Fix Temu 11

  • Uploaded by: Ngurah Saka
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fix Temu 11 as PDF for free.

More details

  • Words: 4,148
  • Pages: 15
ETIKA BISNIS “KODE ETIK AKUNTANSI”

OLEH: KELOMPOK 3

Ida Ayu Trisna Yudi Asri Ni Made Sintya Surya Dewi Made Yessi Puspitha Ni Made Wiwekandari

(1681611001/ 02) (1681611003/ 04) (1681611009/ 10) (1681611010/ 11)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017

0

KODE ETIK AKUNTANSI Akuntan memiliki tanggung jawab untuk menyajikan gambaran keuangan yang paling benar dan akurat dari sebuah organisasi. Sebagai auditor, mereka memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi pekerjaan akuntan lain dan membuktikan kebenaran dan akurasi mereka. Dengan demikian, akuntan mencapai tujuan profesi mereka untuk memenuhi kebutuhan dari klien atau perusahaan tempat mereka bekerja, atau untuk melayani kepentingan dari pemegang saham atau stakeholders yang berhak mendapatkan representasi jujur atas kondisi keuangan organisasi. Individu memiliki kewajiban etis untuk melakukan pekerjaan mereka. Tanggung jawab pekerjaan biasanya dijabarkan dalam deskripsi pekerjaan, buku pedoman karyawan, buku panduan manajerial, kode etik perusahaan, dan/atau, kode perilaku atau etika profesi. Profesi akuntansi telah mengembangkan beberapa kode etik yang menetapkan standar untuk perilaku akuntan, standar yang memerlukan lebih dari sekedar mengikuti ketentuan hukum. Kami menyarankan bahwa kode yang canggih setara dengan hukum moral yang mengikat organisasi. Akibatnya, kode menentukan apa perilaku etis yang diperlukan dari seorang akuntan. Etika Bisnis menyebutkan enam cara agar kode etik dapat bermanfaat, diantaranya: 1) Sebuah kode dapat memotivasi melalui penggunaan tekanan kelompok, dengan memegang satu rangkaian ekspektasi perilaku yang diakui secara umum yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. 2) Sebuah kode dapat memberikan panduan permanen yang lebih stabil untuk benar atau salah daripada kepribadian manusia atau keputusan ad hoc yang tetap. 3) Kode dapat memberikan pedoman, terutama dalam situasi ambigu. 4) Kode tidak hanya dapat memandu perilaku pegawai, kode juga dapat mengontrol kekuatan otoriter pengusaha. 5) Kode dapat membantu menentukan tanggung jawab sosial dari bisnis itu sendiri. 6) Kode jelas dalam kepentingan bisnis itu sendiri, karena jika dalam bisnis kita tidak memperhatikan etika, maka orang lain akan melakukannya untuk mereka. Di Amerika Serikat, terdapat dua kode utama untuk profesi akuntansi, yaitu AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) yang berisi kode perilaku profesional dan diadopsi dalam bentuk yang sekarang pada tahun 1973, secara signifikan direvisi pada tahun 1988, dan diperbarui untuk semua rilis resmi sampai Oktober 2009, serta Institute of Management Accountants (IMA) yang berisi standar perilaku etis untuk praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan dan diadopsi pada bulan April 1997. 1

Ada juga kode untuk akuntan di negara lain, yang paling terkenal di antaranya adalah International Federation of Accountants (IFAC) yang berisi kode etik profesional akuntan, diperbarui pada tahun 2009 oleh International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA), yang mengembangkan standar etika dan pedoman untuk akuntan profesional. IESBA mendorong badan anggota untuk mengadopsi standar etika bagi anggota mereka dan mempromosikan praktek etika yang baik secara global. The Public Interest Oversight Board (PIOB) mengawasi pekerjaan IESBA, yang juga mendorong perdebatan internasional tentang isu-isu etika akuntan. Empat dari prinsip-prinsip dari IESBA, yaitu kode integritas, kompetensi, kerahasiaan, dan objektivitas identik dengan kode yang terdapat pada AICPA dan IMA. kelima prinsip profesionalisme IESBA tercakup dalam area lain dari kode AICPA. Namun, bab ini akan lebih memfokuskan pada AICPA 1. Kode Etik Profesi AICPA Kode Etik AICPA terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama dikhususkan untuk prinsip-prinsip, dan bagian kedua berisi aturan. Interpretasi ini menyebabkan adanya aturan etika, yang mengatur kegiatan tertentu dan dapat diterapkan untuk perilaku serupa lainnya. Kode AICPA dimulai dengan menjelaskan tujuan dan ruang lingkup. Kode ini diadopsi untuk memberikan pedoman dan aturan bagi semua anggota, termasuk dalam praktek umum, industri, pemerintah, dan pendidikan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional mereka. Tujuannya adalah untuk membimbing, dan ruang lingkupnya mencakup semua akuntan publik bersertifikat yang berasal dari AICPA. Kode ini mengikat mereka dan bagaimanapun juga kode digunakan sebagai prinsip dasar perilaku etis dan profesional untuk akuntan dan dapat pula berfungsi sebagai buku pegangan tentang etika bagi semua akuntan. Kode menetapkan akuntan memiliki tanggung jawab etis pada tiga konstituen, yaitu publik, klien, dan rekan. Dalam profesi akuntansi, terutama untuk akuntan publik, tanggung jawab kepada publik adalah yang terpenting. Tanggung jawab utama ini berbeda dalam akuntansi dari berbagai profesi lain, seperti hukum dan kedokteran, di mana tanggung jawab utama adalah untuk klien atau pasien. Tanggung jawab akuntan kepada publik sangat penting karena menyangkut kewajibannya pada perusahaan atau klien. Dalam kasus audit eksternal, misalnya, meskipun perusahaan yang diaudit mempekerjakan dan membayar akuntan, tanggung jawab pertama bagi akuntan adalah orang-orang yang berada di konstituensi publik berhak untuk melihat laporan keuangan perusahaan. Hal ini menciptakan situasi anomali di mana akuntan tidak bekerja untuk 2

orang atau perusahaan yang membayar dia. Karena akuntan memiliki tanggung jawab kepada publik, klien, dan rekan-rekan, kita perlu memeriksa semua hubungan dan kewajiban dari incumbent. Mempelajari ketentuan kode AICPA membantu untuk mengklarifikasi berbagai hubungan. Prinsip Kode Prinsip-prinsip kode mengungkapkan pengakuan tanggung jawab profesi kepada publik, klien, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam melaksanakan tanggung jawab profesional mereka dan mengungkapkan prinsip dasar perilaku etis dan profesional. Prinsip meminta komitmen teguh terhadap perilaku terhormat, bahkan mengorbankan keuntungan pribadi. Terdapat enam prinsip yang terdiri dari: a) Prinsip I. Dalam melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai profesional, anggota harus melaksanakan penilaian profesional dan moral yang sensitif dalam semua kegiatan mereka. b) Prinsip II. Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dengan melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen profesionalisme. c) Prinsip III. Untuk menjaga dan memperluas kepercayaan publik, anggota harus melakukan semua tanggung jawab profesional dengan rasa integritas tertinggi. d) Prinsip IV. Seorang anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Seorang anggota dalam praktek publik harus independen dalam penyajian fakta dan tampilan dalam memberikan layanan audit dan jasa atestasi lainnya. e) Prinsip V. Seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etika profesi, berusaha terus untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas layanan, serta mengeluarkan tanggung jawab profesional terbaik dari kemampuan yang dimiliki anggota. f) Prinsip VI. Seorang anggota dalam praktek publik harus mengamati Prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat layanan yang akan diberikan. Kode AICPA menjelaskan masing-masing prinsip-prinsipnya secara rinci. Kode ini serupa dengan sebagian besar kode profesional yang terdiri dari pelayanan kepada orang lain, kompetensi, integritas, objektivitas dan independensi, profesionalisme (termasuk pendidikan berkelanjutan), dan akuntabilitas untuk profesi. 

Prinsip I – Tanggung Jawab

3

Dalam melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai profesional, anggota harus melaksanakan penilaian profesional dan moral yang sensitive dalam semua kegiatan mereka. Prinsip ini sederhana dan jelas menyatakan bahwa tanggung jawab profesional memerlukan pertimbangan moral, sehingga menyamakan perilaku profesional dengan perilaku moral. Penafsiran prinsip berbunyi sebagai berikut: Sebagai profesional, akuntan publik bersertifikat melakukan peran penting dalam masyarakat. Konsisten dengan peran itu, anggota American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) memiliki tanggung jawab untuk semua orang yang menggunakan jasa profesional mereka. Anggota juga memiliki tanggung jawab terus bekerja sama dengan satu sama lain untuk meningkatkan seni akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab khusus profesi untuk tata kelola sendiri. Upaya kolektif dari semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. Paragraf ini mencatat peran penting bahwa CPA bermain di masyarakat, hal ini memiliki makna yang luas. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk semua orang yang menggunakan jasa profesional mereka. Ini merupakan anomali. Sebagai gambaran, meskipun Enron membayar Arthur Andersen, sebagai auditor eksternal, sesungguhnya Andersen tidak bekerja untuk Enron karena tanggung jawab utama Anderson adalah untuk masyarakat umum. Prinsip pertama juga menunjukkan tanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama profesional dalam mempertahankan integritas profesi akuntansi. Secara khusus, prinsip tersebut menyebutkan tiga kewajiban, yaitu untuk meningkatkan

seni

akuntansi,

memelihara

kepercayaan

masyarakat,

dan

melaksanakan tanggung jawab profesional untuk tata kelola sendiri. Untuk memenuhi kewajiban moral, sesuai dengan prinsip pertama, akuntan harus melaksanakan tugasnya dengan profesional serta diimbangi dengan penilaian moral. Untuk melakukannya, mereka harus menentukan apakah suatu kegiatan merugikan orang lain, menghormati orang lain dan hak-hak mereka, adil, dan selaras dengan komitmen akuntan yang telah dibuat. Pertimbangan moral yang sensitif tidak sesuai dengan perilaku egois. Dengan demikian, akuntan terikat oleh Golden Rule: 4

Apakah anda telah memperlakukan orang lain seperti yang anda ingin mereka lakukan kepada Anda? 

Prinsip II – Melayani Kepentingan Publik Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dengan melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen profesionalisme. Dalam interpretasi prinsip ini, kode menegaskan bahwa penerimaan tanggung jawab kepada publik adalah sesuatu yang membedakan nilai profesi. Itu adalah pandangan yang agak istimewa. Seperti disebutkan di atas, profesi seperti hukum dan kedokteran beroroentasi pada klien. Sedangkan bagi akuntan publik, kewajiban utama akuntan adalah untuk publik, dan dalam arti yang lebih luas untuk kebenaran, akurasi dan kebenaran laporan keuangan dengan yang mereka tangani. Kode merinci siapa yang termasuk dalam lingkup publik. Klien, pemberi kredit, pemerintah, pengusaha, investor, komunitas keuangan dan bisnis serta pihak lain yang mengandalkan objektivitas dan integritas akuntan publik bersertifikat untuk mempertahankan fungsi perdagangan yang tertib. Prinsip ini menjelaskan bahwa sifat akuntansi publik didasarkan pada tujuan sosial, yaitu fungsi perdagangan yang tertib. Menurut kode, etika yang baik adalah bisnis yang baik; ketika akuntan mengatakan kebenaran, semua orang akan menjadi lebih baik, bahkan jika itu tidak terlihat seperti itu pada pandangan pertama. Mereka yang mengandalkan akuntan publik bersertifikat mengharapkan akuntan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka dengan integritas, objektivitas, perilaku profesional, dan minat yang tulus dalam melayani masyarakat. Ini adalah identifikasi karakteristik kode dan harapan publik. Menjadi anggota AICPA merupakan janji atau kontrak untuk bertindak atas nama kepentingan umum. Semua akuntan yang secara sukarela menerima keanggotaan dalam AICPA berkomitmen untuk menghormati kepercayaan publik ini. Tapi apakah komitmen ini berlaku untuk akuntan yang bukan anggota AICPA? Kita perlu melihat alasan lain untuk membangun tanggung jawab dari yang bukan anggota kepada publik.



Prinsip III – Integritas Untuk menjaga dan memperluas kepercayaan publik, anggota harus melakukan semua tanggung jawab profesional dengan rasa integritas tertinggi. 5

Kode mendefinisikan integritas sebagai berikut: "Integritas adalah suatu elemen karakter mendasar untuk pengakuan profesional. Ini adalah kualitas dari mana kepercayaan publik berasal dan patokan terhadap anggota saat harus menguji semua keputusan. Integritas mengharuskan anggota untuk menjadi jujur dan apa adanya dalam batasan kerahasiaan klien. Layanan dan kepercayaan publik tidak boleh tunduk pada kepentingan pribadi dan keuntungan, hal ini diukur dalam hal apa yang benar dan adil. Ini mengidentifikasi integritas sebagai "elemen karakter yang penting untuk pengakuan profesional”, dan menyatakan bahwa "kepercayaan publik berasal dari pengakuan kualitas ini". Lebih lanjut, mengidentifikasi integritas sebagai "patokan terhadap anggota saat harus menguji semua keputusan." Namun, tak satu pun dari ini, yang mengatakan apa yang dimaksud dengan integritas. Jelas, keputusan untuk salah menajikan gambaran keuangan perusahaan atau mengabaikan beberapa red flags dalam laporan keuangan perusahaan melanggar integritas akuntan. Tapi apakah integritas dilanggar? Jawaban yang jelas adalah bahwa keliru apabila melibatkan ketidakjujuran. Memang, integritas kadang-kadang disamakan dengan kejujuran. Tapi berhenti di makna itu tidak cukup. Juga tidak cukup untuk mengakui integritas dengan mengesampingkan kepentingan pribadi dan keuntungan demi kepercayaan publik atau melakukan apa yang benar dan adil. Tepatnya apa arti semua ini? Seperti apa karakter yang orang memiliki integritas? Untuk

memahami

integritas

sebagai

elemen

karakter,

kita

harus

mempertimbangkan apa yang disebut kebajikan atau karakter etika. Pada bagian paling dasar, integritas terkait dengan kata "integer." Dengan demikian, salah satu definisi integritas adalah "negara yang utuh, seluruh, atau tidak berkurang." Integritas, karena itu berarti keutuhan, jenis keutuhan disebut sebagai "memiliki itu semua bersama-sama." Tapi apa yang dibutuhkan untuk memiliki semua bersama-sama? Definisi utama dari integritas relevan, yaitu: "kepatuhan terhadap prinsip-prinsip moral dan etika, kesehatan karakter moral, serta kejujuran." Namun definisi ini, untuk sementara bersifat instruktif, masih agak kurang jelas. Membatasi konsep integritas untuk bersikap jujur adalah analog dengan menggambarkan cerita Walt Disney Pinocchio "hanya sebagai kisah anak laki-laki yang hidungnya tumbuh ketika ia berbohong. Cerita ini memberitahu untuk tidak berbohong, seperti integritas memberitahu kita untuk jujur. Kisah Pinokio 6

menggambarkan bahwa berbohong adalah hanya gejala dari kurangnya integritas. Orang berbohong karena mereka mementingkan diri sendiri. Mereka berbohong untuk mencegah ketidaknyamanan, terlihat lebih baik, menghindari bahaya, atau memperoleh keuntungan. Kita bisa dengan mudah menerapkan pelajaran dari Pinocchio dan etika tradisional untuk akuntansi. Akuntan yang tergoda untuk menggambarkan laporan keuangan atau memaafkan praktik akuntansi yang meragukan harus menjalani transformasi mirip dengan Pinokio. Untuk menjadi seorang profesional, akuntan harus memperoleh kebajikan kebijaksanaan, keadilan, pengendalian diri, dan keberanian. Akuntan harus bertindak dengan integritas, yang diukur dalam istilah berikut: Integritas diukur dalam hal apa yang benar dan adil. Dengan tidak adanya aturan khusus, standar, atau bimbingan, atau dalam menghadapi pendapat yang saling bertentangan, anggota harus menguji keputusan dan perbuatan dengan bertanya: "Apakah saya melakukan apa yang orang yang berintegritas akan lakukan? Apakah saya tetap integritas saya "Integritas mengharuskan anggota untuk mengamati baik bentuk dan semangat standar teknis dan etika; pengelakan standar yang merupakan subordinasi dari penghakiman. Akhirnya, Prinsip III mengatakan, integritas diperlukan untuk mengamati prinsipprinsip "objektivitas, independensi dan due care". 

Prinsip IV - Obyektivitas dan Independensi Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari masalah kepentingan dalam melakukan tanggung jawab profesi. Seorang anggota dalam praktek publik harus independen dalam kenyataan jika memberikan jasa pemeriksaan dan pembuktian lainnya. "Objektivitas," menurut kode, "adalah keadaan pikiran, kualitas yang meminjamkan nilai jasa seorang anggota". Oleh karena itu, objektivitas adalah suatu kebajikan, itu adalah kebiasaan untuk dikembangkan. Prinsip ini mengharuskan bahwa orang obyektif tidak memihak, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan. Mencapai objektivitas tidak mudah. Pertimbangkan pernyataan kedua: "Dia percaya karena itu adalah fakta", dan "Karena dia percaya, itu adalah fakta". Orang pada umumnya, sering melihat hal-hal seperti mereka atau karena mereka ingin 7

mereka menjadi, daripada melihat mereka karena mereka sebenarnya. Ini juga berlaku untuk akuntan. Jika Anda yakin bahwa semua orang di perusahaan yang Anda audit jujur, Anda memberi mereka keuntungan dari keraguan dan tidak melihat hal-hal bahwa auditor lebih skeptis akan melihat. Itu adalah menarik bahwa interpretasi kode sehingga memperingatkan auditor untuk mengadopsi sikap skeptis. Tidak memihak, anggota AICPA harus mencoba untuk menghapus perasaan dan kepentingan pribadi mereka dari setiap keputusan atau rekomendasi yang dibuat atau tindakan yang diambil. Anggota harus melepaskan diri dari situasi dan melihat itu sebagai sikap tidak tertarik terhadap pihak ketiga. Selain itu, kode melarang konflik kepentingan - tidak hanya konflik kepentingan yang nyata, tetapi juga penampilan dari konflik. Jika akuntan yang mengaudit perusahaan di mana ia memiliki saham dan audit yang kurang baik akan menurunkan senilai saham, misalnya ada konflik kepentingan. Demikian pula, jika akuntan berkonsultasi dengan satu klien dan saran yang akan merugikan klien lain, di sana terjadi konflik. Anggota harus baik menghindari konflik tersebut atau membebaskan diri dari konflik. Kode menekankan penampilan independensi bagi anggota AICPA dalam pelayanan publik (ini tidak berlaku untuk layanan swasta): Untuk anggota dalam praktek umum, pemeliharaan objektivitas dan independensi memerlukan penilaian berkelanjutan dalam hubungan klien dan tanggung jawab publik. Seperti anggota yang menyediakan audit dan jasa atestasi lainnya harus independen pada kenyataannya dan penampilannya. Dalam menyediakan semua layanan lain, anggota harus menjaga obyektivitas dan menghindari konflik kepentingan. Pada kenyataannya, ia mengakui adanya kepentingan yang berbeda. "Anggota sering melayani kepentingan beberapa di banyak kapasitas yang berbeda," negara kode, tetapi "harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam keadaan yang berbedabeda". Bahkan menggambarkan berbagai fungsi sebagai anggota AICPA: "Anggota dalam praktek publik memberikan atestasi, pajak, dan manajemen jasa konsultasi. Anggota lain menyiapkan laporan keuangan dalam pekerjaan orang lain, melakukan jasa audit internal dan melayani dalam kapasitas keuangan dan manajemen di industri, pendidikan. dan pemerintah. mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang bercita-cita untuk masuk ke profesi ". Terlepas dari peran yang berbeda akuntan 8

bermain untuk konstituen yang berbeda, kode menuntut objektivitas: "Terlepas dari layanan atau kapasitas, anggota harus melindungi integritas dari pekerjaan mereka, menjaga obyektivitas dan menghindari subordinasi penilaian mereka". Sama seperti penelitian yang ideal termotivasi untuk mencari pengetahuan yang benar, akuntan yang ideal adalah termotivasi untuk hadir sebagai gambaran keuangan yang mungkin benar. Akuntan tidak dapat melakukannya jika mereka mensubordinasikan penilaian mereka kepada orang lain, atau jika takut (catatan) kebutuhan akan keberanian) atau keserakahan (perhatikan kebutuhan kesederhanaan) mereka mengatakan bos apa bos ingin mendengar. Untuk menjaga integritas mereka, akuntan harus, pertama dan terutama, menjadi benar untuk diri mereka sendiri dan profesi mereka. Dengan demikian, penafsiran Principal IV menyimpulkan dengan kata ini kuat pada tanggung jawab anggota tidak dalam praktek umum, yang oleh sifat pekerjaan mereka tidak independensi: Meskipun anggota tidak dalam praktek publik tidak dapat mempertahankan penampilan independensi, mereka tetap memiliki tanggung jawab untuk menjaga obyektivitas dalam memberikan jasa profesional. Anggota dipekerjakan oleh orang lain untuk menyiapkan laporan keuangan atau untuk melakukan audit, pajak, atau jasa konsultasi dibebankan dengan tanggung jawab yang sama untuk objektivitas sebagai anggota dalam praktek umum dan harus teliti dalam aplikasi mereka dari prinsip akuntansi yang berlaku umum dan jujur dalam semua transaksi dengan anggota dalam praktik publik. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa semua akuntan

baik

publik dan swasta memiliki tanggung jawab utama yaitu untuk melaksanakan pekerjaan mereka dengan jujur dan benar. Setiap kegiatan yang tidak etis bahkan kegiatan hukum yang melanggar semangat kode adalah hal yang dilarang. 

Prinsip V – Due Care Seorang anggota harus melihat teknik pekerjaan dan standar etika serta berjuang secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas jasa, dan membebaskan tanggung jawab untuk kemampuan terbaik anggota. Penafsiran prinsip mengidentifikasi "pencarian untuk keunggulan" sebagai "esensi dari due care". Keunggulan membutuhkan kompetensi dan ketekunan. Akuntan harus melakukan yang terbaik dari kemampuannya dengan "kepedulian 9

terhadap kepentingan mereka yang layanan dilakukan dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada masyarakat". Akuntan mencapai kompetensi melalui pendidikan dan pengalaman. Pertama, mereka

harus belajar

bagians

umum dari pengetahuan

akuntansi.

Untuk

mempertahankan tingkat tinggi fasilitas dan ketajaman, mereka harus melengkapi pengetahuan ini dengan komitmen terus menerus untuk perbaikan profesional. Due care lebih membutuhkan bahwa ketika akuntan mengakui keterbatasan kompetensi mereka, mereka berkonsultasi dengan orang lain atau merujuk klien lain yang memiliki kompetensi yang diperlukan. "Setiap anggota bertanggung jawab", menurut kode, "untuk menilai kompetensinya, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman, dan penilaian yang memadai untuk tanggung jawab yang akan diasumsikan". Ketekunan, yang "memaksakan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan segera dan hati-hati, harus melalui dan untuk mengamati standar teknis dan etika yang berlaku," adalah aspek lain dari due care. Untuk menjadi cepat serta hati-hati mengharuskan seorang akuntan "bertanggung jawab merencananakan dan mengawasi kegiatannya secara profesional". Oleh karena itu, perencanaan yang ceroboh mengarah pelayanan yang kurang kompeten untuk klien dapat dicirikan sebagai perilaku tidak etis - meskipun beberapa akuntan mungkin tidak setuju kecerobohan dapat dianggap sebagai dimensi etika. 

Prinsip VI – Lingkup dan Sifat Jasa Seorang anggota dalam berpraktek harus melihat prinsip-prinsip kode etik profesional dalam menentukan ruang lingkup dan sifat jasa yang diberikan. Prinsip ini hubungan semua prinsip bersama-sama. Ini dimulai dengan profesionalisme: "Aspek kepentingan publik pelayanan akuntan publik bersertifikat 'mengharuskan layanan tersebut konsisten dengan perilaku profesional yang dapat diterima untuk bersertifikat akuntan publik. Integritas mengharuskan pelayanan dan kepercayaan publik tidak subordinasi keuntungan pribadi dan keuntungan. Prinsip ini juga menyatakan, "Objektivitas dan indepensi mengharuskan anggota bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Due care mensyaratkan bahwa layanan diberikan dengan kompetensi dan ketekunan. Seorang anggota harus memutuskan dalam keadaan apa untuk menyediakan layanan tertentu 10

dengan mempertimbangkan masing-masing dari enam prinsip. Untuk mencapai hal ini, yang harus dilakukan anggota AICPA adalah sebagai berikut: 

Praktek di perusahaan-perusahaan yang ada di tempat prosedur kualitas kontrol internal untuk memastikan bahwa layanan yang kompeten disampaikan dan diawasi.



Tentukan, dalam penilaian masing-masing, apakah ruang lingkup dan sifat layanan lain yang disediakan kepada klien audit akan peti konflik kepentingan dalam kinerja fungsi audit untuk klien.



Menilai dalam penilaian masing-masing, apakah kegiatan sesuai dengan peran mereka sebagai profesional. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa semua akuntan - publik

dan swasta - memiliki satu tanggung jawab utama: untuk membuat pekerjaan mereka sebagai jujur dan benar mungkin. Setiap kegiatan yang tidak etis - bahkan kegiatan hukum yang melanggar semangat kode - dilarang. Kritik Terhadap Kode Etik Prinsip-prinsip kode, secara keseluruhan, menetapkan kerangka kerja untuk pendekatan etis akuntan untuk profesi akuntansi. Kritikus mengatakan, bagaimanapun bahwa prinsip-prinsip memiliki minimal dua kelemahan: (1) mereka terlalu luas dan (2) tidak terdapat sanksi. Prinsip pertama, misalnya kata. "Dalam melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai profesional, anggota (dari AICPA) harus latihan penilaian profesional dan moral yang sensitif dalam semua kegiatan mereka." Pernyataan itu adalah luas, kritikus, karena tidak ada bertindak sebagai CPA dalam semua kegiatan dan terlalu amorf karena tidak secara khusus mendefinisikan "sensitif" penilaian profesional. Sebuah jawaban, bagaimanapun, adalah bahasa yang selalu umum dan membutuhkan interpretasi dan bahwa aturan-aturan dan interpretasi dari prinsip-prinsip kode mengatasi kekurangandari-kekhususan masalah. Selanjutnya, prinsip-prinsip yang dimaksudkan untuk menjadi inspirasi; aturan yang dimaksudkan untuk menjadi beton. Kelemahan kedua, secara keseluruhan adalah bahwa kode jarang ditegakkan. Dan kode tanpa penegakan mungkin lebih buruk daripada tidak ada kode sama sekali. Untuk mengurangi kekurangan ini dalam kode akuntansi, Sarbanes - Oxley Act, selain mendirikan Perusahaan Akuntan Publik Dewan Pengawas, memberi SEC kekuatan yang lebih besar untuk menegakkan standar. Meskipun terdapat kelemahan ini, kode 11

etik sangat penting dalam membangun standar profesional. Aturan spesifik dapat menjernihkan setiap ketidakjelasan dalam prinsip kode. 2. Kode Etik IFAC IFAC (International Federation of Accountans) adalah organisasi global untuk profesi akuntansi.

IFAC

berkomitmen

untuk

melindungi

kepentingan

umum

dengan

mengembangkan standar internasional menjadi berkualitas tinggi, mempromosikan nilainilai etika secara intensif, mendorong kualitas prakteknya dan mendukung pembangunan di segala bidang profesi di seluruh dunia. Kode etik ini meliputi tiga bagian, yaitu :  Bagian A adalah bagian yang menetapkan prinsip-prinsip dasar etika untuk akuntan dan menyediakan kerangka kerja konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Kerangka kerja konseptual mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan prinsip-prinsip dasar etika, untuk mengevaluasi pengaruh signifikan dari ancamanancaman itu dan menerapkan perlindungan untuk mengurangi ancaman-ancaman 

hingga ketingkat yang dapat diterima. Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka kerja konseptual diterapkan dalam situasi khusus. Kerangka kerja konseptual mengandung contoh penjagaan terhadap prinsip-prinsip dasar, dan juga mengandung contoh situasi dimana penjagaan keamanan tidak tersedia, sehingga tercipta ancaman-ancaman yang seharusnya bias dihindari. Bagian B diterapkan profesi akuntansi dalam praktek untuk kepentingan publik. Bagian C diterapkan profesi akuntan dalam praktek untuk dunia bisnis. Dalam praktek profesi akuntan untuk kepentingan publik mungkin juga ditemukan tuntunan kode etik bagian C yang relevan dengan kondisi mereka sebenarnya.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC terdiri dari 5 bagian, yaitu 

Integritas: Seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua



hubungan bisnis dan profesionalnya. Objektivitas: Seorang akuntan professional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya bias, konflik kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain sehingga



mengesampingkan pertimbangan bisnis dan professional. Kompetensi professional dan kehati-hatian: Seorang akuntan professional mempunyai kewajiban pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa professional yang kompeten yang didasarkan atas perkembangan



praktik, legislasi, dan teknik terkini. Kerahasiaan: Seorang akuntan professional harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan professional dan bisnis serta tidak 12

boleh mengungkapkan informa siapa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar 

dan spesifik. Perilaku professional: Seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi. 3. Kode Etik IAI Dalam kongres (1973), IAI menetapkan kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia yang diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik ini dibuat dengan tujuan untuk mengatur standar mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan akuntan. Standar mutu itu sendiri bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan. Berikut adalah 8 prinsip etika yang berlaku bagi IAI, diantaranya:  Tanggung Jawab Profesi Tanggung jawab profesi dapat diartikan setiap anggota senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesionalitas dalam semua kegiatan yang dilakukan dan bertanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional. Anggota juga harus ikut bertanggung

jawab

untuk

bekerja

sama

dengan

sesama

anggota,

untuk

mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan 

menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur diri sendiri. Kepentingan Publik Kepentingan utama profesi akuntan adalah membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi dan semua anggota



mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Integritas Integritas merupakan suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional atau kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan menjadi patokan



(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambil. Objektivitas Prinsip objektivitas mengharuskan setiap anggota bersikap adil, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias serta bebas dari benturan kepentingan



maupun mudah dipengaruhi pihak lain. Kompetensi dan kehati-hatian profesional Kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan kehati-hatian profesional yang diperoleh dari pengalaman, harus dilakukan setiap anggota dalam menjalankan jasa profesionalnya. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya demi kepentingan pengguna



jasa dan konsisten dengan tanggug jawab profesi kepada publik. Kerahasiaan 13

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk 

mengungkapnya. Perilaku profesional Perilaku profesional yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan



yang dapat

mendiskreditkan

profesi

harus

selalu

dilakukan

dan

dipertahankan oleh para anggota. Standar teknis Standar teknis dan profesional yang relevan sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati–hati harus dilakukan setiap anggota selama menjalankan jasa profesionalnya. Kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan harus sesuai dengan prinsip integritas dan objektivitas. Standar-standar ini merupakan standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, International Federatin of Accountants, badan pengatur serta perundang–undangan yang relevan.

REFERENSI Duska, Ronald; Brenda Shay Duska; & Julie Anne Ragatz. 2011. Accounting Ethics. 2nd Edition. United Kingdom: Wiley-Blackwell. Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2012. Business & Professional Ethics for Directors, Executives & Accountants. 7th Edition. USA: Cengage Learning.

14

Related Documents

Fix Temu 11
August 2019 37
Fix Temu 4 Kasus.doc
August 2019 28
Temu Lawak
October 2019 52
Temu Lawak.docx
November 2019 26
Temu Manten
October 2019 55
Temu Ramah
June 2020 32

More Documents from ""