Gamma Yuni Nurvista
MAK 38-Audit/432434
Bab 3 Lingkup Audit Forensik
Praktik Di Sektor Swasta Fraud auditing berurusan dengan pendekatan dan metodologi yang bersifat proaktif untuk meneliti fraud; artinya, audit ini ditunjukkan kepada pencarian bukti terjadinya fraud. Sedangkan audit forensik dimaksudkan ketika bukti-bukti terkumpul atau ketika kecurigaan (suspicion) naik ke permukaan melalui tuduhan (allegation), keluhan (complaint), temuan (discovery), atau tip-off dari whistleblower. Beberapa jasa forensk: Forensic Services Fraud & Financial Investigations Analytic & Forensic Technology Fraud Risk Management FCPA Reviews and Investigations Anti Money Laundering Services Whistleblower Online Litigation Support Intellectual Property Protection Client Training Business Intelligence Services
Jasa-jasa di Bidang Forensik Investigasi keuangan dan fraud Teknologi analitik dan forensik Manajemen risiko terhadap fraud FCPA-review dan investigasi Jasa pencegahan pencucian uang Whistleblower online Dukungan dalam litigasi Perlindungan hak intelektual Pelatihan bagi klien di bidang forensik Jasa inteligen bisnis
Asset Recovery Asset recovery adalah upaya pemulihan kerugian dengan cara menemukan dan menguasai kembali aset yang dijarah, misalnya dalam kasus korupsi, penggelapan, dan pencucian uang (money laundering). Asset recovery terbesar dalam sejarah akuntansi forensik adalah likuidasi bank of Credit and Commerce International (BCCI), dimana BCCI dituduh melakukan pencucian uang, praktik tidak sehat dalam memberikan pinjaman, penggelapan pembukuan, perdagangan valuta aing yang amburadul, dan pelanggaran ketentuan perbankan berskala besar. Deloitte & Touche ditunjuk menjadi likuidator BCCI dan pada awal proses likuidasi, pemulihan aset diperkirakan hanya akan mencapai 5% sampai 10%. Expert Witness Secara teknis, akuntansi forensik berarti menyiapkan seorang akuntan menjadi saksi ahli dalam litigasi, sebagai bagian dari tim penuntut umum atau pembela dalam perkara yang berkenaan dengan fraud. Namun, dalam perkembangan selanjutnya istilah akuntansi forensik bermakna sama dengan prosedur akuntansi investigatif. Masalah yang timbul dalam pengguanaan akuntan forensik sebagai ahli di persidangan, khususnya dalam tindak pidana korupsi, adalah kompetensi dan independensi. Saksi ahli yang
memenuhi kualifikasi karena memiliki pengetahuan, keterampilan, pengalaman, pelatihan, atau pendidikan ilmiah diperkenankan memberikan keterangan atau pendapat jika: 1. Keterangan atau pendapatnya didasarkan atas fakta atau data yang cukup; 2. Keterangan atau pendapatnya merupakan hasil dari prinsip dan metode yang andal; dan 3. Saksi ahli sudah menerapkan prinsip dan metode dengan benar pada fakta dalam kasus yang dihadapi. Dalam kasus yang dikenal sebagai Daubert case, Mahkamah Agung (Supreme Court) menginterpretasikan bahwa kondisi berikut yang dipenuhi: 1. Teknik atau teori sudah diuji secara ilmiah; 2. Teknik atau teori sudah dipublikasi dalam majalah ilmiah di mana sesama rekan dapat menelaahnya (peer-reviewed scientific journal). 3. Tingkat kesalahan dalam menerapkan teknik tersebut dapat ditaksir dengan memadai atau diketahui; 4. Teknik atau teori sudah diterima dalam masyarakat atau asosiasi ilmuwan terkait. Hal yang dikehendaki MA adalah bahwa butir-butir yang relevan harus diterapkan secara kasus per kasus dan hal terpenting adalah butir-butir tersebut diterapkan seketat mungkin dalam kasus yang dihadapi. Sementara itu, frye test hanya mensyaratkan bahwa keterangan saksi ahli didasarkan pada prinsip atau metode yang sudah diterima oleh masyarakat atau asosiasi ilmuwan terkait. kemudian penerapan Daubert test dan Frye test bervariasi dari satu yuridiksi ke yuridiksi yang lain, dimana masing-masing yuridiksi pada umumnya tidak mendaftarkan para ahli yang disetujui pengadilan (court-approved experts). Oleh karena itu, akuntan forensik harus siap, kalu pengadilan menerapkan Daubert test kepadanya yang berarti sidang pengadilan bukan saja menanyakan keahlian profesional dari saksi ahli yang dihadirkan, tetapi juga teknik, dan metode yang digunakannya untuk merumuskan pendapat atau keterangan ahlinya. Fraud dan Akuntansi Forensik Akuntansi forensik pada dasarnya menangani fraud. Oleh karena itu, akuntan forensik di AS menambahkan asosiasi mereka, Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). ACFE memublikasikan penelitiannya tentang fraud dan dari hasil temuannya mengenai hal-hal apa yang membantu terungkapnya fraud, misalnya penyedia jasa forensik memanfaatkan jasa whistleblower. Praktik di Sektor Pemerintahan Di sektor publik, akuntansi forensik terbagi-bagi dalam berbagai lembaga. Ada lembaga yang melakukan pemeriksaan keuangan negara, ada beberapa lembaga yang merupakan bagian dari pengawasan internal pemerintahan, ada lembaga-lembaga pengadilan, ada lembaga yang menunjang kegiatan memerangi kejahatan pada umumnya dan korupsi khususnya, dan lembaga-lembaga lainnya seperti KPK. Juga ada lembaga swadaya masyarakat yang berfungsi sebagai pressure group. Masing-masing lembaga tersebt mempunyai mandat dan wewenang yang diatur dalam konstitusi, undang-undang atau ketentuan lainnya. Akuntansi Forensik di Sektor Publik dan Swasta Dimensi
Sektor Publik
Sektor Swasta
Landasan penugasan Imbalan Hukum
Ukuran keberhasilan
Pembuktian
Teknik audit investigatif
Akuntansi
Amanat undang-undang
Penugasan tertulis secara spesifik Lazimnya tanpa imbalan Fee dan biaya (contingency fee and expenses) Pidana umum dan khusus, Perdata, arbitrase, hukum administrasi negara administratif/aturan intern perusahaan Memenangkan perkara Memulihkan kerugian pidana dan memulihkan kerugian Dapat melibatkan instansi Bukti intern, dengan bukti lain di luar lembaga yang ekstern yang lebih terbatas bersangkutan Sangat bervariasi karena Relatif lebih sedikit kewenangan yang relatif dibandingkan di sektor besar publik. Kreativitas dalam pendekatan, sangat menentukan. Tekanan pada kerugian Penilaian bisnis (business negara dan kerugian valuation) keuangan negara