Fonetik+dan+fonologi (1).pdf

  • Uploaded by: Bong Liem
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fonetik+dan+fonologi (1).pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,333
  • Pages: 20
1 FONETIK 1.1. Fonetik dan Fonologi Istilah fonetik secara umum didefinisikan sebagai suatu kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi suatu bahasa. Dengan demikian kajian ini merupakan cabang dari kajian linguistik seperti halnya morfologi, sintaksis, dan semantik. Secara khusus, fonetik mengkaji komponen-komponen bunyi (phonique) suatu bahasa lebih khusus lagi kajian dari aspek fisik (pengujaran, penyampaian ujaran, dan penerimaan bunyi) dan dari aspek fungsional yaitu peran yang dimainkan oleh bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu (fonologi). Kajian

fonetik

itu

sendiri

dapat

ditelaah

tanpa

mengikutsertakan kajian semantik. Atau dengan kata lain, kajian fonetik merupakan kajian bebas makna. Oleh karena itu, kita dapat melakukan kajian karakteristik fonetik suatu bahasa meskipun kita tidak mengerti maknanya.

phonétique et phonologie du français

2 Fonetik merupakan kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi ujaran manusia. Hanya bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tindak komunikasilah yang dikaji dalam fonetik, sementara bunyi di luar itu seperti bunyi batuk, berdahak, helaan nafas, termasuk pula bunyi-bunyi non insani, seperti kicauan burung, suara guntur, guruh, dan lain-lain bukan merupakan kajian fonetik, Sebaliknya, kajian fonologi tidak dapat dilepaskan dari kajian tentang makna karena kajian ini berkaitan dengan fungsi-fungsi ujaran dalam menyampaikan pesan (message). Oleh karena itu, dalam mengkaji fonologi, kita harus memahami aspek semantik bahasa tersebut.

Perbedaan dan kesamaan kajian fonetik dan

fonologi dapat digambarkan seperti pada tabel berikut. Tabel 1. Kajian Fonatik dan Fonologi Phonétique Phonologie Étude des sons de la Étude des sons à valeur parole appelés phones linguistique, phonèmes en relation avec un signifié. Les traits phoniques sont appréhendés par rapport à leur valeur distinctive. Lahirnya kajian fonetik dan fonologi sebagai suatu ilmu diperkirakan sekitar abad ke-19. Anggapan itu didasarkan atas dua hal yaitu (1) perkembangan kajian linguistik historis komparatif yang meletakan dasar kaidah-kaidah fonetik yang dapat menjelaskan

phonétique et phonologie du français

3 perubahan suatu bahasa dan (2) keberadaan alat-alat bantu yang memungkinkan analisis artikulatoris dan kajian fisik suatu bunyi. Secara umum kajian fonetik dapat dibedakan atas dua cabang yaitu la phonétique générale (disebut juga phonétique desceriptive) dan la phonétique appliquée (fonetik terapan). Fonetik umum mengkaji segala semua aspek secara umum sistem bunyi ujaran manusia pada semua bahasa alamiah (les langues naturelles). Semantara itu, fonetik terapan, pada bahasa Prancis misalnya, mempelajari sistem bunyi khusus pada bahasa itu berdasarkan data-data kebahasaan pada saat atau periode sejarah tertentu. Berdasarkan fungsinya, secara umum kajian fonetik dapat dibedakan 4 jenis yaitu sebagai berikut. Tabel 2. Bidang Kajian Fonetik Étape de la communication

Branche de la phonétique correspondante

Production

Phonétique articulatoire (étude des organes de la parole et de la production des sons)

Transmission

Phonétique acoustique (étude des propriétés physiques des sons)

Perception

Phonétique auditive (étude de l'appareil auditif et du décodage des sons)

phonétique et phonologie du français

4

1.2. Fonetik Deskriptif Fonetik deskriptif yang secara khusus menganalisis aspek fisik bunyi dapat dibedakan atas empat kajian yaitu la phonétique articulatoire, la phonétique accoustique, la phonetique auditive, dan la phonetique combinatoire.

1.2.1. Fonetik Artikulatoris La phonétique articulatoire s'occupe de l'activité des cordes vocales, de la bouche, etc. qui rendent possible la parole. Par exemple, nous savons que pour faire un [p] en français, il faut mettre les deux lèvres ensemble, sortir un peu d'air des poumons, et ensuite ouvrir les lèvres. Fonetik artikulatoris (La Phonetique Artikulatoire) adalah cabang fonetik deskriptif yang menganalisis mekanisme cara menghasilkan bunyi-bunyi bahasa pada manusia mulai dari kajian tentang anatomi sistem organ bicara; seperti lidah, langit-langit, dan gigi pada saat menghasilkan bunyi ujaran. Sebagai contoh, untuk menghasilkan bunyi [p] dalam bahasa Perancis, kedua bibir harus dikatupkan bersama-sama, hembuskan udara dari paru-paru, dan buka kedua bibir hingga membuat latupan. Cabang fonetik ini merupakan kajian

yang paling lama.

Awalnya, organ biacara dipandang sebagai kajian yang empiris,

phonétique et phonologie du français

5 akan tetapi hal produksi bunyi ujaran baru dikenal luas sejak akhir abad ke-19 dengan diciptakannya alat yang disebut palais artificiel (langit-langit buatan) yang dimasukan ke dalam mulut merasakan perbedaan bunyi ujaran ketika sedang berbicara. Dengan alat ini orang dapat membedakan berbagai palatogramme yaitu perbedaan bunyi karena sentuhan lidah dengan palatum yang menghasilkan gambar atau foto, atau cetakan berupa diagram titik-titik. Dengan alat bantu radiografi dan fotografi, pengamatan tentang perpindahan dan gerakan organ bicara selama pengujaran dapat lebih dilakukan dengan teliti. Komponen-komponen

yang

sangat

penting

dalam

mendeskripsikan aspek fisik bunyi suatu bahasa adalah gerakan larynx dan juga corde vocal (rongga mulut), posisi organes mobiles (artikulator) pada cavite bucale (rongga mulut) seperti lidah, dan fungsi des cavités nasales (rongga hidung) yang berfungsi sebagai resonator.

1.2.2. Fonetik Akustik La phonétique acoustique mengkaji karakteristik bunyi suatu bahasa. Sebagai contoh, kita tahu bahwa bunyi konsonan [s] dalam bahasa Perancis memiliki frekuensi lebih tinggi dibanding bunyi konsonan lain seperti bunyi [ ]. Coba bandingkan bunyi sou dan bunyi chou.

phonétique et phonologie du français

6 Perkembangan cabang linguistik ini dimulai pada abad ke-19 ketika seorang ahli matematika Joseph-Fourier (1769-1830) menunjukkan

bahwa

semua

bunyi

bahasa

yang

kompleks

sesungguhnya hanya berupa bunyi bahasa sederhana yang bersifat superposition. Salah satu temuannya adalah alat pencatat vibrasi suara yang disebut l’oscillographe yang

merekam gambar

gelombang bunyi. Temuannya yang lain adalah le spectographe yang dapat merekam perwujudan struktur suatu bunyi (intensitas, frekuensi, dan waktu). Sekarang ini, kajian fonetik akustik memungkinkan menganalisis suatu ujaran (la synthèse da la parole). Mesin-mesin wicara atau syntétiseur dapat memproduksi sekuen suara dengan kualitas yang sangat baik. Penjelasan lebih lanjut tentang tipe fonetik ini akan dibicarakan pada bab yang lain.

1.2.3. Fonetik Auditif Fonetik auditif (la phonétique auditive) atau perseptif mempelajari bagaimana bunyi-bunyi ujaran diterima dan dianalisis oleh telinga manusia. Sebagai contoh, apa yang membuat kita dapat mendengar bunyi-bunyi silabe bertekanan (une syllabe accentuée) apakah

panjang-pendeknya

suara ?,

kekuatan

frekuensi ?, ataukah kombinasi ketiganya ?.

suara ?,

atau

phonétique et phonologie du français

7 Seperti diketahui bahwa kepekaan telinga manusia dalam mendengar bunyi memiliki batas minimal dan batas maksimal, dan variasi batas kepekaan setiap orang berbeda-beda. Selain itu, hasil pendengaran bunyi oleh telinga pada masing-masing orang sangat bergantung pada orang yang mendengar dan pada pengalaman orang tersebut dalam mendengar suatu bunyi. Kajian tentang bidang fonetik

auditif

ini

biasa

disebut

dengan

la

psychologie

expérimentale.

1.2.4. Fonetik Kombinatoris Suatu bunyi sangat jarang sekali diucapkan secara sendiri (isolément) terlepas dari bunyi yang lain. Oleh karena itu, fonetik kombinatoris (La phonétique combinatoire) mengkaji perubahanperubahan yang terjadi pada suatu bunyi dalam suatu rangkaian ujaran. Sebagai contoh banyak konsonan yang mengubah posisi titik artikulasi (endroit ou le passage de l’air) jika diikuti oleh vokalvokal tertentu yang mengikutinya. Bunyi pada awal kata qui dan cou misalnya, memiliki titik artikulasi yang berbeda dilihat baik dari sisi artikulatoris maupun akustik, meskipun perbedaan itu dapat diabaikan. Berbagai cabang kajian fonetik yang ada saling terkait dan saling mendukung. Deskripsi fonetik akustik berkaitan dengan sebagian besar kajian pada fonetik artikulatoris.

phonétique et phonologie du français

8

1.3. Fonetik Fungsional Fonetik fungsional (la phonétique fonctionnelle) atau biasa disebut juga kajian phonologie (fonologi) mengkaji bunyi-bunyi bahasa pada tataran langage dilihat dari fungsi bunyi-bunyi ujaran itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa (langue). Kajian ini dibedakan dengan kajian fonetik deskriptif meskipun kedua bidang kajian itu saling melengkapi dalam analisis linguistik. Kajian fonologi dapat dibedakan atas tiga bidang yaitu la phonématique (sistem fonematik), la prosodie (prosodi), dan la phonostylistique (fonostilistik).

1.3.1. Sistem Fonematik Fonematik (la phonématique) mengkaji pembedaan satuansatuan minimal bunyi yang bersifat distingtif (pembeda) yang disebut fonem (les phonèmes). Pada setiap bahasa, jumlah fonem ini terbatas dan fungsinya sebagai pembeda satuan-satuan minimal bunyi atau satuan distingtif. Sebagai contoh, dalam bahasa Prancis, i dan a merupakan dua fonem yang berbeda karena kedua fonem itu dapat dioposisikan seperti pada riz ‘nasi’ dan rat ‘tikus’ atau pada plit ‘lipatan’ dan plat ‘piring’. Sebaliknya, i panjang pada vide ‘kosong’ dan i pendek pada vite ‘cepat’ yang secara fisik berbeda dianggap sebagai fonem yang sama. Variasinya terletak pada

phonétique et phonologie du français

9 konteks konsonantik , karena dalam bahasa Prancis tidak ada satu katapun yang membedakan karena i panjang atau i pendek.

1.3.2. Prosodi Kajian

prosodi

(la

prosodie)

adalah

fonem-fonem

suprasegmental (les phonèmes suprasegmentaux), yaitu elemenelemen fonik yang bersifat supra (taille supérieur) pada proses penyampaian pesan wicara seperti aksentuasi (l’accentuation), dan intonasi (l’intonation). Kajian lebih lanjut tentang hal ini akan dibicarakan pada bagian lain.

1.3.3. Fonostilistika Fonostilistika (la phonostylistique) merupakan bagian dari kajian fonologi yang mempelajari fungsi bahasa dalam penyampaian pesan wicara. Fungsi bahasa dimaksud bukanlah hanya bersifat informatif (fonction informative) tetapi lebih bersifat ekspresif (fonction expressive) yaitu komponen bunyi yang diujarkan oleh penutur berkaitan dengan faktor usia, jender, latar belakang sosial, dan latar belakang geografis si penutur. Selain fungsi ekspressif, pada fonostilistika, bahasa yang dituturkan juga bersifat apelatif (fonction appelative) yaitu prosede linguistik yang digunakan oleh penutur untuk tujuan memancing atau menimbulkan reaksi mitra

phonétique et phonologie du français 10

tutur. Kajian atau penelitian tentang fonostilistika ini dilakukan baik secara fonematik maupun prosodik.

1.4. Fonetik Diakronik Jenis fonetik ini berkembang pada abad ke-19 ketika kajiankajian tata bahasa bandingan yang meneliti bahasa-bahasa serumpun dan perubahan-perubahan linguistik pada bahasa-bahasa itu mulai menempatkan kajian fonetik evolutif (la phonétique évoluitive) sebagai kajian yang penting. Ketika itu kajian linguistik mulai dianggap sebagai suatu ilmu. Saat itulah banyak orang mulai tertarik untuk mengkaji linguistik terutama analisis komparatif bahasabahasa dan perubahan-perubahan pada bahasa itu. Hubungan kekerabatan antara bahasa sansekerta (le sanskrit) yaitu bahasa sakral yang digunakan di India, bahasa latin (le latin), dan bahasa yunani (le grec) dan bahasa-bahasa germanik telah menunjukkan bukti-bukti hubungan kekerabatan. Bukti-bukti itu telah menguatkan keberadaan adanya bahasa hipotetik (une langue hypothétique) yaitu bahasa-bahasa

indo-eropa

(indo-européan)

yang

merupakan

keluarga besar dari bahasa-0bahasa pada kelompok itu. Kajian komparatif didasarkan terutama oleh relasi fonetik (correspondance phonétique). Prinsipnya adalah, Jika keseluruhan rangkaian kata-kata dalam suatu bahasa menunjukkan kesamaankesamaan yang teratur, dapat disimpulkan bahwa bahasa-bahasa itu

phonétique et phonologie du français 11

memiliki kaidah perubahan fonem satu sama lain. Sebagai contoh, dengan memperhatikan kata-kata bahasa Latin pater (ayah), piscis (ikan), dan pes (kaki) dan kata-kata bahasa Jerman Vater, Fisch, dan Fu, dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Latin, bunyi p akan diucapkan f dalam bahasa Jerman (dalam bahasa Inggris menjadi father, fish, dan foot). Hal yang juga menjadi kajian fonetik historis adalah hal kemunculan dua fonem berurutan (la chronologie d’apparition). Pada contoh kasus fonem p dan f diatas, dengan memperhatikan kata pitar (ayah) dari bahasa sansekerta tampak bahwa bunyi yang paling tua adalah p dan f pada bahasa germanik merupakan bunyi turunan dari p yang lebih tua. Kaum gramatika komparatif yang telah meletakkan dasar-dasar kaidah fonetik dapat disebut antara lain Rasmus Rask (1787-1832) dan Jacob Grimm (1785-1863). Meskipun kaidah-kaidah itu masih diperdebatkan oleh para ahli ketika itu, tetapi kajian dan analisis tentang fonetik historis telah membawa refleksi baru terhadap perubahan-perubahan linguistik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kata-kata pinjaman dari bahasa lain dan kata-kata gramatika lainnya. Konsep-konsep kaidah kecenderungan perubahan (le concept de tendance) menggantikan konsep lama tentang kaidah-kaidah fonetik (yaitu faktor bahasa pinjaman dan faktor gramatika). Pada perkembangan suatu bahasa atau kelompok bahasa tertentu, kita dapat melihat

phonétique et phonologie du français 12

adanya kecenderungan perubahan yang sama yaitu yang perubahan bahasa itu akan terhambat manakala ada faktor-faktor lain yang lebih kuat mempengaruhi bahasa itu. Beberapa faktor dimaksud antara lain (1) pengaruh bahasa lain (sebagai contoh, pembentukan bahasa Prancis dipengaruhi oleh dialek bahasa germanique dan francique), (2) kaidah ekonomis dalam perubahan fonetik yang dikemukakan oleh André Martinet, yaitu perbedaan fonetik yang jarang digunakan dan cenderung menghilang karena alasan ekonomis penggunaan bahasa seperti oposisi  vs œ pada brin dan brun pada bahasa Perancis kontemporer, dan (3) karena faktorfaktor sosial seperti penggunaan bahasa yang dianggap lebih tinggi (prestise). Data-data fonetik historis suatu bahasa menjelaskan perubahanperubahan yang mempengaruhi fonem-fonem dan kemungkinankemungkinan adanya perubahan prosodik pada bahasa itu selama kurun waktu sejarah bahasa itu. Fonetik historis terutama mengkaji variasi artikulatoris (les variations articulatoires). Fonetik historis bahasa Prancis misalnya, menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi secara perlahan dari bahasa Latin yang dipakai oleh kaum Geule yang melahirkan cikal bakal bahasa Prancis yang kemudian menjadi bahasa Prancis moderen (perubahan yang terjadi misalnya kemunculan dan hilangnya diftong, nasalisasi, dan palatalisasi).

phonétique et phonologie du français 13

1.5. Fonetik Terapan 1.5.1. Ortoepi Istilah ortoepi (l’orthoépie) berasal dari bahasa Yunani orthos ‘benar’ dan epos ‘lafal’ jadi ortoepi adalah cara-cara atau kaidahkaidah pelafalan yang benar pada suatu bahasa. Karena oeroepi berada pada suatu bahasa, di samping adanya pelafalan yang tetap (prononciation stable), variasi individual, regional, dan jenis-jenis wacana yang lain, ortoefi menjadi kaidah normatif

karena ia

diambil dari penggunaan lafal yang telah diseleksi dari berbagai lafal yang digunakan oleh masyarakat bahasa itu. Di dalamnya terdapat sejumlah penjelasan norma-norma dan kamus-kamus yang berisi kaidah-kaidah pelafalan yang tepat. Pada bahasa Prancis, lafal yang dianggap tepat adalah yang diucapkan oleh orang-orang Paris (français parisien cultivé). Norma-norma disusun tidak terlalu kaku sehingga diterapkan dalam pengajaran bahasa Prancis kepada orang asing. Kamus pelafalan yang agak baru disusun oleh André Martinet dan Henriette Walter (1973) berisi bahasa Prancis yang digunakan sehari-hari dan dilengkapi pula dengan perbedaan-perbedaan varian dari penutur-penutur bahasa Prancis dari kelompok masyarakat yang homogen.

phonétique et phonologie du français 14

1.5.2. Ortofoni Istilah ortofoni (l’orthophonie) ini berasal dari bahasa Yunani orthos ‘tepat’ dan phônê ‘suara’ dan kadang-kadang dianggap sebagai sinonim istilah ortoepi. Kajian ini membahas semua perlakuan yang bertujuan untuk mengoreksi masalah-masalah pengujaran (les troubles de la phonation). Masalah dimaksud dapat berkaitan dengan bentuk organ bicara yang tidak semestinya (cacat, rusak) dan latihan-latihan yang berkaitan dengan kesalahan artikulasi (seperti pengucapan bunyi j vs z dan bunyi-bunyi nasal), dan dapat pula berkaitan dengan ketidakberfungsian sistem syaraf otak yang berfungsi untuk menggerakan salah satu atau beberapa organ bicara.

1.6. Transkripsi Fonetik Biasanya orang menganggap bahwa suatu bahasa identik dengan sistem tulisannya. Dalam bahasa Prancis misalnya, sistem vokalnya yang diwujudkan oleh huruf a, e, i, o, u, y berkaitan dengan huruf-huruf bahasa Latin. Meskulin jika tulisan pada bahasa Prancis bersifat alfabetis dan dihubungkan langsung antara tulisn dengan bunyi ujaran (l’orale) maka pasti ada perbedaan baik informasi, gramatika, maupun leksikal yang tidak selalu dapat diterima oleh bahasa lisan.

phonétique et phonologie du français 15

Ditambah lagi, huruf-huruf (les graphèmes) memiliki valensi atau nilai makna yang berbeda, bergantung pada urutannya dalam suatu kata kombinasinya dengan huruf yang lain. Analisis komponen-komponen bunyi suatu bahasa menuntut suatu sistem notasi yang berbeda yang menggambarkan bunyi0-bunyi dan kombinasinya yang disebut alfabet fonetik (alphabet phonétique) yang sangat penting peranannya dalam pengajaran suatu bahasa. Sistem alfabet fonetik harus memenuhi prinsip kesederhanaan. Setiap satu bunyi ujaran yang berbeda pada suatu bahasa diwujudkan dengan satu tanda yang berbeda dengan memperhatikan apa-apa yang benar-benar diucapkan dengan sesuatu yang diucapkan, seperti pada les liasons. Oleh karena tidak ada satupun sistem tulisan yang memuaskan, sistem tulisan lain kemudian diciptakan, didasarkan atas sistem komponen-komponen yang telah dikenal pada alfebet tradisional (seperti pada alfabet bahasa Latin dan Yunani) menjadi suatu sistem alfabet yang lebih mudah dubaca dan digunakan pada sebagian besar bahasa-bahasa di dunia. Alfabet fonetik internasional (Alphabet Phonétique International atau API) saat ini banyak digunakan pada berbagai bahasa di dunia. Pada bahasa Prancis, selain pada sisten API, masih ada sistem transkripsi yang lain yaitu (1) sistem transkripsi fonetik bahasa Prancis (transkription française) yang menjadi dasar sistem alfabet bahasa Prancis dengan sejumlah tanda diakritik (signes diacritiques)

phonétique et phonologie du français 16

yaitu tanda yang mengikuti atau menempel pada suatu huruf untuk mengubah pelafalan (yang seharusnya) seperti tanda sedil dan ditulis miring, (2) sistem transkrip yang disebut « romaniste »

yang

digunakan pada sistem fonetik historis.

1.6.1. Alfabet Fonetik Internasional Sistem alfabet fonetik internasional (API) mulai dikembangkan antara tahun 1886 dan 1900 oleh Asosiasi Fonetik Internasional (Association Phonetique Internationale) terutama oleh para pengajar seperti Edward Sievers, Henry Sweet, Daniel Jones dan le Français Paul Passy. Pemikiran mereka tentang API adalah bahwa sistem transkripsi fonetik harus dapat diterapkan pada semua bahasa dan sangat penting untuk kajian praktik bahasa-bahasa, untuk pengajaran bagi orang buta dan tuli, untuk tujuan stenografi, dan untuk pengajaran membaca. Alfabet itu didasarkan pada prinsip berikut, yaitu satu tanda untuk satu bunyi, dan satu bunyi untuk satu tanda dengan menggunakan sistem alfabet bahasa Latin dan bahasa Yunani dan beberapa tanda diakritik untuk bunyi yang tidak dapat atau sulit diwujudkan dalam sistem tanda. Berkaitan dengan hal itu, para ahli fonetik dapat membuat sistem tanda yang lain seperti tanda [  ] untuk mentranskripkan konsonan chou. Tanda-tanda dipilih untuk mentranspripsikan suatu bunyi atau lebih tepatnya sebuah fonem (un phonème) yang pengembangan sistem alfabetnya

phonétique et phonologie du français 17

biasanya yang dapat menggambarkan fonem itu pada sebagian besar bahasa di dunia. Sebagai contoh, tanda [u]

digunakan untuk

mentranskripsikan vokal pada roue dan bukan pada rue. Sistem API terus dikembangkan dan terus disempurnakan secara berkala.

1.6.2. Sistem Tanda API pada Bahasa Prancis

Tabel 3. Vokal Bahasa Perancis (Les Voyelles) API Contoh

API

Contoh

i y u e ε ø œ o

 a   έ œ  

mort, sotte ma, table mât je, ce brin, pain brun, emprunt blond blanc

lit, cygne rue, sûr roue eté, marcher fête, il était deux odeur, seul mot, saute

Tabel 4. Sistem Konsonan bahasa Prancis API p b t d k g f

Contoh pain bain toit doigt cou, qui goût, gorge file

API

  m n n ŋ r

Contoh chou joue, girafe hameau anneau agneau parking rue

phonétique et phonologie du français 18

v s z w

ville dessert, soie desert, zoo oui

l j ų

lu pied, fille nuit

yourt,

2.1.3. Beberapa Tanda Pelengkap - Tanda nasal atau le tilde [~] sebagai penanda bunyi nasal seperti pada [r ] ‘rond’ atau disebut juga nasalisasi. Hal ini dijelaskan pada bagian - Tanda ternetral atau le dévoisement digunakan tanda tingkaran kecil subskrip [

o

]. Tanda ini digunakan pada fonetik

kombinatoris sebagai tanda asimilasi fonem (les phonèmes d’assimilation) seperti pada médcin yang dapat ditranskripsikan menjadi [mεdsε]. - Sonoritas atau le voisement digunakan tanda v subskrip [

v

]

seperti pada cheval ‘kuda’ yang ditranskripsikan menjadi [vl]. - Pemanjangan bunyi vokal digunakan tanda titik dua [ : ] yang ditempatkan setelah fonem vokal tersebut seperti pada kata neige ‘salju’, fonem [ε] diucapkan lebih panjang sehingga dapat ditranskripsikan menjadi [nε : ]. - Tanda aksen atau l’accent digunakan tanda apostrophe [’] yang ditempatkan di depan silabe yang bertekanan (syllabe accentuée) sementara untuk silabe pendesak (syllabe d’insistance) digunakan double apostrophe [’’].

phonétique et phonologie du français 19

- Intonasi (l’intonation) digunakan tanda anak panah (des flèches).

2.1.4. Transkripsi Fonetik dan Fonologi Transkripsi dapat dibedakan atas transkripsi fonetik (la transcription

phonétique)

dan

transkripsi

fonologis

(la

transcription phonologique). Berikut ini akan dijelaskan kedua hal tersebut. Transkripsi fonetik ditempatkan diantara dua kurung kurawal [ ] sementara grup-grup ritmik (les groups rythmiques) yaitu kelompok kata yang diakhiri oleh satu tekanan, dipisahkan oleh satu garis vertikal [│] dan kelompok jeda (les groupes de soufles) yaitu grup ritmik yang diakhiri oleh satu jeda, ditandai oleh dua garis vertikal [││].

Transkripsi ini digunakan pada semua variasi

penggunaan bahasa baik variasi individual maupun kontekstual. Tipe

transkripsi

fonetik

disebut

juga

transkripsi

pendek

(transcription étroite) karena membagi tuturan menjadi bagian yang pendek-pendek. Sebagai contoh tuturan Tu sais, je t’ai vue en ville hier soir dapat ditranskripsi fonetikan menjadi [ty’sε │ te’vy │ãvil │ijεr’swa :r ││]. Transkripsi

fonologis

disebut

juga

transkripsi

panjang

(transcription large). Transkripsi ini menggunakan tanda dua garis miring [//]. Yang ditranskripsikan hanya satuan-satuan fungsional atau fonem. Penggunaan transkrip fonologis ini mempraanggapkan

phonétique et phonologie du français 20

adanya suatu analisis yang mendalam tentang sistem fonologis pada bahasa itu. Sebagai contoh, dalam bahasa Prancis, dua fonem yaitu /e/ dan /ε/ keduanya dapat ditemukan pada silabe akhir suku terbuka, yaitu silabe yang diakhiri oleh vokal bersuara, seperti pada des marées [demare] dan des marais [demarε]. Sebaliknya, pada suku tertutup yaitu silae yang diakhiri oleh bunyi konsonan bersuara, kedua fonem itu tidak dapat dioposisikan karena bunyi [ε] direalisasikan karena konteks tertentu. Dengan demikian, kata belle ‘cantik’ misalnya dapat ditranskripsikan secara fonologis menjadi /bel/.

LATIHAN DAN TUGAS 1. Pour chacune des lettres suivantes, trouvez les sons du français qu'elle peut représenter et les contextes où cela se produit: c, g, h, m, t. De même, pour chacun des sons suivants, trouvez les lettres susceptibles de le représenter, ainsi que leur contexte: [o], [k], [n]. 2. Ecrivez les transcripts phonétiques des mots suivants a. pain – pan – pont b. paix – fait c. pot – faux d. lapin – la fin e. dessert – désert f. casse – case g. Je voyage tous les jeudis h. J’ai pris un billet pour aller au cinéma

Related Documents

Chile 1pdf
December 2019 139
Theevravadham 1pdf
April 2020 103
Majalla Karman 1pdf
April 2020 93
Rincon De Agus 1pdf
May 2020 84
Exemple Tema 1pdf
June 2020 78

More Documents from "Gerardo Garay Robles"