(fix) Buang Air Kecil Terus Menerus.docx

  • Uploaded by: Nuryani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View (fix) Buang Air Kecil Terus Menerus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,583
  • Pages: 25
TERAPI NON FARMAKOLOGI SENAM KEGEL UNTUK OVERACTIVE BLADDER Dosen Pengampu : Pipit Feriani, S.kep, MARS.

Kelompok 4 : Ahmad Yusni

: 17111024110009

Cindya Agarini

: 17111024110026

Emel Linda

: 17111024110038

Izma Mega Ulita

: 17111024110049

Marchy Noor A.Z

: 17111024110160

Muspirah

: 17111024110076

Nuryani

:17111024110088

Rinda Kurnilawati : 17111024110099 Tri Ariani

: 17111024110116

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Jl. Ir. H. Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 UMKT Samarinda 7312

i

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis diberi kesehatan sehingga makalah yang berjudul “Terapi Non Farmakologi Overactive Bladder Senam Kegel” dapat selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Ajal dan Paliatif. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata dari kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Samarinda, 08Maret 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 a. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 b. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1 c. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2 d. Metode Penulisan............................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3 a. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan .......................................................................... 3 b. Mekanisme Eliminasi .................................................................................................... 8 c. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine ................................................................ 8 d. Tanda Gejala Gangguan Kebutuhan Eliminasia............................................................ 10 e. Terapi Senam Kegel ...................................................................................................... 15 f. Hasil Penelitian Senam Kegel ....................................................................................... 16 g. Kegunaan Senam Kegel ................................................................................................ 16 h. Indikasi .......................................................................................................................... 18 i. Kontraindikasi ............................................................................................................... 19 j. Langkah-langkah Senam Kegel .................................................................................... 19 BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 20 a. Kesimpulan ................................................................................................................... 20 b. Saran .............................................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... iii

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Eliminasi urine merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan,dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkankarbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan.Hampirsemua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan.kulit mengeluarkan air dan natrium/keringat.Ginjal

merupakan

bagian

tubuh

primer

yang

utamauntuk

mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampaitegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkahkedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusahamengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akankeinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleksini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak. Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volumedarah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubahpada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produksampah didalam urin.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi fisiologi terkait kebutuhan eliminasi? 2. Bagaimana mekanisme eliminasi? 3. Apa saja gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi? 4. Apa saja tanda dan gejala gangguan kebutuhan eliminasi? 5. Apa saja pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi? 6. Bagaimana tindakan untuk pemenuhan kebutuhan eliminasi pasien? 7. Bagaimana evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi? 1

8. Bagaimana cara terapi kegel? 9. Apa saja manfaat senam kegel? 10. Apa saja indikasi senam kegel? 11. Apa saja kontraindikasi senam kegel?

C. Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui masalah dan faktor apasaja yang mempengaruhi proses eliminasi seseorang terutama pada pasien b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi terkait kebutuhan eliminasi. 2. Untuk mengetahui mekanisme eliminasi. 3. Untuk mengetahui gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi. 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan kebutuhan eliminasi. 5. Untuk mengetahui pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi. 6. Untuk mengetahui tindakan untuk pemenuhan kebutuhan eliminasi pasien. 7. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi.

D. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka. Metode pustakaadalah metode yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data dari pustakayang berhubungan dengan buku maupun situs internet.

2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan 1. Pengertian Sistem Perkemihan Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih) 2. Susunan Sistem Perkemihan a. Ginjal Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsungpada dinding abdomen.Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki –laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. 1) Bagian –Bagian Ginjal a) Kulit Ginjal (Korteks) Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron.Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung kapiler –kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus.Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat –zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat –zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal. 3

b) Sumsum Ginjal (Medula) Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris –garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halusyang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses. c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis) Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masingmasing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria). 2) Fungsi Ginjal : 1. Mengekskresikan

zat–zat

sisa

metabolisme

yang

mengandung

nitrogennitrogen, misalnya amonia. 2. Mengekskresikan zat–zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat –obatan, bakteri dan zat warna). 3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi. 4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa. 3) Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

4

1. Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior. 2. 2. Persyarafan Ginjal Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

b. Ureter Terdiri dari 2 saluran pipa masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25–30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : 1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa). 2. Lapisan tengah otot polos. 3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan–gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

5

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada

tempat

ureter meninggalkan pelvis

renalis,

pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

c. VesikulaUrinaria( Kandung Kemih ) Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisispubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari : 1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate. 2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. 3. Verteks,

bagian

yang

maju

kearah

muka

dan

berhubungan

denganligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi

6

relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan

yang

menyebabkan

kontraksi

kandung

kemih

dan

relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut –serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medulaspinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf –saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus –menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira –kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah

kandung

kemih.

Pembuluh

limfe

berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

d. Uretra Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsimenyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra bewrjalan berkelok –kelok melalui tengah –tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki –laki terdiri dari : 1. Uretra Prostaria 2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa 7

Lapisan uretra laki –laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 –4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena –vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

B. Mekanisme Eliminasi 1. Proses Filtrasi Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung olehsimpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus. 2. Proses Reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis. 3. Proses sekresi. Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

C. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 1. Diet dan Asupan (intake) Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine. 8

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine. 3. Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet. 4. Stres Psikologis Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi. 5. Tingkat Aktivitas Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas. 6. Tingkat Perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil. 7. Kondisi Penyakit Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus. 8. Sosiokultural Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untukbuang air kecil di tempat tertentu. 9. Kebiasaan Seseorang Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit. 10. Tonus Otot 9

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine. 11. Pengobatan Pemberian

tindakan

pengobatan

dapat

berdampak

pada

terjadinya

peningkatan atau penurunan -proses perkemihan.Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine. 12. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,

khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan

pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkanedema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

D. Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Eliminasia. 1. Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) Benign Prostatic Hyperplasia(BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah suatu kondisi yang menyebabkan kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat kanker. Kelenjar prostat memiliki fungsi untuk memproduksi air mani dan terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis. Karena kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria, maka tentu saja seluruh penderita BPH adalah pria.Umumnya pria yang terkena kondisi ini berusia di atas 50 tahun.

Gejala BPH

Berikut ini gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat jinak (BPH):  Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari. 10

 Inkontinensia urine atau beser.  Sulit mengeluarkan urine.  Mengejan pada waktu berkemih.  Aliran urine tersendat-sendat.  Mengeluarkan urine yang disertai darah.  Merasa tidak tuntas setelah berkemih. Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran. Disarankan untuk menemui dokter jika Anda merasakan gejala BPH, meski ringan. Diagnosis sangat diperlukan karena ada beberapa kondisi lain yang gejalanya sama dengan BPH, di antaranya:  Prostatitisatau radang prostat.  Infeksi saluran kemih.  Penyempitan uretra.  Penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih.  Bekas luka operasi pada leher kandung kemih.  Kanker kandung kemih  Kanker prostat.  Gangguan pada saraf yang mengatur aktivitas kandung kemih.

Penyebab BPH

Sebenarnya penyebab persis pembesaran prostat jinak (BPH) masih belum diketahui, namun diperkirakan kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada kadar hormon seksual akibat proses penuaan. Pada sistem kemih pria terdapat sebuah saluran yang berfungsi membuang urine keluar dari tubuh melalui penis, atau lebih dikenal sebagai uretra. Dan jalur lintas uretra ini secara kebetulan melewati

kelenjar

prostat.

Jika

terjadi

pembesaran pada kelenjar prostat, maka secara bertahap akan mempersempit uretra

dan

pada

akhirnya

aliran

11

urine

mengalami

penyumbatan.

Penyumbatan ini akan membuat otot-otot pada kandung kemih membesar dan lebih kuat untuk mendorong urine keluar. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena BPH adalah:  Kurang berolahraga dan obesitas.  Faktor penuaan.  Menderita penyakit jantung atau diabetes.  Efek samping obat-obatan penghambat beta.  Keturunan 2. Sistitis Sistitis dalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri(biasanya Eacherichia Colf) yang menyebar dariuretra atau karena respon alergi atau akibat iritasi mekais pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri yang disertai darah dalam urine(hematuria). 3. Glomerulonefritis Glomerulonefritis

adalah

inflamasi

nefron,

terutama

pada

glomerulus.Glomerulonefritis terbagi menjadi dua yaitu:  Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun terhadap toksin bakteri tertentu  Glomerulonefritis kronik tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus. Infalamasi ini mungkin diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau karena glomerulonefritis akut. 4. Pielonefritis Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri. Infalamasi dapat berawal ditraktus urinaria bawah(kanduung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinari terjadi akibat pembesaran kelenjar prosfat atau batu ginjal. 5. Batu Ginjal

12

Batu ginjal atau kalkuli Urinari terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersam dengan urine, batu yang lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan raa nyeri yang tajam(kolik ginjla) yang menyebar dari ginjal ke selangkangan. 6. Gagal Ginjal Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan terjadinya retensi garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan penurunan drastis volume urine (oliguria). Gagal ginjal terbagi menjadi dua macam yaitu:  Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil diobati. Penyakit ini ditandai dengan oliguria mendadak yang diikuti dengan penghentian

produksi

urine (anuria) secara total. Hal ini disebabkan oleh

penurunan aliran darah ke ginjal akibat trauma atau cedera, glomerulonefritis akut, hemoragi, tranfusi darah yang tidak cocok, atau dehidrasi berat.  Gagal penyakit

ginjal

kronik

adalah

yang mengakibatkan

kondisi kerusakan

progresif parenkim

parah

karena

ginjal,seperti

glomerulonefritis kronik atau pielonefritis, trauma, atau diabetes nefropati( penyakit ginjal yang diakibatkan oleh diabetes melitus). 7. Retensi Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri. Kemungkinan penyebabnya :  Operasi pada daerah abdomen bawah.  Kerusakan ateren.  Penyumbatan spinkter Tanda-tanda retensi urine :  Ketidak nyamanan daerah pubis.  Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.  Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.  Meningkatnya keinginan berkemih. 8. Enuresish. 13

EniorisisIalah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :  Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.  Kandung kemih yang irritable.  Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan.  ISK atau perubahan fisik atau revolusi. 9. Inkontinensia  Inkontinensia Fungsional/urgensi Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine

karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk

mencapai toilet sebelum berkemih. Faktor Penyebab: a. Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih. b. Penurunan tonur kandung kemih. c. Kerusakan moviliasi, depresi, anietas. d. Lingkungan. e. Lanjut usia.  Inkontinensia Stress Inkotinensia

stress

ialah

keadaan

dimana

individu

mengalami

pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen. Faktor Penyebab: a. inkomplet outlet kandung kemih. b. Tingginya tekanan infra abdomen. c. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga. d. Lanjut usia.  Inkontinensia Total Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan. Faktor Penyebab: a. Penurunan Kapasitas kandung kemih. b. Penurunan isyarat kandung kemih. 14

c. Efek pembedahan spinkter kandung kemih. d. Penurunan tonus kandung kemih. e. Kelemahan otot dasar panggul. f. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih. g. Perubahan pola. h. Frekuensi. i. Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. j. Urgency. k. Perasaan seseorang harus berkemih.

E. Terapi Senam Kegel 1. Pengertian Kegel adalah nama dari latihan untuk menguatkan otot dasar panggul. Penemunya yaitu seorang dokter kebidanan dan kandungan bernama dr. Arnold Kegel pada 1945. Kegel adalah suatu latihan otot dasar panggul Puboccoccygeus (PC) atau Pelvic Floor Muscle yang semula dipergunakan untuk terapi pada wanita maupun pria yang tidak mampu mengontrol keluarnya urin. Bagi wanita yang tidak terlatih otot PCnya akan mengalami penurunan uterus akibat melemahnya atau menipisnya otot PC. Meskipun disebut sebagai senam, sebenarnya senam Kegel adalah latihan untuk mengencangkan hanya otot panggul bawah Anda. Karena itu, badan dan anggota tubuh Anda yang lain tidak perlu ikut bergerak. Otot panggul bawah terletak di area panggul (selangkangan), tepatnya yaitu otot yang digunakan untuk mengendalikan laju urine (air kencing). Awalnya senam ini dikembangkan oleh seorang spesialis kandungan asal Amerika Serikat, yaitu dr. Arnold Kegel pada tahun 1940-an. Tujuan utamanya saat itu adalah untuk mengatasi masalah inkontinensia urinepada wanita yang baru saja melahirkan. Seiring dengan berjalannya waktu, senam ini telah banyak terbukti mampu mengatasi berbagai masalah seputar panggul dan organ intim jika dilakukan secara 15

rutin.Oleh karena itulah saat ini, dokter kandungan atau ahli urologi di seluruh dunia sudah sering merekomendasikan senam Kegel sebagai perawatan rumah untuk berbagai kondisi kesehatan yang menyangkut organ reproduksi atau organ intim seseorang. Jangan salah, senam ini juga tak cuma bermanfaat bagi wanita, namun juga untuk pria. Akan tetapi, cara melakukan senam Kegel pria dan senam Kegel wanita tentu berbeda. Lebih jelasnya soal senam otot panggul bawah dengan Kegel, baca terus informasinya berikut ini.

F. Hasil Peneltitian Senam Kegel Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa setelah dilakukan latihan kegel terjadi penurunan frekuensi inkotinensia urine sebesar 21,6% dari 10,043 kali menjadi 7,871 kali. Dari hasil uji T-dependent test didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga ada pengaruh latihan kegel terhadap frekuensi inkotinensia urin pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan perlunya latihan kegel secara teratur dalam waktu yang relative lama untuk mengetahui pengaruh latihan kegel terhadap penurunan frekuensi inkotinensia urin.

G. Kegunaan Senam Kegel 1. Manfaat a.

Untuk wanita dapat mencegah prolaps uteri (turunnya rahim).

b.

Mengencangkan otot-otot vagina mengakibatkan kepekaan rangsang vagina bertambah.

c.

Untuk bumil bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan Otot panggul yang kuat dan elastis bermanfaat membuka jalan lahir dan mencegah episiotomi.

d.

Dapat mencegah timbulnya wasir atau mengompol yang sering dialami ibu hamil

e.

Pada pria juga dapat meningkatkan kemampuan mengontrol dan mengatasi ejakulasi dini serta ereksi lebih lama.

16

f.

Memberikan khasiat luar biasa untuk seseorang mencapai multiorgasme yang belum pernah dialami sebelumnya.

g.

Pada pria, mengatasi urge incontinence yaitu keinginan berkemih yang sangat kuat sehingga tidak dapat mencapai toilet tepat pada waktunya.

h.

Menguatkan otot - otot yang mengontrol alur dari urin (air seni). Pada umumnya disarankan bagi pria atau wanita yang memiliki masalah inkontinensia urin (tidak mampu menahan BAK).

i.

Pada pria, latihan ini akan mengangkat testis dan mengencangkan otot kremaster sama seperti mengencangkan anus sphincter. Hal ini disebabkan karena otot Puboccoccygeus (PC) dimulai dari daerah sekitar anus.

j.

Dapat mencegah terjadinya inkontinensi urin, yaitu sulit mengontrol buang air kecil seiring dengan bertambahnya usia.

2. Manfaat senam Kegel bagi wanita a.

Merapatkan vagina setelah proses persalinan normal.

b.

Mempercepat pemulihan vagina setelah episiotomi(gunting vagina saat melahirkan). Pasalnya, senam Kegel bisa meningkatkan sirkulasi darah yang lancar ke area vagina. Darah yang mengandung oksigen dan berbagai nutrisi sangat diperlukan untuk meregenerasi beragam sel dan jaringan vagina yang mengalami kerusakan akibat episiotomi.

c.

Membantu mengatasi wasir (ambeien), terutama setelah melahirkan lewat vagina. Ini lantaran Kegel bisa melancarkan peredaran darah menuju dubur dan vagina.

d.

Mengencangkan vagina yang sudah mengendur, misalnya pada saat wanita memasuki usiamenopause. Manfaat ini bisa membantu mewujudkan performa seksual yang lebih memuaskan.

e.

Membantu mengatasi gejala-gejala prolaps organ panggul. Prolaps organ panggul yaitu kondisi saat otot dan ligamen yang menopang organ-organ di area panggul melemah. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian oleh para ahli dari Norwegia tahun 2012. Penelitian ini dimuat dalam Journal of Urology.

17

3. Manfaat senam Kegel untuk pria a.

Membantu meredakan inkontinensia urine. Inkontinensia urine adalah kondisi sulit menahan buang air kecil atau selalu merasa ada desakan untuk buang air kecil, baik pada pria maupun wanita. Keberhasilan Kegel untuk mengatasi masalah ini pernah dibahas dalam sebuah penelitian tahun 2009 yang telah dikupas tuntas oleh Cochrane, yaitu organisasi internasional yang bergerak dalam bidang informasi medis.

b.

Melancarkan peredaran darah sehingga penis bisa ereksi lebih kuat saat berhubungan seks. Sebuah tim ahli dari Israel menemukan bahwa latihan otot panggul bawah ini bisa membantu pria dengan disfungsi ereksi (impotensi) agar bisa mempertahankan ereksinya. Para ahli meyakini bahwa latihan ini bisa membantu mengendalikan fungsi dan respon seksual Anda lebih baik lagi.

c.

Mencegah dan membantu mengatasi ejakulasi dini. Efek latihan Kegel dalam menangani ejakulasi dini dibuktikan dalam International Journal of Andrology. Menurut penelitian ini, melakukan latihan Kegel selama kurang lebih dua belas minggu mampu membantu lebih dari 50 persen pria dengan masalah ejakulasi dini untuk menunda orgasme sehingga seks terasa lebih memuaskan.

d.

Mencegah kencing tidak tuntas atau post-micturition dribble(urine masih menetes setelah buang air kecil) terutama pada pria. Penelitian dalam jurnal BJU International mengatakan bahwa senam ini memang mampu membantu pria mengendalikan keluarnya urine, terutama setelah menjalani operasi prostat.

e.

Menjaga kesehatan prostat pria. Senam ini baik untuk melatih otot-otot yang ada di sekitar prostat sehingga bisa menopang berbagai organ reproduksi pria dengan kuat.

H. Indikasi a.

Pria dan wanita yang memiliki masalah inkontinensia (tidak mampu menahan buang air kecil).

b.

Wanita yang sudah mengalami menopause untuk mempertahankan kekuatan otot panggul dari penurunan kadar estrogen.

18

c.

Wanita yang mengalami prolaps uteri (turunnya rahim) karena melemahnya otot dasar panggul, juga untuk wanita yang mengalami masalah seksual.

d.

Pria yang mengalami masalah ejakulasi dini serta ereksi lebih lama. (Ardani, 2010).

I. Kontraindikasi Penderita penyakit jantung yang dapat mengakibatkan nyeri dada saat melakukan gerakan minimal, penderita diabetes, penderita hipertensi, dan penderita penyakit kelamin (Hartati, 2009dalam Ardani, 2010).

J. Langkah-langkah Senam Kegel 1. Posisi berdiri tegak dengan posisi kaki lurus dan agak terbuka. 2. Fokuskan konsentrasi pada kontraksi otot daerah vagina, uretra dan rectum. 3. Kontraksikan ODP seperti saat menahan defekasi atau berkemih 4. Rasakan kontraksi ODP, pastikan kontraksi sudah benar tanpa adanya kontraksi otot abdominal, contohnya jangan menahan napas. Control kontraksi otot abdominal dengan meletakkan tangan pada perut. 5. Pertahankan kontraksi sesuai kemampuan kurang lebih sepuluh detik. 6. Rileks dan rasakan ODP dalam keadaan rileks. 7. Kontraksikan ODP kembali, pastikan kontraksi otot sudah benar. 8. Rileks dan coba rasakan otot-otot berkontraksi dan rileks. 9. Sesekali percepat kontraksi, pastikan tidak ada kontraksi otot lain. 10. Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada tahap awal, lakukan tiga kali pengulangan karena otot yang lemah mudah lelah. 11. Target latihan ini adalah sepuluh kali kontraksi lambat dan sepuluh kali kontraksicepat. Tiap kontraksi dipertahankan selama sepuluh hitungan. Lakukan enam hingga delapan kali selama sehari atau setiap saat. 12. Senam Kegel dapat pula dilakukan secara sederhana dengan cara: a. Saat berkemih coba untuk menahan aliran urin sampai beberapa kali. b. Pada posisi apapun, coba lakukan kontraksi ODP. Pertahankan selama tigasampai lima detik jika sudah terbiasa latihan dapat ditingkatkan menjadi sepuluh detik. 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih). Bila terjadi kerusakan pada saraf –saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus –menerus tanpa disadari). Untuk mengatasinya ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah terapi senam kegel, yaitu suatu latihan otot dasar panggul Puboccoccygeus (PC) atau Pelvic Floor Muscle untuk mencegah buang air kecil terus menerus

B. Saran Diharapkan kepada pembaca makalah ini mengetahui manfaat dari senam kegel untuk mengatasi masalah buang air kecil terus menerus. Dan mampu melakukannya secara mandiri dan tepat sesuai dengan prosedur yang berlaku.

20

.

21

DAFTAR PUSTAKA

Aris, T. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia.Jakarta: Trans Info Media. Gibson, J. (2003). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat.Jakarta: EGC. Mashudi, S. (2011). Buku Ajar AnatomiFisiologi Dasar.Jakarta: Salemba Medika. Pearce, E. C. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Kompas Gramedia. Perry, P. (2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.Jakarta: EGC. Tambayong, J. (2001). Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan.Jakarta: EGC. Watson, R. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat.Jakarta: EGC. Wibowo, D. S. (2013). Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang Menyertainya.Jakarta: Kompas Media

iii

Related Documents


More Documents from "Sarah Claudia Yosephine Simanjuntak"