Fix Vitamineral.docx

  • Uploaded by: Rizky Ghulamzaki
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fix Vitamineral.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,947
  • Pages: 29
BIOKIMIA VITAMIN DAN MINERAL MAKALAH Perikanan C Kelompok 3 Cahyo Shifaris Putrandy

230110170125

Muhammad Gugum Gumelar

230110170131

Firda Nafiah Aquila

230110170141

Thufaillah Mumtazah

230110170160

Rizky Ghulam Zaki

230110170166

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR

2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah dengan baik dan tepat pada waktunnya. Dalam makalah ini penyusun menulis “Vitamin dan Mineral”. Makalah ini dibuat dengan beberapa tinjauan pustaka dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun sangat menerima saran dan kritik dari pembaca. Saran dan kritik konstuktif sangat penyusun butuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jatinangor, Maret 2018

Tim Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................ii BAB I .......................................................................................................................................... 1 1.1

Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2

Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

1.3

Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................... 1

BAB II ......................................................................................................................................... 2 2.1

Vitamin ......................................................................................................................... 2

2.1.1

Sejarah Vitamin ..................................................................................................... 2

2.1.2

Fungsi Umum ........................................................................................................ 2

2.1.3

Jenis-Jenis Dan Cara Kerja Vitamin...................................................................... 3

2.1.4

Anti Vitamin .......................................................................................................... 7

2.1.5

Sumber Vitamin..................................................................................................... 9

2.1.7

Kekurangan Vitamin dan Dampaknya ................................................................ 11

2.2

Mineral ........................................................................................................................ 12

2.2.1 2.2.2

Jenis-Jenis Mineral .............................................................................................. 13 Magnesium (Mg) ..................................................................................................... 13

2.2.3

Kalsium (Ca) ....................................................................................................... 14

2.2.4

Kalium (K) ........................................................................................................... 15

2.2.5

Besi (Fe) .............................................................................................................. 16

2.2.6 Zinc (Seng) ............................................................................................................... 16 2.3

Aplikasi Vitamin dan Mineral dalam Bidang Perikananan ........................................ 17

BAB III ..................................................................................................................................... 20 3.1

Kesimpulan ................................................................................................................. 20

3.2 Saran ................................................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

ii

DAFTAR GAMBAR

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Judul Struktur Vitamin C Struktur Vitamin A Struktur Vitamin D Struktur Vitamin E Struktur Vitamin K Struktur Vitamin B-Kompleks Tabel Jenis Antivitamin Sumber Macam-macam protein

iii

Halaman 3 4 4 5 5 7 9 10

iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vitamin dan mineral merupakan salah satu makromolekul penting yang dibutuhkan oleh mahluk hidup saat ini. Vitamin dan mineral sendiri tidak dapat dibuat langsung oleh tubuh mahluk hidup sendiri. Sehingga mahluk hidup perlu asupan dari luar dalam bentuk makanan dan minuman yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral itu sendiri. Vitamin dan mineral membuat tubuh mahluk hidup bekerja dengan baik. Meskipun mahluk hidup mendapatkan vitamin dan mineral dari makanan yang dimakan setiap hari, beberapa makanan memiliki lebih banyak vitamin dan mineral daripada yang lain. Vitamin terbagi dalam dua kategori: yang larut dalam lemak dan larut air.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu vitamin dan mineral? 2. Bagaimana cara kerja vitamin? 3. Apa saja jenis jenis vitamin dan mineral? 4. Apa pengertian dari antivitamin? 5. Bagaimana aplikasi vitamin dan mineral dalam bidang perikanan?

1.3 Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui pengertian dari vitamin dan mineral. 2. Mengetahui cara kerja vitamin. 3. Mengetahui macam macam jenis vitamin dan mineral. 4. Mengetahui pengertian dari antivitamin. 5. Mengetahui pengaplikasian vitamin dan mineral dalam bidang perikanan.

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Vitamin Vitamin adalah senyawa kimia organik yang ditemukan dalam jumlah kecil di bahan

makanan alami, vitamin dibutuhkan oleh organisme sebagai nutrisi penting untuk mempertahankan kehidupan karena mereka memainkan peran penting dalam proses metabolism, pertumbuhan dan vitalitas. Biasanya vitamin didapat dari makanan atau dari suplemen vitamin (Rasool Hassan 2012). 2.1.1 Sejarah Vitamin Pada tahun 1905, Cornelius Adrianus Pekelharing menemukan bahwa hewan yang diberi protein yang dimurnikan, karbohidrat, lemak, anorganik garam, dan air akan berkembang hanya jika kecil jumlah susu ditambahkan ke dalam diet. Dia menyimpulkan bahwa susu mengandung zat yang tidak dikenali bahwa dalam jumlah sangat kecil diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Pada tahun 1911, Casimir Funk mengisolasi konsentrat dari polesan beras yang menyembuhkan polyneuritis di burung merpati. Dia menamai konsentrat tersebut sebagai "vitamine" karena tampaknya vital untuk kehidupan dan karena itu mungkin sebuah amine. Meskipun konsentrasi tersebut dan "Zat makanan aksesori lainnya" bukanlah sebuah amine, pada akhirnya "e" terakhir dijatuhkan. Pada 1913 dua kelompok menemukan zat makanan aksesori yang "larut dalam lemak". Awalnya diyakini sebagai vitamin tunggal, dua faktor terpisah terlibat. Satu, efektif melawan xerophthalmia, diberi nama vitamin A; dan yang lain, efektif melawan rakhitis, diberi nama vitamin D. Faktor yang mencegah penyakit kudis diisolasi pada tahun 1928. Dikenal sebagai "water-soluble C," itu berganti nama menjadi asam askorbat (Rosenfeld 1997). 2.1.2 Fungsi Umum Menurut Rosenfeld (1997) vitamin memberikan manfaat kesehatan dan medis, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Vitamin juga memiliki manfaat untuk menjaga tubuh tetap sehat, berfungsi dengan baik, dan mencegah penyakit di kemudian hari. Banyak studi kasus yang membuktikan bahwa penyakit kanker, diabetes, obesitas, dan penyakit jantung kebanyakan disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin saat kecil. 2

2.1.3 Jenis-Jenis Dan Cara Kerja Vitamin Menurut Rasool Hassan (2012),Vitamin memeliki beberapa jenis dengan cara kerja yang bermacam-macam, seperti dibawah ini: 1.

Vitamin C Vitamin C diperoleh dari buah-buahan dan sayuran dan juga suplemen. Vitamin C ini diperlukan untuk dalam menjaga fungsi kekebalan tubuh. Vitamin C juga membantu penyembuhan luka dan mengkonsumsi Vitamin C dapat meningkatkan jumlah zat besi dan juga bertindak sebagai anti-oksidan radikal bebas. Suplemen Vitamin C yang bagus biasanya berfokus pada produk sitrat.

Gambar 1. Struktur Vitamin C (Sumber: wikipedia.com)

2.

Vitamin A Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak yang disimpan di hati. Vitamin A juga tersedia dalam suplemen diet. Biasanya dalam bentuk retinil asetat atau retinil palmitat (vitamin A preformed), beta-karoten (provitamin A) atau kombinasi preformed dan provitamin A. Vitamin A membantu membentuk dan menjaga kesehatan gigi, tulang dan jaringan lunak, selaput lendir, dan kulit. Ia juga dikenal sebagai retinol karena menghasilkan pigmen di retina mata.

3

Gambar 2. Struktur vitamin a (Sumber: wikipedia.com)

3.

Vitamin D Vitamin D umumnya diperoleh secara alami dari ikan, susu, sereal dan jus yang diperkaya dengan Vitamin-D dan juga tersedia sebagai suplemen diet seperti Vitamin D3 dan kalsium (sebagai kalsium karbonat). Vitamin D mengatur jumlah kalsium dan fosfor dalam tubuh, dan juga mempertahankan tulang dan memperkuat sel-sel darah di sekitar retina. Vitamin D juga meningkatkan sistem kekebalan dan membatasi rasa sakit.

Gambar 3. Struktur Vitamin D (Sumber: wikipedia.com)

4.

Vitamin E Vitamin E biasanya terdapat pada minyak sayur, sereal, daging, unggas, telur, sayuran, buah-buahan dan gandum. Vitamin E juga tersedia sebagai suplemen diet. Vitamin E digunakan dalam pengobatan penyakit jantung, kanker, foto dermatitis, penyakit Alzheimer, nyeri haid, diabetes.

4

Gambar 4. Struktur Vitamin E (Sumber: wikipedia.com)

5.

Vitamin K Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak dan memiliki peran penting dalam pembekuan darah. Suplemen Vitamin-K penting untuk membangun tulang yang kuat, mencegah penyakit jantung dan bagian penting dari proses tubuh lainnya

Gambar 5. Struktur Vitamin K (Sumber: wikipedia.com)

6.

Vitamin B-Komplek Vitamin B Kompleks merupakan sekelompok vitamin yang memiliki peran penting dalam metabolisme sel tubuh. Setiap bagian yang terkandung di dalam vitamin B Kompleks memiliki manfaat penting bagi tubuh. Vitamin B Kompleks merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Ciri khas dari vitamin yang satu ini juga bahwa mereka tidak dapat disimpan secara baik di dalam tubuh. Oleh sebab itu, vitamin B Komplek harus dikonsumsi secara secara rutin supaya tubuh kita tidak kekurangan vitamin B Kompleks. Ada 8 unsur utama yang membentuk vitamin B Kompleks, diantaranya:

5

1. Vitamin B1 (Thiamine): berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung, serta metabolisme karbohidrat. 2. Vitamin B2 (Riboflavin): berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah migrain, serta katarak. 3. Vitamin B3 (Niacin): bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien, membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi, dan gangguan pada persendian. 4. Vitamin B5 (Asam Panthothenate): membantu sistem saraf dan metabolisme, mengurangi alergi, kelelahan, dan migrain. Penting bagi aktivitas kelenjar adrenal, terutama dalam proses pembentukan hormon. 5. Vitamin B6 (Pyridoxine): membantu produksi sel darah merah dan meringankan gejala hipertensi (darah tinggi), asma, serta PMS. 6. Vitamin B7 (Biotin): bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat, pembentukan kuku, serta rambut. 7. Vitamin B9 (Asam Folic): membantu perkembangan janin, pengobatan anemia, dan pembentukan hemoglobin. 8. Vitamin B12 (Cobalamine): membantu merawat sistem saraf dan pembentukan sel darah merah.

6

Gambar 6. Struktur Vitamin B-kompleks (Sumber: pharmatutor.org)

2.1.4 Anti Vitamin 2.1.4.1 Cara Kerja Anti vitamin memiliki beberapa mekanisme dalam tubuh untuk bekerja. Anti vitamin bersifat saling meniadakan dan berkompetisi, selain itu juga ada zat antagonis yang dapat menyebabkan enzim tak dapat bekerja dengan baik sebab tempat molekul vitamin yang berada dalam enzim diambil alih oleh zat antagonis. Namun zat antagonis ini juga ada yang bereaksi dengan vitamin membentuk zat baru yang lebih kompleks, sehingga penyerapan vitamin oleh tubuh tidak optimal.

7

2.1.4.2 Jenis-Jenis Menurut Shahidi (1997), ada beberapa anti vitamin, antara lain; 1. Avidin Avidin terdapat pada telur, avidin dapat menghambat penyerapan biotin dan tiamin. Meskipun begitu, tubuh ikan tidak akan mengalami kekurangan biotin, sebab avidin akan hilang dengan proses pemanasan, dan juga biotin merupakan vitamin yang mudah ditemukan, 2. Antipiridoksin Ketersidaan vitamin B6 akan terganggun apabila terdapat antipirioksidin dan antipirioksidin banyak terdapat pada biji-bijian mentah. 3. Niasinogen, Ketersediaan niasin dapat ternganggu oleh niasinogen karena terjadinya suatu reaksi kompleks dengan niasinogen. Jagung merupakan salah satu sumber dari niasinogen. 4. Askorbase Askorbase atau asam askorbat oksidase merupakan enzim yang hanya mengkatalisis reaksi oksidasi asam askorbat saja. Defisiensi vitamin C dapat terjadi karena adanya askorbase dan askorbase ini banyak terdapat dalam bahan makanan seperti labu, ketimun, apel, selada, kol, kacang hijau, kacang kapri, wortel, kentang, pisang dan tomat. 5. Tiaminase Tiaminase merupakan enzim yang merusak tiamin. Zat ini terdapat dalam ikan mentah. Efek adanya tiaminase adalah dapat menyebabkan defisiensi vitamin B1 yang efeknya dapat membahayakan bagi tubuh, seperti convulsion (uncontrollable movement of body’s muscle). 6. Lipoksidase Karoten dapat teroksidasi karena lipoksidase yang merupakan zat anti vitamin A. Zat ini terdapat dalam kacang-kacangan. 7. Anti Vitamin D Antivitamin D banyak terdapat pada bungkil kedelai. 8. Anti Vitamin E 8

Antivitamin E terdapat dalam polong-polongan seperti kacang kapri dan kacang merah.

Gambar 7. Tabel Jenis Antivitamin Sumber SlidePlayer.info

2.1.5 Sumber Vitamin Vitamin memiliki berbagai macam jenis, sehingga sumber vitamin pun juga beragam, Menurut Arisworo (2007) dan Furqonita (2007), vitamin dapat ditemukan dari beberapa sumber, seperti dibawah ini, 1. Vitamin A Vitamin A secara umum dapat diperoleh dari mentega, susu, keju, kuning telur, hati, wortel, tomat, dan minyak. 2. Vitamin B Vitamin B secara umum dapat diperoleh dari kulit beras, hati, ginjal, susu, kacangkacangan, dan ragi. 3. Vitamin C Vitamin C secara umum dapat diperoleh dari jeruk, murbei, apel, pisang, kubis, dan sayur-sayuran. 4. Vitamin D 9

Vitamin D secara umum dapat diperoleh dari hati, telur, susu, daging, minyak ikan, mentega, dan kacang-kacangan. 5. Vitamin E Vitamin E secara umum dapat diperoleh dari biji-bijian, daging, kuning telur, sayuran hijau, hati, minyak sayur, dan margarin 6. Vitamin K Vitamin K secara umum dapat diperoleh dari susu, daging, buncis, teh hijau, mentega, keju, sayuran hijau, keledai, dan hati. Sumber vitamin lain dapat dilihat gambar di bawah ini.

Gambar 8. Sumber Macam-macam protein Sumber https://atpj.wordpress.com/2013/07/15/apa-vitamin-itu-dan-ada-berapa-macamvitamin/

2.1.1 Kelebihan Vitamin dan Dampaknya Daya tahan ikan terhadap stress dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kadungan vitamin C pada tubuh ikan dengan menambah kandungan vitamin C di pakan ikan. (Suwirya, et al. 1999). Namun, defisiensi vitamin B12 dapat terjadi karena pemberian vitamin C yang berlebih pada ikan, sebab vitamin C dapat mengubah sebagian vitamin B12 menjadi analognya, salah satu analognya adalah antivitamin B12, padahal vitamin B12 ini diperlukan dalam meningkatkan kadar hemoglobin (Siregar dan Adelina 2008).

10

Asam lemak pada pakan akan meningkatkan jumlah kebutuhan vitamin E pada ikan. Semakin tinggi kandungan asam lemak, kebutuhan akan vitamin E juga semakin tinggi (Mustika 2005). Vitamin E memiliki empat macam bentuk, yaitu alfa, beta, gamma dan delta tokoferol sehingga vitamin E dapat mencegah ketengikan katena merupakan antioksidan yang paling utama dalam lemak dan minyak (Mustika 2005). Vitamin E memiliki fungsi sebagai antioksidan inter dan intra-selule yang berfungsi mempertahankan homeostasis dari proses metabolis yang labil dalam sel dan plasma jaringan telah diketahui dengan baik (Mustika 2005). Penambahan vitamin E telah menjadi nutrien penting untuk proses reproduksi ikan. Kekurangan vitamin ini diperlihatkan dari gonad yang lama berkembang menuju ke arah matang gonad pada ikan serta mengurangi nilai derajat penetasan tingkat ketahanan hidup dari anak-anak ikan. 2.1.7 Kekurangan Vitamin dan Dampaknya Kekurangan vitamin pada ikan juga mengakibatkan kelainan-kelainan pada tubuh ikan baik kelainan bentuk tubuh maupun kelainan fungsi fisiologi, misalnya ikan mengalami kekurangan vitamin A, maka pertumbuhan ikan akan melambat, kornea mata menjadi lunak, mata menonjol dan mengakibatkan kebutaan serta pendarahan pada kulit dan ginjal ikan (Kementerian Kelautan dan Peikanan 2011). Menurut Tanumihardjo (2004), kekurangan vitamin A ditandai dengan adanya kseroftalmia dan rabun senja. Penelitian lebih lanjut menunjukkan vitamin A berperanan penting dalam regulasi genetik, pertumbuhan serta perkembangan normal (Mainassy 2011). Menurut Subandiyoni (2009) menyatakan bahwa apabila ikan kekurangan Vitamin B2 (riboflavin) akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan ikan bahkan menjadi tidak normal, karena Vitamin B2 (riboflavin) mempunyai dua komponen flavoprotein koenzim yaitu dan Flavin Adenine Dinukleotida (FAD) daan Flavin Mono Nukleotida (FMN) yang berfungsi dalam metabolism. Riboflavin tersebut dalam pakan akan stabil. Ikan dapat kehilangan hawa nafsu dan hilanghnya keseimbangan apabila kandungan vitamin C dalam pakan tidak terpenuhi, bahkan tingkat mortalitas ikan semakin meningkat apabila pakannya tidak diberi vitamin C (Siregar dan Adelina 2008).

11

Menurut Susanto dan Fahmi (2012) menyatakan bahwa kekurangan akan vitamin D berdampak pada jaringan yangh lemah, ostephotosis, dan turunnya sistem kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin D akan menyebabkan tulang ikan menjadi tidak keras atau lunak. Kekurangan vitamin E pada ikan dapat mempengaruhi penampilan reproduksi, penyebab tidak matang gonad, rendahnya derajat tetas telur, dan kelangsungan hidup benih. Kekurangan vitamin E (á-tocopherol) pada hewan dapat menyebabkan lemah otot, terhambatnya pertumbuhan, degenerasi embrio, rendahnya tingkat penetasan telur, degenerasi dan pelepasan sel epitel germinatif dari testis dan terjadinya kemandulan, menurunkan produksi prostaglandin oleh mikrosom dari testis, otot dan limpa, menurunkan permeabilitas sel, memacu kematian dan kerusakan syaraf (Lehninger 1982). 2.2

Mineral Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk

hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Davis dan Mertz 1987). Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (McDonald et al. 1988; Spears 1999; Inoue et al. 2002). 12

Pentingnya mineral mikro esensial dalam kehidupan hewan. Sifat-sifat mineral seperti sifat kimia, biokimia maupun proses biologis dalam jaringan makhluk hidup, perlu diketahui dalam upaya mendiagnosis penyakit defisiensi mineral pada hewan. 2.2.1 Jenis-Jenis Mineral Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al) (Gartenberg et al. 1990; Darmono 1995; Spears 1999). Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (McDonald et al. 1988; Spears 1999) 2.2.2 Magnesium (Mg) Magnesium ikut berperan sebagai ion prosthetic dan bermacam-macam reaksi enzimatik yang penting. Meskipun Mg dalam tubuh terdapat dalam jumlah yang lebih kecil dibanding Ca dan P unsur ini berhubungan erat dengan Ca dan P baik dalam distribusinya maupun dalam metabolismenya. Lebih kurang 70% dari Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang dan sisanya tersebar dalam berbagai cairan tubuh, jaringan lunak dan mempunyai fungsi yang penting (Tillman et al. 1998).

13

Selain itu, Mg memegang peranan penting dalam transmisi dan kegiatan neuro muskuler. Pada beberapa bagian tubuh Mg bekerja secara sinergi dengan kalsium, sedangkan pada beberapa bagian lainnya bersifat antagonis. Kekurangan Mg mengakibatkan terjadinya vasodilatasi, hiperiritabilitas, dan kematian. Pada ternak ruminansia gejala-gejala defisiensi yang nampak adalah gerakan otot fasial yang tidak terkoordinasi, jalan sempoyongan, konvulsi dan akhirnya kematian. Perubahan kimiawi akibat defisiensi magnesium dapat menekan daya rangsang urat syaraf. Suplementasi mineral Mg dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak dan akan sangat membantu mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan agroindustri sebagai bahan pakan alternatif (Muhtarudin et al. 2003). 2.2.3 Kalsium (Ca) Kalsium merupakan sebuah elemen kimia yang memiliki simbol Ca dan nomor atom 20. Kalsium adalah mineral penting yang paling banyak dibutuhkan oleh manusia. Kalsium bermanfaat untuk membantu proses pembentukan tulang dan gigi serta diperlukan dalam pembekuan darah, kontraksi otot, transmisi sinyal pada sel saraf. Kalsium dapat membantu mencegah terjadinya osteoporosis. Kalsium dapat berperan dalam menurunkan tekanan darah serta dapat untuk mengurangi resiko terkena penyakit kardiovaskuler pada wanita postmenopause. Apabila Kadar kalsium dalam darah sedikit, akan menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit yang kemudian dikenal dengan istilah hypocalcemia. Hypocalcemia terjadi karena kalsium dalam darah di bawah nilai normal yaitu 4,5 - 5,5 mg/dl. Lalu, jika asupan kalsium terlalu banyak nantinya kalsium dalam darah akan diserap oleh tulang, gigi, dan jaringan tubuh lain atau yang disebut dengan hypercalcemia, juga tidak bisa dibilang normal. Meskipun pada kondisi ringan, keadaan ini tidak menunjukkan tanda-tanda khusus, namun tetap harus diwaspadai saat menunjukkan gejala lebih lanjut. Seperti mual, muntah, dan irama jantung yang tidak normal, kulit kering, bibir pecah-pecah, kelelahan, dan otot lemah. Pada tingkatan yang lebih parah, hypercalcemia yang mencapai kadar diatas 15-16 mg/dl dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal yang berdampak pada terjadinya kerusakan ginjal, kelainan fungsi otak, gangguan emosi, dan bahkan koma yang berujung kematian. 14

2.2.4 Kalium (K) Kalium, juga dikenal sebagai potasium, adalah salah satu elemen kimiawi berupa logam alkali. Kalium amat diperlukan pada semua bentuk kehidupan, baik tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Kalium dalam tubuh merupakan kation intraseluler dominan, yang berperan penting dalam fungsi tubuh normal. Sumber kalium dalam diet terdapat pada makanan jenis biji – bijian, daging, kacang – kacangan, buah, serta sayuran hijau. Kalium berperan penting dalam fungsi sistem saraf, serta berperan terhadap keseimbangan tekanan osmotik antara cairan di dalam sel (intrasel) dengan cairan pada ruang antar sel (interstitial), yang dimediasi oleh oleh suatu mekanisme yang disebut sebagai pompa Na+/K+-ATPase. Selain itu kalium berperan dalam kerja otot serta penghantaran seluruh impuls saraf melalui potensial aksi. Rendahnya kadar kalium dalam serum darah dapat menyebabkan suatu kondisi yang mengancam jiwa, kondisi tersebut dapat disebabkan oleh diare, muntah, dan atau peningkatan frekuensi berkemih. Kondisi gangguan keseimbangan kalium berupa rendahnya kadar kalium dalam tubuh, kususnya dalam darah, dikenal sebagai hipokalemia. Hipokalemia secara umum didefinisikan sebagai kadar kalium serum ≤3,5 mEq/L. Gejala hipokalemia tidak spesifik dan terutama berkaitan dengan fungsi otot rangka dan jantung. Gejala yang dapat timbul mencakup: 

Kelemahan dan kelelahan otot (paling umum)



Kram dan nyeri otot (kasus berat)



Memburuknya kontrol diabetes



Jantung berdebar - debar



Gejala psikologis (psikosis, delirium, halusinasi, depresi)



Penurunan denyut jantung



Gangguan irama denyutjantung



Henti nafas. Sebaliknya, jika kadar kalium dalam darah lebih tinggi dari normal, kondisi ini dikenal

sebagai hiperkalemia. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan – gangguan pada fungsi tubuh, kadang gangguan tersebut dapat mengancam jiwa. Pada kasus ringan, gejala yang dapat timbul berupa: 

Kelemahan dan kelumpuhan (paling umum)



Sesak nafas



Jantung berdebar - debar 15



Nyeri dada



Mual dan muntah



Sensasi terbakar atau kesemutan (parestesia).

2.2.5 Besi (Fe) Mineral besi merupakan jenis mineral mikroesensial yang mempunyai fungsi penting di dalam tubuh. Zat besi berperan dalam produksi komponen pembawaoksigen yaitu hemoglobin, mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot),kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang rawan dan jaringan penyambung)serta enzim. Iron (fe) dalam tubuh unggas terdapat dalam bentuk berikatan dengan protein diantaranya dalam bentuk senyawa heme (hemoglobin dan mioglobin), enzim – enzim hemo (mitochondria dan mikrosoma, sitokroma, katalase, peroksidase,santhioksidase, aldhideoksidase, dan suksinat dehidrogenase), dan senyawa – senyawa non heme (tranferin, ferritin, dan enzim flavin) Sumber besi yang baik antara lain/ hati, daging, kacang – kacangan, padi – padian, sereal yang telah di fortifikasi, tepung kedelai, dan sayuran hijau gelap. Banyak orang memikirkan bahwa bayam adalah sumber besi yang baik, tetapi bayam mengandung bahan yang menyebabkan besi lebih sulit diserap. 2.2.6 Zinc (Seng) Zinc juga berfungsi sebagai pemelihara beberapa jenis enzim, hormon dan aktifitas indera pengecap atau lidah kita. meningkatkan seksualitas, berfungsi dalam mekanisme pernapasan, berfungsi dalam pancreas. Sumber: kerang, tiram, hati, kacang kacangan, susu, dedak, gandum. Seng oleh tubuh manusia dibutuhkan untuk membentuk enzim dan hormon penting. Berbagai efek merugikan bisa terjadi apabila terjadi kekurangan zink dalam tubuh. Kondisi ini disebut hipozinkemia atau defisiensi zinc. Defisiensi zink ini bisa terjadi meski tetap menjadi kasus yang umum namun relatif tidak terlalu menyebar. Kekurangan zink terjadi umumnya pada orang-orang yang menganut pola diet vegetarian atau fruitarian yang rendah protein. Beberapa gejala bisa timbul akibat kekurangan zink ini, seperti: 1.

Mudah terkena infeksi.

2.

Rambut rontok.

3.

Kehilangan selera makan. 16

4.

Gangguan indera pengecap dan penciuman.

5.

Kulit kasar atau berjerawat.

6.

Pertumbuhan yang lambat pada anak.

7.

Kesulitan melihat dalam gelap.

8.

Luka luar yang lama sembuh.

9.

Gangguan di otak seperti hipokampus, putamen kaudatus, kolikulus superior dan inferior, serta korteks serebri.

10. Gangguan

neurologis seperti penyakit Alzheimer, Parkinson, amyotrophic lateral sclerosis,

gangguan belajar, dan epilepsi yang berhubungan dengan system reseptor. 11. Gangguan 12. Fungsi

pertumbuhan dan kematangan seksual.

pencernaan terganggu, karena gangguan fungsi pankreas, gangguan pembentukan

kilomikron, dan kerusakan permukaan saluran cerna. 13. Diare dan

gangguan fungsi kekebalan.

14. Kekurangan

seng juga mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme.

Kelebihan seng yaitu dapat menyebabkan degenerasi otot jantung. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan dapat memeprcepat timbulnya aterosklerosis. Dosis sebanayak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng dapat menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan di dalam kaleng yang dilapisi seng (Almatsier 2004). 2.3

Aplikasi Vitamin dan Mineral dalam Bidang Perikananan Fungsi struktural adalah fungsi mineral untuk pembentukan struktur tubuh seperti

tulang, gigi, dan sisik ikan. Mineral yang banyak berperan dalam fungsi ini adalah Ca, P, F, dan Mg yang membantu pernafasan adalah Fe, Cu, dan Co, sedangkan mineral yang membantu proses metabolisme adalah semua mineral esensial, baik makro maupun mikro. Mineral essensial termasuk yang berperan dalam metabolisme adalah pembentukan enzim, mengatur keseimbangan cairan tubuh. Beberapa fungsi penting lainnya.umumnya kekurangan mineral akan berpengaruh pada pertumbuhan.

17

Kebutuhan mineral bagi ikan sangat tergantung pada konsentrasi perairan. Ikan laut juga mengeluarkan CO2 dan NH3 dari proses katabolisme melalui insang. Kandungan mineral dalam pakan untuk ikan laut perlu di pertimbangkan, hal ini karena ikan air laut kaya akan kalsium dan fosfor. Kedua komponen mineral ini terdapat sangat banyak dalam tubuh ikan dalam bentuk kombinasi (99% kalsium dan 80% fosfor ada dalam tulang, gigi, dan sisik ikan) mengingat lingkungannya, ikan laut membutuhkan makanan yang mengandung rasio kalsium dan fosfor yang lebih sedikit. Ikan setidak-tidaknya membutuhkan 13 zat anorganik untuk makanan yang baik. Kalsium dan fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan gigi, tulang, dan kulit sehingga zat-zat mineral tersebut harus ada dalam jumlah yang besar dalam (Kementerian kelautan dan perikanan). Fungsi utama mineral, antara lain: 1. Berperan dalam proses pembentukan rangka, pernapasan, dan metabolisme. Mineral yang membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial maupun nonesensial. 2. Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara cairan tubuh dan lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan Cl). 3. Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan haemoglobin (terutama Fe, Cu, dan Co). 4. Mengatur fungsi sel (Cu dan Zn), membentuk fosfolipid dan bahan inti sel (S, dan P), mematangkan kelenjar kelamin (Br), dan membentuk hormon tiroid (I). 5. Komponen utama dalam struktur gigi dan tulang 6. Sebagai struktur dari jaringan 7. Sebagai komponen utama dari enzim, vitamin, hormon, dan pigmen Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang, dengan kata lain ikan membutuhkan makanan yang lengkap dalam jumlah yang cukup. Vitamin harus selalu didapatkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak mampu membuatnya. Ikan akan mengandalkan pakan alami hampir tidak pernah kekurangan vitamin. Namun, apabila ikan dibudidayakan secara intensif dikolam, saluran, dan karamba, dimana pakan alami yang tersedia sudah tidak mampu memenuhi kebuthan ikan, penambahan vitamin sangat diperlukan. Kandungan vitamin didalam pakan buatan tergantung dari bahan baku yang 18

digunakan dan bahan yang ditambahkan. Jumlah vitamin dapat berkurang atau rusak selama proses pembuatan dan penyimpanan pakan buatan. Oleh karena itu, perlu selalu dilakukan penambahan vitamin. Tampak jelas bahwa fungsi vitamin mudah terganggu sehingga lebih baik segera digunakan. Jika terpaksa disimpan, sebaiknya vitamin diletakkan di tempat kering dan dingin, serta terhindar dari pengaruh cahaya matahari maupun cahaya lampu yang terang (Afrianto dan Evi 2005).

19

BAB III PENUTUPAN 3.1

Kesimpulan Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak, maupun

protein, yang memiliki peranan vital untuk berjalannya fungsi tubuh yang normal, meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Mineral merupakan komponen pembentuk pakan ikan yang memiliki fungsi terutama dalam proses pembentukan rangka, pernapasan, serta metabolisme. Aplikasi vitamin dan mineral di bidang perikanan, antara lain: 1. Pemberian vitamin C pada pakan ikan nila mampu meningkatkan level antibodi serta ketahanan ikan terhadap infeksi penyakit bakterial yang disebabkan oleh Streptococus iniae. 2. Na pada produk olahan dan produk beku ikan (beku, kaleng, asap, dan asin) pada umumnya tinggi berkisar antara 300 hingga 900 mg/100 g (Venugopal, 2010). 3. Pada pakan ikan, unsur vitamin dan mineral mempunyai peran yang tidak kalah penting terutama pada proses metabolisme sebagai contoh unsur kalsium dan fosfor merupakan bahan utama pembentukan tulang pada ikan, jika unsur ini kekurangan maka ikan akan tumbuh tidak proporsional. 3.2 Saran Saran kepada para pembaca, supaya menambah pengetahuan dari sumber-sumber yang lain, seperti makalah, jurnal, buku, artkiel, dll. Hal ini supaya menguatkan dasar-dasar dari ilmu biokimia terutama dalam bagian asam vitamin dan mineral.

20

DAFTAR PUSTAKA Afrianto, Eddy dan Liviawaty, Evi. 2005. Pakan Ikan. Kanisius, Yogyakarta. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan Metode Analisisnya. Bogor: Balai Besar Penelitian Veteriner. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3). Arisworo, Djoko, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam. Grafindo Media Pratama: Bandung Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). hlm. 55−56, 65−69. Davis, G.K. and W. Mertz. 1987. Copper. p. 301− 364. In W. Mertz (Ed.) Trace Elements in Human and Animal Nutrition. Academic Press, Inc. San Diego, CA. Fuqonita, Deswaty. 2007. Biologi. Penerbit Yudhistira: Jakarta Gartenberg, P.K., L.R. Mcdowell, D. Rodriguez, N. Wilkiinson, J.H. Conrat, and F.G. Martin. 1990. Evalution of trace mineral status of ruminants in northeast Mexico. Livestock Res. Rural Dev. 3(2): 1−6. Inoue, Y., T. Osawa, A. Matsui, Y. Asai, Y. Murakami, T. Matsui, and H. Yano. 2002. Changes of serum mineral concentration in horses during exercise. Asian Aust. J. Anim. Sci. 15(4): 531−536. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Lehninger, A. L. 1982. Principles of Biochemistry. Maryland: Worth Publisher, Inc. Mainassy, M. C, Jacob L. A. U. dan Martanto, M. 2011. Pendugaan Kandungan Beta Karoten Ikan Lompa (Thryssa Baelama) di Perairan Pantai Apui, Maluku Tengah. Jurnal Perikanan. Vol. 13(2):51-59. McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. John Willey and Sons Inc., New York. p. 96−105. Muhtarudin, Liman, dan Y. Widodo.2003. Penggunaan Seng Organik Dan Polyunsaturated Fatty Acid Dalam Upaya Meningkatkan Ketersediaan Seng, Pertumbuhan, Serta Kualitas Daging Kambing. Laporan penelitian hibah bersaing perguruan tinggi. Universitas Lampung

21

Mustika, E. R. 2005. Pengaruh Pemberian Dosis Vitamin E Berbeda Pada Kadar Asam Lemak N-3 Dan N-6 Tetap (1:3) Dalam Pakan Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra (Brachydanio rerio) Prasalin. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-dasar Biokimia. UI press: Jakarta Rasool Hassan, B. A. (2012). Vitamins (Importance and Toxicity). Pharmaceutica Analytica Acta, 3(8), 2435. https://doi.org/10.4172/2153-2435.1000e125 Rosenfeld, L. (1997). Vitamine--vitamin. The early years of discovery. Clinical Chemistry, 43(4), 680–685. Siregar, Yusni Ikhwan dan Adelina. 2008. Pengaruh Vitamin C terhadap Peningkatan Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal Natur Indonesia : 12(1) Shahidi F. 1997. Antinutrients and Phytochemicals in Food. Journal of American Chemical Society. 662. DOI: 10. 1021/bk-1997-0662 Spears, J.W. 1999. Reevalution of The Metabolic Essensiality of Minerals. Asian Aust. J. Anim. Sci. 12(6): 1.002−1.008. Subandiyono,

2009.

Nutrisi

Ikan.

Fakultas

Perikanan

dan

Ilmu

Kelautan.

Universitas Diponegoro: Semarang. Susanto, E. & Fahmi, A. S. 2012. Senyawa Fungsional Dari Ikan: Aplikasinya Dalam Pangan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1 No. 4, 95 – 102 Tanumihardjo SA (2004). Assessing retinol status: past, present and future. Journal

of

Nutrion 134, 290S–293S. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo, 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

22

23

Related Documents

Fix
October 2019 76
Fix Fix Skaliii.docx
May 2020 43
Odira Energy Fix Fix
August 2019 59
Fix Lapkas.docx
December 2019 28
Modul Fix
October 2019 36

More Documents from "Aisyah Pratiwi"

Fix Vitamineral.docx
December 2019 14
Img_0002
May 2020 37
Critical Review.docx
December 2019 44
Lp Maternitas 2.doc
May 2020 40