1
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
KELAS
: O-AC
KELOMPOK
ASISTEN
: AC2
: Ainur Rofik
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
2
3
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
OLEH : KELOMPOK AC2
PROGRAM STUDIAGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
4
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN Oleh : NO
NAMA
NIM
1.
Yunian Tiara Adzani
155040200111245
2.
Dian Kurnia Afiandi
155040200111246
3.
Sinta Ayu Dewi Ashari
155040200111247
4.
Ivana Mathilda Siahaan
155040200111248
5.
Ria Fitri Rosalina
155040200111249
6.
Yunico Prasetyawan
155040200111250
7.
Dini Mardhatillah
155040201111309
8.
Wiwin Nuraini
155040201111310
9.
Meissy Priska Hutagalung
155040201111311
10.
Mauludin Ahmad
155040201111312
11.
Meilina Rutmini Siahaan
155040201111323
12.
Bagus Imam Darmawan
155040201111324
13.
Herlana Putri Susilo
155040201111325
14.
Aji Muhamad Faisal
155040207111001
15.
Ulfa Nimati Saadah
155040207111002
16.
Talya
155040207111003
17.
Zahrotun Naylis Syarof
155040207111004
18.
Zadyra Tasha
155040207111005
19.
Mulia Sari Perdani
155040209111003
NILAI
5
Asisten : Ainur Rofik PROGRAM STUDIAGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
6
Mengesahkan :
Asisten,
7
Ainur Rofik NIM :
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 LEMBAR SARAN DAN KRITIK
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
Nama Penguji
:
Kritik dan Saran
:
8
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI/AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, kesabaran serta kesehatan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum field trip yang berjudul ‘Studi Lapang di Kebun Percobaan Cangar dan Jatikerto’ dengan baik dan lancar. Segala puji kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan dalam menjalani dan menyikapi kehidupan di dunia ini. Penulis membahas mengenai analisis vegetasi,biomassa pohon dan faktor biotik (keragaman artrhopoda pada agroekosistem). Penulis menyadarai bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun guna memberikan hasil yang terbaik bagi isi penulisan laporan ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan dengan lancar, kepada : 1. Para dosen pengampu mata kuliah Ekologi Pertanian yang telah membimbing kami selama perkuliahan berlangsung.
9
2. Bapak dan ibu di rumah yang telah memberi dukungan secara matei atau spiritual, sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. 3. Kakak asisten praktikum yang telah membimbing kami dalam praktikum ruang dan praktikum lapang. 4. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian penulisan laporam ini dengan baik. Laporan ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas makalah praktikum Ekologi Pertanian yang diberikan oleh Assisten Dosen. Dalam proses pendalaman materi Ekologi pertanian. Kiranya cukup sekian, semoga penulisan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulisan laporan selanjutnya. Malang, November 2015 DAFTAR ISI SAMPUL HALAMAN………………….…………………………………………….i COVER DALAM…………………………………………………………………….ii LEMBAR
DATA
ANGGOTA……………...………………………………………iii LEMBAR PENGESAHAN………………...……………………………………….iv KATA PENGANTAR………………………………………………………………..v DAFTAR ISI………………………………...……………………………………vi-ix DAFTAR TABEL……………………………………………………………………x DAFTAR GAMBAR….……………………………………………………………..xi DAFTAR LAMPIRAN..…………………………………………………………....xii
10
I.
PENDAHULUAN........................................................................................ .. 1.1 LATAR BELAKANG...…………………………………………………..... 1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………... 1.3 TUJUAN…………………………………………………………………… 1.4 MANFAAT…………………………………………………………………
II.
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… 2.1 PENGERTIAN EKOLOGI DAN EKOLOGI PERTANIAN……………… 2.2 PRINSIP EKOLOGI……………………………………………………….. 2.3 PENGERTIAN EKOSISTEM ALAMI DAN EKOSISTEM BUATAN…………………………………………………………………... 2.4 PENGARUH
FAKTOR
ABIOTIK
(LINGKUNGAN)
TERHADAP VEGETASI TANAMAN……………………………….. 2.4.1 CAHAYA……………………………………………………… . 2.4.2 KELEMBABAN……………………………………………….. 2.4.3 SUHU………………………………………………………...... . 2.4.4 AIR…………………………………………………………….. . 2.4.5 KETINGGIAN TEMPAT…………………………………........ 2.5 FAKTOR ABIOTIK DAN BIOTIK……………………………………….. TANAH…………………………………………………………………….
11
. 2.5.1 FAKTOR ABIOTIK……………………………………………. 2.5.2 FAKTOR BIOTIK……………………………………………... 2.6 PERAN ARTHROPODA DALAM EKOSISTEM………………………… III.
BAHAN DAN METODE…………………………………………………. 3.1 BUDIDAYA…………………………………………………….................. 3.1.1 ANALISA VEGETASI………………………………………... 3.1.2 FAKTOR ABIOTIK……………………………………………. 1. INTENSITAS RADIASI MATAHARI……………………. 2. KELEMBABAN UDARA…………………………………. 3. SUHU UDARA……………………………………………. 3.2 TANAH…………………………………………………………………….. 3.2.1 FAKTOR ABIOTIK…………………………………................... 1. SUHU TANAH………………………………………………….. 2. SERESAH……………………………………………………….. 3. KEGEMBURAN………………………………………………… 3.2.2 AKTOR BIOTIK………………………………………………… 1. BIOTA TANAH…………………………………………………. 3.2.3 FAKTOR POHON (TAHUNAN)……………………................... 3.3 ARTHOPODA…………………………………………………...................
12
3.3.1 SWEEPNET…………………………………………………….. 3.3.2 YELLOW TRAP………………………………………………… 3.3.3 PITFALL………………………………………………………… 3.4 PENGARUH PERLAKUAN LINGKUNGAN TERHADAP TANAMAN……………………………………………………………… … 3.4.1 PEMBERIAN AIR……………………………………………….. 3.4.2 CAHAYA……………………………………………………… … IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………. 4.1 HASIL PENGAMATAN…………………………………………………... 4.1.1 ANALISA VEGETASI DAN FAKTOR ABIOTIK…………… a. .ANALISA
VEGETASI
TAHUNAN
INTERPRETAS………………………………………… ...... b. ANALISA VEGETASI SEMUSIM + INTERPRETASI DATA TIAP TABEL………………………………........ c. KLASIFIKASI VEGETASI + FOTO………………....... d. FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI………………. 4.1.2 TANAH ……………………………………………………….. a. FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI………….. b. FAKTOR BIOTIK…………………………………. c. FAKTOR POHON (TAHUNAN) + INTERPRETASI…………………………………...
13
d. DENAH STRATA (TAHUNAN)…………………. 4.1.3 HPT…………………………………………………………….. a.
TABEL PENGAMATAN ARTHOPODA + INTERPRETASI…………………………………...
b. KLASIFIKASI DAN BIOEKOLOGI SERANGGA (SIKLUS HIDUP)………………………………….. 4.1.4 PENGARUH LINGKUNGAN PADA TANAMAN…….......... a. TABEL HASIL PENGAMATAN + INTERPRETASI………………………………… … b. GRAFIK HASIL PENGAMATAN + INTERPRETAS………………………………......... 4.2 PEMBAHASAN…………………………………………………………... 4.2.2 PENGARUH FAKTOR ABIOTIK TERHADAP VEGETASI + LITERATUR…………………………………. 4.2.3 PENGARUH FAKTOR
BIOTIK
DAN
ABIOTIKTANAH TERHADAP TANAMAN+ LITERATUR…………………………………………………... 4.2.4 PERAN ARTHOPODA TERHADAP EKOSISTEM + LITERATUR………………………………………………… … 4.2.5 PENGARUH PERLAKUAN
LINGKUNGAN
TERHADAP TANAMAN…………………………....... V.
PENUTUPAN…………………………………………………………....... 5.1 KESIMPULAN…………………………………………………………….. 5.2 SARAN (ASISTEN DAN
14
PRAKTIKUM)…………………………………
15
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : ANALISA
VEGETASI
TAHUNAN
DAN INTERPRETASI
(CANGAR & JATIKERTO)………………………………………………………... TABEL 2 : ANALISA VEGETASI SEMUSIM + INTERPRETASI DATA (CANGAR & JATIKERTO)………………………………………………………… TABEL 3 : : ANALISA VEGETASI FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI…… TABEL 4 : TANAH FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI (SUHU, KELEMBABAN & KEGEMBURAN)………………....…………………. TABEL 5: FAKTOR BIOTIK TANAH…………………………………………….. TABEL 6 : FAKTOR POHON (TAHUNAN) + INTERPRETASI (CANGAR & JATIKERTO)………………………………………………………………………… TABEL 7 : DENAH STRATA (TAHUNAN)…………………………………….... TABEL 8 : PENGAMATAN ARTHOPODA + INTERPRETASI………………… TABEL 9 : KLASIFIKASI DAN BIOEKOLOGI SERANGGA (SIKLUS HIDUP).. TABEL 10 : PENGARUH LINGKUNGAN PADA TANAMAN (TINGGI TANAMAN, JUMLAH DAUN)…………………………………………………….. TABEL 11 :TINGGI TANAMAN (PERLAKUAN PEMBERIAN AIR, PERLAKUAN CAHAYA)…………………………………………………………... TABEL 12 : JUMLAH DAUN (PERLAKUAN PEMBERIAN AIR, PERLAKUAN CAHAYA)……….................................................................................................
16
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi ini merupakan tempat yang kaya akan makhluk hidup. Banyak sekali organisme yang sudah dikenali maupun yang belum dikenali. Lebih dari 1 juta spesies hewan hidup didalamnya. Dari jumlah tersebut, ¾ nya adalah serangga. Lebih dari 2 juta lagi adalah tumbuhan dan lebih dari ½ nya adalah tumbuhan tingkat rendah. Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor biotik dan faktor abiotik. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekositem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Agar ekosistem kita dapat terjaga kelestariannya maka kita keseimbanagan antara faktor biotik dan faktor abiotik . Faktor biotik adalah faktor yang meliputi semua makhluk hidup di bumi. Sedangkan faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Dengan terjaganya keseimbangan antar faktor biotik dan abiotik tersebut maka keseimbangan lingkungan akan diperoleh. Dengan adanya keseimbangan tersebut maka seluruh kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan dapat berjalan dengan lancar. Dari mata kuliah ekologi pertanian, maka diadakanlah fieldtrip pada hari Sabtu tanggal 7 November 2015 ke Jatikerto dan Cangar. Hal itu bermanfaat untuk pengamatan dan penelitian bagi mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang analisa vegetasi, biomasa pohon, dan keanekaragaman arthropoda secara langsung. Dalam pengamatan ini, kita menganalisa tumbuhan dan hewan yang banyak sekali jenisnya
17
yang mungkin terdapat dilokasi. Pengamatan akan dilakukan di dua lokasi yang berbeda yaitu di Jatikerto dan di Cangar. Di Jatikerto umumnya mempunyai karateristik tempat seperti didaerah rendah sedangkan di Cangar mempunyai karakteristik tempat didaerah pegunungan. Dengan perbedaan seperti ini dapat dipastikan bahwa makluk hidup yang ada di tiap-tiap tempat tersebut pastilah berbeda.
1.1 Rumusan masalah • Apa saja vegetasi yang terdapat di Cangar dan Jatikerto • Bagaimana kondisi tanah di Cangar dan Jatikerto? • Bagaimana kondisi suhu udara di Cangar dan Jatikerto? • Jenis arthropoda apa saja yang berada di Cangar dan Jatikerto?
1.2 Tujuan Studi lapang ekologi pertanian memiliki beberapa tujuan, antara lain: • Mengetahui keadaan vegetasi di Cangar dan di Jatikerto • Mengetahui perbandingan keadaan vegetasi di masing-masing tempat • Mengetahui keragaman arthropoda di Cangar dan di Jatikerto • Mengetahui perbandingan keragaman arthropoda di masing-masing tempat
1.3 Manfaat Studi lapang ekologi pertanian memiliki beberapa manfaat, antara lain: • Memahami keadaan vegetasi di Cangar dan di Jatikerto sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap sang pembaca
18
• Dapat mendeskripsikan perbandingan keadaan vegetasi di masing-masing tempat • Dapat mengidentifikasi keanekaragaman artropoda di Cangar dan di Jatikerto • Dapat membandingkan keragaman arthropoda di masing-masing tempat
19
BAB II TINJUAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekologi dan Ekologi Pertanian Ekologi berasal dari dua akar kata (yunani) oikos = rumah dan logos=ilmu, sehingga
secara
harfiah
bisa
diartikan
sebagai
kajian organisme
hidup dalam rumahnya. Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian yang
mempelajari
hubungan
timbal balik antara organisme.
Organisme hidup dengan lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya) biotik dan abiotik. (Hasmar, 2003) Jadi ekologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari sistem pertanian dengan menggunakan kaidah-kaidah ekologi atau ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya, Yang terdapat dalam suatu ekosistem . Yang bertujuan untuk mempelajari sistem pertanian dengan menggunakan kaidah-kaidah ekologi sehingga penerapan teknologi pertanian tidak merusak lingkungan.(Soeriaatmadja, R.E, 1989)
2.2 PRINSIP EKOLOGI PRINSIP EKOLOGI 1. Meningkatkan daur ulang biomassa dan mengoptimalkan ketersediaan hara dan menyeimbangkan aliran nutrisi. 2. Mengamankan kondisi tanah yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan aktivitas biotic tanah. 3. Meminimalkan kerugian akibat arus radiasi matahari, udara dan air dengan cara manajemen iklim mikro, pemanenan air dan pengelolaan tanah melalui peningkatan tutupan tanah. 4. Spesies dan diversifikasi genetik agroekosistem dalam ruang dan waktu.
20
5. Meningkatkan interaksi biologis menguntungkan dan sinergi antar komponen agrobiodiversitas sehingga mengakibatkan proses dan layanan ekologi. (Setiawan, 2010)
2.3 PENGERTIAN EKOSISTEM ALAMI DAN EKOSISTEM BUATAN ● EKOSISTEM ALAMI Ekosistem alami dalah ekosistem yang terbentuk dengan sendirinya oleh proses alam yang berlangsung dalam jangka waktu lama, dan tanpa adanya campur tangan manusia. ● EKOSISTEM BUATAN Ekosistem buatan adalah ekosistem yang terbentuk bukan hanya karena kerja alam semata melainkan dipengaruhi oleh campur tangan manusia. (Saktiyono, 2006)
2.4 Pengaruh Faktor Abiotik (lingkungan) Terhadap Vegetasi Tanaman Dalam hal ini, faktor yang paling penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor iklim, faktor tanah, faktor ruang dan faktor nutrisi (Hartono, 2007) yaitu sebagai berikut: 2.4.1 Cahaya Faktor cahaya sebagai sumber energi terbesar tanaman. faktor cahaya yang berpengaruh adalah intesitas cahaya. Cahaya atau sinar matahari sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya atau sinar matahari sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Cahaya merupakan sinyal untuk inisiasi dan regulasi fotoperiodisme dan fotomorfogenesis. Peran cahaya bagi tanaman ada 3, yaitu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, fotosintesis, dan pengendali, pemicu, dan modulator respon morfogenesis. 2.4.2 Kelembaban
21
Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. 2.4.3 Suhu Bahwa jika pada saat suhu ekstrim akan terjadi pengrusakan enzim atau nonaktif dan pada saat diatas atau dibawah kisaran optimal berakibat pada non aktifnya enzim. Berdasarkan hal itu maka kisaran suhu yang berpengaruh pada tanaman.
2.4.4 Air Faktor air berperan terhadap pertumbuhan tanaman sebagai
pelarut:
memudahkan unsur hara dan mineral yang masuk ke dalam tumbuhan, medium transport senyawa: menghantarkan garam-garam mineral dan unsur hara yang diserap oleh tanaman ke seluruh bagian tanaman, medium reaksi biokimia: menjadikan air sebagai bahan dalam proses fotosintesis dan proses hidrolisis, memberikan turgor bagi sel: membantu sel dalam menjaga bentuk daun dan membuka serta menutupnya stomata pada tanaman. 2.4.5 Ketinggian Tempat Faktor ketinggian tempat mempunyai efek-efek tidak langsung terhadap riap dan bentuk pohon-pohon hutan. Efek tidak langsung dari bertambahnya ketinggian terhadap pohon-pohon sebagai individu adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan tinggi menurun secara teratur, 2. Riap total lambat laun akan menurun, 3. Waktu pengembangan diperpanjang, yaitu pohon memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi dewasa. 4. Perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih mendekati tanah 5. Proporsi cabang-cabang dan ranting-ranting meningkat
Commented [1]: DILENGKAPI MASING2 FAKTOR ABIOTIK, PENGARUH KE TANAMAN ITU BAGAIMANA? CARI DARI LITERATUR
22
2.5 Faktor Biotik dan Abiotik Tanah 2.5.1
Faktor Abiotik Tanah
Menurut Ir. Temmy dkk, (2012) faktor Abiotik tanah merupakan komponen tidak hidup seperti kesuburan tanah, cahaya matahari, ketersediaan air, dan temperatur. a. Kesuburan Tanah Tanaman memerlukan enam belas unsur hara, tiga belas unsur didapatkan langsung dari tanah, yaitu unsur hara mineral. Unsur esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar disebut unsur maksro, seperti N, P, K, S, Ca dan Mg. Sementara itu, unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro, yaitu Bo, Co, Cl, Mn, Mo, Zn dan Fe. Di samping itu, diperlukan juga unsur C, H dan O yang bukan merupakan hara mineral, tetapididapatkan dari CO 2 dan H2O. Jika media tanah yang digunakan kurang mengandung unsur-unsur tersebut, kekurangannya dapat ditambahkan melalui pemupukan. Menurut Ir. Temmy dkk, (2012). b. Cahaya Matahari Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena sinar matahari menetukan suhu. Cahaya matahari merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis (Ir. Temmy dkk, 2012). c. Ketersediaan Air Kekurangan air merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hasil tanaman sayuran menjadi rendah karena akan merusak tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Secara
langsung,
tanaman
akan
menjadi
stres
selama
pertumbuhannya. Selain itu, jumlah dan kualitas hasil panen mneurun, seperti terjadinya kelainan bentuk pada buah tomat dan terung. Pengaruh secara tidak langsung akan menurunkan kandungan kalsium yang mengakibatkan ujung daun tanaman sawi putih, caisim, dan pakchoi berwarna kecoklatan seperti terbakar. Kandungan air dalam tanaman sayuran mencapai 80-95% dan sekitar 5-20% digunakan untuk proses fotosintesis. Sebagian besar sayuran buah dan sayuran daun
23
mengandung air lebih banyak dibandingkan dengan tanaman umbi-umbian. Kandungan air sayuran sukulen bisa lebih dari 90% (Ir. Temmy dkk, 2012). d. Temperatur
Commented [2]: CARI LITERATUR YANG LEBIH TEPAT.
Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Memegang peranan langsung karena temperatur mengontrol laju proses-proses kimia dalam tubuh tanaman, sedangkan secara tidak langsung mempengaruhi faktor-faktor lainnya, seperti suplai air. Kisaran toleransi temperatur untuk tumbuhan sangat bervariasi. Tanaman daerah tropika, seperti semangka, tidak dapat hidup di bawah temperatur 15-18°C, sedangkan tanaman biji-bijian tidak bisa hidup di bawah temperatur -2°C sampai -5°C (Ir. Temmy dkk, 2012). 2.5.2
Faktor Biotik Tanah
Menurut Ir. Temmy Desiliyarni dkk, (2012) faktor biotik tanah merupakan faktor yang berupa komponen hidup, seperti insekta dan mikroorganisme yang menguntungkan, merugikan, serta organisme yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Jenis-jenis organisme yang menguntungkan di antaranya cacing tanah; insekta berupa belalang, jangkrik, lebah, kumbang, semut dan rayap; kelabang; protozoa;
nematoda;
bakteri
Rhizobium
sp.,
Azotobacter
sp.,
Clostridium
pasteurianum; mikoriza; dan algae atau Azolla sp. Berikut contoh organisme tanah yang menguntungkan tanaman : 1.
Cacing tanah : Merombak bahan organik mati yang berasal dari
hewan 2.
dan tumbuhan Insekta
sehingga 2.
: Membuat lubang-lubang kecil di dalam tanah aliran udara dalam tanah berjalan lancar.
Bakteri (Rhizobium sp, Azotobacter sp.,.
Clostridium
pasteurianum) :
Mengikat unsur nitrogen dari
udara sehingga bisa
tersedia,dan diserap tanaman
3.
Mikoriza
hara tertentu 4.
: Menambah tanaman inang menyerap unsur seperti fosfor dan nitrogen
Algae atau Azolla sp.: Mengikat unsur nitrogen dari udara
Commented [3]: DILENGKAPI LAGI ISINYA
24
2.6 Peran Arthropoda dalam ekosistem
Peranan arthropoda dalam mempengaruhi ekosistem di alam ada 3 macam. Peranan arthropoda tersebut yaitu: 1.
Hama
Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dan secara ekonomis merugikan. Contoh: serangga tikus pada tanaman padi yang menyebabkan gagalnya panen, serangan Crocidomolia binotalis yang menyerang pucuk tanaman kubis-kubisan. 2.
Predator
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang lainnya. Contohnya: Menochilus sexmaculatus yang memangsa Aphid sp. 3.
Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya. Contoh: Diadegma insulare yang merupakan parasitoid telur dari Plutella xylostela. Apabila telur yang terparasit sudah menetas maka D. insulare akan muncul dan hidup bebas dengan memakan nektar. (Prof.Dr.Ir.Kurniatun Hairiah,2011) BAB III Commented [4]: DIRAPIHKAN LAGI YA ISINYA
BAHAN DAN METODE
3.1 BUDIDAYA 3.1.1 ANALISA VEGETASI a. ALAT, BAHAN,FUNGSI NO.
Nama Alat
Fungsi
25
1.
Meteran
2.
Tali Rafia
3.
Pasak Kayu
4.
Kamera
Untuk mengambil gambar tanaman
5.
Tabel Pengamatan
Untuk menulis hasil pengamatan
6.
Buku flora Alat
Untuk mengukur luas petak Untuk membuat plot yang berukuran 5m x 5m dan frame 50cm x 50cm Untuk patokan tali raffia, ditempatkan di sudut petak dan ditancapkan ke tanah
Sebagai buku panduan untuk mengidentifikasi vegetasi yang didapat
:
Bahan : NO . 1.
Nama Bahan
Fungsi
Vegetasi
Sebagai objek yang diamati
b. METODE (DIAGRAM ALIR) Menyiapkan alat dan bahan
Membuat plot 5x5 m, dan membaginya menjadi 5 sub plot
Mengamati vegetasi dan menghitung tiap sub plot
26
Analisa vegetasi
Catat hasil pengamatan
Penngambilan sampel dan dokumentasi
Identifikas idengan buku panduan
c. ANALISA PERLAKUAN Menyiapkan alat dan bahan, seperti gunting, penggaris, meteran, kamera,
tali
raffia dan lainnya. Lalu dengan tali raffia, Membuat plot
sebanyak 5 petak, dengan luas total 5m x5m (dalam lampiran 1). Setelah plot petak terbentuk, mengamati vegetasi pada setiap plotnya, baik jenis vegetasi dan jumlahnya. Selanjutnya menganalisa
dan menghitung Summed
Dominancy Ratio (SDR). Lalu mencatat hasil analisa dan pengamatan, serta mengambil sampel vegetasi tersebut untuk diidentifikasi dengan buku panduan yang ada.
3.1.2 FAKTOR ABIOTIK 1. INTENSITAS RADIASI MATAHARI a. ALAT, BAHAN,FUNGSI Alat
:
27
NO
Nama Alat
Fungsi
1.
Luxmeter
Untuk mengukur intensitas cahaya
2.
Kamera
Untuk mendokumentasi hasil
3.
Tabel
Untuk menulis hasil pengamatan
.
Pengamatan
Bahan : Tidak ada objek yang dijadikan bahan
b. METODE (DIAGRAM ALIR) Tekan tombol Zero
Tekan sensor cahaya
Putar sekrup dan amati display, jika sudah nol, maka sudah terkalibrasi
Geser tombol (on/off)
Pilih kisaran range
Arahkan sensor cahaya ke daerah yang akan diamati
28
Lihat ukuran pada layar dan catat c. ANALISA PERLAKUAN Menekan tombol “Zero”, kemudian menutup sensor cahaya. Setelah itu memutar sekrup sambil memperhatikan display, jika sudah nol, maka sudah terkalibrasi. Lalu menggeser tombol (on/off). Kemudian memilih kisaran range (1x untuk di dalam ruangan, 10x untuk ternaungi, 100x untuk tidak ternaungi). Mengarahkan sensor cahaya ke arah permuakaan daerah yang akan diamati. Setelah itu melihat ukuran pada layar panel dan mencatat hasil pengamatan.
2. KELEMBABAN UDARA a. ALAT, BAHAN, FUNGSI Alat: 1. Thermohigrometer
: Untuk menghitung kelembaban dalam
satu area atau ruangan Bahan: Tidak ada objek yang digunakan sebagai bahan b. METODE (DIAGRAM ALIR) Menyiapkan alat dan bahan
Letakkan di tempat yang akan di ukur kelembabannya
Tunggu dan baca skala
29
Catat dan dokumentasikan hasil
c. ANALISA PERLAKUAN Setelah menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya adalah meletakkan alat perngukur kelembaban (termohigrometer) pada daerah atau area yang ingin di ukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. Skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat celcius. Setelah skala muncul, catat dan dokumentasikan hasilnya.
3. SUHU UDARA a. ALAT, BAHAN, DAN FUNGSI Alat: 1. Termometer
: Untuk mengukur suhu, baik suhu air, udara, tanah
Bahan: Tidak ada objek yang dijadikan bahan b. METODE (DIAGRAM ALIR) Menyiapkan alat dan bahan
Letakkan thermometer pada area yang ingin diukur suhu udaranya
Tunggu dan baca skala
Catan dan dokumentasikan hasil
30
c. ANALISA PERLAKUAN Setelah menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya adalah meletakkan alat perngukur suhu udara (termometer) pada daerah atau area yang ingin di ukur suhunya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. Skala suhu biasanya dengan derajat celcius dan Fahrenheit. Setelah skala penunjuk suhu udara muncul, catat dan dokumentasikan hasilnya.
3.2 TANAH 3.2.1 FAKTOR ABIOTIK 1. SUHU TANAH a.
ALAT, BAHAN, FUNGSI Alat:
NO.
Alat
Fungsi
1.
Thermohigrometer
Untuk mengukur suhu tanah
2.
Tabel Pengamatan
Untuk menulis hasil pengamatan
Bahan: NO.
Bahan
Fungsi
1.
Tanah di Cangar
Objek yang akan diamati
2.
Tanah di Jatikerto
Objek yang akan diamati
31
b. METODE (DIAGRAM ALIR) Menyiapkan alat dan bahan
Menggali tanah sedalam 10 cm
Menanam thermohigrometerk e dalam tanah
Mencabut thermohigrometer
Mencatat suhu yang tertera pada thermohigrometer c. ANALISA PERLAKUAN Langkah pertama dalam menghitung suhu tanah yaitu menyiapkan alat dan bahan berupa thermohigrometer untuk mengukur suhu tanah. Lalu, menggali
32
tanah
sedalam
10
cm
agar
dapat
mempermudah
dalam
menancapkan
thermohigrometer. Kemudian meletakkan thermohigrometer dan menutupnya hingga setengah
bagian
dari
thermohigrometer.
Tekan
tombol
yang
ada
pada
thermohigrometer untuk memulai mengukur suhu. Melihat angka yang tertera pada thermohigrometer, jika sudah stabil tekan kembali tombol yang ada pada thermohigrometer untuk mendapatkan suhu yang sesuai. Mencatat suhu yang sesuai dengan thermohigrometer.
2. SERESAH a. ALAT, BAHAN, FUNGSI Alat: NO. Alat
Fungsi
1.
Cetok
Untuk menggali tanah
2.
Penggaris besi
Untuk mengukur ketebalan seresah
3.
Kamera
Untuk dokumentasi seresah
4.
Tabel Pengamatan
Untuk menulis hasil pengamatan seresah
Bahan: NO
Bahan
Fungsi
Tali rafiah
Untuk membuat frame dengan ukuran 50 cm x 50
. 1.
cm 2.
Seresah
Sebagai objek pengamatan
b. METODE (DIAGRAM ALIR) Menyiapkan alat dan bahan
33
Memasang frame 50 cm x 50 cm pada 10 titik pada sub plot
Mengumpulkan seresah pada masing-masing frame
Menghitung ketebalan seresah masing-masing plot frame
\
Mendokumentasikandan mencatat hasil pengamatan
c. ANALISA PERLAKUAN Langkah pertama dalam menghitung ketebalan seresah yaitu menyiapkan alat dan bahan berupa penggaris besi, rafia yang telah berbentuk frame, memasang frame dengan ukuran 50 cm x 50 cm pada 10 titik di masing-masing plot frame. Mengumpulkan seresah yang ada pada masing-masing frame. Kemudian menghitung ketebalan seresah pada tiap frame dengan cara menancapkan penggaris besi sampai ke dalam tanah. Lalu mendokumentasikan dan mencatat hasil pengamatan. 3. KEGEMBURAN a. ALAT, BAHAN, FUNGSI Alat: NO
Alat
Fungsi
1.
Sekop
Untuk mengambil sampel tanah
2.
Kamera
Untuk dokumentasi
.
34
Bahan: NO
Bahan
Fungsi
1.
Tanah di Cangar
Sebagai objek pengamatan
2.
Tanah di
Sebagai objek pengamatan
.
Jatikerto
b. METODE (DIAGRAM ALIR) Menyiapkan alat dan bahan
Mengambil sampel tanah di sepuluh titikpengukuran seresah menggunakan sekop
Menganalisa sampel tanah dan mencatat hasil Mendokumentasikan c. ANALISA PERLAKUAN Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
35
Kemudian mengambil sampel tanah di sepuluh titik pengukuran seresah menggunakan
sekop.
Lalu
menganalisa
tanah
dan
mencatat
hasil
dan
mendokumentasikan. 3.2.2 FAKTOR BIOTIK 1. a.
BIOTA TANAH
ALAT, BAHAN, FUNGSI Alat: NO
Alat
Fungsi
1.
Cetok
Untuk menggali tanah
2.
Penggaris besi
Untuk mengukur kedalaman
.
tanah yang digali 3.
Kamera
Untuk mendokumentasikan adanya biota tanah
Bahan: NO
Alat
Fungsi
1.
Tali rafia
Untuk mebuat frame
2.
Tanah di Cangar
Sebagai objek pengamatan
3.
Tanah di Jatikerto
Sebagai objek pengamatan
.
b. METODE (DIAGRAM ALIR)
36
Menyiapkan alat dan bahan
Memasang frame 50 cm x 50 cm pada 10 titik pada sub plot
Mengumpulkan seresah pada masing-masing frame
Menghitung ketebalan seresah masing-masing frame
Menentukan plot yang seresahnya tinggi dan rendah
Menggali tanah yang seresahnya tinggi dan rendah
Mengamati biota tanah yang terdapat pada tanah
Mendokumentasikan dan mencatat hasil pengamatan
c. ANALISA PERLAKUAN Langkah pertama dalam mengamati biota tanah yaitu menyiapkan alat dan bahan berupa penggaris besi, rafia yang telah berbentuk frame, memasang frame dengan ukuran 50 cm x 50 cm pada 10 titik di masing-masing sub plot. Mengumpulkan seresah yang ada pada masing-masing frame. Kemudian menghitung ketebalan seresah pada tiap frame. Setelah menghitung ketebalan seresah didapatkan ada yang ketebalan seresahnya tinggi dan rendah. Pada frame yang ketebalan seresahnya tinggi dan rendah digali sedalam 20 cm kemudian mengamati biota tanah
37
pada dua tempat dan mendokumentasikan serta mencatat hasil pengamatan 3.2.3
FAKTOR POHON (TAHUNAN)
a.
ALAT, BAHAN, FUNGSI Alat:
O.
Alat
Fungsi
1.
Tali raffia
Untuk membuat plot
2.
Meteran jahit
Untuk mengukur diameter, jarak, tinggi pohon
3.
Busur modifikasi
Untuk membidik tinggi pohon
4.
Kamera
Untuk dokumentasi
5.
Alat tulis
Untuk mencatat hasil pengamatan Bahan:
NO
Bahan
Fungsi
. 1.
Pohon yang ada di dalam plot ukuran
Sebagai objek pengamatan
20 m x 5m
b.
METODE (DIAGRAM ALIR) Menyiapkan alat dan bahan
Mengukur tinggi pengamat hanya sampai pada mata
38
Mengukur jarak pohon ke pengamat sejauh 10 m
Mengukur derajat kemiringan pohon dari pengamat dengan busur modifikasi Ukur derajat kemiringan pohon dari pengamat dengan busur modifikasi menghitung tinggi, lebar, dan luas kanopi pada pohon yang berada dalam plot
Mendokumentasikan dan mencatat hasil pengamatan c.
ANALISA PERLAKUAN
Langkah pertama dalam pengamatan faktor pohon (tahunan) yaitu menyiapakan lat dan bahan seperti meteran jahit, busur modifikasi. Kemudian mengukur tinggi pengamat hanya sampai mata karena acuan mengukur tinggi pohon dari mata pengamat. Setelah itu mengukur tinggi pohon dengan jarak pengamat sejauh 10 m, tetapi apabila dalam jarak 10 m pengamat belum menemukan titik puncak pohon maka jaraknya dapat ditambah hingga pengamat bis melihat tinggi puncak pohon. Menghitung diameter pohon, lebar dan luas kanopi pada pohon yang berada dalam plot, mencatat hasil pengamatan dan mendokumentasikan.
3.3 ARTHOPODA 3.3.1 SWEEPNET
39
a. Alat Bahan dan Fungsi ● Alat
NO
Nama Alat
Fungsi
1.
Sweepnet
Untuk menangkap serangga atau spesimen di plot
2.
Kapas
Membasahi kapas dengan alcohol
3.
Plastik 1kg
Tempat meletakkan serangga untuk diamati.
.
● Bahan
NO . 1.
Nama Bahan
Fungsi
Alkohol 70%
Untuk mengawetkan serangga
b. Metode Siapkan Alat (Sweep Net)
Gerakan Sweepnet 5-10 cm diatas tanaman budidaya
Sweep Net digerakkan bolak balik dengan pola menyapu
40
c.
Analisa Perlakuan Sweep Net kita ambil dan kita pastikan bahwa tidak ada lubang besar
yang bias menjadi jalan keluar serangga atau hama yang akan kita jarring, setelah itu kita masuk ke dalam plot pengamatan dan mengitari plot membentuk huruf U untuk menjaring serangga di sekitar plot. Penggunaan Sweep Net dilakukan berulang 3 kali, yaitu dengan gerakan menyapu bolak balik bagian atas tanaman budidaya yang ada di plot. Jarak antara ujung tanaman dengan Sweep Net kurang lebih 5-10 cm, hal ini bertujuan agar tidak merusak tanaman budidaya yang ada di plot. Setelah dipisahkan, praktikan mengulang langkah kerja hingga selesai mengitari plot pengamatan. Pastikan bahwa langkah praktikan saat melakukan Sweep Net tidak tergesa – gesa karena akan membuat banyak serangga terbang tanpa bias tertangkap Sweep Net.
Setelah selesai, Serangga dipisahkan
berdasarkan spesiesnya dan di letakkan di dalam plastic berisikan kapas yang telah di basahi dengan alcohol terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar serangga pingsan, sehingga dapat mempermudah pengamatan. 3.3.2 YELLOW TRAP a. Alat, Bahan dan fungsi ● Alat
NO.
Nama Alat
Fungsi
1.
Botol mineral kosong
Tempat melekatnya kertas kuning lengket
2.
Sticky trap/ Kertas kuning lengket
Alat untuk menangkap serangga
41
3.
Selotip
Menempelkan kedua ujung Sticky trap
4.
Batang/ ranting kayu
Penopang berdirinya Yellow Trap
● Bahan Tidak Ada.
b. Metode
c.
Analisa Perlakuan
Setelah menyiapkan alat dan bahan, tempelkan sticky trap atau kertas kuning lengket di botol plastik, lalu rekatkan dengan selotip agar tidak lepas. Setelah itu, tancapkan ranting atau batang pohon di tengah – tengah plot, dan letakkan atau gantungkan Yellow Trap secara terbalik (mulut botol dibawah)
42
dan tunggu beberapa saat agar ada serangga yang tertangkap, lalu ambil Yellow Trap dan amati tanpa melepaskan serangga dari kertas lengkat, hal ini agar tidak ada bagian tubuh serangga yang rusak, supaya tidak mengganggu pengamatan.
3.3.3
PIT FALL a. Alat Bahan dan Fungsi ● Alat
NO.
Nama Alat
Fungsi
1.
Gelas mineral plastik kosong
Wadah tempat jatuhnya serangga
2.
Cetok
Untuk menggali lubang
3.
Plastik 1 kg
Tempat menyimpan serangga
● Bahan
NO.
Nama Bahan
Fungsi
1.
Air Deterjen
Untuk membuat serangga yang terjatuh tidak bisa
b. Metode
keluar
43
c. Analisa Perlakuan Setelah menyiapkan alat dan bahan, praktikan menggali lubang di tanah seukuran dengan wadah gelas mineral plastik menggunakan cedok di tiap ujung plot (Pit Fall membingkai plot). Pastikan bahwa diameter dari Pit Fall tidak melebihi diameter wadah, hal ini bertujuan agar tidak ada serangga yang jatuh bukan di dalam wadah, karena jika serangga jatuh bukan di dalam wadah, serangga masih dapat keluar dari lubang galian. Setelah menggali, gelas mineral plastik di letakkan di dalam lubang, lalu gelas tersebut di beri cairan air detergen sekitar setengah dari tinggi gelas mineral plastik, hal ini bertujuan agar serangga tidak dapat meloloskan diri, karena jika tinggi air sama dengan tinggi gelas, maka serangga dapat bergerak keluar dari wadah. Penggunaan air detergen bertujuan untuk membuat serangga sulit bergerak di atas air. Setelah menuangkan air detergen ke dalam wadahPit fall, diamkan selama kurang lebih 10 menit untuk menunggu serangga jatuh atau masuk ke dalam lubang Pit Fall. Setelah itu, ambil wadah dan keluarkan air detergen dari dalamnya, masukkan dan simpan serangga yang tertanggap di plastik untuk di lakukan pengamatan lebih lanjut.
44
3.4 PENGARUH PERLAKUAN LINGKUNGAN TERHADAP TANAMAN 3.4.1
PEMBERIAN AIR a.
Alat dan Bahan
Alat No
Nama Alat
Fungsi
1.
Cetok
Untuk mengambil tanah
2.
Polybag
Wadah penanaman
3.
Gelas
Untuk menyiram tanam
4.
Ember
Tempat menyimpan air
.
Bahan No
Nama Bahan
Fungsi
1.
Tanah
Media tumbuh tanaman
2.
Air
Pemberi Nutrisi
3.
Biji Pokcoy
Bakal objek yang diamati
.
b. Cara Kerja
45
c.
Analisa perlakuan
Pada praktikum pengaruh pemberian air terhadap panjang batang dan jumlah daun yang pertama yaitu meyiapkan alat dan bahan lengkap. Kemudian isi pollybag sebanyak ¾ dari ukurannya dengan tanah. Setelah seluruh pollybag terisi,lembabkan tanah yang ada dipollybag dengan sedikit air. Pada tahap selanjutnya buat lubanglubang kecil sebesar jari telunjuk dengan kedalaman 2 cm . Setelah itu isi pollybag dengan bibit pokcoy. Setiap pollybag di isi 5 bibit pokcoy. Untuk tahap selanjutnya siram 5 pollybag dengan 50% air ( ½ gelas air) setiap pollybagnya dan 5 pollybag dengan kadar air 100% (1 gelas air) setiap pollybagnya. Setelah itu amati tinggi batang dan jumlah daun setiapminggunya.
3.4.2 CAHAYA a. ALAT,BAHAN & FUNGSI ALAT No
Nama Alat
Fungsi
1.
Cetok
Untuk mengambil tanah
2.
Pollybag
Wadah penanaman
3.
Gelas
Untuk menyiram tanaman
4.
Ember
Tempat menyimpan air
.
BAHAN No
Nama Alat
Fungsi
1.
Tanah
Media tumbuhan tanaman
2.
Air
Pemberi nutrisi
3.
Bibit Jagung
Sebagai objek pengamatan
.
46
b. CARA KERJA
c. ANALISA PERLAKUAN
Pada praktikum pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada jagung. Pertama kali yang dilakukan adalah menyiapkan alat – alat dan bahan lengap. Dilanjutkan dengan mengisi pollybag dengan tanah sebanyak ¾ dari ukurannya. Setelah seluruh pollybag terisi tanah langkah selanjutnya adalah melembabkan tanah dengan sedikit air ke setiap pollybag. Selanjutnya mebuat 5 lubang kecil pada setiap pollybag. Setelah itu masukan 5 biji bibit
47
jagung ke setiap pollybag. Kemudian letakan 5 pollybag di glass house dan 5 pollybag di UPT Seri. Setelah itu siram seluruh pollybag dengan air yang cukup. Kemudian amati jumlah daun dan tinggi tanaman jagung setiap minggunya.
48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGAMATAN 4.1.1 ANALISA VEGETASI DAN FAKTOR ABIOTIK a. ANALISA VEGETASI TAHUNAN + INTERPRETASI (ANALISA) TIAP TABEL ➢ TABEL JATIKERO N
Spesies
Jumlah
1.
Pohon Sengon(Albizia chinensis)
3
2.
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
212
Dokumentasi
O
Interpretasi: Pada analisa vegetasi tanaman tahunan di lahan pengamatan Jatikerto seluas 5x5 m ditemukan 3 pohon Sengon (Albizia chinensis) yang berada pada posisi berdekatan dan mengelilingi tanaman Rumput Gajah sebagai tanaman budidaya. Tanaman gulma yang terdapat pada plot pengamatan di Jatikerto adalah tanaman Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang berjumlah 212 tanaman.
49
b. ANALISA VEGETASI SEMUSIM + INTERPRETASI (ANALISA) TIAP TABEL ➢ TABEL CANGAR N
Spesies
D1
D2
O 1.
Wortel (Daucus
Plot 1
2
3
4
5
30
26
348
186
134
65
59
14
11
38
37
13
37
10
48
28
11
5
19
6
7
8
6
63
14
6
-
5
9
5
9
-
1
-
-
Carota L.) 2.
Gulma 1 Semanggi (Marsilea dummondii L)
3.
Gulma 2 Rumput Teki (Cyperus rotundus)
4.
Gulma 3 Rumput Kirinyuh (Chromolaena odorata)
5.
Gulma 4 Ketul (Bidens pilosa L.)
Interpretasi: Vegetasi yang terdapat di daerah Cangar pada plot pengamatan seluas 5x5 m ditemukan beberapa vegetasi tanaman, antara lain wortel, semanggi (gulma 1), rumput teki (gulma 2), rumput kirinyuh (gulma 3), dan ketul (gulma 4). Pada vegetasi
50
wortel terdapat d1(diameter kanopi) sebesar 30 dan d2 (tinggi kanopi) sebesar 26. Pada plot 1 jumlah tanaman wortel terdapat sebanyak 348 spesies, plot 2 sebanyak 186 spesies, plot 3 sebanyak 134 spesies, plot 4 sebanyak 65 spesies dan plot 5 sebanyak 59 spesies. Pada vegetasi semanggi (gulma 1) terdapat d1sebesar 14 dan d2 sebesar 11. Pada plot 1 jumlah semanggi terdapat sebanyak 38 spesies, plot 2 sebanyak 37 spesies, plot 3 sebanyak 13 spesies, plot 4 sebanyak 37 spesies dan plot 5 sebanyak 10 spesies. Pada vegetasi rumput teki(gulma 2) terdapat d1 sebesar 48 dan d2 sebesar 28. Pada plot 1 jumlah tanaman rumput teki terdapat sebanyak 11 spesies, plot 2 sebanyak 5 spesies, plot 3 sebanyak 19 spesies, plot 4 sebanyak 6 spesies dan plot 5 sebanyak 7 spesies. Pada vegetasi rumput kirinyuh (gulma 3) terdapat d1 sebesar 8 dan d2 sebesar 6. Pada plot 1 jumlah tanaman rumput kirinyuh terdapat sebanyak 63 spesies, plot 2 sebanyak 14 spesies, plot 3 sebanyak 6 spesies, plot 4 tidak terdapat vegetasi rumput kirinyuh dan plot 5 sebanyak 5 spesies. Pada vegetasi ketul (gulma 4) terdapat d1sebesar 9 dan d2 sebesar 5. Pada plot 1 jumlah tanaman ketul terdapat sebanyak 9 spesies, plot 2 ,tidak terdapat gulma 4 plot 3 sebanyak 1 spesies, plot 4 dan plot 5 tidak terdapat tanaman ketul.
c. KLASIFIKASI VEGETASI + FOTO
VEGETASI TAHUNAN JATIKERTO ● Rumput Gajah Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monokotil
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Pennisetum
Spesies
: Pennisetum purpureum (Barus,2003)
51
● Tanaman Albasia (Sengon) Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Albizia
Spesies
: Albizia falcataria L. (Sastroutomo,1990)
VEGETASI SEMUSIM CANGAR ● Rumput Teki (Cyperus rotundus) Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Cyperales
Famili
: Cyperaceae
Genus
: Cyperus
Spesies
: Cyperus rotundus L. (Moenandir,1988)
● Wortel Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledon
Ordo
: Umbelliferales
Famili
: Umbelliferae
Genus
: Daucus
Species
: Daucus carota L. (Natawigena,1995)
52
● Bidens pilosa L. Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Bidens
Spesies
: Bidens pilosa L. (Sukman,1991)
● Semanggi Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Salviniales
Famili
: Marsileaceae
Genus
: Marsilea
Spesies
: Marsilea crenata (Tjitrosoedirdjo, 1984)
●
Rumput minjangan:
Kingdom
: plantae
Divisi
: Magnoliohyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Chromolaena
Spesies
: Chromolaena odorata (Wikipedia, 2011)
53
d. FAKTOR ABIOTIK DAN INTERPRETASI NO
Lokasi
.
Intensitas
Kelembapan
Suhu Udara
Radiasi
Udara(%)
(oC)
Matahari(lux) 1.
Jatikerto
520
32
32oC
2.
Cangar
349
60
25,4oC
Interpretasi: Pengukuran intensitas radiasi matahari, kelembaban udara, dan suhu udara yang dilakukan di dua tempat. Pada lokasi pengamatan Jatikerto intensitas radiasi cahaya matahari yang diukur dengan alat luxmeter didapatkan hasil sebesar 520 lux dengan kelembapan udara sebesar 32 % yang diukur dengan alat termohigrometer dan suhu udara sebesar 32 oC yang diukur dengan thermometer udara. Sedangkan pada lokasi pengamatan
Cangar intensitas radiasi cahaya matahari yang diukur
dengan alat luxmeter yakni sebesar 349 lux, kelembapan udara yang diukur dengan alat thermohigrometer dihasilkan sebesar 60 %, serta suhu udara pada sebesar 25.4oC dengan thermometer udara
4.1.2 TANAH a. FAKTOR ABIOTIK + INTERPRETASI ➢ SUHU TANAH No
Lokasi
Suhu RataRata (
oC)
RH (%)
RM
54
1.
Cangar
20,05
60%
349
2.
Jatikerto
32,1
32%
520
Interpretasi Dari hasil pengamatan abiotik di lokasi Jatikerto memiliki suhu 32,1oC Kelembapan Tanah (RH) 32% Intensitas Radiasi Matahari (RH) 520 lux. Sedangkan lokasi pengamatan abiotik di Cangar memiliki suhu 20,5oC Kelembapan tanah (RH) 60% Intensitas Radiasi Matahari (RM) 349 lux. Dan data yang paling tertinggi terdapat di lokasi Jatikerto karena lokasi Jatikerto termasuk kedalam dataran rendah yang menerima radiasi matahari lebih banyak sehingga suhu rata-rata nya tinggi dan kelembapan tanahnya rendah. Sedangkan pada lokasi Cangar yang berada di dataran tinggi menerima radiasi matahari sedikit sehingga suhu rata ratanya rendah dan kelembapannya tanahnya tinggi. ➢ SERESAH
No
Lokasi
Titik pengamatan
KetebaLan seresah (cm)
2
JATIKERTO
1
6.8
2
4
3
2.5
4
6
5
1.8
6
3
7
2
8
4.5
9
5.5
10
8
55
1
CANGAR
1
3.6
2
4.3
3
7
4
8.9
5
6.4
6
9
7
5.3
8
5.8
9
2.9
10
6
INTERPRETASI DATA : Pada lokasi di Jatikerto dilakukan pengamatan seresah pada luasan lahan 20x5meter dan diambil 10titik pengamatan yang tersebar dalam luasan lahan tersebut. Masingmasing titik atau plot diamati ketebalan seresahnya dengan frame ukuran 50x50 cm. dari 10titik pengamatan seresah tersebut didapatkan rata-rata ketebalan seresah yaitu 4.41cm. sedangkan pada lokasi Cangar diperoleh rata-rata ketebalan seresah sebesar 5.96 cm. Perbedaan ketebalan seresah pada lokasi Cangar dan Jatikerto dipengaruhi oleh jumlah vegetasi tumbuhan yang ada di lokasi pengamatan tersebut. Semakin banyak vegetasi tanamannya semakin tebal seresah pada lokasi itu. ➢ KEGEMBURAN
56
No
Lokasi
Kegemburan
1
Cangar
Sangat Gembur
2
Jatikerto
Tidak gembur
Interpretasi data : pada lokasi pengamatan kegemburan di Jatikerto pada frame 50x50cm dengan kedalam tanah 20cm diketahui bahwa tanah tidak gembur. Hal ini sesuai dengan kriteria kegemburan tanah yang ada yaitu Tanah cukup sulit untuk digali, membutuhkan banyak tenaga dalam proses penggaliannya. Sedangkan pada lokasi pengamatan kegemburan di Cangar diketahui bahwa memiliki tingakt kegemburan yang bagus. Hal ini dapat dilihat dari penggalian yang mudah untuk digali. a. FAKTOR BIOTIK ➢ BIOTA TANAH + INTERPRETASI
N
LOKASI
SPESIE S
JUMLA
PERA
DOKUMENTA
H
N
SI
O 1
CANGAR
Ulat Tanah
1
Sebagai hama
(Agrotis Ipsilon) Jangkrik
1
hama
(Grylloidea) Cacing tanah
Sebagai
1
Penggem
(Lumbricus
bur tanah
sp)
/decompo sed
Kaki Seribu
1
Penggem
(Trigoniulus
bur tanah
corallines)
/dekompo ser
Commented [5]: DILENGKAPI LAGI ISI DATA DAN INTERPRETASINYA+ FOTO DOKUMENTASI
57
2
JATIKE
-
-
-
-
RT O
-
-
-
-
-
-
-
-
Interpretasi : Pada lokasi cangar pada saat penggalian tanah ditemukan beberapa biota tanah, yaitu ulat tanah (Agrotis Ipsilon) memiliki peran yang tidak menguntungkan yaitu sebagai hama, lalu Jangkrik (grylloidea) memiliki peran yang sama dengan ulat tanah yaitu sebagai hama., lalu cacing tanah (Lumbricus sp) dan Kaki Seribu (Trigoniulus corallines) memiliki peran yang sangat menguntungakan yaitu sebagai penggembur tanah atau decomposer. Pada lokasi jatikerto pada saat penggalian tidak ditemukan biota tanah dilokasi ini. b. FAKTOR POHON (TAHUNAN) + INTERPRETASI ➢ JATIKERTO N SPESI ES O
PENGAMATAN TINGGI POHON SUDU
TIN
JARA
TIN
T
GGI
K
GGI
PEN
POH
GA
ON
D
B
LEB
DOKUMEN
AR
TASI
KAN OPI
H
MAT 1
Sengon
.
(1) (1)
2
Sengon
.
(2)
3
Sengon
.
(3)
45°
35°
30°
157 cm
157 cm
157 cm
1150
33
cm
,8
1950
67
cm
,3
2400
73
cm
615 cm
827 cm
729 cm
58
Interpretasi : pada lokasi jatikerto memiliki vegetasi pohon tahunan yaitu pohon sengon yang memiliki ketinggian dan lebar kanopi yang berbeda, pada pohon sengon pertama memiliki ketinggian ….. dan memiliki DBH 33,8 cm juga memiliki lebar kanopi keseluruhan 615 cm, lalu pada pohon sengon kedua memiliki ketinggian …… dan memiliki DBH 67,3 cm juga memiliki lebar kanopi keseluruhan 827 cm, lalu pada pohon sengon ketiga memiliki ketinggian …… dan memiliki DBH 73 cm juga memiliki lebar kanopi keseluruhan 729 cm. hal ini membuktikan bahwa dilokasi jatikerto memiliki pohon yang tinggi dan memiliki lebar kanopi yang lebar pada setiap pohonnya. ➢ CANGAR
N SPESI ES O
PENGAMATAN TINGGI POHON SUDU
TING
JARA
TIN
T
GI
K
GGI
PENG
POH
AM
ON
D
B
LEB
DOKUM
AR
EN
KAN
TASI
OPI H
AT
Interpretasi : pada lokasi cangar tidak memiliki vegetasi pohon tahunan c. DENAH STRATA (TAHUNAN) ➢ CANGAR
59
➢ JATIKERTO
4.1.3 HPT a. TABEL PENGAMATAN ARTHROPODA + INTERPRETASI ➢ CANGAR
JENIS PERANGK AP PIT FALL
YELLOW TRAP
SPESIES
ORDO
JU ML AH
PERAN
DOKUMENTASI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Lalat Buah
Diptera
3
Serangga bukan hama
Nyamuk
Diptera
2
Serangga bukan hama
Hemiptera
3
Serangga bukan hama
60
SWEEP NET
Kumbang
Coleopter a
2
Predator
INTERPRETASI DATA : Pada lokasi Cangar, dilakukan pengamatan aspek HPT dengan tiga metode pengangkapan serangga, yaitu Pit Fall, Yellow Trap dan juga Sweep Net. Pada metode Puit Fall, tidak ditemukan serangga yang jatuh ke dalam wadah air detergen, hal ini mungkin di karenakan tingga wadah dan lubang galian Pit Fall yang tidak sesuai. Pada pemakaian metode Yellow Trap, ditemukan delapan serangga dengan dua ordo yang berbeda, yaitu ordo Diptera dan Hemiptera, namun kedua ordo ini bukan merupakan hama bagi tanaman komoditas di plot pengamatan. Sementara itu, pada sweep net, dihasilkan empat serangga dengan dua ordo yang berbeda. Ordo dua serangga yang pertama yaitu Coleoptera, serangga ini merupakan predator bagi serangga di sekitar tanaman komoditas di plot pengamatan.
➢ JATIJERTO JENIS PERANGKA P
SPESIES
ORDO
JUML AH
PERAN
DOKUMENT ASI
PIT FALL
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Lalat buah
diptera
2
Serangga bukan hama
hemiptera
2
Serangga bukan hama
Orthoptera
1
Predator
hemiptera
3
Serangga bukan hama
orthoptera
2
Hama
YELLOW TRAP
SWEEP NET
Laba –laba
INTERPRETASI DATA :
61
Pada lokasi Jatikerto dilakukan pengamatan pada aspek HPT dimana menggunakan tiga jenis metode penangkapan serangga, yaitu Pit Fall, Yellow Trap dan juga Sweep Net. Pada saat pengamatan Pit fall, tidak di temukan serangga yang jatuh ke dalam wadah berisikan air detergen, hal ini mungkin dikarenakan tinggi lubang PitFall yang kurang dibandingkan dengan tinggi wadah(gelas plastik). Pada Yellow Trap ditemukan 4 serangga dengan dua jenis yang berbeda yang menempel pada Yellow Trap, yaitu serangga lalat Buah dan juga serangga di ordo Hemiptera. Serangga serangga ini bukanlah hama bagi tanaman Rumput Gajah yang di budidayakan di plot tersebut. Sementara itu, pada alat Sweep Net di dapatkan beberapa jenis serangga, yaitu laba – laba, serangga berordo Hemiptera dan juga Orthoptera. Ketiga serangga ini memiliki peran yang berbeda pada lahan Rumput Gajah. Laba – laba memilki peran sebagai Predator, sementara serangga ber ordo hemiptera tidak berperan sebagai hama maupun predator. Serangga berordo Orthoptera memiliki peran sebagai hama.
b. KLASIFIKASI DAN BIOEKOLOGI SERANGGA ( DAUR HIDUP) ● HEMIPTERA Klasifikasi Ordo Hemiptera Kerajaan: Filum : Kelas : Ordo :
Animalia Arthropoda Insecta Hemiptera
Sub Ordo dari Hemiptera : ❖ Auchenorrhyncha ❖ Coleorrhyncha ❖ Heteroptera ❖ Sternorrhyncha Daur Hidup : Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa membuahi telurnya dan berkembang biak, namun kutu daun atau afid yang juga
62
merupakan anggota Hemiptera bisa melakukan partenogenesis (melahirkan tanpa kawin) sehingga mereka tetap bisa berkembang biak tanpa harus kawin lebih dulu. ● ORTHOPTERA Klasifikasi ordo Orthoptera : Dikenal ada 2 subordo dan 235 subfamilia pada ordo ini. ●
Subordo Ensifera ●
●
●
Superfamilia Grylloidea ●
Gryllidae
●
Gryllotalpidae
●
Mogoplistidae
●
Myrmecophilidae
Superfamilia Hagloidea ●
Haglidae
●
Hagloedischiidae
●
Prophalangopsidae
●
Tuphellidae
Superfamilia Phasmomimoidea ●
●
Superfamilia Rhaphidophoroidea ●
●
●
●
Rhaphidophoridae
Superfamilia Schizodactyloidea ●
●
Phasmomimidae
Schizodactylidae
Superfamilia Stenopelmatoidea ●
Anostostomatidae
●
Cooloolidae
●
Gryllacrididae
●
Stenopelmatidae
Superfamilia Tettigonioidea ●
Haglotettigoniidae
●
Tettigoniidae
Subordo Caelifera ●
Infraorder Acrididea
63
●
●
●
●
Superfamilia Acridoidea ●
Acrididae
●
Charilaidae
●
Dericorythidae
●
Lathiceridae
●
Lentulidae
●
Lithidiidae
●
Ommexechidae
●
Pamphagidae
●
Pyrgacrididae
●
Romaleidae
●
Tristiridae
Superfamilia Eumastacoidea ●
Chorotypidae
●
Episactidae
●
Eumastacidae
●
Euschmidtiidae
●
Mastacideidae
●
Morabidae
●
Promastacidae
●
Proscopiidae
●
Thericleidae
Superfamilia Locustopsoidea ●
Araripelocustidae
●
Bouretidae
●
Eolocustopsidae
●
Locustavidae
●
Locustopsidae
Superfamilia Pneumoroidea ●
●
Pneumoridae – bladder grasshoppers
Superfamilia Pyrgomorphoidea ●
Pyrgomorphidae – gaudy grasshoppers
64
●
Superfamilia Tanaoceroidea ●
●
Superfamilia Tetrigoidea ●
●
●
Tanaoceridae Tetrigidae – grouse locusts
Superfamilia Trigonopterygoidea ●
Trigonopterygidae
●
Xyronotidae
Infraorder Tridactylidea ●
Superfamilia Dzhajloutshelloidea ●
Dzhajloutshellidae
●
Superfamilia Regiatoidea
●
Superfamilia Tridactyloidea
●
Regiatidae
●
Cylindrachetidae – sandgropers
●
Ripipterygidae
●
Tridactylidae – pygmy mole crickets
65
DAUR HIDUP Serangga pada ordo Orthoptera memiliki metamorphosis yang tidak sempurna (hemimetabola). Perkembangan serangga pada ordo ini melalui tiga stadia, yaitu dimulai dengan telur, kemudian menjadi nimfa dan langsung menjadi serangga dewasa atau Imago. Serangga pada ordo Orthoptera tidak memiiki fase pupa dan larva, melainkan,telur yang menetas langsung menjadi nimfa.
● ● ● ● ● ● ● ●
DIPTERA Kerajaan: Filum: Kelas: Upakelas: Infrakelas: Superordo: Ordo:
Animalia Arthropoda Insecta Pterygota Neoptera Endopterygota Diptera
Klasifikasi Ordo Diptera :
Sub Ordo : ● Nematocera (termasuk Eudiptera) ● Brachycera
Daur Hidup Serangga dengan ordo Diptera memilki siklus hidup yang sempurna (Holometabola). Perkembangannya terdiri dari empat stadia, yaitu diawali dengan
66
telur, kemudian menetas menjadi larva, lalu berubah menjadi kempompong dan menjadi serangga dewasa atau Imago. ● COLEOPTERA Klasifikasi Ordo Coleoptera Pengklasifikasian Ordo coleoptera terbagi kedalam beberapa subordo, yaitu : a. Achostemata Meliputi diantaranya Cepedidae dan Micromaltidae b. Myxophaga Meliputi diantaranya Microsporidae, Hydroscaphidae/Hydropilidae) c. Adephaga, total 8 family Diantaranya yaitu Rysodidae, Carabidae, Gyrinidae, Halipidae, Noteridae, Amphizoidae, Dysticidae d. Polyphaga, total kurang lebih 138 family dari beberapa super family, Diantaranya yaitu Hydrophiloidea, Staphylinoidea, Scarabaeoidea, Scirtoidea, Dascilloidea, Buprestoidea, Byrrhoidea, Elatoriedea, Derodontoidea, Bostrichoidea, Lymexyloidea, Cleroidea, Cucujoidea dll. DAUR HIDUP Mengalami metamorfosis sempurna. ∙ Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur lalu menetas menjadi larva kemudian berubah menjadi kepompong (pupa) dan kemudian memasuki tahap dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
4.1.4 PENGARUH LINGKUNGAN PADA TANAMAN N O
PERLAKUAN
Minggu ke-
TANAMA N
1
2
3
4
5
6
1 KL 100%
Pokcoy
3
6,7
7,4
9
11,4
13
2 KL 50%
Pokcoy
3
6,2
8,6
14,4
16,5
17,1
3 TERNAUNGI
Jagung
2,3
4,6
7,2
9,9
11
13,5
Jagung
7,8
10,6
13
15
16,2
19
TIDAK 4 TERNAUNGI
67
a. TABEL HASIL PENGAMATAN + INTERPRETASI TINGGI TANAMAN
Interpretasi ● Tabel di atas merupakan hasil pengamatan perbedaan perlakuan pada tanaman Pakchoy dan tanaman Jagung selama 6 mingu dengan 2 aspek perlakuan, yaitu aspek pemberian air dan juga penyinaran. Aspek penyiraman air di bedakan menjadi perlakuan dengan air 50% dan 100%, aspek ini ditujukan untuk tanaman Pakchoy. Dari tabel di tunjukkan bahwa tanaman Pakchoy yang diberi 100% air mengalami pertumbuhan yang besar dari minggu pertama ke minggu kedua (3 cm ke 6,7 cm atau 3,7 cm dalam 1 minggu) namun minggu – minggu selanjutnya cenderung stabil dengan rata rata pemanjangan sekitar 2 cm. sementara itu, pada tanaman Pakchoy yang diberi 50% air mengalami pertumbuhan yang cenderung lebih besar dari pada yang diberi 100% air. Dapat di lihat pada tabel bahwa pada minggu pertama ke minggu kedua, pemanjangan batang tanaman yaitu 3,2 cm (dari 3 cm di minggu pertama ke 6,2 cm di minggu kedua), pertambahan tinggi tanaman pada minggu ketiga merupakan pertambahan tinggi paling signifikan yaitu 5,8 cm (dari 8,6 cm ke 14,4 cm), untuk minggu minggu selanjutnya mengalami perpanjangan rata – rata 1,5 cm. ● Pada tanaman jagung,dibagi menjadi 2 perlakuan, yaitu ternaungi dan tidak ternaungi. Untuk tanaman jagung yang tidak ternaungi, pertambahan tinggi rata ratanya adalah 2 cm dengan pertambahan tertinggi yaitu pada mingu ke-3 menuju ke minggu ke-4 yaitu 2,7 cm, dan yang terendah adalah minggu ke-4 ke minggu ke-5 yaitu 1, 2 cm. Tanaman Jagung yang ternaungi cenderung lebih tinggi dari pada yang
68
tidak ternaungi.Untuk tanaman jagung yang tidak ternaungi memiliki pertambahan tinggi rata – rata 1,8 cm, dengan pertambahan terbanyak sebesar 2,8 pada minggu ke 5 ke minggu ke-6 an pertambahan terendah yaitu 1, 2 pada minggu ke-4 menuju ke minggu ke-5. JUMLAH DAUN
NO
1
PERLAKUA
TANAM
Minggu ke-
N
AN
1
2
3
4
5
6
KL 100%
POKCO
3
6
5
7
6
9
3
5
6
7
8
8
JAGUNG
2
4
3
4
5
5
JAGUNG
3
4
4
6
6
7
Y 2
KL 50%
POKCO Y
3
TERNAUN GI
4
TIDAK TERNAUN GI
Interpretasi Pada perlakuan pemberian air 100% untuk tanaman Pakchoy menunjukkan pertambahan jumlah daun dengan rata – rata 2 daun tiap minggunya, namun pada minggu ke tiga, jumlah daun berkurang 1 dari minggu sebelumnya karena rontok, lalu pada minggu ke 5 jumlah daun berkurang lagi menjadi 6, kemudian mencapai jumlah tertinggi pada minggu terakhir (9 buah.). sementara itu, pada tanaman Pakchoy yang diberi 50% air menunjukkan pertambahan yang stabil ( rata – rata 1 helai daun tiap minggu ). Tanaman Pakchoy yang diberi 50% tidak mengalami perguguran atau kehilangan daun. Sementara itu, pada tanaman Jagung yang diberi perlakuan cahaya ternaungi dan
69
tidak ternaungi menunjukkan data yang kurang lebih sama. Tanaman Jagung yang ternaungi mengalami pertambahan helai daun rata – rata 1 helai daun perminggu, namun pada minggu ketiga penurunan jumlah daun(gugur 1 helai). Namun tanaman Jagung yang tidak ternaungi, walaupun juga mengalami penambahan helai daun rata – rata 1 helai perminggu, namun tidak terjadi kehilangan daun selama 6 minggu pengamatan. b. GRAFIK HASIL PENGAMATAN + INTERPRETASI TINGGI TANAMAN PERLAKUAN PEMBARIAN AIR
Interpretasi:
Dari diagram garis tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan perlakuan pemberian
kapasitas air mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanama selama 6
minggu. Dimana pemberian air sebanyak 100% lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang diberi hanya 50% air. Sebelumnya pada minggu ke2 tinggi tanaman tidak jauh berbeda. Kemudian pada minggu ke 3 dan seterusnya tanaman yang diberi 50% air tumbuh pesat dibanding yang diberi 100% air.
PERLAKUAN CAHAYA
70
Interpretasi Dari diagram tersebut menunjukan bahwa tanaman yang tidak ternaungi lebih tinggi di banding dengan tanaman yang ternaungi.Ini menunjukan bahwa perbedaan perlakuan pemberian cahaya mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman
JUMLAH DAUN
PERLAKUAN PEMBERIAN AIR
71
interpretasi Dari diagram garis tersebut menunjukan perbedaan pemberian air mempengaruhi jumlah daun pakcoy dalam 6 minggu. Dimana tanaman yang diberikan air sebanyak 100% hasil akhirnya lebih banyak dibanding dengan 50%. Sebelumnya pada minggu ke 3 tanaman perlakuan 100% air mengalami penurunan jumlah daun karena rontok kemuadian pada minggu ke 4 jumlahnya sama dengan tanaman perlakuan 100% . Pada minggu ke 5 tanaman yang diberi perlakuan kembali mengalami penurunan. Pada minggu ke 6 Jumlah daun kembali meningkat.
PERLAKUAN CAHAYA
72
Interpretasi Pada diagram diatas menunjukan perlakuan cahaya memiliki pengaruh cahaya terhadap jumlah daun. Dimana diagram tersebut menunjukan bahwa tanaman yang tidak ternaungi memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibanding tanaman yang ternaungi. Pada minggu ke 2 jumlah daun dari tanaman sama namun pada minggu ke 3 jumlah daun tanaman ternaungi mengalami pengurangan. Pada minggu selanjutnya baru mengalami peningkatan.
4.2. Pembahasan
4.2.2. Pengaruh faktor Abiotik terhadap Vegetasi ➢ Pengaruh Abiotik ke Tanaman
Radiasi Matahari Pada dasarnya pengaruh radiasi terhadap pertumbuhan tanaman terdapat dalam proses-proses : 1. Fotosintesa 2. Fotostimulus, misalnya fotoperiodisme.
73
Fotosintesa
memerlukan
intensitas
radiasi
yang
lebih
besar
dari
fotoperiodisme, pada umumnya kecepatan fotosintesis tanaman bertambah tinggi dengan naiknya intensitas cahaya. Pada nilai-nilai intensitas cahaya tertentu, kecepatan fotosintesa tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena daun telah jenuh
dengan
cahaya
(Guslim,2007).
Istilah fotoperodisitas digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1994) Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap periode sehari semalam; sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat (<10 Jam). Kelompok tumbuhan yang membutuhan lama penyinaran yang panjang disebut tumbuhan hari panjang (long-day plant) dan kelompok tumbuhan yang membutuhkan lama penyinaran yang sngkat disebut tumbuhan hari pendek (short-day plant, kelompok tumbuhan yang fase perkembangan tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran disebut sebagai tumbuhan hari netral (neutral-day plant)kelompok ini akan memasuki fase generatif baik jika menerima
lama
penyinaran
yang
panjang
ataupun
singkat.
Jadi dari hal tersebut di atas, dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang terpenting bukanlah
intensitas
cahaya
melainkan
lama
ada
cahaya
(bukan
sinar
matahari).fenomena ini dapat kita jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman mangga)yang tempat tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya (lampu listrik)berbunga diluar musimnya.walaupun demikian, di alam banyak dijumpai tanaman yang tidak mau berbunga bila panjang hari kurang atau lebih dari apa
yang
seharusnya
diutuhkan.
Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan tumbuhan akan lama penyinaran yang ideal, lama penyinaran ini dpat dimaniplasi (dipepanjang atau dipersingkat). Penambahan lama penyinaran dapat dilakukan dengan menggunakan lampu listrik
74
yang spektru cahayanya semirip mungkin dengan cahaya matahari, dimana secara sederhana dapat digunakan gabungan antara cahaya dari lampu pijar dengan lampu fluorescence. Untuk mempersingkat lama penyinaran dapat dilakukan dengan cara menutupi tanaman tersebut dengan kain hitam atau bahan lain yang sulit ditembus cahaya matahari.
Commented [6]: DIPERJELAS ISI DARI PENGARUH RADIASI MATAHARI KE MASING2 VEGETASI DI 2 LOKASI FIELDTRIP
Kelembapan Udara Kelembapan udara pada lahan Jatikerto adalah 32% Kelembapan udara mengatur penguapan pada permukaan tanah dan penguapan pada daun. (Aak, 1983). Oleh karena itu, tumbuhan yang hidup di lahan Jatikerto adalah tumbuhan yang tahan terhadap kelembapan udara yang rendah seperti pohon sengon dan rumput gajah. Suhu Junghuhn (1996) mengklasifikasikan iklim atau suhunya berdasarkan empat zona, yaitu zona panas, sedang, sejuk, dan dingin. Berikut ini adalah klasifikasi iklim atau suhu menurut Junghuhn: a.
Zona panas
Ketinggian 0 - 700 meter diatas permukaan laut (DPL). Zona ini memiliki suhu (temperatur) udara berkisar antara 26,30C - 220C. Pada ketinggian ini cocok ditanami jagung, padi, tebu, kelapa, dan coklat. b.
Zona sedang
Ketinggian 700 - 1500 meter DPL, suhu udara pada zona ini berkisar antara 22 oC 17,10C. Cocok untuk ditanami karet, kina, sayuran, coklat, kopi dan teh. c.
Zona sejuk
Ketinggian 1500 - 2500 meter DPL, suhu udara pada zona ini berkisar antara 17,1oC 11,10C. Suhu tersebut cocok untuk tanaman pinus, cemara, dan sayuran. d.
Zona dingin
Ketinggian diatas 2500 meter DPL, suhu udara mulai dari 11,1 0C - 6,20C dengan tanaman yang tumbuh hanya berjenis lumut saja sedangkan tanaman perkebunan tidak cocok pada daerah ini.
Commented [7]: YG CANGAR BAGAIMANA?
75
Berdasarkan data diatas, lahan Jatikerto berada di ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut. Maka, di Jatikerto hanya terdapat pohon sengon dan rumput gajah yang cocok hidup di daerah dengan suhu yang panas.
Commented [8]: YG CANGAR BAGAIMANA?
➢ Analisa Vegetasi Pada plot di lahan Jatikerto, hanya terdapat 3 pohon sengon dan 212 rumput gajah. Bisa demikian karena lahan Jatikerto memilki temperature yang panas sehingga tanaman yang tumbuh hanyalah tanaman yang tahan terhadap suhu yang tinggi seperti pohon sengon dan rumput gajah.
Commented [9]: COBA JELASKAN HUBUNGAN FAKTOR ABIOTIK DENGAN VEGETASI YG DIDAPATKAN DI 2 LOKASI FIELDTRIP, LALU CARI LITERATUR YG MENJELASKAN HAL TERSEBUT
4.2.3. Pengaruh Faktor Biotik dan Abiotik Tanah terhadap Tanaman Menurut Kemas Ali Hanafiah (2009), tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai “lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain) dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. Dengan kata lain, tanah berpengaruh besar terhadap tanaman karena tanah mengandung unsur hara sebagai faktor abiotik dan sebagai habitat organisme yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara sebagai faktor abiotik. Kandungan unsur hara dalam tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan organsime tanah mempengaruhi kesuburan tanah. Oleh karena itu, unsur hara yang kurang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Commented [10]: SILAHKAN CARI LITERATUR YG MENJELASKAN FAKTOR BIOTIK TANAH YG SESUAI TERHADAP TANAMAN DI MASING2 LOKASI LIHAT FORMAT SEBELUM DI BAHAS
76
4.2.4 Peran Arthopoda Terhadap Ekosistem +Literatur
Arthropoda pada umumnya mempunyai peran penting bagi ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Arthropoda yang bersifat fitophagus akan menyukai daerah yang bervegetasi. Peranan
serangga
dalam
ekosistem diantaranya
adalah
sebagai
polinator,
dekomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid (pengendali hayati), hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosisitem. Pada umumnya Arthropoda tanah memiliki peran penting dalam perombakan bahan organik yang tinggi serta berperan penting sebagai daur ulang di unsur hara tanah. Pada ekosistem yang alami tidak tergantung pada manusia, dalam proses dekomposisi akan berlangsung maksimal. Individu Arthopoda tanah yang terjebak di pitfall trap, yellow trap dan sweepnet yaitu ada laba-laba, semut, lalat buah, ordo hemiptera, dan ordo orthopoda yang masing-masing mempunyai peranan dalam ekosistem. Laba-laba merupakan hewan pemangsa, bahkan kadang-kadang kanibal. Jumlahnya yang banyak berfungsi mengontrol banyak jumlah hewan lainnya terutama serangga. Selain itu, laba-laba merupakan spesies indikator biologi yang mampu memberikan informasi tentang keadaan ekologis, ekopsikologis dan juga perubahan lingkungan. Intensitas cahaya merupakan cahaya matahari yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme khususnya pada Arthropoda. Cahaya matahari bermanfaat sebagai suatu penanda aktifitas tertentu oleh Arthropoda untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai proses mencari makan ataupun reproduksi. Peran laba-laba selain dari penyataan diatas yaitu sangat beragam antara lain sebagai predator dari semut, kelompok laba-laba sendiri, memiliki peran utama untuk membatasi populasi hama serangga serta dalam aneka proses biologis untuk meningkatkan kesuburan tanah. Semut mempunyai peran di alam dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap hewan dan manusia. Manfaat segi positif tidak
77
dapat secara langsung dinikmati oleh manusia misalnya perannya sebagai predator, menguraikan bahan organik, mengendalikan hama dan bahkan membantu penyerbukan. Semut Dolichoderus sp dapat berperan sebagi predator insekta atau hewan yang kecil dan lemah dan pengurai bahan organik. Semut ini dominan sekitar pekarangan rumah dan taman. Semut Ponera sp merupakan predator yang sangat ganas biasanya menyerang insekta atau hewan lain yang ditemui dengan cepat. Semut ini ditemukan di taman Siguntang dan lingkungan kampus Unsri Bukit. Hal ini sesuai dengan pendapat Saputa dan Martono (2005) bahwa semut Ponera sp memiliki sengat dan diketahui sebagai predator pada rayap dan juga lalat buah. Serangga lalat buah juga mempunyai peranan dalam ekosistem. Lalat buah memiliki arti penting dalam budidaya tanaman buah-buahan dan sayuran. Keberadaan lalat buah pada tanaman buah-buahan dan sayuran merupakan kendala agribisnis yang banyak dihadapi oleh petani (Kartini et al. 2003). Kerusakan yang muncul dapat berupa kerusakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberadaan dan keanekaragaman lalat buah di Indonesia adalah keberadaan inang yang berperan sebagai sumber makanan (Nishida 1980). Ordo ortoptera berperan sebagai pemangsa, pemakan bangkai, pengurai material organik nabati dan hewani, pemakan bagian tumbuhan hidup dan mati, dan musuh alami dari berbagai jenis serangga lainnya (Borror et al. 1992; Gwynne et al. 1996; Meyer 2001; Kahono & Amir 2003). Orthoptera yang berperan sebagai herbivora lebih dominan daripada kelompok lainnya. Orthoptera herbivora terdiri dari family Acrididae, Tetrigidae, Tettigoniidae, Gryllotalpidae, dan Gryllidae. Orthoptera omnivora adalah famili Blattidae, scavenger famili Gryllacrididae, dan predator famili Mantidae (Erawati dan Kahono, 2010). Selain itu, ada ordo hemiptera yang mempunyai peranan ektoparasit dalam kehidupan hewan maupun maupun manusia sangat merugikan karena dengan adanya kegelisahan itu dapat membuatnya lupa makan, sehingga dapat menurunkan status gizi, produksi secara drastis. Sedangkan arthopoda di Cangar ditemukan beberapa spesies dari ordo coleoptera. Ciri dai ordo ini yaitu ruas tubuh yang terdiri dari buku-buku, kepala berukuran kecil
78
dan membungkuk dengan sepasang antenna atau sungut. salah satunya kumbang kubah spot M (Menochillus sexmaculatus) yang merupakan predator dari wereng. Cirri predator yaitu menyedot energy dan memakannya selagi masih hidup (Nyoman, 1998). Sedangkan Kutu daun merupakan hewan yang paling banyak ditemukan yang terperangkap dalam yellow trap. Kutu daun (aphis sp) dapat menusukkan bagian mulutnya ke daun dan batang, lalu mengisap nutrisi tumbuhan inang sehingga tunastunas yang dimakan daunnya menjadi terganggu. Lalat Buah (Drosophila melanogaster) merupakan hama terutama pada tanaman budidaya khususnya tanaman holtikultura dan buah-buahan. Serangga ini mulai banyak bermunculan saat memasuki musim berbuah dan panen. Hal ini disebabkan saat itu adalah masa dimana serangga ini berkembang biak. Serangga ini meletakkan telurnya pada kulit buah yang nantinya larvanya akan menetas dan masuk ke dalam buah sehingga menyebabkan buah menjadi rusak (busuk). Dari pengamatan pada perkebunan Cangar ditemukan lalat buah yang terjebak pada jebakan Yellow Trap.
Keaneragaman biota dalam tanah digunakan sebagai indikator biologis kualitas tanah. Aktivitas setiap fauna member pengaruh yang khas terhadap lingkungan lahan atau tanah. Beberapa fauna ada yang menguntungkan dalam tanah dan ada pula yang merugikan. Banyaknya biota dalam tanah merupakan salah satu factor dari menentukan kesuburan dan kualitas tanah (fitri,2011). Biota tanah yang terdapat pada lahan percobaan cangar yaitu cacing tanah. Cacing dari filum annelida memiliki segmen, artinya tubuhnya terdiri atas satuan yang berulang-ulang. Meskipun beberapa struktur, seperti saluran pencernaan terdapat di sepanjang tubuh cacing tersebut, tetapi yang lain seperti organ ekskresi terulang pada segmen demi segmen. antara ruas satu dengan ruas lainnya tetap berhubungan sehingga terlihat seperti cincin yang terkoordinasi (Budiyanto, 2013). Dari luar segmentasi ini tampak seperti cincin. Ciri khas lain annelida adalah simetri bilateral, suatu sistem peredaran yang efisien dengan darah yang dipompa melalui sistem pembuluh darah tertutup dan sistem saraf yang cukup
79
Commented [11]: INI BIOTA TANAH, GAK SALAH?
rumit. Cacing sangat ber fungsi dalam dekomposisi tanah. Penggunaan pitfall trap, yellow trap, dan sweepnet dapat memberikan perbandingan dari komunitas habitat Arthopoda yang berbeda. Ketersediaan makanan dan tempat tinggal serta faktor abiotik yang terdapat di Jatikerto dan Cangar merupakan beberapa faktor yang mendukung keberadaan, kehidupan serta perkembangbiakan bagi spesies-spesies Arthopoda yang terdapat di Jatikerto dan Cangar tersebut. ➢ Perbedaan biodiversitas di Jatikerto dan Cangar Ternyata dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
di temukan jenis
arthopoda dengan jumlah terbesar pada lahan percobaan Cangar dan Jatikerto adalah ordo hemiptera. Arthopoda hasil terbanyak tersebut adalah berasal dari kelas Insecta. Hal ini menunjukkan bahwa dalam analisis Arthopoda kelas insecta dengan ordo Hemiptera memiliki biodiversitas tetinngi di Jatikerto maupun di Commented [12]: TOLONG DIPERHATIKAN YG DIBAHAS DI 4.1 .3 ITU APA? LALU DIBAHAS PERAN NYA MASING2 BAGI TANAMAN YG ADA DI 2 LOKASI FIELDTRIP
Cangar.
4.2.5 PENGARUH PERLAKUAN LINGKUNGAN TERHADAP TANAMAN ➢ PENGARUH PEMBERIAN AIR TERHADAP TANAMAN Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah dan berat kering. Pada pengamatan perlakuan
pemberian air dengan
takaran yang berbeda pada tanaman pakcoy dan jagung diperoleh data sebagai berikut: Tabel Perlakuan Pemberian Air Terhadap Perlakuan No
PERLAKUAN
TANAMA N
1
KL 100%
Pakcoy
Minggu ke1
2
3
4
5
6
3
6,7
7,4
9
11,4
3
80
2
KL 50%
Pakcoy
3
6,2
8,6
14,4
16,5
17,1
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman yang diberi air lebih banyak yaitu dengan kapasitas 50% mengalami pertumbuhan tinggi lebih cepat hal ini disebabkan karena kebutuhan nutrisi yang terpenuhi, salah satu fungsi air adalah sebagai perpanjangan sel, mengaktifkan reaksi-reaksi enzim, menjaga (mempertahankan) kelembapan, merangsang transpirasi. Sedangkan Kehilangan air pada jaringan tanaman akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membrane sel dan aktivitas kimia air dalam tanaman. Peranan air yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi langsung maupun tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman. Pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian kapasitas air terhadap jumlah daun, diperoleh data sebagai berikut : Tabel No
PERLAKUA
TANAMA
N
N
Minggu ke1
2
3
4
5
6
1
KL 100%
Pakcoy
3
4
6
7
6
8
2
Kl 50%
Pakcoy
3
7
6
7
8
9
Dari data diatas perkembangan jumlah daun yang mengalami pertumbuhan jumlah daun yang lebih banyak terjadi pada tanaman yang diberi kapasitas air lebih sedikit (50%) sedangkan jumlah daun pada tumbuhan yang diberi kapasitas air sebesar (100%) jumlah daun lebih rendah namun memiliki selisih yang tidak terlalu banyak.adanya pengurangan jumlah daun pada tanaman pakcoy disebabkan karena daun pada pakcoy dimakan oleh ulat. ➢ PENGARUH CAHAYA TERHADAP TANAMAN
81
Cahaya matahari adalah sumber energi utama dalam kehidupan mahluk hidup terutama pada tumbuhan, karena sinar matahari digunakan dalam proses fotosintesis. fotosintesis adalah proses dasar tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan , meskipun kebutuhan cahaya bergantung pada jenis tanaman. Dari hasil pengamatan dapat diperoleh data pengaruh cahaya pada tanaman jagung sebagai berikut : Tabel No
PERLAKUAN
TANAMA N
Minggu ke1
2
3
4
5
6
1
Ternaunngi
Jagung
2,3
4,6
7,2
9,9
11
13,5
2
Tidak ternaungi
Jagung
7,8
10,
13
15
16,
19
6
2
Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman yang berada di tempat yang lebih teduh (ternaungi) mengalami pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan yang tempat yang terkena matahari. Namun keadaan daun pada tempat yang ternaungi menjadi tipis, berdaun lemah atau tidak kokoh dan daunnya berwarna lebih pucat. Kejadian seperti ini biasanya disebut dengan etiolasi. Karena cahaya bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memicu auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk sel-sel tumbuhan. Sebaliknya , tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relatif pendek, daun lebih lebar, tampak lebih besar dan batang kecamba lebih kokoh. Pengamatan juga dilakukan untuk menghitung jumlah daun yang pada perlakuan yang ternaungi dan tidak ternaungi, data yang di peroleh dari hasil
82
pengamatan seperti pada table di bawah ini : Tabel No
PERLAKUAN
TANAMA N
Minggu ke1
2
3
4
5
6
1
Ternaungi
jagung
2
2
3
4
5
5
2
Tidak ternaungi
jagung
3
2
4
6
6
7
Dari hasil pengamatan jumlah daun pada tanaman jagung yang tidak ternaungi memiliki jumlah daun yang lebih banyak sedangkan yang ternaungi lebih sedikit jumlah daunnya. Namun perbedaan yang terlihat tidak terlalu signifikan.
Commented [13]: SILAHKAN BANDINGKAN DENGAN LITERATUR, SESUAI ATAU BERLAWANAN?
83
KESIMPULAN ?? SARAN ??
DAFTAR PUSTAKA Aak. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius: Yogyakarta. Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta. Beekman, E. M - F. W. Junghuhn. 1996. Elevating Tropical Nature. In: Troubled Pleasures. Dutch colonial Literature from the East Indies: England. Budiyanto.2013. Ternak Cacing Tanah. Universitas Jakarta Press. Jakarta. Borror DJ, White RE. 1970. Field Guide Insects. New York: Houghton Mifflin Company. Direktorat Jendral Perkebunan. 1995. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting Pada Tanaman Perkebunan. N0.05.16.08.10.85 Erawati N V dan Kahono S. 2010. Keanekaragaman dan Kelimpahan Belalang dan Kerabatnya (Orthopera) Pada Dua Ekosistem Pegunungan Di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. J. Entomol. Indon. Vol 7. No. 2:100-115 Fitri 2011. Peran Makrofauan Dan Mikrofauna Dalam Sifat Fisik Dan Kimia Tanah. http://fitri05.wordpress.com. Diakses pada tanggal 21 november 2015. Guslim.2007. Agroklimatologi. USU Press: Medan. Gwynne DT, DeSutter L, Flook P, Rowell H. 1996. Orthoptera. Crickets, katydids, grasshoppers, etc. Version 01 January 1996. Kahono S, Amir M. 2003. Ekosistem dan Khasanah Serangga Taman Nasional Gunung Halimun. Di dalam: Amir M & Kahono S. (ed.), Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Biodiversity Conservation Project. Hal. 122. Kartini L, Trisnasari, Heriyenti, Juhariyono, Komaruddin. 2003. Laporan Ujicoba Perlakuan Karantina. Palembang: Balai Karantina Tumbuhan Boom Baru
Commented [14]: BERI KESIMPULAN DARI 2 LOKASI DENGAN MASING2 ASPEK YG DIAMATI Commented [15]: SARAN UTK PRAKTIKUM DAN ASISTEN PRAKTIKUM Commented [16]: SILAHKAN DILENGKAPI DAPUSNYA, JANGAN SAMPAI ADA YG KURANG ATAU TIDAK ADA
84
Palembang. Lakitan,B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Mahmud, M. 2005. Gulma dan karakter ekofisiologi pada berbagai sistem penggunaan lahan di tanaman nasional Lore Lindu. Disertasi S.3 Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor. Meyer JR. 2001. Orthoptera. http://www. cals. nscuedu/ course/ent425/ compendium/ orthop.html. Diakses pada hari Sabtu, 22 November 2015 pukul 15.10 WIB. Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press Jakarta. Natawigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya, Bandung. Nyoman, Ida. 1998. Pengendalian hama terpadu. UGM Press. Yogyakarta. Nishida T. 1980. Food System of Tephritid Fruit Flies in Hawaii. Hawai: University of Hawaii. Prof. Dr. Ir. Kurniawan Hairiah, 2011. Department of Soil Science.Malang:Faculty of Brawijaya. Rumendro,Hasmar.2003.Seri Diklat Kuliah Ekologi Tumbuhan.Jakarta: Fakultas Biologi Universitas Nasional. Saktiyono. 2006. IPA Biologi SMA MTs Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. PT Glora Aksara
Pratama.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Saputa dan Martono, E., 2005. Semut. Perlintan UGM. Yogjakarta. Seorioatmadja,R.F.,1989.Ilmu Lingkungan.Bandung: Institut Teknologi Bandung. Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta. Sutar. 2012. Keanekaragaman Laba-laba (Arachnida) Pada ketinggian Tempat Yang
85
.Berbeda Di Tanaman Nasional Gunung Merbuabu Kab. Boyolali. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Gramedia, Jakarta.