian dari wilayah yang pertumbuhannya cepat;

sebaliknya negara yang menyandarkan diri pada pembangunan yang berbasis tenaga kerja murah, bahan mentah, dan mesin produksi konvensional akan menjadi wilayah yang pertumbuhannya lambat. Pengetahuan dan informasi, dengan teknologi telekomonikasi sebagai makcomblang, lebih banyak menentukan kemakmuran, dan dengan demikian, daya saing bangsa. Lingkungan semacam ini menuntut sumberdaya manusia yang lebih, yaitu sumberdaya yang berpendidikan tinggi dan ahli yang bisa dengan cepat beradaptasi dan mengadopsi lingkungan global yang berubah dengan cepat. Sumberdaya yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi yang berkualitas dan training maupun pendidikan lanjutan yang diadakan oleh masyarakat bisnis, professional dan perusahaan menjadi kunci bagi pilar ini.

Pilar Keenam: Efisiensi Pasar Negara dengan pasar yang lebih efisien akan memproduksi rangkaian produk dan layanan yang lebih ditentukan oleh permintaan dan penawaran, dan diperdagangkan dalam kondisi ekonomi yang paling efektif. Kompetisi pasar yang sehat, baik dalam negeri maupun luar negeri, menjadi pilar penting yang mendorong efisiensi, dan akhirnya juga produktivitas. Distorsi ekonomi, pungutan maupun pajak yang tidak perlu akan membuat lingkungan pasar menjadi tidak efisien. Selain itu, tuntutan dan orientasi konsumen pun bisa menjadi factor yang

Kesehatan buruk bisa memicu ekonomi biaya tinggi – tentu saja itu buruk bagi bisnis. Bersama dengan kesehatan adalah pendidikan dasar.

L A P O R A N U TA M A negara yang berbasis pada pengetahuan akan menjadi bagian dari wilayah yang pertumbuhannya cepat; sebaliknya negara yang menyandarkan diri pada pembangunan yang berbasis tenaga kerja murah, bahan mentah, dan mesin produksi konvensional akan menjadi wilayah yang pertumbuhannya lambat. menguntungkan bagi kompetisi, dan menjadi perusahaan menjadi lebih berorientasi pada layanan, dan mendorong mereka untuk lebih inovatif.

Pilar Ketujuh: Pasar Tenaga Kerja yang Efisien Efisiensi dan fleksibilitas pasar tenaga kerja menjadi factor penting sehingga pekerja bisa diberdayakan pada kondisi ekonomi yang paling efisien, dengan jaminan insentif yang baik sehingga mereka bisa bekerja secara maksimal. Pasar tenaga kerja harus fleksibel, bisa bergerak dari satu aktivitas ekonomi ke aktivitas lainnya secara cepat dengan biaya yang lebih rendah. Pasar tenaga kerja yang efisien harus menjamin hubungan yang jelas antara insentif pekerja dan usaha mereka, serta memiliki kemampuan untuk menyerap bakat terbaik yang ada., tidak membedakan laki-laki maupun perempuan.

Pilar Kedelapan: Pasar Finansial yang Baik Krisis financial global saat ini telah memberikan pelajaran berharga kepada kita pentingnya aspek pasar financial dalam fungsi ekonomi nasional. Sektor financial yang efisien penting untuk mengalokasikan dana masyarakat maupun sumber-sumber dana asing yang masuk ke sector investasi yang paling produktif. Kanal saluran tersebut berupa proyek-proyek investasi atau usaha yang bisa memberikan keuntungan yang tinggi, dan bukan koneksi politik.

Sektor finansial yang efisien juga penting untuk menjamin bahwa inovasi dan gagasan yang baik akan mendapatkan akses, dan dengan demikian bisa menjadi produk atau layanan yang secara ekonomis menguntungkan.

Pilar Kesembilan: Ketersiapan Teknologi Dalam lingkungan global saat ini, teknologi menjadi factor penting bagi perusahaan untuk berkompetisi. Lebih khusus lagi adalah ICT, yang kini menjadi factor penting bagi semua proses dalam ekonomi kita saat ini. Alhasil, akses terhadap ICT, kerangka regulasinya, dan pemanfaatannya menjadi komponen penting dalam pilar ini. Pertanyaan apakah teknologi ini berkembang di negara tertentu atau negara lainnya tidaklah relevan dalam penilaian pilar ini. Poin utama adalah: apakah perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara tersebut memiliki akses dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkannya. Alhasil, tidaklah penting apakah suatu produk – katakanlah komputer atau internet – ditemukan di suatu negara tertentu. Yang penting adalah: apakah masyarakat bisnis yang ada di negara tersebut memiliki akses atau tidak. Karena dalam pilar ini dibedakan untuk ketersediaan teknologi dan kemampuan suatu negara melakukan inovasi.

Pilar Kesepuluh: Ukuran Pasar Besarnya ukuran pasar jelas memiliki pengaruh terhadap produktivitas karena pasar yang besar membuka peluang bagi perusahaan untuk memperbesar skala efektivitas ekonomi mereka. Secara tradisional, cakupan pasar biasanya dipagari oleh batas-batas negara. Tapi di era global saat ini, batas negara menjadi tidak relevan. Pasar internasional telah menjadi substitute dari pasar domestik – ini terutama berlaku untuk negaranegara yang kecil pasar domestiknya. Jadi, ekspor harus dipertimbangkan sebagai substitute pasar domestik ketika menilai ukuran pasar. Dengan menyertakan pasar domestik dan ekspor, tim WEF memberikan nilai lebih untuk kebijakan ekonomi yang mendorong ekspor dan wilayah

geografis yang besar seperti Uni Eropa yang, sekalipun terpecah-pecah dalam puluhan negara, tapi secara garis besar tergabung dalam pasar yang sama.

Pilar Kesebelas: Bisnis yang Canggih Bisnis yang canggih adalah lingkungan bisnis kondisif yang mendorong produksi dan layanan berjalan lebih efisien. Lingkungan ini pada akhirnya akan mendorong kea rah produktivitas, yang sudah pasti pada akhirnya akan meningkatkan daya saing bangsa. Faktor yang dilihat dalam pilar ini adalah jejaring bisnis negara dan pendukungnya secara keseluruhan maupun kualitas dan strategis masing-masing perusahaan dalam jejaring itu. Salah satu faktor yang dinilai adalah jumlah dan kualitas supplier lokal dan luasnya interaksi antar jejaring bisnis yang tumbuh di kawasan itu. Ketika sebuah perusahaan dan supplier-nya tumbuh dan berkembang dalam kedekatan seperti laiknya cluster, maka bisnis akan berjalan lebih efisien, kesempatan untuk melakukan inovasi menjadi lebih besar, dan halangan bagi tumbuhnya usaha baru menjadi lebih kecil.

Pilar Keduabelas: Inovasi Pilar terakhir yang menjadi tolok ukur daya saing bangsa adalah inovasi. Adalah benar bahwa perbaikan lembaga, pembangunan infrastruktur, kestabilan ekonomi, dan perbaikan kualitas sumberdaya manusia akan memberikan imbal balik yang positif bagi daya saing bangsa. Hal yang sama juga berlaku untuk pasar tenaga kerja yang efisien, system keuangan yang baik dan pasar yang bagus. Tapi dalam jangka panjang, peningkatan standar hidup hanya bisa dicapai melalui inovasi teknologi. Inovasi hanya bisa lahir dalam lingkungan yang kondusif untuk melakukan inovasi, yang didukung baik oleh sektor swasta maupun publik. Secara lebih kasat mata, lingkungan yang kondusif ini antara lain ditandai oleh hadirnya lembaga riset dan pengembangan yang berkualitas, dan kolaborasi yang ekstensif lembaga riset universitas, lembaga publik dan industri. Selain itu, negara memberikan perlindungan yang baik dan memadai terhadap hak cipta yang lahir dari riset tersebut.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

29

LAPORAN KHUSUS

SETELAH PENCONTRENGAN USAI

‘DEG-DEGAN’ MENGHITUNG SUARA

P

esta pencontrengan itu akhirnya selesai sudah -- dengan sejumlah catatan. Banyaknya pelanggaran, kualitas pemilu yang masih belum berubah dibanding yang lalu, masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT), keterlamabatan pengiriman logistik, dan sebagainya .... Daftar panjang yang kemudian mendorong sejumlah pihak, pengamat maupun parpol, berpendapat pemilu kali ini sebagai pelaksanaan pemilu terburuk sejak era reformasi digulirkan. Tapi apa pun kondisinya, satu tahapan telah terlampaui. Bagi para caleg, kinilah saat ‘‘deg-degan’’ menunggu penghitungan suara. Ini tentu berbeda dengan bulan-bulan dan minggu-minggu sebelumnya. Ketika mereka asyik menyelusup ke daerah-daerah terpencil, desa-desa, 30

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

kampung-kampung, gang-gang menyapa konstituennya. Hari yang melelahkan itu, minimal secara fisik, tampaknya sudah lewat. Tinggallah masa penantian, yang sebetulnya tak kalah menegangkan.Terutama untuk caleg yang perolehan suaranya mepet tapi masih punya peluang dan bisa bersaing untuk lolos ke Senayan. Lalu bagaimana caleg-caleg ITB? Tampaknya sama saja, kecuali tentu saja yang sudah dipastikan bisa lolos ke Senayan. Berdasarkan catatan, banyak alumni yang ikut mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif yang lalu. Rinciannya, ada lebih 60 alumni ITB yang maju sebagai caleg DPR RI. Jika dijumlah dengan caleg lokal, DPRD tingkat I dan II, total jendral tak kurang ada sekitar 300-an yang menjadi caleg dalam pemilu lalu. Di antara partai politik, PDIP memiliki jumlah caleg alumni

terbesar, 16 orang. Sebagian dari para caleg ini merupakan nama-nama yang sudah menjadi anggota DPR atau dikenal sebagai politisi senior sebelumnya. Dari PDIP misalnya ada Sekjen PDIP Pramono Anung (TA 82)menjadi caleg PDIP daerah pemilihan Jatim VI dan Heri Akhmadi (TA 72) untuk Jatim VII. Dari PAN ada anggota DPR Tjatur Sapto Edi (TL 89) dan Alimin Abdullah (TM 73) yang mewakili daerah pemilihan Lampung. Lalu ada Laksamana Sukardi (SI 75), mantan Ketua IA ITB, yang sebelumnya aktif sebagai politisi di PDIP kini menjadi caleg untuk partai pecahan partai berlambang banteng itu, yaitu PDP. Ada Samuel Koto (GD 73), yang dulu dikenal sebagai pentolan PAN namun kini menjadi caleg untuk Hanura. Lalu ada Syahganda Nainggolan (GD 84) yang menjadi caleg untuk Partai Golkar daerah pemilihan Jabar V. Yang menarik, ajang caleg pemilu kali ini juga diramaikan oleh kemunculan kembali para aktivis senior, seperti misalnya Indro Tjahyono (angkatan 73 dan yang di masa Orba malang melintang di LSM, tapi kini menjadi caleg Hanura untuk Jateng); Theodorus Jakob Koekeritz atau Ondoz (GL 82, caleg PDIP untuk Jatim); Hetifah (PL 82, caleg Golkar untuk Kaltim). Di antara para alumni, I Gede Aradea

LAPORAN KHUSUS Permadi (TK 01), caleg PBR untuk daerah pemilihan Bali, mungkin akan tercatat sebagai caleg termuda. Yang juga layak menjadi catatan adalah kemunculan nama Ali Assegaf (MS 84) yang kini menjadi satu-satunya calon anggota DPD daerah pemilihan Jatim.

Bukan Hal Aneh Dilihat dari perspektif sejarah, sebenarnya bukan hal aneh bila alumni ITB – yang latar belakang keilmuannya teknik dan eksakta – terjun dan kemudian berhasil di bidang politik. Nama-nama seperti Sarwono Kusumaatmaja, Siswono Yudohusodo, Rachmat Witoelar merupakan contoh politisi senior yang berasal dari alumni. Kalau dilihat dalam persfektif sejarah, bukankah Presiden RI yang pertama, Soekarno, juga merupakan alumni ITB? Biasanya, benih politik alumni sudah dipupuk sejak dari kampus. Artinya, latar belakang keaktifan mereka selama di kampus akan menjadi embrio bagi karir yang dipilih alumni setelah lulus. ‘’Alumnus yang dulunya intens di KM ITB, maka hampir bisa dipastikan mereka nantinya akan menjadi politisi,’’ komentar Eddy Zanur, Ketua Bidang Kemitraan PP IA ITB. Apalagi, realitasnya semua bidang itu saling perhubungan. Ia lalu mengemukakan contoh. ’’Jika anda ingin menjadikan ITB atau kampus lain memiliki riset unggulan, tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dari mana

Daftar Caleg Alumni ITB 1. Partai Bintang Reformasi (PBR) Jumlah caleg alumni: 5 orang M. Adamsyah Wahab/ TL 88 / Jabar I / no urut 1 Koster Rinaldi/ SI 99 /Jabar I /no urut 2 Verry Antoni/ SR 87 / Jabar I/ no urut 3 Agustin Peranginangin/ SI 94 / Jabar II /no urut 2 I Gede Aradea Permadi/ TK 01 / Bali /no urut 1 2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jumlah caleg alumni: 7 orang Jhon Heilmy Anwar / TK 82 / Sumbar I / no urut 4 Dini Mentari / KI 90 / Jabar III / no urut 3 Abdul Munif / GD 88 / Jateng V / no urut 2 Romahurmuzy / FT 93 / Jateng VII / no urut 1 M Quyum / TI 93 / Jatim IV / no urut 2 Eddy Suntjahjo / TK 82 / Jabar IV / no urut 3 Nurkhalik / TM 82 / Jateng X / no urut 4 3. Partai Amanat Nasional (PAN) Jumlah caleg alumni: 5 orang Tjatur Sapto Edy / TL 89 / Jateng VI / no urut 1 Ibnu Mahmud / EL 86 / Jateng IV / no urut 1 Budi Youyastri / SI 86 / Jabar X / no urut 7 Alimin Abdullah / TM 73 / Lampung II / no urut 1 Siswanda HS / EL 79 / JABAR II / no urut 9 4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuang an (PDIP) Jumlah caleg alumni: 16 orang Rivera / FT 90 / Sumut 1 / no urut 6 Rio Sahala Siagaian / TA 96 / Jambi / no urut 8

Dilihat dari perspektif sejarah, sebenarnya bukan hal aneh bila alumni ITB – yang latar belakang keilmuannya teknik dan eksakta – terjun dan \kemudian berhasil di bidang politik

sumbernya? Bisa dari alumni, pemerintah dan pengusaha. Nah, jika ingin mendapat dana dari negara, tentunya harus melalui persetujuan DPR. Disinilah peran politisi dibutuhkan,’’ tambahnya. Rizal Ramli (FI 73), alumni yang maju sebagai calon Presiden RI untuk pemilihan tahun 2009, malah mengharapkan lebih banyak lagi alumni yang aktif di politik dan menjadi anggota DPR. ’’Pada pemilu 2004, ada sekitar 18 alumni ITB berada di DPR. ’’ katanya. Kini tinggal ditunggu, jumlah itu bakal meningkat atau malah berkurang. Lepas dari kuantitas, yang tak kalah penting tentu saja komitmen caleg yang terpilih terhadap konstituennya, yang tak lain adalah

rakyat Indonesia. Dalam acara silaturahmi yang digagas IA-ITB Jakarta beberapa waktu lalu, para alumni bahkan membuat semacam komunike bersama berupa “Tuntutan Komunitas Alumni ITB” terhadap caleg-caleg alumni ITB, yang antara lain berbunyi: Pertama, agar sepenuh hati memperjuangkan amanat rakyat dengan SELALU mengutamakan kepentingan Bangsa lebih dari kepentingan pribadi dan kelompok. Kedua, agar para caleg alumni ITB mengedepankan rasionalitas dan intelekualitas, serta secara sungguh-sungguh memperjuangkan perwujudan cita-cita Bangsa sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945, khususnya dalam mewujudkan kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat sebagai agenda mendesak bangsa saaat ini. Dan ketiga,agar para caleg menjaga integritas pribadi dan selalu menjaga nama baik komunitas alumni serta almamater ITB. Mudah-mudahan tuntutan itu bisa dipenuhi para caleg yang lolos ke Senayan. Untuk yang tidak lolos, tak usah ikut-ikutan stress seperti yang melanda sejumlah caleg lain. Toh, masih banyak lapangan lain di luar lembaga legislatif yang bisa dijadikan pijakan untuk tetap mengabdi kepada bangsa Indonesia. Bisa juga menunggu pertarungan pada pemilu lima tahun lagi.Lagi pula, lolos atau tak lolos ke Senayan, tetap masih alumni ITB khan?

Gde Ngurah P Jaya/ GD 77 / Banten II / no urut 4 Wayan Koster / MA 79 / Bali / no urut 1 Edi S (Bang Gemboz) / GD 75 / Jabar II / no urut 3 Ketut Sustiawan / SI 82 / Jabar I / no urut 2 Basar Simanjuntak / SI 83 / Jabar VII / no urut 2 Daryatmo / TA 72 / Jateng II / no urut 1 Daniel Budi / MS / Jateng I / no urut 2 Pramono Anung W/ TA 82 / Jatim VI / no urut 1 Anton Leonard / GD 74 / Jateng III / no urut 11 T J Koekeritz ( ONDOZ ) / GL 82 / Jatim VI / no urut 2 Heri Akhmadi / TA 72 / Jatim VII / no urut 1 Mindo Sianipar / TK 73 / Jatim VIII / no urut 1 Dolfie / FT 88 / Kalbar / no urut 1 Emir Moeis / TI 69 / Kaltim / no urut 1

8. Hanura Jumlah caleg alumni: 3 orang Indro S Cahyono / 73 / Jateng III / no urut 1 Samuel Koto / GD 73 / DKI II / no urut 1 Ramli Kadir / MS 86 / Sulsel I / no urut 4

5. Partai Golongan Karya (GOLKAR) Jumlah caleg alumni: 7 orang Neil Daulay / AR 88 / Sumut II / no urut 5 Rully Chairul Azwar / TI 73 / Bengkulu / no urut 1 Syahganda Nainggolan / GD 84 / Jabar V / no urut 5 Lutfi / TI 96 / Jabar VIII / no urut 8 Gesang / AR 78 / Jatim I / no urut 9 Hetifah / PL 82 / Kaltim / no urut 2 Gatot Sudaryono / TA / Jabar III / no urut 1

10. Partai Matahari Bangsa (PMB) Jumlah caleg alumni: 4 orang

6. Partai Demokrat Jumlah caleg alumni: 3 orang Doddy Nawangsari / GL / Jatim II / no urut 2 Saruam Sianipar / TK 82 / Jatim VI / no urut 10 Milton Pakpahan / 83 / Papua / no urut 2 7. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jumlah caleg alumni: 2 orang M Azhar / 93 / NAD II / no urut 4 Wahyudin Munawir / GM ‘78/ Jabar IX / no urut 2

9. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP Jumlah caleg alumni: 7 orang Laksamana Sukardi / SI 75 / Jatim I / no urut 1 Sunggu Aritonang / EL 70 / Sumsel I / no urut 1 Ramadana Siregar / PL 89 /Jambi / no urut 2 Pamudji / PL 75 / Jabar I / no urut 1 Aprilia Sovietina / TK 76 / Jabar II / no urut 2 Yasman Hadi / SI 70 / Jabar II / no urut3 Noor Cholis / GD 88 / Jateng I / no urut 2

M. Danil Daud / AR 84 / DKI II / no urut 2 Anne Rufaida / SR 79 / Jabar I / no urut 1 Hesthi Raharja / PL 85 / Jabar IX / no urut 2 A. Zainal Abidin / EL 77 / Jatim II / no urut 1 11. Gerindra Jumlah caleg alumni: 1 orang Hari Krismis / MS 82 / Jatim VII / no urut 2 12. Partai Merdeka Jumlah caleg alumni: 1 orang A. Syarbini / GD 86 / Sumut II / no urut 1 Calon DPD RI Ali Assegaf / MS 84 / Jatim / no urut 10 Riza Falepi/El ‘89 / Sumbar / no urut 31

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

31

LAPORAN KHUSUS

MEMILIH

JALUR

INDEPENDEN D

i luar jalur normal melalui partai politik, ada juga alumni yang konsisten memperjuangkan jalur independen. Siapa lagi kalau bukan Fadjroel Rachman (KI 82), aktivis tahun 1980an. Meski Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak permohonan uji materiil undang-undang nomor 42 tahun 2008 tentang Pemilihan umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden, toh Fadjroel tak menyurutkan langkah untuk tetap berjuang di jalur independen. Menurut Fadjroel, sebenarnya semua hakim MK mendukung ide capres independen. Hanya saja 5 hakim MK mensyaratkan amandemen terlebih dahulu pasal 6 UUD 45, sedangkan 3 lainnya tidak harus leat amandemen. ”Hanya berbeda prosedur saja,” ucapnya. Dalam keputusan MK itu 3 hakim agung memberikan dissenting opinion (opini berbeda) dari keputusan MK. Kegigihan alumni ITB jurusan Kimia itu untuk maju sebagai capres independen didorong oleh dua hal. ”Mewujudkan arsitektur baru politik Indonesia dan menuntaskan agenda reformasi,” ujar Fadjroel. Arsitektur politik baru dapat terwujud jika proses rekruitmen legislatif dan eksekutif melalui dua jalur yaitu partai politik dan perseorangan. Untuk level pemilihan kepala daerah (pilkada) Indonesia sudah menganut sistem dua jalur tersebut. Namun tidak demikian halnya untuk pemilihan presiden. 32

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

Fadjroel menambahkan, jalur perseorangan dalam politik Indonesia sebenarnya bukanlah barang baru. Faktanya, M Hasan mewakili Sumatra yang berasal dari independen dapat duduk sebagai anggota legislatif pada tahun 1955. Namun karena hegemoni penguasa orde baru sistem ini kemudian dihapus dari kehidupan politik nasional. Lebih jauh, pria yang menggondol gelar sarjana ekonomi dari UI ini membandingkan dengan demokrasi di negara tetangga. Di Malaysia, sudah ada dua anggota calon independen yang masuk ke DPR-nya. Begitu pula yang terjadi di Korea Selatan, dimana calon independen boleh mengisi kursi eksekutif dan legislatif. ”Jalur independen merupakan praktek politik modern,” ujarnya.

Sementara kehidupan politik Indonesia masih terbilang tradisional. Faktanya, banyak parpol yang merekrut kader berdasarkan hubungan darah. Kondisi itu menyebabkan terjadinya oligarki dan nepotisme. ”Parpol sudah tidak lagi berfungsi sebagai penyalur aspirasi rakyat,” ucapnya. Belum tuntasnya agenda reformasi juga mendorongnya untuk keukeuh menjadi capres independen. ”Kejahatan orde baru yaitu korupsi dan pelanggaran HAM belum ada yang dituntaskan,” ujarnya. Secara ilustratif, ia mempertanyakan bagaimana mau membersihkan lantai yang kotor jika sapunya tidak bersih. ”Harus ada pergantian generasi,” ujarnya. Berdasarkan argumentasi tersebut ia menolak jika kegigihannya menjadi capres independen hanya mengejar popularitas. ”Memangnya aku ini selebritis,” ujarnya berseloroh. Terkait dengan modal yang dimilikinya untuk maju sebagai capres independen, ia menyebut kekuatan jaringan berbasis teknologi. Menurut Fadjroel, ia terinspirasi oleh kemenangan Obama yang memanfaatkan jejaring sosial berbasis internet. Oleh sebab itu ikut sebagai member dalam situs jejaring sosial sepeti facebook. Meski pengguna internet di Indonesia tidak sebanyak di AS, namun orang-orang yang memegang posisi strategis dalam penggiringan opini publik di Indonesia banyak yang terlibat didalamnya. Oleh sebab itu, ia dapat memetakan berapa besar dukungan publik terhadap pencalonannya. Selain itu, karena ia telah lama aktif dalam gerakan prodemokrasi, maka jaringan kerjanya juga cukup luas. Apalagi sebagian alumni ITB ada juga yang mendukung niatnya untuk maju sebagai capres independen. Di akhir pembicaraan, ia mengakui berhutang budi kepada ITB. Sebab, proses selama menjadi mahasiswa ITB lah yang menyebabkan dirinya seperti sekarang. ”ITB mengasah keberanian dan intelektualku,” ujarnya.

B E R I TA K E G I ATA N

PROGRAM ITB

UNTUK SEMUA CENDERA MATA: Sekjen IA-ITB Freddy P Zen menyerahkan cendera mata ‘Buku Setahun Kiprah Kita’ kepada Betti Alisjahbana, inisiator Program ITB untuk Semua.

B

agi mahasiswa berprestasi namun memiliki kendala pembiayaan selama pendidikan di ITB, tidak perlu khawatir lagi. Saat ini telah diluncurkan Program “ITB Untuk Semua”, yakni skema penerimaan mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung yang secara khusus menyediakan bangku kuliah bagi para lulusan sekolah menengah umum dari keluarga yang tidak mampu secara ekonomi. Beasiswa ITB Untuk Semua adalah program beasiswa paling ambisius di Tanah Air yang benar-benar memberi kesempatan kepada anak-anak tak mampu untuk kuliah di sekolah terbaik di negaranya. Ia berupaya ikut memotong lingkar kemiskinan. Dari segi jumlah, beasiswa ini berambisi mengisi 10% dari mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung (300 orang) dengan anak-anak pandai dan berbakat dari keluarga berpenghasilan di bawah Upah Minimum Regional. Beasiswa ini akan membiayai uang kuliah dan kehidupan selama penerima beasiwa menempuh studi. “Uang

pendidikan, ongkos tempat tinggal, dan biaya hidup selama menempuh kuliah di Bandung akan didanai beasiswa ITB Untuk Semua”, demikian paparan Betti Alisjahbana, inisiator program ini kepada Sekjen IA-ITB, Freddy Zen di Sekretariat IA-ITB pada Rabu sore (1/4). Bagi para mahasiswa penerima program ITB Untuk Semua, telah diprogramkan selama masa kuliah akan mendapat pembimbing khusus untuk membantu menyelesaikan kendala studi dan mengatasi persoalan personal yang mungkin muncul selama menempuh kuliah di ITB. Para mahasiswa juga akan diberi kesempatan mengikuti ceramah-ceramah inspirasional, studi banding ke lokasi-lokasi penerapan teknologi tepat guna, dsb. “Para lulusan penerima beasiswa program ITB untuk Semua diharapkan kelak akan menjadi agen perubahan di lingkungan sosial mereka”, ujar Betti menjelaskan. Dana beasiswa ITB untuk Semua akan dikelola Satuan Kekayaan dan Dana (SKD) ITB. Para penerima beasiswa akan

dilayani Kantor Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Alumni ITB. Kantor ini secara khusus bertugas membantu para penerima beasiswa, memantau perkembangan (studi dan kehidupan) mereka, mengkoordinir kegiatan-kegiatan, serta melakukan evaluasi keseluruhan program. Dilain pihak, selama kurun satu tahun (2008), IA-ITB telah menyalurkan lebih dari limaratusjuta rupiah untuk program serupa. Program beasiswa ini menjadi salah satu program utama IAITB, dimana penyalurannya bekerjasama dengan Ikatan Orangtua Mahasiswa ITB (IOM). Walau dirasa belum optimal dengan jumlah mahasiswa yang membutuhkan. Diharapkan partisipasi aktif dari para Alumni menjadi donatur program beasiswa di ITB. “Pengurus Pusat sangat mengapresiasi dan mendukung inisiatif-inisiatif program sejenis. Apalagi telah menjadi komitmen dari Pengurus Pusat saat ini, mendukung peningkatan SDM yang berkualitas baik berupa dukungan pengembangan riset maupun program beasiswa di ITB. Kesemuanya itu diharapkan menjadi investasi konkret kita dalam rangka membangun daya saing bangsa ke depan”. Ujar Freddy usai menerima Ketua Program ITB Untuk Semua itu kepada FORUM ALUMNI. “Kita akan dukung program ini dan mensosialisasikannya melalui Pengurus Daerah di seluruh Indonesia”, ujar Sekjen yang juga Guru Besar Fisika ITB itu menambahkan.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

33

B E R I TA K E G I ATA N

SETAHUN SUDAH KITA BERKIPRAH

A

ula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (6/3) siang tampak meriah. Ratusan peserta rapat kerja nasional (rakernas) dan kongres luar biasa (KLB) Ikatan Alumni (IA) ITB, memenuhi ruang pertemuan di kampus Ganesa. Sejak pukul 14.00 WIB, peserta rakernas baik Pengurus Pusat (PP) IA-ITB, Pengurus Daerah (Pengda) maupun Pengurus Jurusan (Pengjur), mengikuti kegiatan yang dihadiri Ketua Umum PP IA-ITB, M Hatta Rajasa. Rakernas yang dibuka langsung Hatta Rajasa, yang juga menjabat Menteri Sekretaris Negara, dibagi dalam tiga sesi. Sesi pertama pembukaan disusul dengan laporan ketua panitia pelaksana, sambutan ketua umum, dan sambutan dewan penasihat. Usai istiharat pukul 14.20-14.30, dilanjutkan dengan sesi kedua dengan materi acara laporan umum kegiatan PP IA-ITB 2008, dilanjutkan dengan laporan para ketua bidang. Sedangkan pada sesi ketiga, diisi antara lain pemaparan rencana program kerja PP IA-ITB 2009, masukan peserta rakernas, masukan dari Keluarga 34

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

Mahasiswa (KM) ITB, tanggapan PP IA-ITB, dan peluncuran kartu anggota IA-ITB. Pada sesi peluncuran kartu anggota IA-ITB, terjadi perdebatan sengit antar pengurus PP IA-ITB dengan para peserta, khususnya pengurus pengda dan pengjur. Perdebatan tersebut seputar iuran wajib anggota IA-ITB dan penggantian format kartu anggota IA-ITB. Persoalan ini pun akhirnya menyita waktu sehingga panitia dan peserta rakernas sepakat untuk membahas persoalan tersebut dalam KLB. Sesi masukan dari peserta rakernas, benar-benar dimanfaatkan oleh peserta untuk menyampaikan uneg-uneg mereka terhadap PP IA-ITB. Salah seorang pengurus Pengda Sulsel, misalnya, meminta agar PP membantu program daerah dalam meningkatkan minat lulusan SMA di Sulsel untuk masuk ITB. Saat ini, jumlah siswa asal Sulsel yang meneruskan kuliah di ITB jumlahnya hanya belasan orang tiap tahunnya. Padahal, potensi lulusan SMA di Sulsel cukup lumayan bagus. Salah satu program yang bisa dilakukan, yaitu dengan

memberikan beasiswa kepada siswa asal Sulsel yang diterima di ITB. Sedangkan peserta dari Pengda Sumsel, mengatakan, program nyata yang dilakukan IA-ITB di Pulau Harimau, Kec Sumberejo, Kab Komering Ilir, manfaatnya sangat dirsakan oleh masyarakat setempat. Selama puluhan tahun, masyarakat di pulau tersebut tak tersentuh pembangunan pemerintah daerah, terutama masalah air bersih. Dengan program air bersih yang dilakukan IA-ITB di Pulau Harimau, masyarakat sangat merasakan manfaatnya. Selain diikuti oleh seluruh pengda dan pengjur, rakernas juga dihadiri pengurus Komisariat IA-ITB Singapura. Sandi, juru bicara Komisariat Singapura, mengatakan, pihaknya siap menjadi jembatan bagi para mahasiswa ITB yang baru lulus. ‘’Silahkan manfaatkan keberadaan kami di Singapura. Banyak peluang bagi para alumni di Singapura untuk berkarya,’’kata dia, seraya disambut tepuk tangan peserta rakernas. Sementara dalam laporan kerja 2008, pengurus PP IA-ITB periode 2007-2011 ini menyampaikan hasil yang telah dan belum mereka capai. Sepanjang 2008, kata Hatta Rajasa, tidak kurang dari 31 mata kegiatan baik lokal (internal) maupun berskala nasional telah dilaksanakan. Kegiatan tersebut, tentunya dengan melibatkan para alumni, pengda, pengjur, sivitas akademika ITB, maupun

B E R I TA K E G I ATA N pemerintah dan masyarakat umum. Dalam masa kepengurusan satu tahun, kata Hatta, PP IA telah melaksanakan berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh setiap bidang dan departemen yang terbagi dalam tujuh bidang. Antara lain program kerja kesekjenan, bendahara umum, bidang organisasi, hubungan almamater, pelayanan dan hubungan alumni, bisnis dan teknopreuneur, dan kemitraan. Dari berbagai program yang diselenggarakan tersebut, kata Hatta, secara khusus IA-ITB mendukung pengembangan fasilitas pendidikan, mendorong aktifitas dan pengembangan riset di ITB. Untuk itu, imbuh dia, PP IA memfasilitasi terselenggaranya bantuan dana dari para alumni untuk SKD ITB sebesar Rp 102 miliar, program hibah riset kepada ITB sebesar Rp 1,25

miliar per tahun selama empat tahun. ‘’Selain itu memfasilitasi beasiswa bagi mahasiswa sebesar Rp 500 juta, dimana penyalurannya bekerjasama dengan Majelis Wali Amanah ITB,’’ tutur dia. Sedangkan dalam pengelolaan basis data anggota IA-ITB, sambung Hatta, PP IA telah mengembangkan sistem database alumni. Dari 49.000 data alumni, telah lebih dari 15.000 data dalam proses validasi. ‘’Untuk program pengembangan para alumni teknopreuneur dan pebisnis pemula, telah dicanangkan program modal ventura bagi alumni yang mengembangkan usaha berbasis ekonomi kreatif, inovasi, dan pengembangan teknologi,’’ujar dia. Hal itu, kata Hatta, dilakukan untuk mengkatalis lahirnya pengusahapengusaha muda dari para alumni yang

bergerak dalam bidang tersebut. Dalam kurun waktu satu tahun, kata dia, telah disalurkan bantuan modal ventura kepada empat perusahaan milik alumni sebesar Rp 200 juta. PP IA-ITB, kata Hatta, terus mendorong dan memprogramkan adaptasi terhadap perubahan iklim saat ini, dengan menggulirkan program aksi untuk adaptasi perubahan iklim global bekerjasama dengan Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Pemprov Riau, dan masyarakat. ‘’Program ini telah dimulai sejak 2008. Salah satu implementasinya dengan melaksanakan aksi hijau Indonesia , yaitu kegiatan menanam 10.000 tanaman langka di lahan tandus di wilayah sekitar jalan tol Cipularang KM 92,600,’’tutur dia.

Dua Program Besar Tertunda

S

elama tahun 2008, ada dua program besar PP IA-ITB yang belum bisa direalisasikan. Karena itu kedua program tersebut, yaitu pembangunan menara ITB di Jakarta dan pembangunan teknopark di kampus ITB Bandung, akan diwujudkan dalam program kerja 2009. Mengapa kedua program tersebut belum bisa terealisasi? Ketua Umum PP IA-ITB, M Hatta Rajasa memberikan alasannya. Berikut wawancaranya. Apa yang menjadi kendala pembangunan teknopark? Proyek tersebut terkendala lahan. Karena teknopark itu harus berada di kampus ITB.Disitu budaya teknopreuneur itu tumbuh karena ada teknopark itu. Apakah di 2009 proyek itu bisa direlisasikan? Dalam rakernas kita bicarakan masalah tersebut. Kemungkinan pembangunan teknopark itu di asrama A, cikal bakalnya disitu dan rektor sudah mengizinkan. Yang kita bayangkan betul-betul ada semacam cyber building yang para mahasiswa atau calon-calon enterpreuneur itu benar-benar bisa berkreasi di situ. Jadi benar-benar sebuah kegiatan kreatif ekonomi di situ. Idealnya memang di kampus ITB. Mungkin ada daerah-daerah lain yang bisa dimanfaatkan. Kita ditawari di daerah Bekasi atau Jatinangor. Menurut kami itu terlalu jauh dengan ITB. Di lingkungan ITB sangat memungkinkan. Darimana anggaran untuk membangun teknopark?

Anggaran tersebut merupakan patungan dari kawan-kawan alumni ITB. Mungkin juga ada sumbangan dari pihak lain untuk membangun itu. Apakah proyek itu tergolong mercusuar? Itu bukan proyek mercusuar. Apanya yang mercusuar? Itu proyek yang sangat basik. Ngak ada lagi kampus besar world university yang tidak punya teknoprak-nya. Nggak ada, karena disitu terjadi interaksi calon-calon entrepeuneur itu melakukan kreativitasnya, usahanya. Bagaimana dengan proyek menara ITB ? Untuk proyek ini pun sudah kita bahas dalam rakernas dan kita optimis bisa merealisasikannya pada 2009 ini. Untuk menara kemungkinan di Jakarta . Apakah tidak ada program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat di daerah? Jelas program yang bersifat lokal akan digarap oleh PP dan pengda serta pengjur. Kegiatan di daerah sangat tergantung oleh kebutuhan masyarakat di daerah tersebut. Misalnya masyarakat pesisir dengan masyarakat pertanian jelas berbeda kebutuhannya. Kalau daerah pertanian kita pikirkan bagaimana membantu masyarakat dalam menciptakan teknologi pertanian tepat guna. Demikian pula untuk masyarakat di pesisir kita menciptakan teknologi yang sesuai dan dibutuhkan dengan kondisi masyarakat setempat. Intinya dimanapun alumni ITB berada dia harus memberi manfaat yang positif bagi kehidupan masyarakat.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

35

B E R I TA K E G I ATA N

Dari Air Bersih hingga Beasiswa

Selama satu tahun kepengurusan, sedikitnya ada 31 program yang telah dijalankan di hampir seluruh pengda yang ada.

S

etahun sudah kepengurusan IA-ITB di bawah kepemimpinan Hatta Rajasa berjalan. SDalam setahun itu, banyak hal sudah dilakukan. Menurut Sekjen IA-TB, Prof. Dr. Freddy P Zein, selama satu tahun kepengurusan, sedikitnya ada 31 program yang telah dijalankan di hampir seluruh pengda yang ada. ‘’Dengan demikian dalam satu bulan ada tiga program yang telah direalisasikan,’’ujar dia. Proyek Air Bersih Sebagian besar program yang telah dijalankan di 19 pengda tersebut, kata Freddy, bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, khususnya yang berada di daerah. Ia mencontohkan program yang telah digarap pengda di Sumsel. Program yang menelan biaya Rp 70 juta itu, kata dia, yaitu proyek pengolahan air

36

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

payau menjadi air layak minum. ‘’Proyek tersebut dilaksanakan di Kab Komering Ilir,’’ujar dia. Selain di Sumsel, kata Freddy, program yang terakhir dikerjakan antara lain di Pengda Bali , Sulsel, Batam, dan Jabar. Untuk di Jabar, lanjut dia, pengda menggarap proyek pengolahan air bersih di Kab Subang. Proyek tersebut, imbuh dia, sudah dilaksanakan dan hasilnya bisa dirasakan masyarakat. ‘’Apa yang kita kerjakan bukan semata untuk kepentingan alumni, tapi untuk seluruh masyarakat Indonesia ,’’tutur dia. Membantu Alumni Baru Program lainnya yang juga digarap oleh pengurus IA ITB, kata Freddy, yaitu membantu para alumni yang barus lulus kuliah. Bantuan tersebut, imbuh dia, berupa pelatihan dan mengembangkan jaringan. Tujuannya, kata dia, agar para alumni yang barus lulus itu mudah dalam memperoleh pekerjaan atau

bahkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Program Beasiswa ’’Kita juga menggelang beasiswa bagi mahasiswa ITB yang tidak mampu. Sekarang ini kita telah menggalang sekitar Rp 500 juta. Kita kerjasama dengan ikatan orangtua mahasiswa,’’imbuh dia. Beasiswa yang dihimpun dari para alumni dan para orangtua mahasiswa itu, lanjut Freddy, disalurkan setiap tahun. Rata-rata, kata dia, dalam setahun dan yang disalurkan untuk beasiswa sebesar Rp 100 juta. ‘’Program ini sangat membantu mahasiswa ITB yang benar-benar tidak mampu dan memiliki prestasi,’’kata dia. Hibah Penelitian Bantuan tak hanya diberikan kepada mahasiswa. IA-ITB juga memberikan perhatian kepada para dosen peneliti di kampus tersebut. Bentuk bantuan tersebut, berupa biaya penelitian. Setelah melalui seleksi yang ketat, ata dia, ada sebanyak 13 judul penelitian yang akan dibiayai oleh IA. Masing-masing judul mendapatkan bantuan Rp 75 juta. ‘’Jadi para dosen peneliti itu bersaing secara sehat. Mereka memamarkan papernya masingmasing,’’kata dia.

B E R I TA K E G I ATA N

PROGRAM HIBAH RISET IAITB

LEMPANGKAN JALAN MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY

I

katan Alumni (IA) ITB bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB mengadakan Program Hibah Riset (HR) IA-ITB dalam upaya mempercepat terwujudnya ITB sebagai world class university. Program ini memberi kesempatan kepada dosendosen ITB untuk meningkatkan kompetensi risetnya agar mampu berkiprah dan mendapatkan pengakuan pada tataran internasional. Grant Ceremony & Seminar on Research Funding Program Hibah Riset Ikatan Alumni 2008-2009 dilaksanakan pada hari Jumat(06/03/09), bertempat di Aula Barat ITB. Dalam kesempatan tersebut, Ikatan Alumni ITB memberikan hibah riset Rp 1,25 miliar untuk ITB. “Hibah riset tahun ini kami naikkan Rp 100 juta per dosennya. Diharapkan hibah ini menjadi agenda tahunan ikatan alumni, siapa saja nanti ketua umumnya,” ujar Ketua Umum IA-ITB Hatta Rajasa. Meski dana riset Indonesia jauh di bawah standar Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), namun perkembangan riset Indonesia maju pesat. PBB menentukan standar riset sebesar 2% dari APBN. ‘’Saat ini kita belum mencapai 0,5%. Tapi kita sudah mengalami kemajuan,’’ kata Hatta, yang sempat menjabat sebagai menristek ini. Berdasarkan riset indeks saintifik 2008, kata Hatta, Indonesia berada di peringat 39 melampaui Thailand di posisi 57 dan Filipina di peringkat 87. “Riset kita maju pesat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kita harus dorong mahasiswa untuk menggandrungi riset,” katanya. Riset yang dihasilkan, lanjut Hatta, tentunya harus bisa digunakan. Sehingga hasil riset tak hanya sebatas temuan, tapi juga bisa masuk pasar dan digunakan orang banyak. Karena itu, IA ITB akan mendorong mahasiswa ITB untuk menyenangi riset dalam bidang ilmu yang mereka dalami. “Tak hanya IA ITB, tapi juga kita akan bersinergi den-

gan alumni dari perguruan tinggi lain.’’ Tahun ini, 13 riset terpilih dari 63 riset yang diajukan untuk mendapat-

kan hibah. Keseluruhannya berasal dari berbagai fakultas, sekolah dan jurusan, karena tidak ditentukan kategori khusus tema risetnya. Namun, 13 riset tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu kategori Program Internasional Unggulan, dan Program Riset Internasional. “Riset yang dipilih diharapkan menghasilkan output berkelas internasional sehingga dapat di-worldwide-kan melalui jurnal internasional,” ujar Edi Suwarno, pelaksana acara seminar dari LPPM ITB. Program Hibah Riset IA ITB merupakan program yang sesuai dengan visi misi ITB yaitu meningkatkan peran ITB untuk meningkatkan daya saing nasional. Program ini diharapkan bisa mewujudkan atmosfer riset yang baik dan budaya riset yang kokoh, berkelanjutan dan berkualitas sebagai landasan utama menuju world class university.

Penerima Dana Program Hibah Riset IA ITB 1. AB Initio Study of Amino Acid Adsorption on PolyPyrrole by Ir.Hermawan K. Dipojono, MSEE., Ph.D. 2. A Study on Global Parameters of Hilal Visibility in Perspective of Metonic and Saros Cycle by Moedji Raharto, D.Sc. 3. Supersymmetric Flows in Supergravity From Matter Multiplet by Dr. rer. nat. Bobby Eka Gunara, M. Si 4. Molecular Characterization of Soil Indigeous Bacterial Community in Industrial Wastewater - polluted 5. Agricultural Soils : Implications for Bioremediation by Siti Khodijah Chaerun, Ph.D 6. Mathematical Modelling of Surfactant Effects on The Rupture of Condensate Thin films Occurred in a Gass Transmission Pipeline by Dr. Agus Yodi Gunawan 7. Modelling granullar oscillation induced by chaos using flux equation and neural network by Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi 8. Mapping the Seismic Energy Release due to Plate Subduction Activities in Indonesia: An Attempt to Predict Earthquake by Prof. Sri Widiyantoro, Ph.D. 9. Astrometric Study of Southern Loose Star Groupings Lo 1095, Lo 1339, and Lo 1409 by Dr.Suhardja D Wiramihardja 10. Application of Compressive Sensing in Signal Processing, Imaging, and Communication by Andriyan B. Suksmono, MT., Ph.D. 11. Preparation on Nanoporous Modified Metal Oxide Thin Film for Environmental Sensor by Ir.Nugraha, Ph.D. 12. Hybrid Direct Power Control On 3-Phase 4-Wire Active Power Filter by Dr. Ir.Pekik Argo Dahono Utility of Fatigue Measures for Overhead Construction Works by Yassierli, Ph.D. 13. New Alternative Thermal Energi Production While Reducing Greenhouse Gas Emission from Coal Mine Flue Gas Using a Novel Technology of Reverse Flow Reactor by Dr. Ir.Yogi Wibisono Budhi

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

37

B E R I TA K E G I ATA N

SETELAH BERDEBAT HANGAT

KEMBALI KE STATUS SEMULA Jumat (6/3) malam itu Hatta, Ketua Umum PP IA-ITB, seperti mempertontonkan kembali kapasitasnya sebagai ‘veteran’ politik yang ulung. Lewat kepiwaiannya sebagai Ketua Sidang, mantan Ketua Fraksi di DPR tersebut terlihat rileks dan fleksibel menjembatani perdebatan yang alot mengenai soal yang sulit: status alumni dalam Kongres Luar Biasa (KLB) ITB di Gedung Aula Barat ITB, Bandung. Seperti sudah diduga dari awal, masalah inilah yang bakal alot dan memicu perdebatan. Tapi akhirnya, setelah melalui diskusi panjang di Kongres, pembahasan status alumni ITB yang berhak menjadi anggota IA ITB kembali pada status semula. Akhirnya .. plong! Semua pihak pun lega! Penyempurnaan anggaran dasar/ anggaran rumah tangga (AD/ART) IA ITB tentang status anggota tersebut merupakan rekomendasi kongres VII tahun 2007 dan penyesuaian perkembangan ITB -BHMN. ’’Penyempurnaan 38

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

AD/ART yang terfokus pada keanggotaan IA tersebut merupakan salah satu amanah kepengurusan lama,’’ kata Sekjen IA ITB Prof. Dr. Freddy P Zen. Gagasan perubahan status alumnii muncul lantaran pendataan IA dianggap membingungkan. Sebab, ada sejumlah anggota IA ITB yang tak menyelesaikan program studinya baik di D3 maupun S1. Beberapa anggota kongres berpendapat, sesuai dengan ketetapan kampus, bahwa definisi alumni adalah setiap individu yang menyelesaikan program studinya di kampus ITB. Mereka yang drop out (DO) tak bisa dikategorikan sebagai alumni. ’’Namun, mereka berhak menjadi anggota IA ITB namun dibedakan namanya menjadi Anggota Luar Biasa,’’ saran para pendukung perubahan status alumni. Artinya, anggota yang tak menyelesaikan kuliahnya di ITB tidak berhak mencalonkan diri untuk posisi ketua umum IA ITB. Draft AD/ART yang telah memasukkan rekomendasi kongres

2007 itu sebelumnya pernah dibahas oleh tim penyempurnaan AD/ART. Selain itu, pembahasan juga dilakukan oleh forum pembahasan perubahan AD/ART bersama pengda, pengjur maupun pihak ITB. Draft inilah yang diajukan dalam KLB untuk dimintai persetujuan dan disahkan sebagai bagian dari perubahan AD/ART. Sejumlah peserta kongres yang lain tak sepakat. Mereka menganggap pendapat tersebut merupakan bentuk diskriminasi. Mereka lantas menyebut beberapa mahasiswa yang tidak menyelesaikan kuliah di ITB malah mereka yang berjasa untuk negara Indonesia, seperti BJ Habibie. Selain itu ada juga yang di-DO bukan karena nilainya yang jeblok melainkan terlalu sibuk memperjuangkan nasib bangsa. Setelah berdebat selama sekitar satu jam lebih, akhirnya Hatta Rajasa selaku pimpinan kongres menawarkan dua pilihan. Pertama, apakah anggota IA ITB terdiri dari Anggota Biasa dan Anggota

B E R I TA K E G I ATA N Kehormatan saja atau, kedua, IA ITB terdiri dari Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan. Hatta Rajasa kemudian meminta rektor ITB, Djoko Santoso, selaku penasihat IA ITB untuk menyampaikan pandangannya tentang masalah tersebut. Namun Djoko pun ternyata menyerahkan permasalahan tersebut kepada forum. “Silakan semuanya tentukan maunya apa, asal setelah disepakati semuanya harus konsisten mematuhi keputusan tersebut.’’

Poin-poin penting yang menjadi perdebatan: 1. Dalam AD/ART harus ada klausul yang mendeskripsikan dan mengatur hubungan antara ITB dan IA-ITB . Sidang setuju memasukkan kalusul : ”Hubungan IA-ITB dengan ITB diselenggarakan berdasarkan asas kekeluargaan dan kemitraan yang membangun satu kesatuan yang utuh dan berbasis nilai-nilai luhur almamater ”. 2. Tata kerja menjadi bagian AD/ART. 3. Perumusan Visi dan Misi IA-ITB diselaraskan dengan Visi dan Misi ITB. Hal ini dimasukkan dalam bagian pendahuluan AD yakni “Bahwa Alumni ITB merupakan bagian dari ITB yang turut serta dalam pencapaian visi ITB dan perwujudan misi ITB berdasarkan pada nilai-nilai keunggulan, kepeloporan, kejuangan, dan pengabdian, yang secara utuh menjadi wujud kontribusinya yang bermanfaat bagi lingkungannya.” Selain itu juga dimasukkan dalam pasal mengenai tujuan IA-ITB yakni “Turut serta dalam pencapaian visi ITB dan perwujudan misi ITB.” 4. IA-ITB berkedudukan di ibukota negara. Selain itu ditetapkan bahwa IA-ITB juga memiliki sekretariat (kantor) di kampus ITB .

UTUSAN PENDA: Gaya peserta KLB dari Pengda Bali.

5. Rekomendasi kongres 2007 yang mencantumkan perlunya struktur Wakil Ketua Umum dalam AD/ART. Namun, KLB memutuskan bahwa ketua umum terpilih jika diperlukan dapat menggangkat wakil ketua umum dalam kepengurusannya. 6. Disetujui bahwa dalam struktur PP IA-ITB, Rektor ITB ditetapkan sebagai ketua Dewan Penasihat .

Setelah perdebatan yang cukup lama dan tidak kunjung usai, akhirnya Hatta Rajasa menawarkan untuk kembali ke ketetapan AD/ART sebelumnya. Yakni, siapa pun yang pernah berkuliah di ITB, lulus maupun DO, dianggap sebagai alumni ITB dan boleh menjadi anggota IA ITB. Semua setuju (untuk lengkapnya poin-poin yang menjadi perdebatan dan keputusan KLB, lihat artikel box). Kongres pun memutuskan keanggotaan IA ITB hanya terdiri dari dua macam, yaitu anggota biasa dan anggota kehormatan yaitu pihak yang berjasa kepada ITB meskipun dia tidak pernah kuliah di ITB. Rekomendasi kongres 2007 yang mencantumkan perlunya struktur Wakil Ketua Umum dalam AD/ART. Namun, dari pembahasan sidang, KLB memutuskan bahwa ketua umum terpilih jika diperlukan dapat mengangkat wakil ketua umum dalam kepengurusannya Sidang KLB juga menghasilkan belasan keputusan lain. Di antaranya, setuju memasukkan klausul yang mendeskripsikan dan mengatur hubungan antara ITB dan IA ITB. Sidang setuju memasukkan klausul ”Hubungan IA-ITB dengan ITB diselenggarakan berdasarkan asas kekeluargaan dan kemitraan yang membangun satu kesatuan yang utuh dan berbasis nilai-nilai luhur almamater ”. KLB juga menetapkan, dalam struktur PP IA-ITB, Rektor ITB sebagai ketua Dewan Penasihat. Jumlah pengurus pusat pun tidak harus berjumlah 8, 17, atau 45 orang Kepengurusan disesuaikan dengan kebutuhan (fleksibel) agar partisipasi dan kontribusi alumni terwadahi di IA-ITB. Selain itu, KLB memutuskan IA-ITB berkedudukan di ibu kota negara danmemiliki sekretariat (kantor) di kampus ITB .

7. Secara umum dalam anggaran dasar disebutkan mengenai Bab Susunan Organisasi IA-ITB yakni terdiri dari pimpinan pusat, pimpinan daerah, pimpinan program studi (menggantikan terminology juruesan yang tidak dikenal di ITB saat ini) dan pimpinan komisariat, yangmasing masing terdiri dari dewan penasehat dan pengurus 8. Lambang IA-ITB perlu disesuaikan dengan lambang ITB-BHMN. Lambang yang dipakai saat ini dianggap tetap merepresentasikan hal ini. 9. Kongres 2007 memajukan klausul agar ada definisi anggota alumni yang tegas. Dalam draft yang diajukan disebutkan adanya anggota biasa, anggota luar biasa , serta anggota kehormatan. Setelah melalui pembahasan dan argumentasi yang beragam baik dari peserta rapat maupun pandangan Rektor ITB, akhirnya diputuskan bahwa anggota IA-ITB kembali kepada definisi anggota IA-ITB yang lama yakni terdiri dari anggota biasa dan anggota kehormatan. 10. Kongres Luar Biasa memutuskan bahwa masa kepengurusan IAITB Daerah dan IA-ITB Jurusan/prodi mengikuti periode kepengurusan pusat, yakni 4 (empat) tahun. 11. Disetujui bahwa Istilah ”pra kongres” dihilangkan, seluruh acara yang dimulai dari pembukaan s.d. pemilihan ketua umum IA-ITB yang baru merupakan satu rangkaian kongres 12. Disetujui bahwa jumlah pengurus pusat tidak harus berjumlah 8, 17, atau 45 orang Kepengurusan disesuaikan dengan kebutuhan (fleksibel) agar partisipasi dan kontribusi alumni terwadahi di IA-ITB. 13. Selain hal tersebut di atas kongres kali ini juga memasukkan “Kegiatan Hibah Riset” dan “kegiatan teknopreneurship” sebagai bagian dari usaha IA-ITB yang harus dijalankan oleh setiap kepengurusan IA-ITB, siapapun pengurusnya. Naskah AD/ART perubahan yang telah dibahas dalam KLB saat ini sedang dalam proses penyusunan redaksional oleh PP IA-ITB didampingi oleh notaris.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

39

B E R I TA K E G I ATA N

TIM ‘‘IA-ITB TANGGAP’’ TERJUN KE SITU GINTUNG Mendirikan Posko di Situ Gintung, Tim IA-ITB Tanggap menyalurkan bantuan untuk korban, terjun langsung sebagai relawan, dan terlibat dalam kegiatan Trauma Healing anakanak Situ gintung

P

engurus Pusat IA-ITB telah menerjunkan Tim IA-ITB TANGGAP sejak Minggu (29/3) jam 03.00 dini hari, setelah sore hari sebelumnya melakukan survey lokasi untuk pendirian Posko. Posko didirikan di depan Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Tim yang berjumlah 10 orang ini, bertugas mendukung para relawan evakuasi mayat dan membersihkan rumah-rumah yang tertimbun lumpur. ‘’Ketika kita tiba, bantuan dari masyarakat sudah banyak. Akhirnya kita lebih fokus pada relawan dan perlengkapan yang dibutuhkan relawan,’’ Andri Fajria, Ketua Departemen Sosial IA-ITB, di Posko IA-ITB TANGGAP kepada FORUM ALUMNI Senin siang lalu. Dari sini, Tim IA-ITB Tanggap

40

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

langsung mengirimkan bantuan berupa sarung tangan, obat-obatan, perlengkapan untuk evakuasi mayat, anti septik, sapu, dan sepatu boot. Selain itu, Tim IA-ITB Tanggap juga melakukan pendataan korban, khususnya anak-anak usia sekolah. “Dalam pelaksanaannya kita berkoordinasi dengan Satkorlak Propinsi Banten dan UMJ,’’ cerita Andri, alumnus FT 89, yang juga dikenal sebagai juragan kambing ini. Tim yang diterjunkan itu, akan beroperasi selama 7 hari hingga Minggu (5/4). Selama di lapangan IA-ITB TANGGAP bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa UMJ, Yayasan Al-Amin Dharma Mulia, dan P2B. Sementara itu, sebagaimana dijelaskan Erick Ridzky/ GM 86, Koordinator IA-ITB TANGGAP, bahwa, dalam melakukan pendataan masyarakat korban akan difokuskan pada anak-anak usia sekolah, berkoordinasi dengan Lurah Cireundeu yang akan dilakukan mulai Rabu besok (1/4). Selain mengirim bantuan perlengkapan pendukung untuk sukarelawan, Tim IA-ITB Tanggap juga terjun langsung, bersama-sama dengan sukarelawan lain yang sudah aktif di sana. ‘’Tim IA-ITB Tanggap mengirimkan lima

orang untuk membantu membersihkan rumah-rumah yang masih tertimbun lumpur,’’ kata Setiawan Eko/MT 94, kepala Biro Sekretariat dan Koordinator Lapangan IA-ITB TANGGAP. Khusus untuk pendataan anak usia sekolah, IA-ITB Tanggap juga menerjunkan tim pendataan. Tim diterjunkan Selasa siang (31/3), langsung melakukan koordinasi dengan para relawan dari beberapa elemen lain diantaranya FK UMJ, BEM UI, Psikologi UI dan Yayasan Al-Amin. Setelah itu, dengan bantuan beberapa orang mahasiswa dari kedokteran UMJ dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Lurah Cireundeu. tim pendataan sejak pagi hingga sore hari. Hasilnya, tercatat ada 100 orang anak usia sekolah dan balita korban bencana Situ Gintung (lihat daftar). Masing-masing anak telah di-recheck bersama para orang tuanya yang mengungsi sementara di gedung Fakultas Kedokteran UMJ. “Saat ini mereka tengah dilakukan trauma healing bekerjasama dengan teman-teman dari psikologi UI dan Fakultas Kedokteran UMJ”, kata Kumara Sadana, relawan tim pendataan IA-ITB TANGGAP.

B E R I TA K E G I ATA N Trauma Healing dan Mobil Pintar Selain itu, bekerja sama dengan Yayayasan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), IA-ITB Tanggap juga mengirimkan Mobil Pintar. Sebagaimana disampaikan Ketua Bidang Organisasi Jetty R. Hadi (PL 75), konfirmasi kepastian pengiriman Mobil Pintar tersebut diperoleh dari Oktiniwati Ulfa Dariah, atau yang lebih disapa akrab dengan panggilan Mbak Uke, melalui telepon Jumat, 3 April. Bahkan sejak hari itu juga Mobil Pintar, semacam perpustakaan berjalan untuk anak dan remaja, sudah berada di lokasi. Bersama-sama

Data Anak Usia Sekolah dan Balita Korban Bencana Situ Gintung Data korban Situ Gintung Anak usia sekolah dan Balita yang sudah masuk ke redaksi FORUM ALUMNI hingga pukul 21.30 wib (3/4), tercatat sebagaimana dilaporkan Tim Pendataan IA-ITB TANGGAP adalah sebagai berikut: 1. Imas Pandini, 15 th, SMK Grafika, kelas 1, Kampung Poncol 2. Pandu Nugroho, 8 th, SDN Pondok Pinang, kelas 2, Kampung Poncol 3. Balqis Karima Az Zahra, 8 th, SDN Situ Gintung, kelas 2, Kampung Poncol 4. Muhammad Faizal, 16 th, SMAN 2 Ciputat, kelas 11, Kampung Gintung 5. Ahmad Fauzi, 19 th, SMK Grafika Lebak Bulus, Kelas 3, Kampung Gintung 6. Ahmad Mahmudin, 16 th, SMP Muhammadi yah 17 Gintung, kelas 3, Kampung Gintung 7. Fuad Buchari, 7 th, MI Al-Hidayah Kp Gunung, kelas 1, Kampung Gintung 8. Annisa Maulidinov, 12 th, MTs Negeri 3 Jakarta, kelas 1, Kampung Gintung 9. Sandriane Meiladinov, 8 th, SDN Situ Gintung I, kelas 2, Kampung Gintung 10. Elsa Agustin, 13 th, SMP Makarya, kelas 8, Kampung Gintung 11 Alsa Agustin, 13 th, SMP Makarya, kelas 8, Kampung Gintung 12. Devia Rahayu, 10 th, SDN Gintung I, kelas 5, Kampung Gintung 13. Ghufron Kamil, 17 th, MA Darul Ma’arif, kelas 3, Kampung Gintung 14. A. Lutfi Fuadi, 16 th, MAN 11 Jakarta, kelas 2, Kampung Gintung 15. Hilmi Karim, 15 th, SMP 164 Jakarta, kelas 3, Kampung Gintung 16. Mutia Alifia, 6 th, TK Santosa, Kampung Gintung 17. Roy Dwi Cahyo, 12 th, SMP Al Hidayah Lebak Bulus, Kampung Gintung 18. Fanny Setiawati, 17 th, SMAN 87, kelas 12, Kampung Gintung

19. Fahri S, 13 th, MTs. Nurul Salam, kelas 1, Kampung Gintung 20. Syara Anisa, 15 th, SMP Muhammadiyah Tanah Kusir, kelas 3, Kampung Gintung 21. Rayza Yonivan Bramasta, 11 th, SDN Pondok Pinang 10, kelas 5, Kampung Gintung 22. Darwin Setiawan, 17 th, SMAN 87, kelas 12, Kampung Poncol 23. Retno Wulandari, 13 th, SMPN 240, kelas 8, Kampung Poncol 24. Risma Cahyani, 14 th, SMPN 87 Jakarta, kelas 3, Kampung Poncol 25. Devi Safitri, 10 th, SDN 12 Jakarta, kelas 4, Kampung Poncol 26. Alfi, 9 th, SD Gintung I, kelas 3, Kampung Gintung 27. Dani, 7 th, SD Gintung 2, kelas 1, Kampung Gintung 28. Annis A, 13 th, SMP 87, kelas 2, Kampung Gintung 29. Faizal Arafat, 9 th, SD Min Terpadu, kelas 3, Kampung Gintung 30. Putri, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2, Kampung Gintung 31. Ayu, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2, Kampung Gintung 32.Ine Prestiwi, 12 th, SDN Situ Gintung 61, kelas 6, Kampung Gintung 33.Irgo Agustina, 8 th, SDN Situ GIntung 1, keas 2, Kampung Gintung 34. Nur Ikromah, 6 th, Playgroup Bintang Kecil, Kampung Gintung 35. Ihsan, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2, Kampung Gintung 36. Annisa, 6 th, TK,, Kampung Gintung 37. Aria, 6 th, TK,, Kampung Gintung 38. Faisal, 12 th, SDN Gintung, kelas 6, Kampung Gintung 39. Arif, 15 th, SMP YMJ, kelas 3, Kampung Gintung 40. Albi, 7 th, SD Gintung, kelas 1, Kampung Gintung 41. Keyla Putri Sabana, 2.5 th, Balita,, Kampung Gintung 42. Maulana Tabrani, 19 th,,,Kampung Gintung 43. Nila Mandarini, 14 th, SMP Fatahillah, kelas 9,

Kampung Gintung 44. Raffa Erlagga, 6 bln, Balita,, Kampung Gintung 45. Nadita, 10 th, SDN Pondok Pinang 10 Pagi, kelas 5, Kampung Gintung 46. Dini Alfionita, 15 th, Man II Pd Labu, kelas 10, Kampung Gintung 47. Rio Andika, 17 th, Man II Pd Labu, kelas 10, Kampung Gintung 48. Arreisya Citra Noorsabitha, 6 th, TK Sentosa, kelas B2, Kampung Gintung 49. Rizki Nur Rachman, 18 th,,,, Kampung Gintung 50. Sartika Yuliasih, 15 th, MTs. Nurussalam, kelas 3, Kampung Gintung 51. Mardi Sudrajat, 12 th, SDN Situ Gintung 1, kelas 6, Kampung Gintung 52. Sabrina, 4 th, Balita,,, Kampung Gintung 53. Pandu, 13 th, SMP Makarya, kelas 1, Kam pung Gintung 54. Dimas, 16 th, TM IMJ, kelas 1, Kampung Gintung 55. Rika, 7 th, SD Situ Gintung, kelas 1, Kampung Gintung 56. Fadil, 6 th, TK,,, Kampung Gintung 57. Esa, 4 th, Balita,,, Kampung Gintung 58. Reza Damu Susanto, 13 th, SMP, kelas 2, Kampung Gintung 59. Mita, 14 th, SMP, kelas 3, Kampung Gintung 60. Kemal, 8 th, SD, kelas 3, Kampung Gintung 61. Fahri, 8 bln, Balita,,, Kampung Gintung 62. Irsal, 18 th,,,,, Kampung GIntung 63. Mirsa Edi Saputra, 12 th, SMP, kelas 1, Kampung Gintung 64. Sherin, 10 th, SD, kelas 4, Kampung Gintung 65. Angga Saputra, 19 th, STM, kelas 3, Kampung Gintung 66. Indah, 16 th, SMA, kelas 2, Kampung Gintung 67. Fika, 14 th,SMP , kelas 3, Kampung Gintung 68. Shela, 7 th, SD, kelas 1, Kampung Gintung 69. Jaya Kusumah, 18 th,,, Kampung Gintung 70. Jaelani, 15 th,,,, Kampung Gintung 71. Zakaria, 10 th, SD, kelas 3, Kampung Gintung 72. Zeki, 5 th, Balita,,, Kampung Gintung 73. Muhammad Supriyadi, 15 th, SMP, kelas 3, Kampung Gintung 74. Tia, 8 th, SD, kelas 2, Kampung Gintung 75. Suhaida, 16 th, Pesantren,, Kampung Gintung 76. Sulastri Septiana, 17 th, Pesantren, kelas 3, Kampung Gintung

77. Wiwi Nur Faidah, 12 th, Madrasah, kelas 5, Kampung Gintung 78. Nurul Hidayah, 8 th, Madrasah, kelas 1, Kampung Gintung 79. Abdul Rauf, 12 th, Madrasah, kelas 5, Kampung Gintung 80. Nasifa, 8 th, Madrasah, kelas 1, Kampung Gintung 81. Ichvannus, 17 th, SMA 2 Mei, kelas 3, Kampung Gintung 82. Deka, 8 th, SD Pondok Pinang, kelas 3, Kampung Gintung 83. Deni, 15 th, SMP Muhammadiyah, kelas 3, Kampung Gintun 84. Meta, 6 thg, SDN Situ Gintung, kelas 1, Kampung Gintung 85. Ina Maryana, 19 th,,,, Kampung Gintung 86. Indra Lesmana, 15 th, SMP, kelas 2, Kampung Gintung 87. Kiki Erawati, 11 th, SD, kelas 5, Kampung Gintung 88. Reza, 10 th, SD Muhammadiyah, kelas 4, Kampung Gintung 89. Dimas, 7 th, SD Muhammadiyah, kelas 1, Kampung Gintung 90. Ferry, 11 th, Korban Yatim Piatu,, Kampung Gintung 91. Yanuar, 4 th, Balita,, Kampung Gintung 92. Akbar, 20 bln, Balita,, Kampung Gintung 93. Eva, 7 bln, Balita,, Kampung Gintung 94. Galih, 2 th, Balita,, Kampung Gintung 95. Widia, 2 th, Balita,, Kampung Gintung 96. Arin, 8 bln, Balita,, Kampung Gintung 97. Salma, 8 bln, Balita,, Kampung Gintung 98. Wulan, 4 th, Balita,, Kampung Gintung 99. Citra, 1 th, Balita,, Kampung Gintung 100.Robi, 3 th, Balita,, Kampung Gintung 101.Zahra, 5 th, Balita,, Kampung Gintung 102.Andini, 3 th, Balita,, Kampung Gintung 103.Dinda, 2 bln, Balita,, Kampung Gintung 104.Aryanti, 5 th, Balita,, Kampung Gintung 105. Anis, 5 th, Balita,, Kampung Gintung 106.Luki, 5 th, Balita,, Kampung Gintung 107.Amanda, 1 th, Balita,, Kampung Gintung 108.Sasa, 3 th, Balita,, Kampung Gintung 109.Tolet, 1 th, Balita,, Kampung Gintung 110.Aryo, 5 th, Balita,, Kampung Gintung 111.Dika, 2 th, Balita,, Kampung Gintung

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

41

B E R I TA K E G I ATA N DOMPET AMAL IA-ITB UNTUK MASYARAKAT KORBAN SITU GINTUNG Bank Mandiri A/C. 070-000-436-3391 Tangga

Nama Alumni Donatur

1-Apr 1-Apr 2-Apr 4-Apr

08158014575 Dian Syarief Sri Inayati Karyawan PT Taka Turbomachinery Indonesia Hamba Allah Doni Tertana Dessi Snorrason

6-Apr 6-Apr 8-Apr 21-Apr

dengan Tim Trauma Healing, Mobil Pintar ini bisa menjadi teman bermain dan belajar bagi anak-anak korban bencana.

Evaluasi Kelayakan Gedung Perintis UMJ Selain itu, IA-ITB Tanggap sedang menyiapkan tim untuk melakukan evaluasi/studi kelayakan lokasi dan bangunan kampus UMJ. Sebagaimana diketahui, kampus ini merupakan salah

satu korban bencana Situ Gintung dengan kerugian lebih dari Rp. 8 Milliar. ‘’Tim ini kita siapkan untuk menindaklanjuti surat permohonan Dekan Dr. Rahmat Salam, Msi untuk melakukan evaluasi atas kondisi fisik bangunan Gedung Perintis 1 tempat perkuliahan Fakulatas Ilmu Sosial dan Politik, Agama Islam dan Kesehatan. Kebetulan ini kan

Jurusan/ Angkatan

Jumlah Donasi

FA/83 ITB/83

1.000.000,1.000.000,1.000.000,-

ITB/78

4.340.000,500.000,3.000.000,3.000.000,-

JUMLAH

13.840.000,-

kompeten dengan bidang kita, yaitu di bidang keteknikan,’’ kata Andri. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, departemen sosial IA-ITB akan melakukan konsultasi dengan Kepala Bidang Hubungan Almamter Hermanto Dardak. ‘’Insya Allah kami akan membantu untuk menyiapkan tim ini,’’ kata Andri.

Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun

Musibah jebolnya Tanggul Situ Gintung di Cireundeu, Tangerang, Banten yang melanda saudara-saudara kita di Tangerang turut menjadi keprihatinan PP IA-ITB. Untuk itu PP IA-ITB mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang telah menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi yang tidak sedikit tersebut.

Bantuan para Alumni untuk Masyarakat Korban Situ Gintung, dapat disalurkan melalui :

qq. Dompet Amal IA-ITB Bank Mandiri A/C. 070-000-436-3391 Bantuan berupa peralatan sekolah bagi korban anak usia sekolah dapat dikirimkan ke:

Sekretariat IA-ITB

42

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009 Jl. Taman Patra II No.16, Kuningan, Jakarta Selatan.

OPINI

PELAJARAN DARI SITU GINTUNG Imam A. Sadisun, ST, MT

S

ITU, dalam istilah yang lebih umum, dikenal sebagai danau berukuran relatif kecil, dapat terbentuk secara alamiah maupun buatan. Situ-situ ini mendapatkan pasokan air baik dari curah hujan, mata air, atau bahkan sungai-sungai yang terdapat di sekitarnya. Beberapa situ memiliki saluran keluar (outlet) yang terkadang juga dapat terbentuk secara alamiah. Namun bisa juga merupakan konstruksi buatan, yaitu dengan membangun bendungan kecil atau tanggul. Pada mulanya, situ yang terletak di wilayah Cirendeu, Tangerang ini terbentuk secara alamiah. Tanggul pada situ ini dibangun sejak zaman Pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, yaitu pada 1933 (dikutip dari detik.com, 27/3). Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu yang dibuat Turkandi dkk.(1992), Situ Gintung berada pada satuan batuan endapan volkanik. Berdasarkan jenis materialnya, tanggul Situ Gintung berupa urugan tanah yang relatif homogen (earth dam). Pada umumnya, tanggul jenis ini terdiri dari satu jenis tanah kedap air yang dipadatkan, yang seharusnya dilengkapi dengan sistem penyalir horizontal (horizontal drain) atau cerobong (chimney drain). Sistem penyalir merupakan bagian yang penting dalam konstruksi tanggul, terutama berfungsi menurunkan garis aliran rembesan di dalam tubuh tanggul. Ketidakstabilan tanggul disebabkan berbagai faktor, yang dapat memainkan peranannya secara terpisah maupun gabungan. Salah satu faktor adalah erosi bawah permukaan di bagian hilir tanggul atau erosi buluh (piping erosion). Tanah yang umumnya kohesif hasil pelapukan endapan volkanik, cenderung mudah mengalami proses ini. Erosi ini kadang diawali dengan retaknya lereng tanggul di bagian hilir, disusul dengan runtuhnya badan tanggul. Runtuhnya badan tanggul bisa juga dipengaruhi kemungkinan rusaknya tanah bawah (subsoil) akibat erosi buluh. Bahaya akibat keruntuhan tanggul akan diperparah apabila kondisi genangan air di situ terlalu tinggi (overtopping) atau bahkan melimpas tanggul. Lebih dari itu, volume air yang melimpah tentunya akan menjadi ancaman

yang lebih besar setelah badan tanggul runtuh. Hal-hal tersebut sangat mungkin terjadi di tanggul Situ Gintung, yang mengakibatkan jebolnya badan tanggul, Jumat (27/03/09) dini hari. Sebelum tanggul runtuh, banyak yang melaporkan adanya retakan-retakan di badan tanggul. Kemungkinan besar, ini berkaitan dengan proses erosi buluh dan penurunan sebagian badan bendungan. Hujan deras yang terjadi beberapa hari sebelum jebolnya tanggul Situ Gintung, merupakan penyebab utama naiknya genangan air di situ tersebut. Situ dengan luas genangan diperkirakan mencapai 21 ha itu dan dengan volume air mencapai 1,5 juta meter kubik, telah memuntahkan sebagian besar isinya setelah badan tanggul jebol. Tak salah bila banyak korban bencana yang menyatakan banjir bandang ini seakan tsunami kecil. Bentuk morfologi permukaan tanah yang tidak rata di bagian hilir sangat memengaruhi larinya banjir bandang dan juga penyebarannya. Sistem pemantauan Dengan umur yang sangat tua, selayaknya Situ Gintung mendapatkan perhatian yang cukup. Tidak hanya sebatas faktor kapasitas dan kualitas air yang mengisi situ tersebut, tetapi menyangkut kestabilan badan tanggulnya. Apalagi, Situ Gintung ini merupakan salah satu alternatif tempat tujuan wisata yang tak jauh dari ibu kota negara, maka jaminan keamanan kepada para wisatawan pun harus diberikan. Keamanan tanggul harus selalu dievaluasi. Adanya potensi keruntuhan badan tanggul, seharusnya dapat diidentifikasi secara dini. Usaha-usaha pencegahan ini sangat penting dan sekecil apapun gejala terhadap kemungkinan kejadian keruntuhan badan tanggul harus selalu diperhitungkan. Metode lain yang cukup penting yaitu pemantauan atau monitoring. Gejala-gejala adanya ketidakstabilan lereng bendungan umumnya dapat dipantau secara visual. Ciri-ciri umum yang seringkali dijumpai adalah rembesan atau bahkan mata air di bagian sisi hilir kaki tanggul secara liar. Mata air ini lambat laun bisa berkembang dan akan mengakibatkan proses erosi bawah permukaan. Proses perkembangan erosi bawah permukaan kadang-kadang disertai dengan

retaknya tanggul, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya seluruh badan tanggul. Seiring dengan semakin berkembangnya teknik instrumentasi, bukannya tidak mungkin memasang alat pantau di setiap tanggul atau bendungan. Dari jenis alat pantau yang hanya digunakan untuk mengukur perubahan level genangan air seperti AWLR (Automatic Water Level Recording), hingga jenis alat pantau yang dapat mendeteksi pergeseran pada permukaan ataupun di dalam tubuh tanggul , seperti halnya ekstensometer. Hampir seluruh alat pantau tersebut dapat dikontrol dari jarak jauh secara real-time. Mitigasi bencana Dengan telah berkembang kawasan pemukiman yang relatif cukup padat di bagian hilir tanggul Situ Gintung, sebenarnya sangat disayangkan mengapa hal ini terjadi. Dengan kasatnya potensi risiko bencana yang ada, usaha-usaha mitigasi bencana terhadap kemungkinan jebolnya tanggul Situ Gintung seharusnya dilakukan. Mitigasi dapat dilakukan secara struktural, misalnya dengan memberikan tambahan sistem perkuatan tanggul. Bisa juga secara nonstruktural, antara lain dengan melakukan berbagai sosialisasi dan arahan yang tepat tentang potensi berbagai risiko bencana yang mungkin terjadi di sekitar kita. Mitigasi secara umum dilakukan sebelum bencana tiba, seringkali tidak menentu atau bahkan lebih cepat dari waktu-waktu yang diperkirakan. Bahkan terkadang memiliki intensitas yang jauh lebih besar dari perkirakan semula. Belajar dari peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung, sepertinya bencana ini sama sekali tidak disangka-sangka. Meskipun ada warga mengetahui indikasi ketidakstabilan tanggul, tetapi tindakan kesiapsiagaan yang dilakukannya belum terancang dan terorganisasi dengan baik. Yang perlu mendapat perhatian di sini adalah keresahan masyarakat yang tinggal di sekitar tanggul atau bendungan wilayah lain (khususnya berada di bagian hilir). Apakah hal ini akan dibiarkan terus menerus berlangsung?*** Penulis adalah Anggota Kelompok Keilmuan Geologi Terapan, FITB - ITB dan Ketua Divisi Geologi Teknik - IAGI

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

43

A L M A M AT E R

DIES EMAS

DARI PENGHARGAAN HINGGA PAMERAN PENDIDIKAN

P

ada Maret 2009 ini, Institut Teknologi Bandung (ITB) genap berusia 50 tahun. Dalam memperingati usianya yang setengah abad (dies emas), salah satu perguruan tinggi terkemuka di tanah air ini merayakannya dengan berbagai kegiatan. Acara yang dipusatkan di kampus ITB, Jl Ganesa, Bandung ini, dibuka oleh Wkil Presiden RI , Jusuf Kalla (JK) Senin (2/3) lalu. JK tak hanya membuka acara yang tergolong akbar tersebut. Ia juga rencananya akan menerima penghargaan Ganesa Prajamanggala Bhakti dari ITB. Penghargaan serupa, juga akan diberikan kepada mantan Presiden RI , BJ Habibie. Kedua tokoh tersebut akan hadir dalam acara yang dipusatkan di kampus ITB. Penghargaan Ganesa Prajamanggala Bakti Adiutama, juga akan diberikan kepada 17 orang alumni ITB baik yang sedang menduduki jabatan menteri maupun maupun mantan menteri. Mereka yang mendapat penghargaan Ganesa Prajamanggala Bakti Utama, yaitu Wiranto Arismunandar

44

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

(mantan rektor ITB), Rizal Ramli (mantan menteri), Ginanjar Kartasasmita, Jusman Syafi’i (menteri Perhubungan), Aburizal Bakrie (menko Kesra), dan Hatta Rajasa (menteri Sekretaris Negara). Tak hanya itu, ITB juga menganugrahi 29 orang diluar alumni dalam lima kategori penghargaan. Mereka antara lain Andi F Noya, Hariadi P Soepangat, dan sejumlah nama lainnya. Penghargaan diberikan dalam acara puncak yang dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla. Panen penghargaan, itulah yang terjadi dalam dies emas kali ini. Menurut Wakil Rektor Senior Bidang Akadmik, Adang Surahman, ini adalah

penghargaan terbanyak yang pernah dikeluarkan pihak civitas akademika selama 50 tahun ITB berdiri. ‘’Ini sejarah baru. Selama ini ITB pelit dalam memberikan penghargan,’’ujar dia yang ditemui di ruang kerjanya. Ada makna penting dalam pemberian penghargan tersebut. Menurut Adang, filosofi dari pemberian penghargaan tersebut yaitu kalu kita ingin dihargai maka harus bisa menghargai orang lain. ‘’Ini makna terpenting dari pemberian enghargaan tersebut,’’ujar Adang, yang juga anggota senat akademik ITB. Rangkaian kegiatan menyambut dies emas tersebut, sudah dimulai sejak Jumat (27/2) hingga puncak acara pada Senin (2/3). Kegiatan tersebut, kata Wakil Rektor Bidang Komunikasi dan Kesekretariatan, ITB, Dr Ir Benedictus Kombaitan., antara lokakarya dengan tema ‘Model Transpormasi Sikap, Karakter, dan Intelektualitas dari Posisi Siwa ke Mahasiswa’. Peserta kegiatan tersebut, yaitu para guru SMUse-Jabar dan bertempat di Campus Center Sayap Barat ITB. Selain kegiatan tersebut, panitia

Center ITB pada Jum’at 27 Februari - Minggu 1 Maret 2009. Selain itu, juga digelar pameran hasil-hasil penelitian berupa prototipe jasa ataupun produk jadi dari berbagai fakultas/sekolah, kelompok keahlian / keilmuan, pusat penelitian dan unit – unit kerja di ITB. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Barat, Aula Timur dan Campus Center ITB pada Jum’at 27 Februari – Minggu 1 Maret 2009. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut terbuka untuk umum. ITB juga membuka program kunjungan ke kampus tersbeut baik perorangan maupun pelajar dan kalangan guru.

Menarik Perhatian Pengunjung Melalui Stand Pameran dan Presentasi

D

alam rangka Dies Emas ITB, diadakan open house berupa pameran stand-stand tiap fakultas/sekolah di ITB, kantorkantor pimpinan ITB, unit-unit kerja di ITB dan presentasi fakultas/sekolah pada tanggal 27 Februari - 1 Maret 2009 di Aula Barat dan Aula Timur ITB. Pada setiap stand terdapat penjelasanpenjelasan mengenai program studi (prodi) tiap fakultas/sekolah dan penjelasan mengenai unit-unit kerja di ITB. Sedangkan, presentasi diperuntukkan bagi pengunjung yang mayoritas masih duduk di bangku SMA, berlangsung di Aula Barat ITB, merupakan wadah sosialisasi tentang keilmuan dan kegiatan pendidikan, penelitian, dan

300 Keping Koin Dies Emas Dalam rangka memperingati Dies Emas atau HUT ke-50, Institut Teknologi Bandung akan meluncurkan koin emas. Koin emas ini hanya akan dibuat 300 keping saja. Menurut Iman Sujudi, perancang koin emas ini, koin-koin tersebut terdiri dari dua jenis. Masing-masing seberat 35 gram dengan diameter 5 cm dan berat 25 gram dengan diameter 3,5 cm. Bila dinominalkan, koin-koin terbuat dari emas murni 24 karat ini berharga masing-masing Rp 50 juta dan Rp 30 juta. Sebagian dari koin-koin ini rencananya akan diberikan kepada tokoh masyarakat atau alumni yang dinilai berjasa kepada ITB. Di antaranya BJ Habibie dan Hatta Rajasa.

pengabdian masyarakat yang dilakukan masing-masing fakultas/sekolah. Lokasi pameran sains, teknologi dan seni terbagi menjadi dua, di Aula Barat dan Aula Timur ITB. Di Aula Barat terdapat stand pameran dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Fakultas Ilmu dan Teknologi Bumi (FITB), Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Sekolah Farmasi (SF), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH). Untuk kantor-kantor pimpinan dan unit-unit kerja di ITB, terdapat Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Majelis Guru Besar (MGB), Satuan Kekayaan dan Dana (SKD), Wakil Rektor

A U L A B A R AT

juga menggelar resentasi fakultas/sekolah. Kegiatan ini merupakan wadah sosialisasi tentang keilmuan dan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan masingmasing fakultas / sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Barat ITB. Dies kali ini juga diisi dengan pameran pendidikan dengan mengedepankan sistem pendidikan dan penelitian di ITB. Kegiatan ini diikuti oleh fakultas/sekolah, program studi, kelompok keahlian dan keilmuan, kantor-kantor pimpinan ITB dan unit kerja di lingkungan kampus tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Barat, Aula Timur dan Campus

Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (WRMA), Balai Penelitian (BP), Satuan Penjamin Mutu (SPM), Rektorat ITB dan Sarana dan Prasarana (SarPras). Sedangkan, di Aula Timur terdapat stand pameran Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Sekolah Bisnis dann Manajemen (SBM), Sekolah Arsitektur dan Perencanaan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Fakultas Teknologi Industri (FTI), Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), dan Sekolah Pascasarjana (SPS). Untuk stand lainnya, terdapat stand Unit Sumber Daya dan Informasi (USDI), Unit Penyelenggara Teknis (UPT), Pojok Konseling, dan lain-lainnya. Di stand FTMD, terdapat model pesawat WiSe Craft hasil pengembangan teknologi bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Selain itu, pengunjung juga dapat memainkan simulator pesawat WiSe Craft yang dapat dikendalikan oleh pilot dan co-pilot dengan joystick. Di stand SF, terdapat alat pembuat tablet secara manual. Di stand FITB, terdapat simulator gempa yang terbuat dari kotak kaca sederhana dan pasir tiup berwarna. Di stand FMIPA, terdapat teropong bintang yang dijadikan properti pameran, sedangkan di stand SITH terdapat alat fermentasi buatan dan produkproduk hasil riset berupa cendawan yang dikemas dalam bentuk teh seduh, kapsul dan sirup untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Beralih ke Aula Timur, dapat dilihat karyakarya mahasiswa FSRD berupa kursi rotan dengan berbagai bentuk futuristik dan hasil kerajinan tangan lainnya, di stand SAPPK dipamerkan maket-maket hasil karya studio mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota serta mahasiswa Arsitektur. April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 45

A L M A M AT E R

GELAR HC UNTUK SBY

MENUNGGU PASCA PEMILU 2009

S

etelah beberapa pekan silang pendapat, penganugerahan gelar doktor kehormatan (honoris causa/HC) kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)ditunda. Penundaan itu, menurut Rektor ITB Djoko Santoso, atas permintaan pribadi presiden yang disampaikan secara langsung. ”Atas keinginan dan kearifan Presiden, pemberian gelar HC kepada beliau ditunda setelah Pemilu selesai, baik pemilu legislatif ataupun pemilu Presiden. Setelah semua selesai baru hal itu dibicarakan,” kata Prof Dr Ir Djoko Santoso MSc usai menemui Presiden di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat.(6/2). Sedianya gelar doktor kehormatan itu akan dianugerahkan tepat pada Peringatan Dies Emas ITB pada 2 Maret 2009. Momen itu juga bertepatan dengan 89 tahun pendidikan teknologi di Indonesia. Dan, Yudhoyono dinilai tepat mendapat anugerah pada momen penting itu. Menurut Djoko, penundaan itu dilandasi pertimbangan Presiden terhadap berbagai aspek. Baik persoalan luar kampus maupun masalah dalam kampus ITB sendiri. Jubir Kepresidenan Andi Alifian Mallarangeng menyatakan secara lebih gamblang tentang alasan permintaan Presiden.”Agar jangan ada yang beranggapan penganugerahan gelar ini ada hubungannya dengan pemilu,’’ katanya, ’’Itu tidak baik baik ITB dan tidak baik bagi Presiden.’’ Kendati urung diberikan saat ulang tahun emas, penundaan gelar HC dinilai banyak pihak tetap saja menguntungkan SBY. Rekshidatu Lestahulu, ketua Hima Teknik Mesin ITB, isu penganugeraan itu sendiri sudah mengangkat citra SBY secara tak langsung. Dan, versi Arya Pradipta

46

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

THY, ketua Hima Matematika ITB, citra itu semakin terdongkrak. ’’Permintaan penundaan itu datang langsung dari SBY.’’ Godokan dua tahun Rektor ITB menyangkal adanya muatan politik di balik rencana penganugerahan ini. ”Salah satu alasan pemberian gelar itu karena beliau ini menunjukkan adanya hardwork, clean government, cermat, dan menghasilkan improvement di dalam membangun industri teknologi di Indonesia,’’ katanya. Ia menyebutkanpenganugeraan itu adalah hasil keputusan ITB secara institusional. Artinya, telah melalui penelaahan di Senat Akademik. Proses pengajuan gelar doktor HC kepada Susilo Bambang Yudhoyono, menurut Ketua Senat Akademik ITB Prof Dr Ir Yanuarsyah Haroen, dilakukan sejak 16 April 2007. Selama dua tahun senat mengumpulkan data, mengadakan survei kelayakan, dan melihat kiprah calon penerima anugerah. Dan, palu pun diketuk pada 16 Januari 2009 di Gedung Majelis Guru Besar ITB, Jl Surapati No 1, Bandung. Keputusan diambil lewat sidang pleno yang dihadiri 33 dari 50 anggota senat. Dari hasil rapat senat yang sudah memenuhi kuorum itu, sebanyak 60 persen mendukung pemberian gelar dan 40 persen menolak.’’Biasa kalau yang kontra itu suaranya lebih keras,’’kata Wakil Rektor Senior ITB, Bidang Akademik, Prof Dr Ir Adang Surahman MSc PhD. Perubahan sikap ITB Media massa lokal maupun nasional langsung menyambar rencana penganugerahan itu dengan debat prokontra. Pasalnya, selama ini ITB dikenal

sangat selektif dalam menganugerahi HC. Sejak berdiri, hanya hitungan jari jumlah orang yang mendapat gelar kehormatan itu. Mereka adalah presiden pertama RI, Ir Soekarno, mantan Dirjen Pertambangan Umum Sutaryo Sigit, dan mantan Menteri Perindustrian Hartarto. Sejumlah tokoh mahasiswa dan alumni pun angkat suara. Sebagian dari mereka bersuara kritis. Mereka mempertanyakan kapabilitas keilmuan SBY dan status SBY sebagai presiden dan kandidat presiden mendatang (lihat galeri pendapat). Mantan aktivis ITB Fajroel Rachman adalah salah satu alumni yang paling bersuara keras yang paling banyak di kutip di media massa. Ia berpendapat, pemberian gelar HC mestinya untuk tokoh yang diakui kapabilitasnya. Ia mencontohkan Ir Soekarno mendapatkan doktor honoris causa dari ITB karena sumbangan keilmuan teknik sipilnya, terlebih latar belakangnya memang teknik sipil ITB Ia khawatir pemberian gelar itu akan terlihat di mata publik sebagai bentuk dukungan kampus terhadap calon presiden mendatang. ”Ini sangat tidak baik untuk keilmuan,” kata Fadjroel. Kekhawatiran soal nuansa politis itu ditampik Adang Surahman. Lagipula, Adang menyebut SBY bukan satu-satunya tokoh yang menerima penghargaan. Ada lima tokoh yang sudah dan tengah digodok. Dua di antaranya berbarengan dengan SBY. Namun, Adang mengunci rapat-rapat nama-nama tersebut. ’’Takut menjadi polemik seperti sekarang.’’ Ia melihat pemberian penghargaan dari ITB sebagai bentuk kedewasaan. ‘’Jika kita ingin dihargai oleh orang lain, maka kita pun harus melakukan hal serupa,’’ kata dia. jaka/bandung

A L M A M AT E R GALERI PENDAPAT

Prof Dr Ir Adang Surahman, MSc PhD Wakil Rektor Senior Institut Teknologi (ITB) Bandung , Bidang Akadmeik

’’Bentuk Kedewasaan ITB’’ Pemberian gelar doktor honorius causa (HC) kepada Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pertimbangannya murni akademik, kenapa harus takut? Dengan banyak memberikan gelar kepada orang lain, bukan berarti ITB memurah-murahkan gelar atau merendahkan diri sendiri. Justru sebaliknya, pemberian gelar lebih banyak sebagai bentuk kedewasaan ITB dalam pergaulan dengan masyarakat. .ITB mulai memandang perlu memberikan gelar kepada orang di luar ITB. Dulu-dulu kita pelit. Kalau memberi gelar itu tidak diartikan menghinakan kita. Bahkan sebaliknya kalau kita menghargai orang lain maka orang lain akan menghargai kita. Pemberian gelar tersebut, jangan dikaitkan dengan dengan masalah lain, termasuk politik. Pihak-pihak yang mempertanyakan pemberian gelar tersebut, tentunya mereka melihatnya dari kacamata politik. Tolong jangan dicampuradukkan. Kita tidak berpikiran ke sana,.

Rekshidatu Lestaluhu

Gelar doktor HC, bukan gelar doktor beneran. Jadi, jangan menilai apakah seseorang itu pantas atau tidak mendapat gelar itu. Ini bukan gelar doktor sesungguhnya. Jangan terjebak ke situ. Biasanya pemberian gelar HC dikaitkan dengan prestasi meskipun bukan di bidang itu. Meski demikian, pemberian gelar tersebut ujungujungnya memang harus bisa dikaitkan dengan keilmuan di perguruan tinggi yang bersangkutan. Etikanya, memang harus bidang yang terkait dengan keilmuan ITB. Saya kira itu logika. Nggak mungkin ITB memberi gelar HC kedokteran. Harus ada kaitannya. Sedikit saja kaitannya nggak apa-apa. Bidang teknologi informasi (TI), merupakan salah satu bidang yang jadi pertimbangan ITB dalam memberikan gelar tersebut. SBY merupakan satu-satunya presiden yang concern terhadap masalah TI. SBYsatusatunya presiden yang pernah mengundang ITB dan meminta ITB untuk memikirkan masalah TI. Presiden mana di Indonesia yang memikirkan masalah TI?

Arya Pradipta THY

Ketua Hima Teknik Mesin ITB

Ketua Hima Matematika ITB

’’Kriteria Penghargaan Mesti Terbuka ’’

’’Pemberian Gelar Harus Lebih Selektif’’

Saya yakin pemberian gelar kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui mekanisme yang berlaku di ITB. Tentunya pemberian gelar tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Namun, saya sendiri tidak mengetahui secara pasti kriteria tersebut. Ini mestinya disampaikan pihak rektorat secara terbuka kepada masyarakat umum agar tidak jadi rumor yang negatif. Menurut penilaian saya, pemberian gelar tersebut layak diterima oleh SBY. Saya melihat SBY mampu memperbaiki kondisi disaat krisis. Meksi perbaikannya belum maksimal, namun kinerja pemerintahan SBY sudah dianggap baik. Mungkin kalau kondisi Indonesia tidak sedang krisis, apa yang dilakukan SBY akan lebih terlihat lagi. Saya melihat pemberian gelar tersebut memang bermuatan politis karena diungkapkan ke media menjelang Pemilu 2009. Saya tidak tahu siapa yang mengeluarkan isu tersebut pertama kali. Bisa saja dari kalangan rektorat ataupun kalangan parpol. Dari kalangan rektorat mungkin ada pihak yang mempunyai keinginan-keinginan, misalkan menjadi menteri, kalau SBY terpilih kembali. Ini baru dugaan saja. Meski pada akhirnya rencana pemberian gelar tersebut ditunda, namun isu tersebut sudah terlanjur menyebar d masyarakat. Saya setuju rencana tersebut ditunda setelah pemilu nanti. Namun tetap saj isu tersebut telah mengangkat citra SBY secara tidak langsung.

Pemberian gelar tersebut tidak layak untuk SBY. Apalagi gelar tersebut kalau tidak salah di bidang informasi teknologi. Terlalu murah ITB memberikan gelar tersebut kepada SBY yang kita ketahui tidak memiliki kemampuan di bidang tersebut. Seharusnya rektorat lebih selektif lagi dalam memberikan gelar. Jangan karena dia presiden lantas gelar tersebut diberikan. Sepengetahuan saya, ITB pernah memberikan gelar serupa kepada Presiden RI pertama, Ir Soekarno. Menurut saya, Soekarno sebagai seorang proklamator, layak mendapatkan gelar tersebut. Kita ketahui perjuangan dia begitu besar dan dia merupakan tokoh pembaharu negeri ini. Bahkan kiprah Bung Karno tak hanya dikenang oleh masyarakat Indonesia . Tapi, kalangan dunia pun mengakui kemampuan Bung Karno. Jadi menurut saya gelar dari ITB kepada Bung Karno sangat layak. Saya melihat ada agenda politik dibalik rencana pemberian gelar tersebut. Mengapa kepada SBY dan diberikan menjelang pemilu. Masyarakat umum saja, akan paham bahwa ada kepentingan politik dibalik pemberian gelar tersebut. Kalau sekarang rencana pemberian gelar tersebut diundur setelah pemilu, sebenarnya itu hal yang wajar. Apalagi permintaan penundaan itu datang langsung dari SBY. Ini akan mendongkrak citra SBY dalam pemilu nanti. jk

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

47

A L M A M AT E R

ADA SEKOLAH, ADA FAKULTAS

ADA JURUSAN, ADA PRODI

S Jika Anda lama tidak menengok Kampus Ganesha dan berkunjung ke sana saat ini, mungkin Anda akan menemukan hal-hal baru yang membuat Anda bertanyatanya. Tak hanya kinclong gedung dan namanya, tapi juga organisasinya. Misalnya, istilah departemen kini tidak dipakai lagi. Sebagai gantinya, muncul istilah Fakultas, Sekolah dan Program Studi. Apa sih perbedaannya dengan yang lama sebenarnya?

udah tiga tahun ini Institut Teknologi Bandung (ITB) menjalankan roda organisasinya yang baru. Karena tergolong baru, maka tak heran jika organisasi ITB yang berubah berdasarkan Keputusan Senat Akademik No 34/SK/Ko1-SA/2003 ini masih banyak mengalami kekurangan di sana-sini. ’’Ibaratnya dulu terbiasa jalan kaki, sekarang harus nyetir. Jadi belum terbiasa,’’ komentar Wakil Rektor Senior Bidang Akademik, Prof.Dr. Adang Surahman. Nah, merunut ke proses awalnya, perubahan struktur baru ini tak lepas dari amanat Peraturan Pemerintah (PP) No 155 Tahun 2000 tentang Kelembagaan ITB tentang status ITB sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Tidak Hirarkis Sesuai yang diamanatkan PP, penataan tugas dan fungsi setiap organ beserta perangkat organisasi di ITB ini dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, tentu saja untuk menjadikan ITB sebagai lembaga pendidikan yang berbasis penelitian dan keilmuan. Secara manajerial, penataan juga ditujukan untuk membagi secara jelas organ yang berfungsi akademik dan kemahasiswaan pada satu sisi; dan organ yang lebih berfungsi administratif, manajerial, dan pendukung pada sisi lainnya. Selain itu, penataan juga bertujuan untuk membuat organisasi ITB lebih efisien. ’’Kita ingin organisasi ITB lebih datar atau flat dan tidak berjalan secara hirarkis,’’ kata Adang, yang juga dikenal sebagai pakar

48

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

teknik sipil ini. Dasar penataan tak lain adalah visi dan misi ITB sendiri. Dalam visi misi ITB, kata Adang lebih jauh, tergambar cita-cita luhur untuk mewujudkan masyarakat dan bangsa Indonesia agar mampu sejajar dengan bangsa maju dunia. Untuk mewujudkannya, diperlukan keinginan kuat sivitas akademika ITB memunculkan nilai-nilai dan potensi lokal, yakni tradisi dan budaya nusantara (geososioekokultur Indonesia). Nilai-nilai inilah yang menjadi dasar bagi pengembangan sistem keilmuan melalui pencapaian kegiatan penelitian berkelas dunia, keunggulan ilmiah korporatif dan kecendekiawanan yang tinggi. Untuk bisa mewujudkan visi dan misinya sebagai universitas berciri teknologi ITB harus didukung oleh sistem organisasi yang memadai. Pengelompokan fungsifungsi organisasi yang sekarang berlaku, kata Adang, telah diputuskan berdasarkan pemikiran yang mendalam tapi tetap berpegang pada prinsip pohon keilmuan tapi

A L M A M AT E R

kontekstual. ’’Artinya, disesuaikan dengan perkembangan masyarakat agar mudah melakukan penetrasi budaya yang sesuai dengan arah kebijakan ITB, dan pada saat yang sama secara efisien dapat dikelola,’’ papar Adang panjang lebar. Menghilangkan Departemen Dalam sistem organisasi yang lama, ITB mengenal rektor, dekan, departemen (jurusan), program studi (prodi), KBK, dan dosen. Dengan keluarnya SK No 34, struktur organisasi itu dipotong setingkat. ‘’Sebenarnya pilihannya ada dua, fakultas yang dihilangkan atau departemen. Selama ini terjadi duplikasi peran. Akhirnya yang dipotong departemen,’’ kata pria kelahiran Cimahi ini. Sebelum reorganisasi dilakukan, ITB terdiri dari lima fakultas dan 34 departemen. Dengan posisi ini, dekan kadang harus membawahi enam sampai delapan program studi. ’’Ini kan berat,’’ komentarnya. Karena itulah maka fakultas dipecah menjadi 12 fakultas. Selain beban dekan menjadi lebih masuk akal, jalur dari rektor ke bawah pun jadi lebih efisien. ’’Secara organisatoris, kan lebih baik rektor membawahi 12 fakultas daripada 34 departemen,’’ kata Adang menggambarkan. Sementara pada saat yang sama beban dekan pun jadi lebih rasional. ’’Dekan tak harus membawahi enam, tujuh atau kadang delapan prodi. Cukup tiga atau empat saja,’’ katanya. Yang jadi masalah, karena organisasinya masih baru maka diperlukan waktu untuk penyesuaian. ‘’Kalau ada kesan organisasi sekarang lebih jelek diband-

ing yang dulu, ini karena belum paham. Ibaratnya, ya itu tadi, kita tadinya jalan kaki kemudian menyetir mobil. Karena nyetirnya belum bagus, maka logika kita pun jadi terbalik: lebih baik jalan kaki saja deh. Itu yang terjadi.’’ Sekalipun tata laksana organisasi baru ini sudah berjalan sekitar 80%, harus diakui masih ada kekurangan di sana sini. ’’Untuk mengatasinya memang diperlukan komunikasi dan penjelasan yang lebih besar lagi,’’ kata Adang, menambahkan.

Apakah memang pembedaan nama ini harus dilakukan? Menurut Adang, iya. ’’ Kelihatannya memang seolah-olah sama saja. Tapi cara kita memandang, kita bisa membedakan sekolah atau fakultas. Kalau di sekolah pengaturan keseragamannya lebih gampang, bikin kurikulumnya pun mudah karena memang lebih banyak kesamaannya. Tapi di fakultas lain. Ketika kita mencoba melakukan penyesuaian itu susah karena tiap prodi punya ciri-ciri sendiri lebih besar,’’ imbuh dia.

Sekolah versus Fakultas Yang mungkin menimbulkan tanda tanya, barangkali adalah adanya dualisme sekolah dan fakultas. Misalnya, ada Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), dan seterusnya. Di luar itu, ada fakultas-fakultas, seperti Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Fakultas Teknologi Indonesia (FTI), dan lain sebagainya. Lha, apakah sekolah dan fakultas merupakan dua ’’binatang’’ yang berbeda? ’’Tidak. Itu hanya perbedaan identitas saja,’’ jawab Adang. Fakultas yang prodinya serumpun dikelompokkan menjadi satu, yang disebut ’’fakultas’’. ‘’Untuk gampangnya, fakultas menyangkut rumpun yang 25-50 persen mata kuliahnya sama,’’ katanya menjelaskan. Nah, kalau sekolah adalah penamaan rumpun yang mata kuliahnya hampir 50 persen sejenis. ’’Misalnya Program Studi Arsitek dan Planologi. Karena mata kuliah yang serumpun hampir mencapai 50%, maka disebut ’sekolah’.’’

Pembagian Peran yang Jelas Dalam organisasi yang baru, pembagian peran sangat jelas. Peran unit terkecil, fakultas atau sekolah, dipimpin oleh dekan yang membawahi tiga tiga entitas, yaitu prodi (mirip eks departemen dulu), para dosen yang tergabung dalam kelompok keahli an/keilmuan (KK), dan entitas yang membawahi instusi penunjang/pendukung. Dalam penataan yang baru, Ketua Prodi tak bertugas mengurusi dosen. Dosen itu wilayahnya fakultas. ‘’Dulu ada dualisme. Saya kadang mengurus sesuatu ke ketua jurusan dan ketika mengurus gaji kenaikan pangkat ke fakultas.’’ Sekarang, Ketua Prodi hanya mengurus pendidikan mahasiswa dan pembinaan kehidupan kemahasiswaan. Para dosen berada di bawah Kelompok Keahlian (KK) yang masing-masing dimpimpin oleh seorang ketua. Di luar KK, ada perpustakaan, laboratarium, dan studio. Entitas penunjang semuanya secara organisatoris langsung ada di bawah dekan. jaka/bandung

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

49

A L M A M AT E R

HAYO, SIAPA MAU pemilihan rektor. ‘’Karena itulah maka kami akan mulai bergerak dari sekarang,’’katanya. Waktu yang panjang untuk proses pemilihan rektor, kata Yanuarsyah, diharapkan menjadi bekal tersendiri. Pada pemilihan rektor sebelumnya, pihaknya hanya memiliki sekitar empat bulan saja. Tapi sekarang masih ada waktu lebih dari enam bulan untuk melakukan persiapan. ‘’Dengan waktu yang panjang, diharapkan bisa menambah kualitas hasilnya.’’

mun payung hukum yang digunakan untuk proses pemilihan tetap menggunakan aturan yang lama. Masa kerja empat tahun ini mengacu pada PP 155 Tahun 2000. Lalu seperti apa figur yang tepat untuk meminpin ITB? ’’Figur itu harus memahami tata kelola ITB. Apalagi, dalam tiga tahun ke depan ITB sedang menata diri sesuai dengan amanah UU BHP. Figur tersebut tentunya juga harus memahami keputusan Majelis Wali Amanah dan SA. Misalnya keputusan WMA mengenai RIP atau RENIP ITB sampai dengan tahun 2025,’’ kata pakar Elektronika Gaya dan Sistem Penggerak Listrik ini. Tak hanya itu. Calon rektor juga harus memahami agenda akademik 2008-2013, harkat pendidikan di ITB, kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni di ITB, nilai-nilai ITB BHMN, kebijakan universitas riset.

Tahapan

Kriteria akan Disusun

Dalam tradisi ITB, pemilihan rektor akan dilakukan melalui tahapan-tahapan. Tahap pertama yang akan dilakukan adalah membentuk tim kecil. Tim inilah yang akan merumuskan tahapantahapan pemilihan rektor. Tim ini berisikan orang-orang yang berkompeten, baik dari kalangan Senat Akademik maupun para dosen. Tim ini juga akan merancang program pemilihan rektor pada periode berikutnya. Berdasarkan PP 155 Tahun 2000 tentang Badan Hukum Milik Negara (BHMN) pasal 36 ayat 1 butir h, Senat Akademik bertugas mengusulkan calon rektor kepada MWA yang tata caranya diatur lebih lanjut dalam keputusan SA. Hal itu diperkuat dengan anggaran rumah tangga ITB pasal 40 ayat 1 butir m.

Nantinya, kriteria calon rektor secara lengkap akan disusun oleh panitia pemilihan. Ketika menyusun kriteria, panitia bisa belajar dari pengalaman pemilihan rektor lima tahun lalu. Menurut Yanuarsyah, kriteria adalah evaluation judgment. Misalnya integritas, komitmen, kepemimpinan, jiwa wirausahawan, wawasan dan kemampuan manajerial. ‘’Sedangkan perysratan lain lebih pada verifikasi administrasi, yaitu warga negara Indonesia , sehat jasmani rohani, dan berpendidikan doktor, usia tidak akan memasuki masa pensiun ketika menjabat rektor. Mengenai usia yang tepat bagi seorang rektor ITB mendatang, Yanuarsyah tak mempersoalkannya. Kata dia, soal usia jangan dijadikan dikotomi karena itu menyangkut kodrat alam. Apalagi kalau dicari-cari lemahnya, pasti akan ketemu. ‘’Yang tua bisa disebut ngeyel, kalau yang muda dianggap belum berpengalaman.’’ Nah, repot khan? jaka/bandung

JADI ’’CAREK’’?

T

ak hanya caleg, tapi juga carek yang tampaknya ramai jadi pembicaraan di ITB. Carek? Jangan bingung, ini hanya kependekan ngawur untuk ’’calon rektor’’. Musim pemilu sih .... Ya, tidak terasa empat tahun sudah rektor sekarang, Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso, M.Sc. menjabat sebagai pimpinan tertinggi ITB. Karena masa jabatannya bakal berakhir pada 2010 mendatang, maka tidak mengherankan bila saat ini, di tengah keramaian Dies Emas 2009 ini, sudah ada kasak-kusuk: siapa nih calon rektor periode mendatang? Nah, setelah keramaian Dies Emas usai, bisa dipastikan ITB bakal diramaikan lagi oleh momen lima tahunan yang selalu ditunggu-tunggu ini. Gebyarnya memang beda, tapi pasti tak kalah seru.

Harapan Mahasiswa Yang jelas, kalangan mahasiswa sudah ada yang mulai ikut-ikutan buka suara. Para mahasiswa berharap mereka bisa turut dilibatkan, meski secara tidak langsung. Paling tidak suara dan harapan mahasiswa bisa didengar oleh Senat Akademik (SA), Majelis Guru Besar (MGB), dan Majelis Wali Amanah (MWA). ‘’Minimal kami bisa mengusulkan kriteria calon rektor,’’ kata Rakshidatu Lestaluhu, Ketua Hima Mesin ITB. Menurut Ketua Senat Akademik ITB, Prof Dr Yanuarsyah Haroen, masukan tak hanya diharapkan dari kalangan mahasiswa. Pihak luar pun, yaitu masyarakat, juga diminta masukannya dalam proses

50

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

Masa Jabatan Empat Tahun Berbeda dengan pemilihan rektor sebelumnya, periode masa jabatan rektor mendatang lebih pendek, hanya empat tahun. Na-

A L M A M AT E R ITB Raih Dua Award pada Lomba Perancangan Prosesor di Jepang TIM GANESHA ANT berhasil meraih penghargaan tertinggi dari Japan Society of Information and Communication, IEICE, pada lomba perancangan chip: LSI-Design Contest 2009. Ganesha ANT, beranggotakan mahasiswa STEI ITB: Tyson, Aisar L. Romas, dan R. Siti Intan, berhasil menyisihkan finalis dari Universitas ternama di Jepang dan Korea. Pada lomba yang sama, satu tim lagi, yaitu Team Zoiros, mendapat penghargaan dari Multinational Company, Xilinx® Award. Team Ganesha ANT mengajukan rancangan prosesor baru yang dapat mengeksekusi proses secara paralel. Prosesor tersebut memiliki keunggulan dalam kecepatan proses dibanding prosesor yang umum dipakai sekarang. Hasil rancangan tim tersebut berupa prototipe komputer kecil yang dapat menjalankan “Game Hangman”. Para juri sangat terkesan dengan inovasi baru dalam prosesor tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan harapan yang disampaikan juri agar prosesor tersebut dapat diterapkan di Industri IT. Para juri pun berujar bahwa

Mahasiswa ITB wakili Indonesia Dalam Kompetisi PARSG 2009 di Taiwan Tim GARUDA 77 dari ITB yang beranggotakan Andhika Putra Pratama, Raka Pradipta Nandiwardhana , Saifullah Abas Wahid keluar sebagai tim terbaik nasional dalam Pan-Asian Ratailing Simulation Game 2008 Indonesia (PARSG 2008). Dengan demikian, tim GARUDA 77 berhak mewakili Indonesia untuk mengikuti kompetisi final di National Central University, Taiwan. Kompetisi final tingkat dunia, akan diselenggarakan pada 15-18 Mei, memperebutkan grand prize uang tunai US$ 10.000. Sedangkan GARUDA 72 dari ITB

prosesor karya mahasiswa ITB ini dapat meningkatkan kinerja perangkat elektronika seperti Komputer, PDA, Smart Phone dan lain sebagainya. Teknologi prosesor sendiri saat ini biasanya dikuasai oleh industri-industri hi-tech, seperti Intel, Sun Microsystems, dan IBM. Tim Zoiros yang membuat rancangan prosesor dengan kecepatan mencapai 1 GigaHertz berhasil menunjukkan keunggulan sistem mereka. Prototipe komputer tim yang beranggotakan mahasiswa STEI ITB: Randy Hari Widialaksono, Ahmad Fajar Firdaus, dan Iman Prayudi juga dapat memperagakan kemampuan prosesor dalam menjalankan “Video Game Sokoban”. Kedua Tim dipersiapkan selama 6 bulan melalui kuliah perancangan chip di STEI ITB oleh Dr. Trio Adiono. Lomba ini merupakan lomba tahunan bertaraf internasional yang diadakan di kota resort paling terkenal di Jepang, yaitu Okinawa. Para juri pada lomba ini berasal dari akademisi dan perusahaan-perusahaan terkenal di dunia elektronika internasional. Prestasi ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kompetensi yang tidak kalah dengan negara industri lainnya. Hal ini juga sekaligus menunjukan kesiapan ITB sebagai institusi pendidikan bertaraf internasional. Keberangkatan tim didukung oleh Cisco Systems Indonesia dan Alumni ITB 75. (sumber:www.itb.ac.id)

Dua Tim SBM ITB lolos National Final L’oreal Brandstorm

yang beranggotakan Adriansyah Ibnu Hikam dan Henny Triana berhak atas tropi juara 2. Di tempat ketiga GARUDA 75 dari UNPAR yang beranggotakan Samuel Erlang Pratama, Yandi Tanaga, serta Trixie Aniela Suwondo. Pan-Asian Retailing Simulation Game 2009 (PARSG 2009) adalah sebuah kompetisi yang dicetuskan oleh Departemen Administrasi Bisnis, National Central Universty, Taiwan. Kompetisi ini bertujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai bisnis ritel di Asia. “Saat menjalani ronde 1-3 kami masih mengambil keputusan berdasarkan perhitungan dan analisis yang mendalam, namun pada ronde ke-4 kami hampir tidak dapat memprediksi strategi apa yang harus diambil untuk dapat menang. Akhirnya berdasarkan analisis dicampur dengan feeling yang kuat

kami dapat menentukan strategi yang tepat,” Demikian Andhika bertestimoni. The Retailing Simulation Game adalah kompetisi online. Mahasiswa akan bersaing dengan menggunakan suatu program yang disebut Chain Store Master (CSM). Program ini memungkinkan mahasiswa mengubah dan menyesuaikan parameter lingkungan bisnis sesuai dengan keinginan guna memaksimalkan keuntungan perusahaan. Dibutuhkan pemikiran strategis yang cepat dan akurat dalam proses pengambilan keputusan untuk dapat berkompetisi disini. Pada akhir periode, program CSM akan mengevaluasi kinerja dari setiap tim. Panitia lokal kompetisi ini diselenggarakan oleh Penelitian dan Pengembangan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. (sumber:www.itb.ac.id)

DUA TIM DARI SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN ITB lolos ke dalam babak empat besar national final L’oreal Brandstorm. Kedua tim tersebut, Tim Odyssey (Amal, Ifad, dan Safir) dan Tim Ganesha (Frank, Arini, dan Dito), akan bersaing dengan tim dari Universitas Indonesia dan Sekolah Bisnis Prasetya Mulya. Tim pemenang national final akan mewakili Indonesia di Paris. Prestasi ITB dalam sejarah kompetisi L’Oreal e-Strat Business Challenge patut diacungi jempol. Hampir setiap tahun ITB mengirimkan wakilnya. Tahun 2007, tim Rajawali ITB berhasil memenangkan dua penghargaan tingkat internasional, yaitu juara tiga internasional dan penghargaan SharePriceIndex (SPI, harga saham) tertinggi dunia pada final kompetisi ini di Paris. L’oreal Brandstorm adalah kompetisi marketing berskala internasional yang diadakan L’oreal.Tema marketing L’oreal Brandstorm tahun ini adalah produk parfum dari perusahaan kosmetik Maybelline New York. Dalam perlombaan setiap tim dituntut untuk mengembangkan strategi pemasaran bermutu internasional. Strategi dimulai dari tahap market research, product development, product launching, hingga communication strategy seperti pembuatan iklan media cetak dan TV Commercial. Setelah melewati tiga babak penyisihan, tim finalis diwajibkan melakukan presentasi di babak final pada 24 April 2009 mendatang. Sebelumnya, setiap finalis akan mendapatkan pembekalan materi dari praktisi marketing McCann Erickson (Jakarta), salah satu marketing agency terbesar di dunia yang berkantor pusat di New York. (sumber:www.itb.ac.id)

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

51

I O TA TA U B E TA

7

1

8

MENYAMBUT

BUNG KARNO

2

Beginilah suasana ITB 50 tahun lalu, tepatnya tanggal 2 Maret 1959 Presiden Soekarno datang ke kampus Ganesha untuk meresmikan ITB. Foto-foto diambil dari blog-nya Rinaldi Munir, dosen IF pada Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB ( http://rinaldimunir. wordpress.com/2009/01/20/foto-fotoperesmian-itb-tahun-1959-oleh-bungkarno/). Rinaldi (IF 85), dosen IF yang blognya lumayan informatif (dan direkomendasikan untuk dikunjungi) memperoleh koleksi foto-foto langka dari STEI. Nah, foto-foto

3

4 5

52

6

FORUM AL ALU ALUMNI UMNI M

I April-Mei 2009 200 0099

ini dipindai dari album milik Proffesor T.M. Soelaiman, salah satu guru besar di Teknik Elektro ITB. 1. Barisan mahasiswa siap-siap menyambut kedatangan Presiden Soekarno. Foto ini di lapangan bola yang terletak di tengah kampus (sekarang sudah berganti bangunan LabTek V, VI, VII, VIII, dan XI). 2. Presiden Soekarno datang dengan mobil sedan. Bung Karno memakai payung sendiri dan duduk agak tinggi. 3. Presiden Soekarno dan Rektor ITB saat itu berjalan dari pintu gerbang menuju lapangan bola. 4. Mahasiswa berbagai Departemen dan Fakultas berbaris rapih di pinggir lapangan bola. 5. Para dosen dan istri dosen duduk rapih di pinggir lapangan. 6. Mahasiswa berpakaian adat/nasional menuju meja protokler. 7. Bung Karno berpidato tanpa teks sambil bernostalgia menceritkan masa kuliahnya dulu di kampus TH (sekarang ITB). 8. Rektor dan Bung Karno membuka prasasti. Sekarang prasasti atau tugu ini berada tepat di tengah kampus (antara LabTek V dan LabTek VIII). Di kemudian hari mahasiswa menyebutnya sebagai Tugu Soekarno.

WA WA N C A R A

Direktur Utama PT Telkom, Tbk.

Rinaldi Firmansyah

BASKET DAN MERPATI PUTIH

MATA KULIAH

FAVORIT SAYA April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

53

WA WA N C A R A Kalau kebetulan sedang berkunjung kembali ke ITB, apa yang paling diingat? ’’Lapangan Basket!’’ jawaban ini langsung meluncur dari Direktur Utama PT Telkom Tbk. Rinaldi Firmansyah, dalam kesempatan wawancara dengan Forum Alumni di kantor Telkom, Graha Telkom, Jl. Gatot Subroto, Jakarta, Senin sore 2 Maret lalu. Harap maklum. Alumnus Teknik Elektro angkatan 79 ini memang pehobi basket dan sempat menjadi kapten tim basket ITB. ’’Biasalah kalau pemain basket itu banyak fans ceweknya, tapi istri saya bukan dari ITB lho, tapi dari Trisakti,’’ katanya. Selain aktif di unit basket, ayah tiga anak ini (dua perempuan, satu laki-laki) juga aktif di unit silat Merpati Putih. Malah kalau ditanya apa mata kuliah terfavorit, pria kelahiran Tanjung Pinang, 10 Juni 1960 langsung menjawab, ’’Basket dan Merpati Putih ha ha ha ...!’’ Di luar ’’mata kuliah’’ kegemarannya, Rinaldi juga bercerita mengenai banyak hal: bisnis telekomunikasi di Indonesia, organisasi alumni, dan ITB secara keseluruhan. Berikut penuturan lengkapnya: Bagaimana Bapak melihat ramainya pemain industri telekomunikasi baik lokal maupun asing di Indonesia? Saya rasa ramainya industri karena beberapa hal yaitu besarnya market di Indonesia dan industri ICT Indonesia masih sangat menarik, walaupun saat ini sudah terlalu banyak pemainnya. Berapa sih sebenarnya jumlah ideal pemain industri telekomunikasi di Indonesia? Susah juga memastikan jumlah idealnya. Tetapi kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain rata-rata jumlahnya sebanyak 4-6 perusahaan. Seperti di Singapura cuma 3 perusahaan, Malaysia juga 3, Thailand 4, Australia 4, China 4, India 6-7 perusahaan. Sementara Indonesia lebih banyak pemainnya. Apa efeknya bagi industri? Pertama pemakaian frekuensi menjadi tidak efisien, dan kedua terjadi perang tarif akibat perebutan pelanggan. Hal itu sebagai upaya new comer untuk merebut hati konsumen.

54

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

terkena dampak penurunan tarif itu incumbent terlebih dahulu. Akan tetapi dalam jangka menengah dan panjang, akan kembali ke equilibrium yang baru. Konsumen juga semakin cerdas dengan tidak terjebak kepada operator yang mempromosikan tarif murah namun pelayanannya kurang. Tadi disebutkan adanya peran regulator. Bagaimana Bapak melihat peran regulator dalam mengatur jumlah pemain di industri ini? Seharusnya mereka turut bertanggung jawab, toh mereka yang menerbitkan lisensi kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Telkom sendiri hanya salah satu player di industri ini. Tetapi tidak mudah juga bagi regulator untuk membatasi jumlah pemain, kecuali ada kesadaran sendiri dari si pemain untuk merger misalkan. Yang perlu diingat fungsi regulator adalah menyehatkan industri.

Bukankah diuntungkan jika harga murah? Kita harus melihatnya dari tiga pilar industri yaitu operator, konsumen dan regulator. Industri yang sehat itu tidak bisa hanya melihat dari satu sisi saja, seperti dari konsumen misalnya. Tetapi harus memperhatikan keseimbangan dua pilar lainya. Jika salah satu ada yang terganggu, maka seperti sekarang yang terjadi, dimana ada beberapa operator yang mulai goyang seperti tidak mampu membayar utang. Hal itu menandakan bisnis model mereka sudah mulai berubah. Meski sudah menggunakan strategi tarif murah untuk merebut konsumen, namun faktanya tidak semua perusahaan berhasil.

Apakah selama ini fungsi tersebut sudah berjalan baik? Sebetulnya fungsi regulator itu memberikan arahan dan standar yang sama untuk seluruh pemain. Jika sudah begini, sulit juga bagi regulator untuk memaksa mereka merger. Ambil contoh di industri perbankan, dimana ada aturan modal minimum sehingga jika ada bank yang tidak memenuhi ketentuan itu maka mau tidak mau, bank tersebut harus merger. Namun sekarang belum ada regulasi seperti itu di industri telekomunikasi. Mengherankan juga regulator bisa memberikan lisensi begitu banyak kepada perusahaan telekomunikasi.

Bagaimana Telkom menyiasati kondisi tersebut? Kalau Telkom itukan pemain incumbent sehingga kenyang pengalaman. Pelayanan dan jasa kita paling lengkap di sini. Sebenarnya awalnya kita tidak mau perang tarif, tetapi tentu saja tidak bisa terus menerus membiarkan kompetitor kita merajalela. Akhirnya terpaksa kita harus ikut juga. Kita pernah kehilangan banyak pelanggan, namun ketika kahir tahun 2007, kita turunkan tariff sehingga kita memperoleh banyak pelanggan kembali. Namun Telkom harus rela kehilangan revenue akibat tarif murah tersebut. Biasanya memang yang

Ke depan, persaingan industri telekomunikasi akan ditentukan oleh sejauh mana perusahaan kreatif dalam hal konten. Bagaimana Telkom melihat hal itu? Telkom sudah mengantisipasinya sejak dua tahun lalu. Salah satu strateginya kita beri nama defend the legacy growing the new wave. Bisnis Telkom itu sebenarnya tumbuh semua, namun ada satu line bisnis yang turun cukup signifikan sebesar 14% yaitu fixed line (telepon rumah). Jumlah pelanggannya tidak turun namun penggunaannya yang turun akibat perubahan gaya hidup dan tuntutan jaman. Untuk

WA WA N C A R A menutup kekurangan tersebut, kita bikin satu anak perusahaan yang khusus menangani konten dan multimedia, namanya PT Metra. Kita juga mulai bergerak ke bidang IT Services dengan mengakuisisi PT Sigma Cipta Caraka. Telkom juga bermain di sistem layanan pembayaran yaitu PT Finnet. Semuanya itu dibawah kendali PT Metra. Bagaimana pertumbuhan bisnis konten dan multimedia tersebut? Harus diakui dari sisi revenue jumlahnya masih kecil, namun pertumbuhannnya cukup signifikan sebesar 30% per tahun. Di bisnis new wave tumbuhnya di atas 50% per tahun. Namun karena basisnya masih kecil belum dapat menutup penurunan di fixed line tadi. Ke depannya kita tidak punya pilihan lain selain mengembangkan bisnis berbasis konten dan multimedia. Kontribusi pendapatan Telkom yang terbesar darimana? Pertama seluler, kedua fixed line termasuk interkoneksi, ketiga baru multimedia dan konten. Seluler masih tumbuh, new wave tumbuh di atas 50%, fixed line yang turun. Terkait dengan Ikatan Alumni ITB. Ada yang beranggapan organisasi semacam ini hanya sekadar ajang kangen-kangenan. Benarkah anggapan itu menurut Bapak? Tidak ada yang salah juga juga sebagian fungsi ikatan alumni dan yang sejenisnya sebagai sarana untuk bernostalgia. Tetapi disamping itu ikatan alumni berfungsi untuk saling sharing, punya link dengan almamater. Bahkan bagi almamater seperti ITB, IA ITB diposisikan sebagai saluran untuk menjaring suara alumni. Di IA ITB, Ketuanya kan sebagai ex officio anggota Majelis Wali Amanat. Pengurus IA ITB itu bukan orang yang bekerja full time, meski ada Direktur Eksekutif yang bekerja secara full time. Namun yang harus digarisbawahi IA ITB itu terikat dengan program-program yang sudah dibuat. Sehingga tidak bisa digunakan secara cepat untuk merespon isu-isu nasional. Apa program bapak selaku ketua Bidang Pelayanan dan Hubungan Alumni IA ITB? Pertama pemberian informasi kepada alumni. Yang sudah berjalan itu

... yang berkesan itu Profesor Sudjana Syafei. Ketika mengajar analisa numerik yang penuh dengan diferensial dan integral yang rumit, saya tanya “Pak, kalau sudah bekerja, apa gunanya rumus-rumus itu?”. Beliau langsung marah dan menyuruh saya keluar dari kelas ... sub ketua Sdr. Eki, ada komunikasi ikatan alumni dengan sesama alumni dan ITB. Kedua, program pengembangan karir seperti keikutsertaan dalam carrier day. Ketiga, peningkatan skill alumni yang sudah kita adakan beberapa kali baik yang berupa majelis reboan (kita undang alumni ke sekretariat untuk saling sharing) kedua kita punya program training namanya self inside awareness melanjutkan program pengurus yang lama. Program itu ditujukan untuk alumni-alumni muda, dimana mereka dibekali kemampuan non teknikal agar bisa sukses. Program ini sudah berjalan tiga kali dan pesertanya cukup lumayan banyak Pesertanya mayoritas dari ITB dan sedikit dari luar ITB. Feedbacknya cukup baik selama ini. Bagaimana sinergisitas IA ITB dengan rektorat ITB? Selama ini memang masalah sinergi IA dengan ITB belum jelas arahnya. Namun dalam dua tahun terakhir ada peningkatan kejelasan hubungan tersebut. Di ITB sendiri sudah ada struktur yang mengurusi hubungan alumni. Beberapa program kemitraan yang dijalankan antara IA dengan ITB juga kerap dilakukan. Sehingga bisa dikatakan selama dua tahun ini hubungannya harmonis. Perwakilan alumni juga sudah duduk di Majelis Wali Amanat.Sebenarnya kalau dari IA ITB sudah baik sejak dulu, namun baru dua tahun ini rektorat mempunyai pejabat yang secara khusus menangani hubungan dengan alumni.

Bagaimana kualitas lulusan ITB sekarang? ITB masih jadi yang terbaik sampai saat ini di Indonesia. Selain masalah keteknikan yang sudah mereka kuasai, para fresh graduate ITB harus ditingkatkan skill non teknisnya. ITB dikenal sebagai kampus nomor wahid. Namun kenapa alumninya banyak yang berkiprah justru di luar bidang teknik? Di ITB itu lokasi kampusnya sangat solid karena satu lokasi. Kedua, kebebasan berekspresi sangat dihargai. Ketiga unit kegiatan mahasiswanya banyak yang tidak berhubungan dengan ilmu yang dipelajari mulai dari olahraga, seni dan ilmu kemasyarakatan. Input mahasiswa ITB juga berasal dari yang terbaik di sekolahnya sehingga mereka memang memiliki kelebihan dibanding yang lain. Masih main basket sekarang? Di Telkom kan ada sarana lapangan basket, makanya saya masih main basket. Selain itu, anak saya yang kecil juga ikut klub basket, sehingga sambil nganterin dia ya saya main juga. Apa yang paling berkesan dari ITB? Sistem pembelajarannya tidak ortodoks, dan saling mengenal satu sama lain karena adanya masa orientasi di tahun pertama. Selain itu ITB juga memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk tidak ikut kuliah asalkan bisa lulus. Ada dosen favorit? Yang favorit tidak ada, tetapi yang berkesan itu ada yaitu Profesor Sudjana Syafei (mantan rektor ITB). Saat itu ketika mengajar analisa numerik yang penuh dengan diferensial dan integral yang rumit, saya tanya “Pak, kalau sudah bekerja, apa gunanya rumus-rumus itu?”. Beliau langsung marah dan menyuruh saya keluar dari kelas. Tapi alhamdulilah mata pelajaran itu saya lulus dan dapat “A”. Kedua, ketika saya mau tugas akhir, saya pinjam desktop IPTN karena butuh algoritma yang besar melalui beliau, karena saat itu beliau ketua laboratorium IPTN. Beliau memberikan memo dan saya bisa pinjam desktop itu. Dari situ saya menilai beliau bukan tipe pendendam dan sangat demokratis.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

55

KIPRAH ALUMNI

IR GALAILA KAREN AGUSTIAWAN

SRIKANDI

ITB

DI ‘KURSI PANAS’

W

ajahnya memerah menahan kesal, matanya berkacakaca. Mungkin Karen tak menduga, ia bakal kena pelonco di Komisi VII DPR. Gara-gara ia minta izin tak mengikuti sidang sampai selesai lantaran dipanggil Istana Negara untuk membahas gas ke pabrik Pupuk Kujang, anggota DPR kesal. Ia pun harus mendengarkan tumpahan kekesalan itu. Ujung-ujungnya, anggota DPR itu mempermasalahkan pemilihan direksi Pertamina. ’’Anda itu tidak cukup umur dan dengan masuknya Anda merusak merit system yang ada di Pertamina. Anda tidak memiliki kualitas dan pengalaman untuk menjadi dirut salah satu BUMN andalan negara,’’ tuding sang anggota DPR. Pertikaian Pertamina dan Komisi VII DPR selama sepekan lebih itu sempat meramaikan media massa. Namun, masalah rampung begitu direksi Pertamina bersalaman, menyatakan permintaan maaf. Begitulah pengalaman hari-hari pertama Karen Agustiawan menjadi Dirut Pertamina. Sorotan pada Karen memang amat tajam. Ia adalah perempuan pertama yang mengomandani perusahaan minyak negara yang sudah berumur 41 tahun itu. Dipandang sebelah mata di dunia maskulin sudah biasa bagi alumni ITB itu. Sebagian besar kariernya malangmelintang di industri minyak yang identik dengan maskulinitas. ” Saat saya masuk, banyak yang mempertanyakan, bisa apa cewek ini.” ungkap perempuan kelahiran Bandung,19 Oktober 1958 ini dalam sebuah wawancara. Banyak yang mengakui, she did bring something.

Srikandi Pertama di Pertamina Ir.Galaila Karen Agustiawan dilantik BUMN Sofyan Djalil, pada 5 Februari 2009. Sarjana Teknik Fisika ITB angkatan 1978 memulai kariernya di Mobil Oil Indonesia sebagai analis dan programer dalam pemetaan sistem eksplorasi pada 1984. Empat belas tahun ia meniti karier di Mobil Oil Indonesia, dan sempat bergabung bersama Halliburton Indonesia. Dan, sejak 2006 ia masuk Pertamina sebagai staf khusus. Tahun kedua di tempat barunya ini, ia mendapat kepercayaan menjadi direktur hulu. Belum lagi menyelesaikan jabatannya, ia diberi tanggung jawab lebih besar lagi: dirut Pertamina. Karena pengalamannya di bidang perminyakan itulah, menurut sebuah 56

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

Ir Galaila Karen Agustiawan Lahir : Bandung, 19 Oktober 1958. Pendidikan terakhir : Sarjana Teknik Fisika ITB: Karier: Dimulai di Mobil Oil Indonesia sebagai system analyst dan programmer pada tahun 1984. Sebelum diangkat menjadi Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) menjabat sebagai staf ahli Direktur Utama Bidang Hulu PT Pertamina (Persero).

media, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengusulkan nama Karen. Suatu posisi puncak yang merupakan ’kursi panas’. Betapa tidak, sejak 2006 sudah sebanyak enam nama silih berganti memegang tampuk pimpinan Pertamina. Mereka diganti sebelum masa jabatan berakhir. Seperti Ari H Sumarno bersama direksi baru akan habis masa jabatannya pada 2011. Bersama Omar S Anwar yang menjabat wakil dirut Pertamina, nama Karen seolah muncul tanpa terduga. Kedua nama itu tak terdeteksi media massa saat fit and proper test pada Sabtu (31/1) dan Minggu (1/2). Tak heran nama mereka tak muncul di media massa hingga pagi hari menjelang pelantikan. Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu secara tak terduga menyingkirkan sejumlah nama lain yang juga disebutsebut berpeluang menggantikan Ari H Soemarno. Orang-orang itu adalah Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal, mantan Senior Country Officer JP Morgan Indonesia Gita Wirjawan, dan mantan Kepala BP Migas Kardaya Warnika. Bahkan tokoh kawakan seperti mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Erry Riyana Hardjapamekas serta mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto. Purnomo Yusgiantoro menampik latar belakang politik di balik terpilihnya Karen Agustiawan dan Omar S Anwar. Alasannya karena pemerintah menginginkan BUMN perminyakan tersebut seperti PT PLN (Persero). ”Karena PLN ini pimpinannya mengerti teknis dan Wakil Dirutnya mengerti manajemen,” ungkap dia. Karen didampingi Omar S Anwar yang sebelumnya menjabat Dirut PT Rio Tinto dan mantan direktur Bank Mandiri, menurut Menteri Negara BUMN Sofjan Djalil, merupakan upaya penyegaran

Pengalaman kerja : System Analyst dan Programmer di Mobil Oil Indonesia (1984-1986) Seismic Processor dan Quality Controller di Mobil Oil Indondonesia (1987-1988), Mobil Oil Dallas USA (1989 -1992) Mobil Oil Indonesia sebagai Project Leader di Exploration Computing Department (1992-1996), Mutual Agreement Separation Package Mobil Oil Indonesia (1996-1998), CGG Petrosystems di Indonesia sebagai product manager aplikasi G&G dan data

di Pertamina. Misi yang dibebankan pada mereka adalah menjadikan Pertamina menjadi perusahaan migas kelas dunia. Bagi Karen, khususnya, pemerintah menginginkan Pertamina bisa mendongkrak kinerja produksi migas. Sebab, sektor hulu inilah yang menjadi sumber keuntungan dan pertumbuhan perusahaan. Kepada wartawan, istri Herman Agustiawan ini mencermati adanya

Saat saya masuk, banyak yang mempertanyakan, bisa apa cewek ini?

perubahan cara berpikir di Pertamina. Dulu orang masuk Pertamina lebih untuk keamanan kerja, masuk Pertamina untuk menghidupi keluarga. ”Sekarang harus diubah menjadi I’m proud to be Pertamina family. Kayak dulu di ITB zaman Posma, kan ada spanduk selamat datang putraputri terbaik Indonesia. Saya pengen begitu di Pertamina, selamat datang sarjana terbaik di Pertamina.” Saat tongkat komando ada di tangannya, Karen punya bayangan apa yang harus dihadapinya. Ia menginginkan Pertamina mampu menerapkan good corporate governance. ”Kalau ini jalan, maka segala bentuk intervensi yang merugikan perusahaan dan negara, at all cost, tidak tolerir,” tegas ibu tiga anak ini.

manajemen (1998), Landmark Concurrent Solusi Indonesia sebagai domain specialist (1998-1999), di tempat yang sama sebagai business development manager (2000-2002), Halliburton Indonesia sebagai Commercial Manager for Consulting and Project Management (2002-2006), Staf Ahli Direktur Utama bidang Hulu PT Pertamina (Persero) (2006-2008) Direktur Hulu Pertamina (Persero) (20082009) Dirut Pertamina (Persero) (2009)

dihadapi Karen dan Omar memegang kendali Pertamina: kelangkaan gas dan BBM. Masalah itu menggoyang kepemimpinan pendahulu mereka. Salah satu kasus yang parah adalah saat Pertamina tak mampu menjamin kelancaran distribusi premium ketika pemerintah menurunkan harga premium pada 1 dan 15 Desember 2008. Saat itu, banyak pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang enggan mengisi stoknya sesuai volume normal, karena mereka khawatir merugi akibat selisih harga beli dan harga jual. Pertamina dianggap tak mampu menyiapkan mekanisme kompensasi atas potensi kerugian yang dialami pengelola SPBU, agar pasokan premium tetap terjamin. Menanggapi kelangkaan tersebut, Presiden sempat menyatakan kemarahannya kepada manajemen Pertamina. Karen sendiri mengaku tertantang oleh ‘medan tempur’ di depan matanya. ’’Saya sekarang memimpin tujuh anak perusahaan, itu berat, tetapi menantang.” Putri Prof Dr Soemiatno, mantan dirut PT Biofarma, ini ingin akan menjadikan Pertamina minimal sama dengan Petronas, perusahaan minyak Malaysia. Kendalanya,”Ini soal keseimbangan, we can not see our selves as a full private corporate karena ini kan perusahaan pelat merah yang mengemban tugas negara.” . Karen memandang Pertamina di satu sisi sebagai korporat, maka untung harus diraih. Sisi hulu pun digenjot. Namun, di sisi hilir, banyak aspek sosial yang harus dihadapi. . Dalam melaksanakan tugasnya, Karen menegaskan tidak akan menerima intervensi dari pihak mana pun. ”Kalau intervensi merugikan Pertamina dan negara tidak akan saya layani,” tegasnya.

IKLAN DISPLAY 1 HALAMAN

Tantangan Inilah tantangan yang langsung

215 X 280 MM

berbagai sumber/nn

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

57

KIPRAH ALUMNI Modal bukanlah faktor utama untuk menjadi pengusaha sukses. Hal itu telah dibuktikan oleh Herry Moelyanto, pendiri PT Megacipta Sentra Persada dan PT NH Persada, perusahan yang bergerak di bidang konstruksi, rekayasa dan perdagangan. Dengan modal awal yang relatif kecil, ia ternyata sukses mengembangkan bisnisnya. “Bisa menjaga kepercayaan klien,” ujarnya membuka rahasia suksesnya.

HERRY MOELYANTO

DARI RS PERTAMINA HINGGA BIN LADEN

Untuk mendapatkan kepercayaan dari klien bukanlah perkara mudah. “Perlu pengorbanan dan kesabaran,” kata Herry. Demi mendapatkan kredibilitas agar bisa dipercaya oleh pasar, ia rela menerima bayaran jauh di bawah harga normal. Hal tersebut dialaminya ketika merenovasi Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Jakarta pada tahun 1993. Herry dipercaya untuk mengerjakan desain mechanical engeneering (ME) RSPP. Mengingat besarnya nilai proyek, idealnya ia mendapat bayaran sekitar Rp 400 juta. Namun ia hanya menerima nilai kontrak sebesar Rp12 juta. Itu pun realisasi pembayarannya hanya Rp 9 juta. Padahal ia harus mengerjakan desain ME tersebut selama enam bulan.

Ajang Pembuktian Diri Menurut Herry, bukan tanpa alasan jika ia menerima tawaran yang tidak masuk akal tersebut. “Ajang pembuktian diri,” ujarnya. Ia ingin agar karyanya bisa diketahui oleh pasar, sehingga mendapatkan reputasi. Perkiraannya ternyata tidak meleset, karena setelah itu Megacipta kebanjiran order. Herry mengungkapkan, proyek RSPP merupakan titik awal kesuksesannya sebagai kontraktor. Sebab setelah itu banyak proyek berskala besar yang dikerjakan oleh Herry. Beberapa proyek tersebut antara lain pembangunan Gedung Pewayangan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Gedung Graha Energi milik grup Medco, dan stadion Palaran di Samarinda, Kalimantan Timur.

Taman Mini dan Pinjaman Ibu Tien Herry memiliki kisah menarik soal pembangunan gedung wayang di TMII.. Sebelumnya ibu Tien menunjuk salah satu perusahaan kontraktor BUMN untuk mengerjakan proyek tersebut, namun tidak deal karena masalah nilai kontrak. Kontraktor tersebut meminta nilai kontrak sebesar Rp4 miliar, namun dana yang tersedia hanya sebesar Rp2,2 miliar. Kemudian ibu Tien meminta Herry untuk mengerjakan proyek tersebut karena terkesan dengan karyanya di RSPP. Setelah dianalisa, Herry menyanggupi permintaan tersebut. Ibu Tien sempat terkaget-kaget dengan kesanggupan dirinya. “Kok, kamu bisa dengan dana sebesar itu, padahal perusahaan BUMN saja tidak sanggup,” ujarnya menirukan perkataan ibu Tien saat itu. Karena tidak memiliki uang, maka Herry meminta ibu Tien menalangi dan deal tercapai. “Jadinya dana proyek pinjam uang ibu Tien.” 58

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

KIPRAH ALUMNI

kunci sukses dalam bisnis apapun tergantung pada tiga hal yaitu niat, kemampuan menjaga trust dan profesionalitas. Tawaran Bin Laden Kesuksesan Herry sebagai kontraktor juga diakui oleh dunia internasional. Buktinya pengusaha sekelas Bin Laden pernah memintanya untuk mengerjakan proyek di Arab Saudi. “Nilai kontraknya cukup menggiurkan,” ujarnya. Namun tawaran tersebut terpaksa tidak diturutinya. Sebab, Bin Laden memintanya memboyong 700 orang tenaga kerja ke negeri kaya minyak tersebut. “lha, bagaimana dengan proyek yang disini,” ujarnya. Tawaran lain juga pernah datang dari negara Oman dan ia pun menolaknya. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, dengan reputasi yang dimilikinya, ia tidak perlu repot-repot mencari proyek. “Alhamdulilah, proyek datang sendiri.”

harga normal. Akibatnya, nilai kontrak yang sudah disepakati tidak lagi menguntungkan. “Risiko bisnis konstruksi,” ujarnya. Herry sendiri pernah rugi hingga Rp1,7 miliar pada proyek di Pluit. Demi menjaga sikap profesionalnya proyek itu tetap dikerjakan hingga selesai. Omset Megacipta mencapai puncaknya pada tahun 2007 hingga mencapai Rp100 miliar . Namun karena adanya krisis finansial maka omsetnya kini merosot sebesar 50% menjadi Rp 50 miliar. Tenaga kerja tetap sebanyak 70 orang dan tenaga kontrak sebanyak 500 orang. Ke depan, Herry mentargetkan Megacipta akan go public. “Insya allah 5 tahun lagi,” ucapnya. Ia juga berharap krisis segera berakhir dan pemilu menghasilkan pemimpin yang dapat

Niat, Menjaga Kepercayaan dan Profesional Menurut Herry, kunci sukses dalam bisnis apapun tergantung pada tiga hal yaitu niat, kemampuan menjaga trust dan profesionalitas. Sebagai mantan aktivis Salman ITB, ia menilai niat memiliki peran penting dalam menggapai keberhasilan. “Semua amal tergantung dari niat,” ujarnya. Sedangkan kepercayaan atau trust dapat diperoleh jika bekerja dengan perform terbaik. Berdasarkan pengalamannya, untuk menjadi kontraktor yang dapat dipercaya dibutuhkan waktu minimal lima tahun. Karena merupakan kontraktor yang sudah dipercaya, maka Herry mendapatkan kemudahan dari prinsipal untuk membayar barang secara tempo. Dengan begitu, cashflow perusahaan tidak terbebani.

Profesional Kadang Siap Rugi Sikap profesional juga sangat dijunjung tinggi olehnya. Profesional berarti mengerjakan proyek sesuai dengan isi kontrak, apapun kondisi yang terjadi. Seperti saat ini, dimana nilai kurs dan harga-harga barang material melonjak rata-rata dua kali lipat dari

menciptakan stabilitas keamanan yang kondusif.

Dari Software hingga Biro Perjalanan Haji Sejak aktif di Kokesma, Herry tidak pernah berpikir untuk menjadi pegawai meski di perusahaan ternama sekalipun. Ia tetap konsisten ingin menjadi pengusaha. Makanya tidak heran, ketika lulus dari ITB tahun 1989, ia langsung merintis usaha. “Bisnis pembuatan aplikasi softtware,” ujarnya. Bisnis softwarenya hanya bertahan enam bulan karena kemudian ia mendapat tawaran dari alumni ITB untuk mengerjakan proyek ME. Bersama seorang temannya sesama aktivis Kokesma, Nurhuda, ia mendirikan perusahaan kontraktor. Uniknya, mereka saling bertukaran posisi, dimana pada PT Megacipta Herry bertindak sebagai direktur dan Nurhuda sebagai Komisaris. Sedangkan di PT NH Persada, Herry menjadi komisaris sedangkan Nurhuda menjadi direktur. “Chemistry kami cocok,” ujarnya.

Belajar di KOKESMA Jiwa bisnis Herry sudah terasah sejak ia menjadi pengurus Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa (KOKESMA) ITB tahun 1985. Alumnus ITB Teknik Fisika’83 ini menjabat sebagai ketua bidang pengembangan pendidikan dan latihan (bangdiklat). Tugas utamanya adalah menyebarkan “virus” entrepreneurship kepada mahasiswa ITB. “Saya belajar banyak tentang bisnis selama di Kokesma,” ucap Herry. Bisnis Kokesma meliputi kantin mahasiswa, toko buku, dan fotocopy dan lain-lain. Total dana kelolaan Kokesma mencapai ratusan juta rupiah. Sebagian besar diperoleh dari kantin. Di Kokesma Herry jadi mengerti proses bisnis seperti harga bahan baku, proses produksi, hingga menentukan harga jual. “Kokesma ibarat kawah candra dimuka,” ujarnya. Herry menerima gaji dari Kokesma sebesar Rp25 ribu per bulan.

drajat

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

59

G AYA H I D U P

KESEGARAN DI SEKITAR TOL JAGORAWI

R

umput hijau, udara segar, dan lingkungan indah yang jauh dari kebisingan kota, lalu apa yang menjadikannya kurang? Benar. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa lapangan golf telah menjadi salah satu tempat favorit pilihan bagi kaum menengah ke atas yang mapan di sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk kota besar seperti Jakarta. Lapangan tak hanya menjadi tempat bermain golf atau sarana membangun kebersamaan bersama teman-teman, tetapi juga menjadi sarana untuk lobi dan membicarakan bisnis bersama relasi. Total, tak kurang ada sekitar 40 lapangan golf di sekeliling kota metropolitan Jakarta – tersebar di empat penjuru angin dengan akses jalan tol atau jalan lingkar. Sebagian besar terletak di kawasan suburban Bogor, Tangerang dan Bekasi (Botabek). Berikut adalah beberapa lapangan golf yang ada di lingkungan jalan Jagorawi, Jakarta.

Emeralda: Tuan Rumah Indonesia Open 2006 Salah satu lapangan di kawasan ini adalah Emeralda Golf Club, terletak di desa Tapos, Cimanggis, Depok – seki60

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

tar 30 menit perjalanan lewat tol dari Semanggi, Jakarta. Sebagai salah satu lapangan golf terbaik di area Botabek, lapangan 27 holes rancangan Arnold Palmer dan Jack Nicklaus ini menjadi saksi bagi sejumlah turnamen lokal dan internasional. Di antaranya Enjoy Jakarta HSBC Indonesia Open 2006 yang merupakan rangkaian dari turnamen bergengsi PGA Tour Eropa. Dengan clubhouse bergaya klasik kolonial, lapangan yang dibangun sejak tahun 1994 ini memiliki keanggotaan baik warga lokal maupun ekspatriat serta turnamen bulanan untuk anggota.

Jagorawi: Bukan untuk Pemula Tak jauh dari Emeralda, ada Jagorawi Golf and Country Club. Terletak di Jl Karanggan, Desa Cipaeun, CibinongBogor, lapangan 45 holes ini merupakan lapangan tertua di kawasan Botabek. Terletak di lokasi yang strategis, di tepi jalan tol Jagorawi dan relatif dekat dengan kota Jakarta. Dibangun secara bertahap sejak tahun 1975, lapangan rancangan Peter Thompson, Zakir dan Michael Wolveridge dikenal sebagai lapangan yang paling sulit di Jakarta. Sebuah majalah golf asing malah melukiskan Jagorawi Golf

sebagai ‘lapangan yang tidak memberi ampun terhadap pemain pemula.’ Keanggotaan di klub ini relatif beragam, warga lokal dan ekspatriat Eropa/AS/Australia, Jepang serta sebagian besar warga Korea yang bekerja di Indonesia.

Permata Sentul: Medan Perbukitan yang Menantang Agak ke selatan lagi menyusuri jalan tol Jagorawi lalu keluar ke arah Sentul, ada Permata Sentul Golf & Country Club. Lapangan yang menjadi bagian dari kelompok Ciputra, perusahaan property kenamaan di Indonesia, terletak di Jl. Leuwinutug, Desa. Tangkil Citeureup, Bogor. Dengan desain standar internasional, lapangan hasil rancangan Thompson, Wolveridge & Perret ini memiliki 18 holes dengan dominasi lapangan perbukitan. Di 9 holes bagian depan didominasi permainan naik kearah perbukitan, sementara 9 holes ke belakang didominasi permainan menuruni perbukitan. Selain medannya yang lumayan menguras tenaga, ruang geraknya pun terbatas dan menjadi tantangan bagi pegolf yang main di sana.

REHAL ‘‘CLIMATE CHANGE’’ YANG ENCER Perubahan Iklim. Mungkin kata ini sudah sering Anda dengar dan Anda baca. Tapi seperti Perubahan Iklim (Climate Change) sebenarnya? Fondasi dan perdebatan ilmiahnya? Yang pro dan yang kontra? Protokol Kyoto dan perdagangan karbon? Dampaknya bagi manusia? Apakah dia akan benarbenar terjadi atau hanya sekadar gosip ilmiah saja? Jika Anda ingin memiliki panduan yang bisa dengan cepat dan gampang mengenai perubahan iklim, buku ini mungkin bisa menjadi pilihan pertama. Disajikan dengan bahasa populer yang tidak membuat kening berkerut, The Rough Guide to Climate Change memang bisa menjadi panduan bagi saja Sebagai panduan, buku ini terbilang komprehensif siapa saja. karena ddia memaparkan tak cuma sebagai isu politik yang hangat, tapi juga kontroversi dan perdebatan ilmiahnya. Jika Anda bukan tipe orang yang suka membaca secara detail, buku ini pun layak menjadi pilihan karena bisa dibaca denga dengan secara tidak urut, melompat-lompat, dari pointer satu kke pointer lainnya – terserah apa yang menjadi perhatia hatian Anda. Atau kebingungan Anda. Perannya mungkin sepe seperti ensiklopedi ringan. KKarena bentuknya yang kompak, buku ini cukup ring ringan untuk diselipkan ke tas notebook atau bahkan dit ditenteng. Dan Anda pun bisa membacanya di mana saja: di mobil, di kafe, aatau malah mungkin (maaf) di toilet!

GADGET iPHONE 3G VERSI ‘‘RESMI ‘‘ Setelah beberapa lama baru beredar versi oprekannya, akhirnya iPhone 3G secara resmi diperkenalkan ke publik di Pacific Place, Pavilion-South Entrance, Jakarta Selatan, 20 Maret 2009. Seperti biasa, iPhone 3G ini selalu mengandeng operator seluler di suatu negara ketika memasarkan produk tersebut. Di sini, iPhone rupanya memilih berjodoh dengan Telkomsel. Melalui situs web resminya, Telkomsel pun telah menyediakan formulir pemesanan untuk pembelian iPhone 3G. Soal harga, Telkomsel membedakan antara pascabayar dan prabayar. Untuk prabayar iPhone 3G 8GB dijual dengan harga Rp.9.605.000,- sedangkan 16GB dijual dengan harga Rp 11.205.000,-. Harga termasuk bonus akses internet 500 MB. Sedangkan bagi pelanggan pasca bayar, Telkomsel menawarkan berbagai Paket PostPaid Turbo, PostPaid Turbo Plus, Paket Post PaidTurbo Premium (rinciannya bisa dilihat website Telkomsel). Dengan peluncuran iPhone 3G versi resmi, bisa dipastikan versi oprekan akan turun harganya. Pada sisi lain, beredarnya iPhone resmi ini makin meramaikan persaingan pasar smartphone di Indonesia.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

61

KENCAN

Purwacaraka

Terus Terang, Rindu Pisan Euy ….! Bagi Purwatjaraka perayaan Dies Emas ITB ternyata menyimpan sebuah makna personal. Komposer kondang yang juga berstatus sebagai alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku dengan adanya perayaan Dies Emas yang akan dihelat 2 Maret 2009 telah memberinya kesempatan kembali ke kampus. ‘’Terus terang sudah rindu pisan euy,’’ kata Kang Purwa, dengan logat Sundanya yang medok ‘’Tapi selama ini kan

Panji Pragiwaksono

Yang Lagi Laris Profesi sebagai pesohor dari panggung hiburan Indonesia mungkin saja sangat dinikmati oleh Panji Pragiwaksono, presenter yang mula-mula populer karena acara Kena Deh! yang ditayangkan AN-TV. Meski begitu, bukan berarti ilmu yang pernah ditimbanya dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB menjadi raib alias tak terpakai. ’’Justru saya bisa seperti sekarang ini karena saya menerapkan mindset atau cara berpikir dari ilmu Desain 62

FORUM ALUMNI

tidak pernah sempat karena mencari waktunya itu yang susah,’’ tambah pemusik yang kini banyak beraktivitas di Jakarta. Kembalinya Kang Purwa ke kampus ini masih berkaitan dengan profesinya sebagai seorang musisi. Selama sebulan terakhir, ayah tiga anak ini secara rutin melatih Paduan Suara Mahasiswa (PSM) yang akan tampil pada pementasan musikal merayakan 50 tahun ITB. Jadwal rutin tersebut biasanya dilakoni sekali dalam sepekan. ’’Di sini saya diberi tugas mengemas sebuah pertunjukan musikal yang menggambarkan perjalanan ITB dari tahun ke tahun. Konsepnya mirip-mirip opera yang dibantu dengan audio visual. Terus terang saya sangat bangga dan senang bisa mendapat kesempatan ini,’’ kata pria kelahiran Beograd, yang 31 Maret mendatang bakal genap berusia 49 tahun. Ngomong-ngomong terakhir kali Kang Purwa masuk ke kampus kapan yah? ’’Wah sudah lama sekali. Jadi lupa euy,’’ jawabnya spontan. Kemudian dari mulutnya meluncur lagi kalimat, ’’Mungkin kalau tidak ada acara seperti ini saya mah tidak akan pernah sempat-sempat masuk ke kampus.’’ Padahal, dia mengaku dirinya memiliki hubungan emosional sangat erat dengan almamaternya. ’’Almarhum mertua dulu dosen di ITB. Jadi saya mah sebenarnya masih termasuk di dalam lingkungan ITB. Tetapi sejak berkiprah di dunia musik seperti sekarang ini, saya memang menjadi terasa sangat jauh dengan kampus,’’ ujar suami dari Sri Susanti ini.

Produk. Sampai sekarang saya berusaha menjalankan semua prinsip-prinsip dasar dari ilmu yang dulu pernah saya timba di kampus,’’ kata Panji yang kini pamornya tengah laris manis sebagai bintang iklan dan presenter program hiburan di televisi. Sebagai bukti paling anyar dari implementasi ilmu Desain Produk itu baru saja dituangkannya ke dalam sebuah buku. Buku yang diberinya judul How I Sold 1000 CDs in 30 Days tersebut merupakan intisari dari sejumlah buku marketing serta pengetahuan dasarnya terhadap ilmu yang pernah dikenyamnya di kampus ITB.

I April-Mei 2009

Buku tersebut, kata Panji, menjadi rangkaian besar atas kesuksesannya merilis album musik hip hop setahun silam. ’’Jadi sepertinya tidak ada yang pernah terbuang tuh ilmu yang dulu pernah saya dapatkan dari kampus,’’ cetusnya.

Dian Dipa ’Candil’ Chandra

Rocker Juga Main Angklung Candil, mantan vokalis grup band Seurieus yang antara lain populer karena lagunya Rocker Juga Manusia, punya kesibukan baru: rocker juga main angklung. Alumnus Desain Grafis ITB 1993 ini memang mengaku sedang getol mempelajari musik angklung. Ada apa gerangan? ’’Angklung itu memang masih sesuatu yang baru buat saya. Walau alat musik ini sudah terkenal ke mana-mana, buat saya sendiri memepalajari alat musik ini masih sangat baru. Tadinya sih tidak terpikir. Tetapi setelah berkenalan dengan orang-orang dari Sawung Hijau, ternyata asik juga mempelajari angklung ini,’’ kata pemilik nama asli Dian Dipa Chandra ini bercerita. Pergelutan dengan alat musik angklung ini ternyata menjadi jalan buat Candil untuk tampil di panggung Festival Java Jazz, 6 Maret mendatang. ’’Saya tengah mempersiapkan diri berkolaborasi dengan musik angklung untuk tampil di Java Jazz nanti. Pokoknya saya akan memberikan sesuatu yang baru,’’ kata musisi kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Agustus 1974 ini.

April -Mei 2009 I

FORUM ALUMNI

63

64

FORUM ALUMNI

I April-Mei 2009

Related Documents

Forum 09
May 2020 16
Green County Alumni 09
December 2019 1
Alumni
April 2020 32
Alumni
July 2020 26

More Documents from "MA Rody Candera"