BAB I PENDAHULUAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apan juga dan kecuali dinyatakan lain,upa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1977-1980). Simplisia ada yang lunak seperti bunga, daun, akar kelembak dan ada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisia yang lunak mudah direbus oleh cairan penyari, karena itu pada penyarian tidak perlu diserbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras, perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyarian (Sediaan galenika, 2012). Daun jarak merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini jarak pagar makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Jarak Pagar juga dikenal dengan nama jarak budeg, jarak gundul, atau jarak cina. Tanaman yang berasal dari daerah tropis di Amerika Tengah ini tahan kekeringan dan tumbuh dengan cepat. Jarak (Ricinus communis) adalah tumbuhan liar setahun (annual) dan biasa terdapat di hutan, tanah kosong, di daerah pantai, namun sering juga dikembangbiakkan dalam perkebunan. Jarak pagar (Jatropha curcas L.)
merupakan salah satu tanaman yang diunggulkan di Indonesia sebagai penghasil minyak untuk biodisel. Biodiesel adalah minyak solar yang dibuat dari
minyak
nabati
berbagai
macam
tumbuh-tumbuhan
yang
di
transesterifikasi secara kimia (Anonim, 2016) Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari, mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Penyarian disamping memperhatikan sifat simplisia dan sifat zat aktifnya, harus juga memperhatikan zat-zat yang sering terdapat dalam simplisia seperti protein, karbohidrat lemak dan gula (Sediaan galenika, 2012). Tujuan utama ekstraksi
adalah mendapatkan atau memisahkan
sebanyak mungkin zat-zat yang memilih khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah, agar lebih mudah dipergunakan (kemudahan diabsorpsi, rasa, pemakaian, dan lain-lain dan disimpang dibandingkan simplisia asal dan tujuan pengobatan lebih terjamin (Syamsuni, 2006). Ada 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan atau biasa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik tersebut. Keempat teknik kromatrografi tersebut yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas cair, dan
kromatografi kinerja tinggi (Harborne, 1989). Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi karena hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, waktu analisis relatif singkat, jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, selain itu kebutuhan ruang minimum serta penanganannya sederhana (Stahl, 1985). Penggunaan KLT biasa untuk tujuan uji kualitatif dapat menggunakan pereaksi kimia atau sinar ultraviolet atau gabungan keduanya. (Soemarno, 2001). Adapun maksud percobaan adalah. Adapun tujuan percobaan adalah Adapun prinsip percobaan percobaan adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian tanaman 1. Klasifikasi daun jarak (Jatropa curcas) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: euphorbials
Famili
: euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha curcas
2.. Nama Daerah 3. Morfologi Tumbuhan Jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukat besar dengan tinggi tanaman mencapai 5 meter dan bercabang tidak teratur. Batang berkayu, berbentuk silindris, dan bergetah. Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berwarna hijau mudah sampai hijau tua, permukaa bawah lebih pucat daripada bagian atasnya. Bunga berwarna kuning kehijauan , berupa bunga majemuk berbentuk malai.buah berbentuk bunga kendaga, oval, berupa buah kotak, berdiameter 2-4 cm. berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah matang. Biji berbentuk bulat
lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4-0,6 gram/biji. Tanaman jarak bisa diperbanyak dengan biji atau setek batang. Karakteristik tanaman jarak yang berasal dari biji dan setek batang berbeda. Selain kedua cara tersebut, tanaman jarak juga dapat diperbanyak melalui kultur jaringan (in-vitro). Dengan cara ini kita dapat memperoleh bibit jarak dengan jumlah yang banyak pada waktu yang
bersamaan. Jarak pagar akan tumbuh dan berproduksi optimal jika
ditanam di lahan kering dataran rendah yang beriklim kering, dengan ketinggian 0-500 meter dpl, curah hujan 300-1000 mm per tahun, dan temperature lebih dari 200°c. jarak pagar dapat tumbuh di lahan marginal yang miskin hara, tetapi berdreinase dan aerasi baik. Produksi optimal akan diperoleh dari tanaman yang ditanam di lahan subur. Jenis tanah yang baik untuk tanamn jarak pagar adalah yang mengandung pasir 60-90 % dan pH tanah 5,5-6,5. Produksi optimal juga bisa tercapai jika tanaman dipupuk dengan dosis yang sesuai dan tersedia
air
pada
musim
kemarau.
Pemeliharaan yang baik dan teratur akan mengoptimalkan produktivitas tanaman jarak. Karena itu, setiap kegiatan pemeliharaan harus dilakukan tepat waktu. Kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan adalah pengendalian gulma, pemeliharaan dreinase dan
aerasi,
pemangkasan
cabang,
pemupukan,
pengairan,
dan
pengendalian hama penyakit 4.Kandungan Kimia Kaemferol-3rutinoside,
nicotiflorin,
isoquercitrin,
rutin,
kaempferol,
quercetin, astragalin, reynoutrin, ricinine, vit.C 275 mg 5.Khasiat Tanaman jarak pagar berkhasiat untuk mengobati ,koreng, Eczema, Gatal-gatal (pruritis), Batuk sesak, dan Hernia. 6. Foto Tanaman
Gambar 1. daun jarak (Jatropa curcas)
B. Uraian Metode Bahan Alam 1. Pengertian Ekstraksi Sediaan kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Sediaan galenik,1979).. 2. Tujuan Ekstraksi Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen-komponen kimia yang terdapat dalam simplisia, proses ekstraksi didasarkan atas perpindahan massa komponen-komponen zat padat dari simplisia kedalam pelarut, setelah pelarut menembus permukaan dinding sel, kemudian berdifusi sehingga terjadi perbedaan di luar dan di dalam sel(Sediaan galenik,1979).. 3. Jenis-Jenis Ekstraksi a. Ekstraksi Secara Maserasi Istilah maserasi berasal dari bahasa latin “macerace”yang artinya merendam. Merupakan proses yang sederhana dan paling tepat dimana bahan yang sudah halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan larut. Mekanisme kerja dari metode maserasi adalah cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan diluar sel, maka larutan yang terpekat di desak keluar. Peristiwa itu
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dengan larutan di dalam sel (Sediaan Galenika,1986). Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, methanol, air-etanol atau jenis pelarut yang lain. Maserasi ini dilakukan dalam satu bejana yang berisi cairan penyari, dibiarkan selama lima hari sambil berulang-ulang diaduk, kemudian disaring (Sediaan Galenika,1986). Maserasi dapat dilakukan modifikasi, misalnya : 1) Modifikasi maserasi digesti, yaitu maserasi yang dilakukan dengan menggunakan pemanasan lemah dengan suhu 40-50°C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. 2) Maserasi dengan mesin pengaduk. Proses ini dilakukan dengan menggunakan pengaduk yang berputar secara terus-menerus dan dapat mempercepat proses ekstraksi sehingga dalam waktu 6-24 jam maserasi dapat selesai. 3) Remaserasi, yaitu penyarian yang dilakukan dengan membagi dua cairan penyari kemudian seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari yang pertama. 4) Maserasi melingkar, yaitu penyarian yang dilakukan dengan menggunakan cairan penyari yang selalu bergerak dan menyebar (Sediaan Galenika,1986).
b. Ekstraksi Secara Perkolasi Percolare
berasal
dari
kata
“
colara”
=
to
strain,
artinyamenyerkai dan “ Per” = through, artinya meenembus. Dengan demikian perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang yang disebut perkolator yang disimplisianya terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan tersebut menetes secara beraturan sampai memenuhi syarat yang telah ditetapkan (Syamsuni, 2006). Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkandalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpari. Cairan penyari diberikan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif selsel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerakan bawah disebabkan oleh kekuatan gayanya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Sediaan galenika, 2012). Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi) (Sediaan galenika, 2012).
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu sebagai berikut: 1. Perkolator bentuk tabung 2. Perkolator bentuk paruh 3. Perkolator bentuk corong (Sediaan galenika, 2012). Jenis-jenis perkolasi yaitu sebagai berikut: 1. Perkolasi Biasa Simplisia
yang
telah
ditentukan
derajat
kehalusannya
direndam degan cairan penyari, dimasukkan kedalam perkolator, dan diperkolasi sampai didapat perkolator tertentu. 2. Perkolasi Bertingkat/Reperkolasi Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasanya, tetapi dalam prosesnya dipakai beberapa perkolator. 3. Perkolasi dengan Tekanan Perkolasi
dengan
tekanan
ini
hampir
tidak
perna
dipergunakan pada pembuatan resmi sediaan alatnya disebut diakolator. 4. Perkolasi Kesinambung Sebetulnya
mirip
memasak,
karena
pada
perkolasi
kesinambung ini dipergunakan alat soxhlet, yang dengan penyari sedikit saja penyarian dapat berlangsung sempurna (Sediaan Galenika, 2012). c. Ekstraksi Secara Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi elah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. d. Ekstraksi Secara Refluks Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
C. Uraian Senyawa Tanin 1. Pengertian Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol yan berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalka protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. tanin (dari bahasa Inggris tannin; dari bahasa Jerman Hulu Kuno tanna, yang berarti “pohon ek” atau “pohon berangan”) pada mulanya merujuk pada penggunaan bahan tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan agar menjadi kulit masak yang awet dan lentur. Namun kini pengertian tanin meluas, mencakup aneka senyawa polifenol berukuran besar yang mengandung cukup banyak gugus hidroksil dan gugus lain yang sesuai (misalnya karboksil) untuk membentuk perikatan kompleks yang kuat dengan protein dan makromolekul yang lain
2. Struktur Kimia Secara Umum
3. Jenis Jenis Senyawa Pada umumnya tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul (BM) yang cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat
membentuk
kompleks
dengan
protein.
Berdasarkan
strukturnya, tanin diklasifikasikan menjadi dua kelas yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. a. Tanin Terhidrolisis
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Gallotanin merupakan salah satu contoh tanin terhidrolisis, di mana gallotanin ini merupakan senyawa berupa gabungan dari karbohidrat dan asam galat. Selain itu, contoh lainnya adalah ellagitanin (tersusun dari asam heksahidroksidifenil). Secara singkat, apabila tanin mengalami hidrolisis, akan terbentuk fenol polihidroksi yang sederhana, misalnya piragalol, yang merupakan hasil dari terurainya asam gallat dan katekol yang merupakan hasil dari hidrolisis asam protokatekuat. Tanin terhidrolisiskan biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna cokelat kuning yang larut dalam air (terutama air panas) membentuk larutan koloid bukan larutan sebenarnya. Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal. b. Tanin Terkondensasi Tanin
terkondensasi
biasanya
tidak
dapat
dihidrolisis,
melainkan terkondensasi di mana menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid. Tanin jenis ini dikenal dengan nama Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan
melalui C 8 dengan C4, contohnya Sorghum procyanidin yang tersusun dari catechin dan epiccatechin. 4. Sifat fisika kimia 1. Sifat Fisika. Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut : a. Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan memiliki rasa
asam dan sepat
b. Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk endapan c. Tanin tidak dapat mengkristal d. Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik 2. Sifat Kimia Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut : a. Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang
Sulit untuk dipisahkan sehingga
sulit membetuk kristal b. Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi c. Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan
pemberi warna.
5. Efek Farmakologi Tanin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar. Serta sebagai penyerap racun dan dapat menggumpalkan
protein.:
tanin dikenal memiliki
efek
farmakodinamik yang bekerja pada otot polos usus, tannin yang terkandung di dalamnya
melapisi mukosa usus, terutama
padakolon, dari penyerapan toksin dan presipitat protein 6. Sumber senyawa Tanin
dapat
dijumpai
pada
hampir
semua
jenis
tumbuhan,baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang bertanin antara lain diperoleh dari jenis bakau-bakuan atau jenis-jenis dari akasia (Acasi sp),ekaliptus (Eucalyptus sp),pinus (Pinus sp) dan sebagainya.tanin selama ini banyak digunakan sebagai bahan perekat tipe eksterior,yang terutama terdapat pada bagian kulit kayu.tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam air atau alcohol karena tannin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH,dapat mengikat logam berat,serta adanya zat yang bersifat anti rayap dan jamur (Anonim,2016)
D. Uraian Metode Pemisahan 1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi
lapis
tipis
(KLT) adalah
salah
satu
metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas.. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Fessenden,2003). Jarak pengembangan senyawa pada kromatografi biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf yaitu Rf =
Jarak titik pusat noda dari titik penotolan Jarak yang ditempuh eluen dari titik penotolan
Angka Rf (Rate of Flow) menyatakan besaran perbandingan kecepatan bergeraknya komponen terlarut terhadap fase gerak (pelarut). Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf, antara lain : 1. Ukuran partikel dari zat penyerap 2. Derajat keaktifan zat penyerap 3. Kemurnian pelarut 4. Kejenuhan chamber (Astawan, 2006). 2. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) Salah satu metode pemisahan yang memerlukan biaya paling murah dan memakai peralatan sangat sederhana ialah kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan dalam jumlah gram, sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah miligram. KLT preparatif dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1 mm) sebagai pengganti lapisan penyerap yang tipis (Nasution, 2010). Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan cara lama yang digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis digantikan oleh “HPLC” (High Performance Thinlayer Chromatography) atau Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (Munson, 2010).
Prinsip kerja KLTP Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan
dari
komponen-komponen
kimia
yang
akan
bergerak
mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Munson, 2010). 3. Kromatografi kolom Kromatografi kolom, disebut demikian karena penggunaan kolom gelas pada metode ini. Proses kromatografi kolom yang sering digunakan untuk memisahkan pigmen pada tumbuhan. Campuran pigmen tersebut dimasukkan pada kolom gelas yang berisi aluminia. Pelarut kemudian dialirkan agar membawa campuran melewati kolom. Pigmen akan bergerak turun melewati kolom dengan kecepatan bergantung pada kuat tidaknya adsorpsi pigmen pada aluminia. Pigmen yang teradsorp lemah pada aluminia akan melewati kolom dengan cepat daripada pigmen yang teradsorp kuat. Pigmen ini akan terpisah dan terkumpul pada wadah berbeda saat keluar dari kolom (anonim, 2016). Prinsip kerja Kromatografi kolom komponen tunggal ditahan pada fasa diam berupa adsorben karena telah terikat ketika eluen dialirkan,maka senyawa akan migrasi,terbawa oleh eluen sesuai
dengan
kesesuaian
kepolaran.masing-masing
senyawa
dalam
komponen mempenyai kecepatan yang berbeda-beda dalam melewati kolom.
Selama
proses
berlangsung,akan
didapatkan
beberapa
fraksi,masing-masing fraksi kemungkinan mengandung senyawa yang berbeda.untuk mengujinya,fraksi hasil kromatografi kolom dapat diamati menggunakan
KLT.
Fraksi
dengan
Rf
yang
mirip,kemungkinan
mengandung senyawa yang sama. Fraksi dapat diamati lebih lanjut menggunakan spektroskopi(anonim, 2016). 4. Kromatografi Lapis Tipis Dua Dimensi Kromatografi lapis tipis dua dimensi adalah salah satu metode yang
paling
metode
serbaguna
kromatografi
dilaporkan
pada
dua
tahun
pembangunan!. $plikasi pertama dari dimensi 1944
adalahkromatografi
oleh
consden,
kertas
Gordon
dan
Martin(anonim, 2016).. Prinsip dari KLT dua dimensi adalah adsorpsi dan partisi dengan menggunakan lempeng GF 254 sebagai fase diam dan perbandingan eluen pada profil KLT dimana akan memperpanjang lintasan noda (Rf) dengan menunjukkan senyawa tunggal yang terdapat pada sampel Aaptos sp(anonim, 2016). 5. Spektrofotometri Uv-Vis Spektrofotometri Uv-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh
suatu
senyawa.
Serapan
cahaya
uv
atau
cahaya
tampak
mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron(anonim, 2016). Prinsip kerja spektrofotometri uv-vis adalah Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah
cahaya
polikromatis
menjadi
cahaya
monokromatis
(tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif(anonim, 2016).. 6. Spektrofotometri Infra Merah
Spektrofotometri infra merah merupakan suatu metode mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1000 µm. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan(anonim, 2016). Prinsip kerja spektrofotometri infra merah seperti ini sebuah cuplikan ynag ditempatkan di dalam spektrofotometer infra merah dan dikenai radiasi infra merah yang berubah panjang gelombangnya secara berkesinambungan
menyerap
cahaya
jika
radiasi
yang
masuk
bersesuaian dengan energi getaran molekul tertentu. Spektrofotometer infra merah memayar daerah rentangan dan lenturan molekul. Penyerapan radiasi dicatat dan menghasilkan sebuah spektrum infra merah. Hadirnya sebuah puncak serapan dalam daerah gugus fungsi sebuah spektrum infra merah hampir selalu merupakan petunjuk pasti bahwa beberapa gugus fungsi tertentu terdapat dalam senyawa cuplikan. Demikian pula, tidak adanya puncak dalam bagian tertentu dari daerah gugus fungsi sebuah spektrum infra merah biasanya berarti bahwa gugus tersebut yang menyerap pada daerah itu tidak ada(anonim, 2016). 7. Spektroskopi Massa
Spektroskopi mendasarkan
Massa
pemisahan
adalah bekas
suatu ion
ion
tekhnik yang
analisis sesuai
yang
dengan
perbandingan massa dengan muatan dan pengukuran intensitas dari berkas ion ion tersebut. Dalam spektroskopi massa, molekul molekul senyawa organik ditembak dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion ion positif yang bertenaga tinggi (ion ion molekuler atau ion ion induk),yang dapat dipecah pecah menjadi ion ion yang lebih kecil (ion ion pecahan). Prinsip kerja alat ini adalah pembelokan partikel bermuatan dalam medan magnet(anonim, 2016).
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Pengambilan Sampel Bagian tanaman yang digunakan adalah daun jarak(Jatropha curcas) yang berasal dari yang berasal dari Desa barru Kec. Mallawa, kabupaten Mallusetasi Provinsi Sulawesi selatan. Daun jarak(Jatropha curcas) ini diambil pada pukul 07.00-.10.00 WITA.