Fixx Ok.docx

  • Uploaded by: ria nur azizah
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fixx Ok.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,778
  • Pages: 33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan fisik adalah salah satu elemen penting dari proses menentukan diagnosis sebuah penyakit. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui penyakit pasien, agar dapat memberikan terapi yang tepat pada apsien tersebut. Pemeriksaan fisik merupkan kompenen pengkajian kesehatan yang bersifat objektif yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada tubuh pasien dengan melihat keadaan pasien (inspeksi), meraba organ yang hendak diperiksa (perkusi), mengetuk suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (palapsi), dan mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi). Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang

dianggap

perlu,

untuk

memperoleh

data

yang

sistematif

dan

komprehensif,

mamastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pada makalah ini akan membahas tentang pemeriksaan fisik pada, kardiovaskuler, paru-paru dan hematologi.

B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana anatomi fisiologi,biokimia dan biofisika pada sistem kardiovaskuler, respirasidan hematologi ?

2.

Apa saja jenis pemeriksaan fisik pada kardiovaskuler, paru-paru dan hematologi ?

3.

Bagaimana langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik kardiovaskuler, paru-paru dan hematologi ?

C. Tujuan 1.

Mengetahui anatomi fisiologi, biokimia dan biofisika

pada sistem kardiovaskuler, respirasi dan

hematologi. 2.

Mengetahui jenis pemeriksaan fisik pada kardiovaskuler, paru-paru dan hematologi.

3.

Mengetahui langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik kardiovaskuler, paru-paru dan hematologi.

1

BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi Fisiologi Paru-Paru (Pulmo) Paru-paru termasuk dalam organ yang mengatur pernapasan, saluran pernapasan di bagi menjadi dua yaitu sebagai berikut : Saluran pernapasan bagian atas : (1) Hidung (2) Faring. Saluran napas bawah : (1) laring (2) trakea (3) percabangan Bronkus (4) paru-paru kiri dan kanan.

Gambar 7.3 otot-otot Pernapasan Pernapasan atau ventilasi pulmonal memerlukan fleksibilotas supaya ventilasi bias berlangsung. Proses pernapasan terdiri atas dua tahap, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas) terjadi secara bergantian dengan cara peningkatan dan penurunan volume kavum toraks. Lobus kanan terdiri atas lobus superior, lobus medialis, lobus inferior.Lobus kiri terdiri atas lobus superior dan lobus inferior. Dinding alveoli terbentuk dari sel pipih.Termasuk jenis sel epithelium skuamosa. Ada berjutajuta alveoli paru-paru, setiap alveoli dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler paru.Pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida terjadi pada kedua permukaan sel alveoli dan pembuluh darah kapiler. Proses ini disebut proses difusi. Saat cairan keluar, permukaan dalam alveoli akan mengempis dan menyebabkan dinding alveoli menempel satu sama lain. Jika hal ini terjadi, proses inflasi akan sulit terjadi dan seseorang akan sulit bernapas. B.

BIOKIMIA Pengangkutan Oksigen ke Jaringan Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. Reaksi Hemoglobin & Oksigen Hemoglobin adalah protein yang terbentuk dari empat subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O 2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ⇆ HbO2 .mengigat setiap molekul hemoglobin mengandung empat unit Hb,

2

maka dapat dinyatakan sebagai Hb4 , dan pada kenyataanya bereaksi dengan empat molekul O 2 membentuk Hb4O8. Hb4 + O2 ⇆ Hb4O2 →Hb4O2 + O2 ⇆ Hb4O4→Hb4O4 + O2 ⇆ Hb4O6→Hb4O4 + O2 ⇆ Hb4O8 Pengangkutan Karbon Dioksida Dapar (Buffer ) Oleh karena CO2 akan memebentuk asam karbonat dalam darah, diperluksn pengertian mengenai dapar di dalam tubuh untuk dapat memahami pengangkutan CO 2 . Nasib Karbon dioksida di dalam Darah Kelarutan CO2 dalam darah sekitar 20 kali lebih besar daripada kelarutan O2, sehingga pada tekanan persial yang sama didapatkan jauh lebih banyak CO 2 dibandingkan O2 dalam larutan sederhana. Sejumlah CO2 dalam sel darah merah akan berekasi dengan gugus amino dari protein, terutama hemoglobin, membentuk senyawa karbamino. H ╱

H ╱

Co2 +R ⎯ N⇆R⎯N ╲ H



COOH

C. Biofisika Paru-paru menunjukkan fungsi fisiologis lainnya untuk menukar O2 dan CO2 . Kita bernapas sebanyak 6 liter udara per menit ( 1 liter = 10-3m3 ). Udara yang kita hidup adalah sekitra 80% N2 dan 20% O 2 . udara yang dikeluarkan sekitr 80% N2, 16% O2 , DAN 4% CO2 . Kita bernapas sekitar 10kg (22LB) udara setiap hari. Dengan ini, paru-paru menyerap sekitar 400 liter (sekitar 0,5 kg) O 2 , dan mengeluarkan sejumlah kecil CO2. Setiap kita bernapas, sekitar 0,5 liter yang terdiri dari -1022 molekul-molekul udara memasuki paru-paru kita. Jumlah molekul pada atmosfir bumi sekitar 1044 . oleh karena itu berarti kita mengambil 1/1022 = 10-22 dari keseluruhan udara di bumi setiap kita bernafas. Mekanisme Pernapasan Udara di dalam paru-paru berada pada tekanan atmosferik-100 kPa (14,5 Ib/in2)- tekanan ini akan mendorong paru-paru kembali berhubungan dengan dinding dada. Biasanya tekanan negatif 6-12 jPa (5-10 mmHg) pada ruang intrapleural. Aliran udara di paru-paru dianalogikan sebagai aliran sirkuit listrik “Hukum Ohm” untuk aliran udara tampak seperti hukum Ohm untuk sirkuit lstrik, dengan voltase digantikan oleh perbedaan tekanan ∆P dan aliran digantikan oleh laju alran udara ∆V/∆t atau V. Perlawanan udara diberikan pada satuan tekanan per satuan tingkat aliran, dalam kedokteran biasanya ditetapkan Pa/liter/detik atau cmH2O/(liter/detik). Pada orangtua Rg=330 Pa/liter (3,3 cm H2O/liter/detik). D. PEMERIKSAAN FISIK a.

Pemeriksaan Umum

3

Amati pasien sejak awal.Carilah adanya tanda sesak napas penurunan berat badan, sianosis, dan status mental mereka. b. Urutan Pemeriksaan 1.

Hitung laju pernapasan pada semua pasien dengan sesak napas. Perhatiakn dan catat jika pasien tampak sesak napas saat istirahat, dan hitunglah laju pernapasannya (kali/menit) selama 30-60 detik sementara anda meraba denyut arteri dan menilai pergerakan dadanya.

2.

Perhatikan apakah pasien menggunakan otot-otot bantu pernapasan. Temuan Normal dan Abnormal Temuan Normal

Temuan Abnormal

Otot-otot pernapasan selama pernapasan

Otot sternokleidomastoideus, platisma, dan

normal

trapezius merupakan otot bantu pernapasan

(saat

istirahat),

wanita

menggunakan

otot-otot

dibandingkan

diafragma,

lebih

intercostal

dan

penggunaan

otot-otot

tersebut

gerakan

merupakan tanda awal obstruksi jalan napas.

pernapasan terutama berupa pernapasan

Jika pasien duduk dengan tangan/lengan

torakal.Laki-laki

pada paha atau lutut untuk mempertahankan

diafragma

lebih

dengan

mengandalkan gerakan

utama

pernapasan abdominal.

kedudukan

pundak,

tindakan

ini

akan

menaikan klavikula dan dada bagian atas, meningkatkan volume paru dan tekanan negatifintratorakal.

Penggunaan

otot-otot

bantu pernapasan merupakan gambaran pada PPOK dan asma berat. Pada kegagalan pernapasan berat, atau pada lesi nervus frenikus bilateral yang lebih jarang terjadi, menyebabkan kelumpuhan diafragma, gerakan abdomen dan dada akan saling bertentangan (paradox); saat inspirasi abdomen akan bergerak ke dalam sementara dinding dada bergerak ke luar. Beberapa pasiien dengan PPOK berat tampak bernapas dengan bibir mulut mrncucu.Manuver ini bertujuan meningkatkan tekanan positif di akhir ekspirasi, mengurangi kolaps saluran napas kecil, dan memperbaiki ventilasi.

4

Sianosis Urutan Pemeriksaan : 

Mintalah pasien untuk membuka mulutnya dan perhatikan bibir serta bagian bawah lidah pasien dengan penerangan cahaya alami untuk mencari warna biru-keunguan. Temuan Abnormal Sianosis merupakan warna biru yang disebabkan konsentrasi absolut haemoglobin deoksigenasi >50 g/I. Sianosis sentral mencerminkan hipoksemia arteri. Dengan konsentrasi haemoglobin normal, sianosis sentral terjadi ketika saturasi oksigen arterial turun di bawah 90%, setara dengan tekanan PoO29 kPa (60mmHg). Pasien dengan polisitemia mengalami sianosis pada tekanan oksigen arterial yang lebih tinggi.Walaupun jarang, sianosis sentral dapat terjadi akibat methemoglobinemia yang disebabkan hemolisis intravascular atau obatobatan.

Tekanan Darah Urutan Pemeriksaan 

Ukur tekanan darah dan raba denyut nadi pasien.

Pada pneumotoraks, hipotensi merupakan pertanda terjadinya tahanan dengan akibat penurunan aliran balik vena ke jantung dan resiko henti jantung.Pulsus paradoksus adalah peningkatan variabilitas normal volume denyut seiring siklus pernapasan Temuan Abnormal Tekanan diastolik <60 mmHg dihubungkan dengan peningkatan mortalitas pada pneumonia komunitas Perubahan Warna Jari Dan Kuku Warna kecoklatan pada jari-jari tangan dan kuku akibat merokok disebabkan oleh tar, bukan nikotin. Sindrom kuku kuning yang jarang terjadi, dihubungkan dengan limfedema dan efusi pleura eksudatif Tremor halus pada jari-jari tangan seringkali disebabkan oleh penggunaan obat 𝛽-agonis atau obat bronkodilator teofilin secara berlebihan. Urutan Pemeriksaan : 

Minta pasien untuk merentangkan kedua lengannya dengan tangan ekstensi pada sendi pergelangan Lihat ada tidaknya tremor kasar dan flapping(asteriksis)



Cara lain, minta pasien untuk meremas jari telunjuk dan jari tengah anda selama 30-60 detik.

5

Kelenjar Getah Bening Leher Urutan Pemeriksaan 

Lihatlah pembesaran kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, dan Lakukan palpasi leher. Temuan Abnormal Pembesaran kelenjar getah bening skalenus dapat merupakan bukti pertama metastatis kanker paru.Lomfadenopati

servikal local merupakan gambaran yang sering di dapat

lomfoma. Pada penyakit Hodgkin, kelenjar getah bening biasanya “kenyal seperti karet” pada sepsis akibat infeksi gigi dan tonsillitis biasanya terdapat nyeri tekan pada tubekulosis dan matastasis kanker mereka umumnya menyatu membentuk massa dan kelenjar getah bening yang mengalami klasifikasi akan terasa keras seperti batu.

Ekspansi dada Urutan pemeriksaan 

Berdirilah di belakang pasien dan nilai ekspansi lobus atas paru dengan memperhatikan klavikula saat pernapasantidal.



Nilai ekspansi lobus bawah paru dengan meletakkan tangan anda secara mantap pada dinding dada.



Mintalah pasien untuk menarik napas dalam. Ibu jari anda seharusnya terpisah secara simetris sejauh minimal 5 cm.



Dalam keadaan pasien telentang, carilah gerakan paradoksal dinding abdomen ke arah dalam pada saat inspirasi. Temuan Normal

Temuan Abnormal

Kedua sisi toraks seharusnya mengembang

Gerakan

paradoksal

ke

dalam

dapat

secara seimbang selama pernapasan normal

merupakan pertanda paralis diafragma, atau

tidal dan inspirasi maksimal.

yang llebih sering adalah petanda PPOK berat. Fraktur ganda rangkaian iga atau sternum memungkinkan dinding dada yang berada di antara pathan tersebut untuk bergerak bebas atau ‘melambai.

Perkusi Perkusi memungkinkan pemeriksa untuk mendengarkan nada dan gema nada perkusi tersebut, serta merasakan getaran pascaperkusi. Urutan pemeriksaan 

Tentukan telapak tangan kiri di dada pasien, dengan jari-jari sedikit terbuka.

6



Tekankan jari tengah tangan kiri anda ke arah dada, sejajardengan iga pada area yang akan diperkusi.



Ketuklah jari falang bagian tengah dengan menggunakan ujung jari tengah kanan anda, dengan melakukan gerkan mengayun pada pergelangan tangan dan bukan pada lengan bawah.



Pindahkan jari yang melakukan perkusi secara cepat sehingga nada yang terbentuk tidak teredam.



Perkusi apeks paru dengan meletakkan permukaan jari tengah tangan kiri pada tepi anterior otot trapezius, menyentuh fossa supraklavikula dan perkusilah ke arah bawah.



Perkusi klavikula secara langsung pada sepertiga tengah, karena melakukan perkusi pada bagian lateral akan menghasilkan nada pekak karena mengenai otot bahu.



Mintalah pasien untuk melipat tangannya di depan dada, menggerakkan skapulanya ke lateral, dan perkusilah bagian posterior atas dada.



Gambarkan daerah yang abnormal dengan melakukan perkusi mulai dari suara sonor ke pekak. Perkusi setiap sisi secara bergantian dan bandingkan nada yang terbentuk. Temuan Normal

Temuan Abnormal

Paru normal menghasilkan nada yang

pneumotoraks

sonor.

hipersonor,

menghasilkan sedangakan

perkusi

nada pada

struktur yang padat, misalnya hepar, jantung, atau

area

paru

dengan

konsolidasi

(pneumonia) akan menghasilkan nada yang pekak. Area kepekaan jantung pada dada anterior sebelah kiri dapat menurun saat paru hiperinflasi. Kepekakan basal akibat elevasi diafrgma dapat menyerupai cairan pleura.

Auskultasi Dengan menggunakan stetoskop bagian corong. Diafragma membatasi bunyi bernada tinggi, misalnya pleura friction rubs. Urutan pemeriksaan 

Dengarkan saat pasien relaks dan bernapas dalam dengan menggunakan mulut terbuka. Auskultasi setiap sisi secara bergantian, dengan membandingkan temuan pada berbagai posisi yang sesuai untuk memastikan tidak ada kelainan lokal yang terlewatkan.



Dengarkan : 

Pada sisi anterior dari atas klavikula ke bawah ke iga ke-6.

7





Pada sisi lateral dari aksila ke iga ke-8.



Pada sisi posterior ke bawah ke iga ke-11.

Nilailah kualitas dan amplitudo suara napas. Hindari melakukan auskultasi dalam jarak 3 cm dari garis tengah baik di anterior maupun posterior, karena area-area ini dapat mentransmisikan suara secara langsung dari trakea atau bronkus utama. Temuan Normal Pola

dan

Temuan Abnormal

intensitas

suara

napas

Menghilangnya suara vesikular terjadi pada

ventilasi

regional.

Suara

obesitas, efusi pleura, penebalan pleura

napas akan menurun pada paru normal

yang bermakna, pneumotoraks, hiperinflasi

karena parenkim menyalurkan suara dengan

akibat PPOK, dan pada daerah paru yang

buruk.

kolaps dengan oklusi bronkus utama di

mencerminkan

daerah yang bersangkutan. Jika intensitas suara napas terdengar menurun, mintalah pasien untuk batuk.

E.

SOP Pemeriksaan Fisik Respirasi STANDAR OPERASIONAL PROSEDURAL PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI Skor

Aspek Yang Dinilai

0

1. Persiapan Alat :  Stetoskop 2. persiapan pasien dan lingkungan :  memberikan salam pembuka  menjelaskan tujuan tindakan  meminta pasien untuk membuka pakaian  meminta pasien berbaring dengan posisi telentang  meminta pasien dalam posisi rileks Langkah-langkah : Inspeksi Toraks bagian depan 

perhatikan muka (edema) dan mata (konjungtiva anemis atau tidak) dan bibir (sianosis atau tidak)



perhatikan posisi trakea: normal, deviasi kiri atau kanan



Perhatikan bentuk dada (adakah kelainan bentuk)



Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri

8

1

2

3



Amati adanya retraksi intrekosta, amati gerakan paru



Amati sternum dan klavikula (apakah ada kelainan bentuk)



Tentukan jnnis pernapasan apakah ada pernapasan abnormal



Hitung frekuensi pernapasan



Bandingkan pergerakan dinding dada kiri dan kanan apakah pergerakannya sama atau ada yang tertinggal.

Palpasi Thorax bagian depan : 

Apakah ada limfadenopati supraklavikular dan leher



Lakukan pemeriksaan posisi trakea apakah normal apakah normal, deviasi kekiri dan deviasi kekanan



Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada bawah papillia, anjurkan pasien untuk menarik napas dalam, rasakan apakah sama paru kiri dan kanan.



Lakukan palpasi pada dinding thorax untuk menilai tactil fremitus.



Bandingkan kiri dan kanan secara simetris dan silangkan tangan pemeriksa instruksikan pasien mengucapkan kata “sembilan-sembilan”

Perkusi Thorax bagian depan : 

Atur posisi pasien dengan posisi supinasi



Untuk perkusi anterior dimuali batas klavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukan batas paru kanan dan kiri (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup) jika ada edema paru dan efusi pluera suara meredup

Auskultasi Thorax bagian depan : 

Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell untuk anak



Mendengar suara napas vesikuler pada kedua

9

hemithorax kiri dan kanan, mulai dari atas kebawah 

Mendengar suara napas bronkovesikuler (normal) pada daerah di korpus stemi



Mendengar suara napas tambahan : wheezing, crackles

Pmeriksaan Fisik Thorax Belakang Skor

Aspek Yang Dinilai

0

Langkah-langkah : Inspeksi : 

Perhatikan bentuk dinding thorax bagian belakang (adakah kelainan bentuk)



Perhatikan bentuk tulang belakang (apakah ada kelainan bentuk : kiposisi, skoliosisi dan lordosisi)



Bandingkan bentuk dinding toraks belakang kiri dengan belakang kanan



Bandingkan pergerakan dinding thoraks belakang kiri dan kanan, apakah ada yang tertinggal.

Palapsi Thorax bagian belakang : 

Meletakkan telapak tangan di belakang dada tepat pda apex

paru/setinggi supra scapula (posisi

posterior) 

Menginstruksikan pasien untuk mengucapkan kata “sembilan-sembilan” (nada rendah)



Minta klien untuk mengulangi, sambil pemeriksa menggerakkan ke posisi kanan dan kiri kemudain kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebrata thoraxkal ke-12



Bandingkan vremitus pada kedua sisi

Perkusi Thorax bagian belakang : 

Lakukan perkusi pada kedua hemithorax belakang kiri dan kanan mulai dari dinding thorax atas ke bawah bandingkan kiri dan kanan



Tentukan batas paru belakang kanan dan kiri (normal vertrebae Th X/XI)

10

1

2

3

Auskultasi Thorax bagian belakang : 

Mendengarkan suara napas vesikuler pada kedua hemithorax belakang kiri dan kanan, mulai dari atas kebawah



Mendengar suara nafas bronkovesikuler (normal) pada daerah interskapula

 F.

Mendengarkan suara nafas tambahan.

Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik Uji Noninvasif Uji diagnostik yang biasanya dilakukan meliputi uji fungsi paru, analisis gas darah arterial, oksimetri nadi, pemindahan ventilasi-perfusi, rontgen dada, dan kultur sputum. Oksimetri Nadi Oksimetri nadi melewatkan cahaya melalui jaringan dan suatu sensor yang melekat pada ujung jari tangan, jari kaki/lobus telinga yang mengukur jumlah cahaya yang diserap oleh hemoglobin yang tersaturasi oksigen. Uji Fungsi Paru Uji fungsi paru yang dilakukan di laboratorium fungsi paru dapat mengukur volume dan kapasitas pernapasan. Rontgen Dada Rontgen (sinar-x) dada memberikan informasi mengenai dada yang tidak dapat dilakukan dengan dengan pemeriksaan lain dan dapat memberikan ilustrasi grafis mengenai disfungsi pernapasan.

Computed tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) CT scan dapat membantu mengidentifikasi kelainan pluera atau mediastinum. Uji Invasif Laringoskopi Pemeriksaan visual pada laring dan dan digunakan untuk mendiangnosis papiloma laring,nodul, polip/kanker. Bronkoskopi untuk mendeteksi adanya tumor, inflamasi atau striktur dan untuk mendapatkan biopsi jaringan. Biopsi Biopsi paru/pluera membutuhkan eksisi bedah jaringan, kemudia diperiksa untuk menilai struktur abnormal sel kanker. Uji Laboratorium kultur Sputum Suatu proses infeksius dapat menyebabkan produksi mukus (biasanya disebut sebagai sputum). Kultur Hidung dan Tenggorokan Dengan menggunakan apusan kapas steril yang fleksibel, kultur area ini diambil untuk mengidentifikasi bakteri tertentu seperti Streptococcus sp. Analisis Gas Darah Arteri Melibatkan penggunaan darah arterial, bukan darah vena, untuk mengukur PaO2, PaCO2, dan pH secara langsung.

11

A. Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler Jantung terdiri dari dua otot pemompa yang berkerja berkesinabungan, terselubung dalam kantong serosa (pericardium) yang memungkinkan jantung bergerak bebas pada setiap detak dan respirasi.Jantung mengalirkan darah ke sirkulasi pulmonal dan sistemik

(Gambar 6.1 Ruang dan Katup Jantung). Jantung kanan, atrium dan ventrikel kanan memompa darah deoksigenasi yang berasal dari vena sistemik ke sirkulasi pulmonal dengan tekanan darah yang realtif rendah.Jantung kiri (atrium dan ventrikel kiri) menerima darah dari paru dan memompanya dengan tekanan yang lebih tinggi ke seluruh tubuh menuju jaringan. Otot jantung (miokardium) pada bagian ventrikal kiri lebih tebal dibandingkan ventrikal kanan, hal ini bertujuan untuk menghasilkan tekanan yang lebih besar. Pada saat embrio terbentuk jantung mulai berdenyut saat berusia empat minggu meskipun belum mendpatkan sumber persyarafan.Saat seseorang berusia 80 tahun jantungnya terus berdenyut sekitar 100.000 kali per hari.Hal ini terjadi setiap hari, jantung yang sehat dapat meningkatkan kontraksinya untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh, kemudian beristirahat sambil terus memompa darah seolah-olah tidak ada hal luar biasa yang terjadi.Fungsi primer jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh arteri kapiler dan vena.Jantung adalah pompa yang menjaga agar sirkulasi darah bisa berlangsung dengan baik.

B.

Biokimia Struktur dan fungsi enzim. Analisa enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostic yang meliputi riwayat gejala dan elektrokardiogram untuk mendiagnosa infrak miokard. Enzim dilepaskan dari sel bila sel mebgalami cidera dan membrannya pecah. Berbagai isoenzim yang dihasilkan oleh sel miokradium dan dilepaskan bila sel mengalami kerusakn akibat hipoksia lama dengan mengakibatkan infrak. Isoenzim bocar kerongga intrestisial miokardium kemudia diangkat keperedaran darah umum oleh sistem limfa dan peredaran koronaria, meningkatkan peningkatan kadar dalam darah. Struktur enzim ada apoenzim /tidak aktif merupakan

12

bagian protein dari enzim sebagai melekatnya subtrat. Bersifat tremolabil (peka terhadap suhu tinggi) dan ada kofaktor merupakan bagian nonprotein bersifat stabil pada suhu tinggi. Fungsi dari enxim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. C. BioFisika Peredaran darah dimulai dari sisi kiri jantung sampai membentuk satu lingkaran penuh. Darah dipompa oleh kontraksi otot jantung dari bilik kiri dengan tekanan sekitar 17 kPa (12 mmHg) menuju sistem arteri yang dibagi lebih kecil dan lebih kecil lagi (arterioles) dan akhirnya sampai pada kumpulan jaringan yang disebut kumpulan pembuluh kapiler. Setelah melalui pembuluh kapiler darah berkumpul dalam vena kecil ( venule) yang secara bertahap berkombinasi menjadi vena yang lebih besar dan lebih beszar sebelum memasuki sisi kanan jantung melalui vena dua vena besar yaitu vena cava superior dan vena cava inferior. Darah yang kembali dimasukan penyimpan (serambi kanan), dan selama kontraksi lemah sekitar 0,8 kPa (5-6 mmHg) darah mengalir melalui bilik kanan. Pada kontraksi ventrikular berikutnya darah ini dipompa pada tekanan sekitar 3,3 kPa (25 mmHg) melalui arteri pulmonary menuju sistem kapiler dalam paru-paru. Darah segar yang telah teroksigenasi kemudia mengalir melalui vena besar dari paru-paru menuju penerima bagian kiri jantung (serambi kiri); selama kontraksi atrium yang lemah sekitar 1 kPa (7-8 mmHg)darah mengalir kebilik kiri. Ketika diuji dengan teknik-teknik fisika ditemukan bahwa darah terdiri atas beberapa ragam komponen. Warna merah diakibatkan oleh sel darah merah (eritrosit), kepingan pipih berdiameter 7µm (7x10⁻⁶ m), yang mewakili 45% volume darah. Terdapat sekitar 5x10⁶ eritrosit/mm₃ dalam darah. Cairan yang hampir jernih disebut plasma darah berjumlah 55% sisanya. Disamping eritrosit dan plasma, terdapat komponen penting lainnya, seperti sel darah putih (leukosit) , berjumlah sedikit. Leukosit, yang tidak bundar memiliki dimensi 9-15 µm. Ada sekitar 8000 leukosit/mm₃ dalam darah. Darah juga memiliki kepingan. Kepingan (berdiameter 1-4 µm) terlibat dalam fungsi pengumpulan darah. Terdapat 3x10⁵ kepingan/mm₃ dalam darah.

D. PEMERIKSAAN FISIK Sesuaikan urutan dan luasya pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan kondisi pasien : a.

Pasien dengan henti jantung atau napas atau yang membutuhkan bantuan gawat darurat segera : tangani dulu dan lakukan pemeriksaan lebih rinci setelahnya.

b. Stabilkan pasien, lakukan dahulu pemeriksaan secara menyeluruh. PEMERIKSAAN UMUM a.

Perhatikan penampilan umum pasien, apakah [asien tampah 

Tidak sehat?



Sesak napas atau siaosis?

13



Ketakutan atau tertekan?

b. Ukurlah temperatur paisen c.

Lakukan pemeriksaan urinalisis.

Tangan Dan Kulit 

carilah tanda-tanda pewarnaan tembakau



carilah adakah sianosis perifer



rasakan temperaturnya



carilah adakah jari tabuh



carilah splinter haemorrhagesI

pada kuku (tanda liner, berwarna merah kecoklatan

sepanjang aksis jari tangan dan kaki, yang diduga terjadi akibat kompleks imun yang bersirkulasi) 

lihatlah bagian telapak tangan untuk mencari : a.

lesi Janeway- bercak merah, tidak nyeri, yang akan memutih bila ditekan, pada bagian tonjolan tenar/hipotenar pada tangan dan telapak kaki.

b. Nodus Osler- Lesi eritema menonjol dan nyeri, jarang terjadi namun sering dijumpai pada bantalan jari tangan dan kaki. 

Lihatlah permukaan telapak dan ekstensor tangan utnuk mencari xantoma(warna kulit yang kuning atau nodul tendon akibat deposit lipid)



Lihatlah keseluruhan kulit untuk mencari petekie Temuan Normal

Temuan Abnormal

Tangan umumnya teraba kering pada suhu

Demam

merupakan

gambaran

ruang.Sianosis perifer umum djumpai pada

endocarditis infektif dan pericarditis, dan

pasien normal saat tangan mereka dingin.

dapat terjadi pasca infark miokard. Dengan

Satu atau dua splinterhaemorrhagae umum

rangsang otonomik, tangan akan teraba

dijumpai pda individu sehat yang mengalami

hangat dan berkeringat pada keadaan

trauma.

hipotensi dan syok, tangan akan teraba dingin dan lembab. Splinter haemorrhagae ditemukan pada endokardits infektif dan beberapa petekie

kelainan (

yang

vaskulitis.

disebabkan

Ruanm vaskulitis)

paling sering dijumpai pda tungkai bawah dan konjugtiva.

14

(Gambar 6.6 Gambaran klnis yang dapat terjadi pada endocarditis infektif A. Lesi janeway pada tonjolan hipotenar (panah) B.Splinter Haemorrages C. Nodus Osler, D. Roth’s spot pada funduskopi E. perdarahan petekie pada konjugtiva. merupakan temuan semetara pada endocarditis dan dapat dikacaukan dengan ruam pada penyakit meningokokus. Lesi Janeway, nodus osler, infark lipatan kuku, dan jari tabuh merupakan gambaran yang tidak umum pada endocarditis. Urinalisis perlu dilakukan untuk melihat ada/tidaknya hematuria (endocarditis, vaskulitis), glukosa (diabetes) dan protein (hipertensi dan penyakit ginjal). Wajah dan Mata Urutan Pemeriksaan : 

Pada mulut, adakah sianosis sentral



Pada kelopak mata, adakah xantelasma (plak lunak kekuningan periorbita dan pada bagian medial kelopak mata yang dihubungkan dengan hiperlipidemia)



Pada iris untuk melihat arkus kornea



Pada konjungtiva, untuk mencari petekie



Pemeriksaan fundoskopi untuk mencari gambaran hipertensi diabetes dan Roth’s spot (perdarahan retina berbentuk seperti api dengan bagian tengah seperti gulungan kapas wol).

(Gambar 6.16 Retinpati Hipertensi), Temuan Abnormal Sianosis sentral dapt disebabkan oleh gagal jantung atau lebih jarang akibat penyakit

15

jantung bawaan, yan dihubungkan dengan pirau kanan ke kiri dan jari tabuh.Xantelasma merupkan predictor yang penting untuk penyakit kardiovaskuler, Jika ada periksalah, bagian lutut dan tendon Achilles untuk mencari xantoma.

Gambar 6.8 (A) Xantelasma). (Gambar 6.8 (B) Xantoma) . Arkus kornea merupakan pewarnaan kuning pucat pada batas iris dan kornea yang disebabkan oleh deposisi kolesterol.Hal ini lebih umum djumpai pada pasien laki-laki dan kulit hitam

(Gambar 6.8 (C) Arkus Konea). Xantelasma maupun arkus kornea dapat pula ditemukan pada pasien normolipidemia.

Roth’s spot disebabkan oleh mekanisme yang serupa dengan splinter haemorrhages dandapat pula terjadi pada anemia atau leukimia. Denyut Arteri Anatomi Ejeksi darah dari ventrikel kiri ke dalam sirkulasi arterisitematik menciptakan suatu gelombang tekanan yang dapat dirasakan sebagai denyut pada tempat dimana arteri berada superfisal atau melintas di atas tulang. Gelombang tekanan ini tidak sama dan bergerak lebih cepat dibandingkan dengan aliran darah itu sendiri. Pada palpasi arteri mungkin saja teraba denyut bahkan saat tidak ada aliran darah pada arteri tersebut.Gelombang nadi ini bergantung pada frekuensi jantung, isi sekuncup, obstruksi aliran ke luar ventrikel kiri, elastisitas arteri, dan resistensi perifer.

16

Gunakan nadi yang lebih besar (brakial, karotis atau femoral) untuk menilai volume denyut nadi dan karakteristiknya. Saat meraba denyut nilailah : a.

Frekuensi

b. Irama c.

Volume

d. Karakter Catat nadi individual sebagai: a.

Normal +

b. Berkurang ± c.

Tidak ada –

d. Aneurisma + + Denyut Arteri Radialis Urutan Pemeriksaan : 

Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah anak pada arteri radialis kanan



Nilai kecepatan dan iramanya



Hitunglah frekuensi denyut selama 30 detik, kalikan 2 untuk mendapatkan denyut permenit



Untuk mendeteksi denyut yang kolaps: pertama pastikan pasien tidak memiliki hambatan bergerak atau nyeri pada pundak ataupun lengan. Rasakan dneyut dengan dasar jari anda lalu angkat lengan pasien vertikel ke atas kepala pasien.



Palpasi kedua denyut arteri radialis bersamaan, nilai adakah keterlambatan antara keduanyadan adakah perbedaan volume denyut.



Palpasi denyut arteri radialis dan femoralis secara bersamaan dan seklai lagi nilai adakah perbedaan waktu dan volume.

Denyut Nadi Brakialis Urutan Pemeriksaan : Gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk melakukan palpasi denyut ini pada bagian bawah humerus tepat di atas sendi siku.Niali karakter dan volumnya. Denyut Nadi Arteri Karotis Beberapa klinis menggaap pemeriksaan rutin denyut arteri karotis merupakan tindkan yang tidak tepat, karena hal ini dapat menyebabkan serangan iskemik transien atau menginduksi reflex, yakni bradikardia yang diperantarai nervus vagus.Walaupun demikian, denyut arteri karotis merupakan denyut yang paling tepat untuk diperiksa dalam menilai pasien yang mungkin mengalami henti jantung.Dalam melakukan urutan pemeriksaan arteri karotis, lakukan dengan lembut dan jangan pernah menilai kedua arteri karotis secara bersamaan. Urutan Pemeriksaan : 

Jelaskan apa yang akananda lakukan

17



Baringkan pasien dengan posisi setengah berbaring untuk berjaga-jaga jika timbul reflex bradiakardia.



Dengan perlahan, letakkan ujung jari diantara laring dan batas anterior otot sternokleidomastoideus dan rasakan denyutnya.



Dengarkan bruit pada kedua arteri karotis dengan menggunakan stetoskop bagian diafragma saat pasien menahan isnpirasi.

Denyut Arteri Femoralis Urutan Pemeriksaan : 

Baringkan pasien dengan posisi telentang dan jelaskan apa yang akan anda lakukan



Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah anda di atas arteri femoralis, yang terletak inferior dari titik tengah antara spina iliaka anterior superior dan pubis



Periksalah keterlambatan radiofemoral (koarktasio aorta, dengan merasakan denyut radialis secara bersamaan.



Dengarkan bruit pada kedua arteri femoralis dengan mengunakan stetoskop bagian diafragma.

Gambar 6.10 denyut arteriradialis,brakialis dan karotis (A) Tentukan lokasi dan palpasi denyut radialis (B)Rasakan adakah denyut radialis yang kolaps (C) Nilai denyut arteri brakialis (D) Tentukan lokasi denyut karotis kanan dengan jari (E) Pemeriksaan arteri femoralis, dan secara bersamaan memeriksa adakah keterlambatan. Temuan Normal

Temuan Abnormal

Frekuensi, nilai frekuensi denyut dalam

Frekuensi

konteks klinis.Frekuesni denyut 40 kali

bradikardial adalah obat-obatan, athletic

per menit mungkin normal pda orang

conditioning,

dewasa sehat namun frekuensi denyut 65

sinoatrial/atrioventrikular.

kali per menit dapat menjadi rendah

Irama denyut dapat berlagsung regular

pada

akut.Frekuensi

maupun

ireguler.Volume

pengisian

denyut jantung dalam keadaan istirahat

ventrikel

berlangsung

selama

adalah 60-90 kali per menit.Braduakrdia

diastolic.Karakteristik denyut yang kolaps

gagal

jantung

18

penyebab

dan

paling

disfungsi

umum

nodus

adalah frekuensi denyut <60 kali per

terjadi bila puncak gelombang denyut

menit, takikardia adalah frekuensi denyut

terjadi lebih awal dan diikuti dengan

>100 kali per menit.

penurunan yang cepat.

Irama, irama sinus berasal dari nodus sinoartrial dan menghasilkan irama yang teratur. Volume mengacu pada derajat pulsasi yag diterima dan mencerminkan tekanan denyut Karakter mengacu pada gelombang atau bentuk denyut arteri. E.

SOP Persiapan alat : 

Stetoskop



Spignomanometer



Alat tulis



Penggaris



Catatan klien



Selimut



Sampiran



Jam tangan

Persiapan klien 

Atur possi klien (berbaring terlentang) dengan badan bagian atas sedikit terangkat.



Minta klien untuk tidak bicara selama pemeriksaan.



Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan.

Prosedur pemeriksaan fisik 

Cuci tangan



Jeleaskan prosedur  Inspeksi a.

Lihatlah warna kuku, bentuk kuku dan telapak tangan

b.

Periksa warna kulit dalam tubuh, anggota tubuh dan membrane mukosa

c.

Inspeksi mata terhadap palpebra xantoma/bintik kuning lunak/plague kelopak mata

d.

Tentukan tekanan vena jugularis (JVP), ukur tinggi antara sudut susunandan tempat palpasi yang tertinggi padas vena jugularis internal dengan menggunakan penggaris

e.

Periksa prekordium untuk : palpasi yang terlihat, daya angkat, gelombang 50% dewasa akan memperlihatkan area PMI , implus ap[ical lebih rendah diduga pembesarkan ventrikel.

19

f.

Inspeksi adanya edema pada daerah sekitar scapula, abdomen, sacrum pergelangan tang dan kaki.

 Palpasi a.

Palpasi keseluruhan dada lengkap : implus apical, getaran, gelombang dan nyeri tekan. Implus dapat dipalpasi pada area inter kosta (AIK) ke5 midklavikula

b.

Palpasi nadi : bandingkan satu sisi dengan yang lainnya, perhatikan palpasi pada area carotid, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis

c.

Palpasi terhadap edema perifer, edema dinilai pada skala empat : + 1 + 0 - ¼ inci + 2 = ¼ - ½ inci + 3 = ½ - 1 inci + 4 = lebih dari satu inci



Perkusi a.

Perkusi batas jantung kiri secara berurutan antara rongga inter kosta ke 5, ke 4 dan ke 3, mengindikasi dimana perkusi memeperlihatkan perubahan kepekaan.

 Auskultasi a.

Hilangkan kebisingan ruangan

b.

Bila memerlukan beberapa detik untuk mendengarkan bunyi jantung, jelaskan pada klien untuk mengurangi kecemasan .

c.

Angkat payudara klien untuk mendengarkan diatas dinding dada dengan lebih baik

d.

Auskultasi untuk mendengar nada tinggi. Ambil waktu untuk mendengarkan setiap bunyi

e.

Mulai dengan area aortic atau PMI, kemudian gerakan stetoskop perlahan secara sistematik, sepanjang 5 area jantung.

f.

Pastikan mendengar bunyi jantung dengan jelas pada tiap-tiap lokasi

g.

Ulangi rangkaian pengkajian tersebut dengan menempatkan sisi bel stetoskop ke dada

h.

Bila diperlukan minta klien untuk melakukan tiga posisi yang berbeda selama pengkajian tersebut dengan menempatkan (duduk tegak dan badan agak kedepan, berbaring terlentang, posisi rekumben lateral kiri)

F.

Pemeriksaan Penunjang dan diagnostik Diagnostik menmbahkan informasi objektif yang dityambahkan kedalam infomasi subjektif klien dapat membantu menegakan diagnosis penyakit. Prosedur diagnostik jantung terdiri atas prosedur invasif (laboratorium, elektrokardiogram, monitor holter, USG, sinak x, CT scan, uji stres, MRI) dan nonivasif (arteriografi, studi hemodinamik, studi elektrofisiologi). Uji noninvasif Pemeriksaan elektrokaridiografi

20

Merupakan uji noninvasif dengan meletakan keping alat pada dinding dada untuk melihat aktivitas listrik jantung. Elektrokardiogram (EKG) merupakan alat yang penting untuk mengevaluasi ritme jantung dan tanda iskemia. Monitor holter Digunakan untuk mendeteksi disritmia yang tidak terlihat pada EKG atau untuk mengevaluasi efektiivitas terapi antidistrimia atau terapi pancemaker. Klien dapat ditanya mengenain manifestasi yang muncul selama mereka menggunakan monitor. Uji latihan fisik Uji paling sering mengunakan pemindai nuklir dan kadang kala jugab dapat menggunakan ekokardiografidengan pelacak radio nuklida (talium, dipiridamol, kardiolit) untuk dinding ventrikel kiri selama aktifitas fisik. Upright Tilt-table test Klien dimiringkan tegak lurus maksimal sampai dengan 60-80 derajat selama 20-45 menit selama denyut jantung dan tekanan darah yang dipantau terus-menerus. Uji tersebut disebut positif jika denyut jantung dan tekanan darah turun drastis. Uji jantung radiografi Fungsi ginjal harus diketahui sebelum CT scan atau CT angiografi karena penggunaan kontras. Rontgen dada Posteroanterior, lateral, dan oblik membantu mengkaji jantung, paru, dan aorta. Pada klien dengan sakit akut, rontgen atau sinar-x anteroposterior portebel dilaksanakan ditempat tidur. Magnetic resonance imaging MRI dapat menunjukan denyut jantung dan aliran darah dari berbagai arah.. Ekokardiogram Prosedur diagnosis noninfasi berdasarkan prinsip ultrsonografi, merupakan cari lain untuk melihat struk jantung. Endokardiogram di peroleh dengan meletakan transuder pada beberapa area dinding dada. Uji jantung infasif Ekokardiografi transesofagel Dapat memperoleh kualitas gambar yang lebih tinggi dibandingkan ekokardiografi regular. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi klien dengan penebalan jaringan paru atau penebalan dinding dada atau obesitas.

21

A. Anatomi Fisiologi Hematologi Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutankoloid cair yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran antara sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadap organisme dan khususnya terhadap darah sendiri. Kompenen cair darah yang disebut plasma terdiri dari 91 sampai 92% air yang berperan sebagai medium transpor, dan 8 sampai 9% zat padat. Zat padat antara lain protein-protein seperti albumin, globulis, faktor-faktor pembekuan, dan enzim; unsur organik seperti zat nitrogen nonprotein (urea,asam urat, xantin, kreatinin, asam amino), lemak netral, fosfolipid, kolestrol dan glukosa, dan unsur anorganik, berupa natrium, klorida, bikarbonat, kalsium, kalium, magnesium, forfor, bsi dan iodium. Unsur sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa sel darah putih (leukosit) dan fragmen sel yang disebut trombosit. Eritrosit berfungsi sebagai transpor atau pertukaran oksigen O 2 dan karbon dioksida (CO2), leukosit berfungsi untuk mengatasi infeksi, dan trombosit untuk hemostasis. Atas dasar pemeriksaan kariotipe yang canggih (kromosom), semua sel darah normal dianggap berasal dari satu sel induk pluripotensial dengan kemampuan bermitosis. Sistem makrifag-monosit merupakan bagian dari sistem hematologik dan terdiri dari monosit dalam darah dan sel prekursorya dalam sumsum tulang. Monosit jaringan yang lebih dewasa disebut makrofag ( suatu leukosit spesifik yang bertanggung jawab atas fagositosis pada reaksi peradangan). Istilah Deskritif dan Metode Pengukuran Hitung sel darah merah adalah jumlah sebenarnya unsur darah yang terbentuk (yaitu, eritrosit,leukosit,dan trombosit.) dalam volume darah tertentu. Eritrosit harus dilisihkan (dihancurkan) sebelum leukost dihitung. Jumlah ini biasanya dinyatakan sebagai jumlah sel per (mm3). Hitung jenis sel darah menentukan karakteristik morfologis darah serta jumlah berbagai sel darah. Hitung jenis ini dilakukan dengan mengekstrak setetes drah kapiler dari ujung jari atau dari cuping telinga, setelah itu dengan hati-hati ditipiskan diatas gelas objek. Gelas objek diwarnai dengan pewarnaan Wright, yang memberikan berbagai macam warna kepada berbagai macam struktur sel sesuai dengan pH. Berbagai jenis leukosit,eritrosit dan trombosit dapat dibedakan menurut: (1) warna yang didapatkan (2) ukuran dan konfigurasinya (3) struktur kromatin inti (4) ada tidaknya nuklous di dalam inti. Jenis hemoglobin juga dapat ditentukan. Kira-kira telah didentifikasikan 300 jenis hemoglobin yang berbeda dalam kode gentik dan urutan asam amino. Hemoglobin diidentifikasi dengan huruf atau letak tempat ditemukannya: Hb A : Hemoglobin dewasa normal, Hb F : hemoglobin fetus, Hb S : hemoglobin pada penyakit sel sabit, Hb:Memphis. Pengukuran lain adalah hematokrit (Hct) atau volume

packed cell, menunjukkan volume darah

lengkap terdiri dari eritrosit. Pembagian hematokrit berdasarkan jumlah eritroit akan menghasilkan

volume eritrosit rata-rata(mean corpuscular volume,MCV. Struktur Dan Fungsi Normal

22

Sel darah merah atau ritrosit adalah cakram bikonkaf tidak berinti yang kira-kira bediameter 8 µm, tabal bagian tepi 2 µm dan ketebalannya berkurang di bagian tengah menjadi hanya 1 mm atau kurang.

Stroma bagian luar membran sel mengandung antigen golongan dara A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Kompenen utama SDM adalah hemoglobin proten (Hb), yang menggangkut sebagian besar oksigen (O2) dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Rata-rata orang dewasa memiliki jumlah SDM kira-kira 5 juta per mm3, masing –masing SDM memilki siklus hidup sekitar 120 hari. Kelainan Produksi Sel Darah Merah Jika jumlah SDM kurang, maka timbul anemia. Sebaliknya keadaan yang jumalh SDM nya terlalu banyak disebut polisitemia. Anemia Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells ( hematokrit) per 100 ml darah. Karena semua sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, brganatung pada (1) kecepatan timbulnya anemia, (2) usia individu (3) mekanisme kompesisi, (4) tingkat aktivitasnya, (5) keadaan penyakit yang mendasarinya, (6) bratnya anemia. Karena jumlah efektif SDM berkurang, maka pengiriman O2 ke jaringan menurun. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, mengakibatkan gejala-gejala hipovelemia dan hipoksemia, termasuk kegelisahan,diaforesis (keringat dingin),takikardia, napas pendek, dan berkembang cepat menjadi kolaps sirkulasi atau syok. Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vaskontraksi untuk memaksimalkan pengiriman O 2 ke organ-organ vital.

Klasifikasi Anemia

23

Anemia dapat diklasifikasikan menurut (1) faktor-faktor morfologik SDM dan indeks-indeksnya atau (2)etiologi. Pada klasifikasi morfologik anemia, mikro atau makro menunjukkan ukuran SDM dan

kromik untuk mnunjukkan warnanya. Anemia normokronik normositik, SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah hemoglobin normal (mean corpuscular volume [MCV] dan mean corpuscular hemoglobin concentration [MCHC] normal atau normal rendah). Penyebab-penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut,hemolisis, penyakit kronis yang meliputi infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang dan penyakit infitratif metastatik pada sumsum tulang. Kategori utama yang kedua adalah anemia normokromik makrositik, yang memiliki SDM lebih besar dari normal tetapi normokromik karena konsentrasi hemoglobin normal (MCV meningkat;MCHC normal) keadaan ini disebabkan oleh terganggunya atau terhentinya sintesis asam deoksiribonukleat (DNA) seperti ditemukan pada difisiensi B12 atau asam folat. Kategori ketiga adalah anemia hipokromik

mikrositik.

(gambar 17.3 sifat khas eritrosit pada anemia hiperkromik Mikrositik berarti sel kecil, dan hipokromik berarti pewarnaan yang berkurang. Karena warna berasal dari hemoglobin, sel-sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (penurunan MCV; penurunan MCHC). Anemia Aplastik Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel-sel darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik idiopatik diyakini dimediasi secara imunologis, dengan T limfsit pasien menekan sel-sel induk hematopoietik. Penyebab-penyebab sekunder anemia aplastik (sementara atau permanen) meliputi sebagai berikut : 1.

Lupus eritematosus sistematik yang berbasis autoimun

2.

Agen antineoplastik atau sitotoksik

3.

Terapi radiasi

4.

Antibiotik tertentu

5.

Berbagai obat seperti antikonvulsan, obat-obat tiroid, senyawa emas, dan fenilbutazon

6.

Zat-zat kimia seperti benzen, pelarut organik dan insektisida (agen yang diyakini merusak sumsum tulang secara langsung)

24

7.

Penyakit-penyakit virus seperti mononukleosis infeksiosa dan human immunodeficiency (HIV) anemia aplastik setelah hepatitis virus terutama berat dan cendrung fatal.

B.

Biokimia Fungsi Biokimiawi Vitamin B12 merupakan suatu koenzim untuk dua reaksi biokimia dalam tubuh: yang pertama, sebagai metil B12. Suatu kofaktoruntuk metionin sintase, yaitu enzim yang bertanggung jawab untuk metilasi homosistein menjdai metoni dengan menggunakan metil tetrahidrofolat (THF) sebagai donor metil. Dan kedua, sebagai deoksiadenosil B12 (ado B12), yang membantu konversi metil malonil koenzim A (KoA) menjadi suksinil KoA. Pemeriksaan homosistein dalam plasma dan asam metilmalonal dalam urine atau plasma dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk mengetahui adanya defisiensi B12. FOLAT Asam folat (pteroilglutamat) adalah senyawa ini dari sekelompok besar senyawa, yaitu folat. Manusia tidak mampu mensintesis struktur folat ssehingga memerlukan folat yang telah terbentuk sebagai vitamin. Absorpsi, transpor dan fungsi Folat yang berasal dari makanan diubah menjadi metil THF (yang, seperti folat,hanya mengandung satu molekul glutamat) selama absorpsi melalui usus kecil bagian atas. Folat diperlukan daalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh yang melibatkan pemindahan satu unit karbon dalam interkonversi asam amino, mis. Konversi homeosistein menjadi metionin, dan sering menjadi glisin, atau pada sintesis prekursor DNA purin. Dasar biokimiawi pada anemia megaloblastik DNA dibentuk melalui polimerisasi keempat deoksiribanukleosia trifosfat. Defisiensi folat dianggap menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dengan menghambat sintesis timidilat, yaitu suatu tahap yang membatasi kecepatan sintesis DNA yang pada tahap ini disntesis timidin monofosfat, karena reaksi ini memerlukan 5,10-metilen THF boliglutamat sebagai koenzim. Semua sel tubuh termasuk sel sumsum tulang menerima folat dari plasma dalam bentuk metil THF. B12 melalui perannya dalam metilasi homosistein THF menjadi THF. THF (tetapi bukan metil THF) adalah suatu substrat untuk sintesis poliglutamat fosfat dalam sel. Poliglutamat folat bertindak sebagai koenzim folat intraselular, termasuk 5,10-metilen THF poliglutamat, yaitu bentuk koenzim folat yang terlibat dalam reaksi timidilat sintetase. Oleh karena itu, ketiadaan B 12 mencegah terjadinya metilasi metil THF, sehingga akibatnya sel berkurang THF, dan koenzim poliglutamat folat.

C. Biofisika

25

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya O2 dan sampai merah tua apabila kekurangan O2. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dan pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida (CO2) dan menyerap oksigen (O2) melalui pembuluh arteri pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan O2 keseluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme,obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. D. Pemeriksaan Fisik Inspeksi Pertama, inspeksi kulit secara keseluruhan sangat penting dilakukan. Secara umum kulit pucat menandakan

kurangnya

hemoglobin.

Sakit

kuning

pada

kulit

dan

mata

menandakan

ketidakmampuan hepar untuk menggunakan kembali bilirubin dari RBC yang sudah tua. apakah pasien memiliki petekia-bintik merah kecil tanda perdarahan yang menandakan disfungsi platelet ? Apakah ada memar atau hematoma ? ini akan mengindikasikan perdarahan pada area yang lebih luas. Palpasi Palpasi nadi perifer pasien. Pembentukan trombus dapat mengurangi aliran darah ke ekstremitas, tetapi nadi tetap ada. Apakah ada edema perifer: apakah termasuk pitting atau nonpitting ? Nodus limfa dapat dipalpasi untuk menandakan apakah terjadi infeksi atau gangguan imun. Biasanya nodus limfa dipalpasi dari kepala sampai ke pangkal paha dan termasuk servikal, submandibula, aksila, dan inguinal. Palpasi area ini, catat apakah nodus limfa keras, padat, lembut, atau dapat digerakkan. Catat juga jika nodus limfa nyeri atau kaku. Nodus limfa yang membesar, keras, dan meradang dapat menandakan infeksi atau tumor. Perkusi Perkusi pada bagian hepar dan limpa dilakukan untuk mengetahui apkah terjadi pembesaran. Normalnya hepar dapat dipalpasi di bawah bagian tulang iga rusuk kanan melayang yang paling bawah ketika pasien menarik napas dalam. Limpa berada dibawah tulang rusuk kiri lateralis dan hanya bisa dipalpasi ketika terjadi pembesaran. Auskultasi Dengarkan suara jantung pasien. Apakah suaranya reguler: apakah Anda mendengar suara tambahan atau ada detakan jantung yang hilang ? selanjutnya, ukur TD di kedua lengan; TD yang rendah dan hipotensi dapat disebabkan oleh kehilangan darah yang ekstrem. Dengarkan abdomen untuk suara usus pasien. Ingatlah untuk melakukan inspkesi dan auskultasi terlebih dahulu sebelum perkusi dan

26

palpasi. Pasien dengan suara bising usus yang keras dan nyaring mungkin saja mengalami obstruksi intestinal yang disebabkan limfoma. Tabel HasilTemuan Normal dan Abnormal Hematologi Tes

Nilai Normal

Abnormal

Eritrosit

3.6-5.0 juta/mm³ (laki-laki)

-

4.2-5.5 juta/mm³ (perempuan)

penurunan

mengindikasikan

anemia, pendarahan -

peningkatan

mengindikasikan

anoksi kronis Leukosit

5.000-10.000/mm³

-

penurunan

mengindikasikan

kegagalan bone marrow -

peningkatan

mengindikasikan

infeksi Trombosit

150.000-450.000/mm³

-

penurunan

mengindikasikan

kegagalan sumsum tulang. -

peningkatan

mengindikasikan

pendarahan, polycythemia vera atau keganasan Hemoglobin

12-15 g/dL (laki-laki)

-

14-16.5 g/dL (perempuan)

Penurunan

mengindikasikan

anemia, pendarahan -

Peningkatan

mengindikasikan

anoksia kronis Hematokrit

80-90 µm³ (laki-laki)

-

42%-50% (perempuan)

Penurunan

mengindikasikan

anemia, pendarahan -

Peningkatan

mengindikasikan

anoksi kronis Retikulosit

0.5%-2% dari total eritrosit

-

Penurunan

mengindikasikan

produksi eritrosit tidak adekuat -

Peningkatan

mengindikasikan

polycythemia Iron (Fe)

60-90 µg/dL

-

Penurunan

mengindikasikan

anemia defisiensi ferro

E.

SOP 1. Memperkenalkan diri pada pasien. 2. Memberikan informed consent: 

Tujuan pemeriksaan

27



Alat yang digunakan



Rasa ketidak nyamanan pasien dan memohon maaf saerta kerja sama



Menanyakan apakah pasien bersedia untuk dilakukan pemeriksaan fisik.

3. Meminta pasien untuk melepas baju dan berbaring, dengan kepala disanggah bantal. 4. Observasi ± inspeksi keadaan pasien (tanpa memegang pasien). 

Bagian kepala (melihat struktur rambut, warna)



Wajah (apakah ada tanda-tanda anemis/pucat).



Keadaan umum.

5. Lakukan inspeksi: 











Rambut : 

Warna rambut



Kondisi rambut : Normal atau Rapuh

Kedua belah mata melihat pada konjungtiva dana sclera: 

Anemis- pucat



Ikterus- kuning



Injeksi- perdarahan mata

Hidung: 

Mukosa



Tanda-tanda epitaksis/ mimisan

Mulut/Rongga mulut 

Sariawan



Tanda-tanda dehidrasi pada bibir ± pecah-pecah



Perdarahan gusi



Lidah ± mengecil/ atrofi

Tangan 

Koilonikia/ kukusendok



Palmaris/ telapak tangan (bagian tenar & hipertensi)



Periksa nadi apakah ada tanda-tanda takikardia

Lengan Tanda-tanda perdarahan bawah kulit: 

Peteki ± bercak kecil-kecil (seperti pada DBD)



Ekomosis ± bercak seperti koin



Purpura ± melebar & berbatas tegas



Vaskulitis ± pelebaran pembuluh darah



Hematom ±memar

Periksa sendi-sendi Torax Anterior: pulmo/paru & cardiac/ jantung

28





Inspeksi



Palpasi



Perkusi



Auskultasi

Pada bagian Abdomen (dengan kaki di tekuk) 

Tanda-tanda spenomegali/ pembesaran limpa



Tanda-tanda hepatomegali/ pembesaran hati

Tujuan pemeriksaan: 

Lokasi jarak dari hepar ke Arcus Costa pada Hepar



Adakah rasa nyeri tekan



Permukaan: rata atau tidak rata pada limpa serta pada hepar tepi tumpul atau tajam





Tungkai kaki 

Hematom/ memar



Pigmentasi/ luka garukan

Bila

ada

dugaan

tromositopenia/

gangguan

fragilitas

kepiler

dilakukan

test

pemebendungan: 

Pasang manset (tensi meter) dilengan atas



Pompa sampai mendapatkan nilai sistolik dan diastolik, kemudian jumlahkan dibagi dua



Hasil pembagian nilai sistolik dan disatolik pompa dan tahan selama 5 menit



Lepaskan dan rapikan alat kemudian lihat hasil yang didapat bila: terlihat patekia dalam diameter 2cm 

>20 – positif



13 ± 20 − ragu − ragu



< 12 –negatif

Minta pasien untuk duduk tegak & posisikan diri kita dibelakang paisen Pemeriksaan kelenjar servikal: 

Palpasi kelenjar submental/terletak dibawah dagu kelenjar submandibula yang teraba dibawah sudut rahang



Palpasi rantai juguler (minta pasien untuk menengok) yang terletak anterior dari musculus sternokloidomastoideus

dan kelenjar triangularis posterior yang terletak

dibagian posterior musculus sternokloidomastoideus (sepanjang jenjang leher) 

Palpasi region oksipital untuk menentukan kelenjar oksipital (dengan meminta pasien untuk mendunduk, posisi kelenjar dibawah tengkuk)

29

Periksa kelenjar post aurikulr dibelakang telinga dan pre aurikulerdidepan telinga (dekat



lubang telinga) Periksa nyeri tekan tulang:





Lakukan ketikan pada vetebra/tulang belakang



Tekan lembut pada sternum dan klavikula



Periksa bahu dengan menekannya kearah satu sama lain

Posisikan diri kita di hadapan pasien dan minta pasien untuk mengangkat bahu 

Periksa raba fossa supraklavikula dan nodus supraklavikula pada dasar m.sternomastoideus (cekungan pada paha)



Periksa kelenjar aksila/ampit dengan mengangkat lengan pasien dengan tangan kiri dan tangan kanan lakukan palpasi pada aksila kanan dan lakukan pada bagian kiri.

Setelah semua selesai dilakukan cuci tangan & beri tahu pasien apa yang didapat dari hasil pemeriksaan Ucapkan terima kasih atas kerja sama pasien dalam pemeriksaan

F.

Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

Pemeriksaan waktu perdarahan

Menandakan

Nilai Normal

1.Yang paling sering dilakukan,

1 – 6 menit.

karena merupakan pemeriksaan yang paling insensitif. 2.

Menunjukkan

interaksi

platetlet dan konstriksi kapiler. D-dimer

Nilainya positif pada respons

0 atau < 250 ng/Ml.

inflamasi di mana plasmin membawa aksi fibrinolitik di gumpalan yang di bentuk. laju sedimentasi eritrosit

Jumlah RBC pada darah yang

(ESR/erythrocyte

tidak terkoagulasi turun drastis

sedimentation rate)

di spesimen. Nilai turunnya

0 – 20 mm/jam.

lebih banyak dengan keberadan fibrin dan masalah inflamsi lainnya. Produk degradasi fibrin

1.membantu dalam mengetahui

(FDP/fibrin degradation

terjadinya DIC.

product)

2.ketika terjadi fibrinolisis,

30

<10 mg/ Dl

produk ini akan di keluarkan ke darah. Level fibrinogen

kekurangan fibrinogen di dalam

200 – 400 mg/dL

darah. International Normalized Ratio

Pengukuran yang paling baik,

(INR)

lebih baik dari PT.

Waktu protrombin

1.Menunjukkan faktor

(PT/prothrombin time)

pembekuan ekstrinsik.

1

12- 15 detik

2.Digunakan untuk memonitor keefektifan Coumadin (warfarin)-peningkatan TP 1,52,5 ×nilai normal. Waktu tromboplastin parsial

1.Menunjukkan faktor

teraktivitasi (Aptt/activated

pembekian instrinsik.

partial thromboplastin time).

2.Digunakan untuk memonitor nilai terapeutik heparin drip pada PI, MI, DIC –peningkatan Appt 1,5-2,5 ×nilai normal.

31

30 – 45 detik

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau tanpa alat untuk tujuan mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya. Pemeriksaan fisik mutlak di lakukan pada setiap klien, terutama pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan unutuk dirawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan klien. Pemeriksaan fisik respirasi, kardiovaskuler dan hematologi sendiri meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Berserta pemeriksaan penunjang dan diangnostik yang dilakukan di Laboratorium untuk meneggakan diagnosa keperawatan, memlilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan. B.

Saran Berdasarkan makalah diatas diharapkan bisa memahami dan mengerti tentang Pemeriksaan Fisik pada sistem Respirasi, Kardiovaskuler dan Hematologi berserta tahap-tahap yang digunakan.

32

DAFTAR PUSTAKA Black M. Joyce Dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier Cameron. R John,dkk. 1999. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta: Medical Physics Publishing Douglas, Graham. 2013. Macleod Pemeriksaan Klinis. Edisi Ketigabelas. Singapura: Health Sciences Right Dapaertemnt,Elsevier Ganong F, William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Keduapuluh. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hoffbrand.V.A,dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Price. A Sylvia. Dan Lorraine M. Wilson.2006. PATOFISIOLOGI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Terry Lee Cyntia. Dan Aurora Weaver. 2011. Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha Publishing

33

Related Documents


More Documents from "M Akbar Nashiruddin"