Fishew Hematologi Satu.docx

  • Uploaded by: jehan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fishew Hematologi Satu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,222
  • Pages: 11
HEMATOLOGI I

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: Jehan Fauziah Hafsah : B1A017057 :I :1 : Klausa Media Rani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2018

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hematologi adalah cabang kedokteran internal, fisiologi, patologi, pekerjaan laboratorium klinis dan peditari yang berkaitan dengan studi tentang darah, organ pembentuk darah. Hematologi meliputi studi tentang etiologi, diagnosis, pengobatan, prognosis dan pencernaan penyakit darah. Darah berasal dari kata haima, yaitu dari akar kata hemo atau hemato. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentukan) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55% plasma darah. Darah lebih berat dan lebih kental bila dibandingkan dengan air. Cairan ini memiliki kisaran dan bau yang khas, serta pH sekitar 7,35 – 7,45 (Bevelander et al., 1998). Plasma darah merupakan cairan kompleks yang mengandung ion-ion dan molekul organk serta berada dalam keadaan keseimbangan dinamik dengan cairan tubuh lain. Plasma mengandung 90% air, 7-8% protein, 1% elektrolit dan 1-2% zat-zat terlarut lainnya. Eritrosit merupakan tipe sel darah yang berjumlah paling banyak dalam darah. Darah vertebrata memiliki inti yang bentuknya secara umum oval, kecuali pada mamalia, dalam perkembangannya eritrosit akan berbentuk cawan bikonkaf, yang dapat mempercepat pertukaran gas antar sel-sel dan plasma darah (Ville et al.,1988). Eritrosit merupakan sel darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen, karbondioksida, dan sari-sari makanan (nutrien), berdiameter rata-rata 7,5 mikron, berbentuk cakram yang bikonkaf dengan pinggiran sirkuler ketebalan 1,5 mikron dan pusat yang sangat tipis dan permukaan cakram yang bikonkaf ini relatif lebar untuk jalannya pertukaran O2 melalui membran (Sutrisno, 1999). Leukosit jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit, berwarna putih dan mempunyai kemampuan gerak yang independent. Sel ini berperan dalam proses kekebalan tubuh. Bentuk leukosit ini sangat bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-masing (Sutrisno, 1999). Leukosit pada hewan vertebrata

memiliki

beberapa tipe yang semuanya berasal dari sel precursor yang sama. Sel darah putih dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang memiliki sitoplasma granular (granulosit) dan yang memiliki sitoplasma non granuler (agranulosit). Granulosit terdiri dari monosit dan limposit. Leukosit ini berperan dalam

pertahanan seluler dan hormonal organisme serta melindungi tubuh dengan menimbulkan

peradangan

di

tempat-tempat

yang

terkena

infeksi,

memfagositasi mikroba, merusak toksin dan merusak antibodi (Ville et al.,1988). Hemoglobin adalah suatu senyawa protein yang mengandung pigmen porpirofin merah (heme) yang masing-masing mengandung atom Fe ditambah dengan globin yang merupakan protein globular yang terdiri atas rantai asam amino. Hemoglobin merupakan komponen yang berada di dalam eritrosit, yang berfungsi dalam membawa oksigen ke jaringan. Hemoglobin membutuhkan zat besi untuk mengikat oksigen sehingga cadangan besi harus selalu memenuhi untuk digunakan dalam proses pembentukam hemoglobin (Nurfaizin et al., 2014). Hemoglobin adalah sejenis protein yang terdapat di dalam eritrosit berfungsi dalam transport oksigen dan karbondioksida. Hemoglobin merupakan zat padat dalam darah yang menyebabkan warna merah dan molekul protein pada sel darah merah (Hidayat, 2016). B. Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah: 1. Memberikan keterampilan tentang cara pengambilan darah hewan. 2. Mengetahui cara melakukan perhitungan sel darah merah, sel darah putih dan kadar hemoglobin hewan.

II. MATERI DAN CARA KERJA A. Materi Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mencit (Mus musculus), ayam (Gallus domesticus), ikan nilem (Osteochilus hasselti), larutan Hayem, larutan Turk, akuades, larutan EDTA, larutan HCL 0,1 N, alkohol 70%, dan tissue. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah haemometer, haemocytometer, mikroskop cahaya, spuit 1 ml, pipet thoma, hand counter, cawan petri, pipet tetes, tabung sahli, pipet kapiler heparin, object glass dan cover glass, mikrosentrifus, dan hematokrit reader. B. Cara Kerja 1. Pengambilan Sampel Darah a. Darah ikan diambil melalui jantungnya, darah mencit diambil melalui ekornya, dan darah ayam diambil melalui pembuluh vena di sayapnya. b. Darah ditampung pada cawan petri yang telah dicuci dengan EDTA. 2. Menghitung Jumlah Eritrosot dan Leukosit a. Darah yang telah diambil, diletakkan pada cawan petri yang telah diberi larutan EDTA. b. Darah dihisap sampai skala 1 dengan menggunakan pipet thoma untuk eritrosit/leukosit. c. Larutan Hayem dihisap sampai skala 101 (untuk eritrosit)/ laritan Turk dihisap sampai skala 11 (untuk leukosit), dan dihomogenkan. d. Sebanayak 1 atau 2 tetes dibuang. e. Haemocytometer disiapkan dibawah mikroskop. f. Darah dengan larutannya di letakkan pada celah Haemocytometer dan dihitung. 3. Menghitung Kadar Hemoglobin a. Tabung Sahli diisi dengan HCl 0,1 N sampai skala 2. b. Darah dihisap dengan pipet Sahli dan dituang ke tabung, lalu dihomogenkan. c. Akuades ditambahkan tetes demi tetes, aduk dengan batang pengaduk.

d. Warna larutan tabung pengencer dan larutan standar dibandingkan dengan komparator. Bila sudah sama penambahan akuades dihentikan, kadar Hb dibaca pada skala yang ada di hemometer. 3. Menghitung Nilai Hematokrit: a. Darah diambil lalu diletakkan pada pipa kapiler. b. Ujung pipet ditutup dengan menggunakan malam. c. Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit untuk memisahkan antara plasma darah dan keping darah. d. Nilai hematokrit dibaca dengan hematokrit reader dalam bentuk %.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel 3.1. Hasil Total Darah, Kadar Hb, dan Nilai Hematokrit Total Sel Darah Kelompok

Hewan Uji

(Sel/mm3) Leukosit

Eritrosit

Kadar Hb (%)

Nilai Hematokrit (%)

1

Ikan nilem

16.450

5.225.000

4,4

Lisis

2

Ayam

200

540.000

9

Lisis

3

Ikan nilem

14.000

5.225.000

4,3

Lisis

4

Mencit

575

1.410.000

3

11

5

Ikan nilem

950

13.475.000

6

5

Perhitungan Eritrosit Kelompok I ∑ Eritrosit per mm3

= ∑ E x 5000 = 1045 x 5000 = 5.225.000 sel/mm3

Perhitungan Leukosit Kelompok I ∑ Leukosit per mm3

= ∑ L x 25 = 658 x 25 = 16.450 sel/mm3

B. Pembahasan Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan oleh kelompok 1, total leukosit ikan nilem yaitu 16.450 sel per ml. Total eritrosit ikan nilem yaitu 5.225.000 sel per ml. Kadar Hb sebesar 4,4 %. Nilai hematokrit tidak didapatkan. Hal ini dikarenakan darah yang diambil tidak dalam kondisi yang baik dan sudah terpapar dengan faktor eksternal, seperti kecepatan sentrifugasi dan waktu sentrifugasi (Astuti et al., 2017). Haematokrit adalah perbandingan antara volume sel darah merah dengan volume total darah. Pada sel darah ikan yang normal nilai hematokritnya adalah 17-33% (Titrawani et al., 2014). Hematology berasal dari bahasa Romawi, hemat yang berarti darah dan logy yang berarti belajar atau mempelajari. Hematology adalah ilmu

yang

mempelajari aspek anatomi, fisiologi dan patologi darah. Komponen darah terdiri plasma dan unsur-unsur pembentuk darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit (Nurcholis et al., 2013). Hematologi adalah cabang kedokteran internal, fisiologi, patologi, pekerjaan laboratorium klinis dan peditari yang berkaitan dengan studi tentang darah, organ pembentuk darah. Hematologi meliputi studi tentang etiologi, diagnosis, pengobatan, prognosis dan pencernaan penyakit darah. Darah berasal dari kata haima, yaitu dari akar kata hemo atau hemato. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentukan) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah terdiri dari 45% korpuskula dan 55% plasma darah. Darah lebih berat dan lebih kental bila dibandingkan dengan air. Cairan ini memiliki kisaran dan bau yang khas, serta pH sekitar 7,35 – 7,45 (Bevelander et al., 1998). Darah yang telah diambil dari masing-masing hewan uji diisap dengan pipet thoma, pipet thoma digunakan sebagai tempat menampung dan mengukur darah serta larutan Hayem atau Turk, Larutan hayem dipakai untuk mengencerkan eritrosit, sedangkan larutan Turk memiliki fungsi yang sama dengan larutan hayem pada leukosit. Larutan EDTA berfungsi sebagai antikoagulan. Pipet thoma yang digunakan untuk uji eritrosit dan leukosit masing-masing berbeda, yaitu pipet thoma eritrosit dan pipet thoma leukosit. Larutan Hayem disini digunakan untuk pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan Hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan Turk

mempunyai fungsi yang hampir sama dengan Larutan Hayem, hanya saja larutan ini digunakan untuk perhitungan sel darah putih, sehingga sel darah merah

nantinya

akan

dihancurkan

guna

mempermudah

pengamatan.

Perhitungan eritrosit dan leukosit dilakukan dengan haemocytometer. Campuran darah dengan Larutan Hayem / Larutan Turk dalam pipet thoma dibuang 1-2 tetes,untuk tetesan selanjutnya ditempatkan pada haemocytometer di bawah mikroskop. Setelah itu dihitung jumlah eritrosit & leukosit dengan bantuan hand counter sesuai metode. Haemometer berfungsi untuk menghitung kadar hemoglobin dalam darah. Tabung sahli merupakan pasangan atau alat pelengkap dari haemometer yang digunakan untuk menampung larutan darah saat akan di ukur kadar hemoglobinnya. Pada pengukuran kadar hemoglobin, digunakan HCl 0,1 N untuk menimbulkan reaksi dan menghasilkan warna senyawa hernatin asam yang berwarna coklat pekat pada hemoglobin. Darah mempunyai dua komponen, yaitu komponen cair dan komponen sel darah. Darah merupakan sistem transport yang berfungsi antara lain membawa zat makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa produk akhir metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan yang mengandung

berbagai

bahan

penyusun

sistem

imun

yang

bertujuan

mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit, serta sebagai alat pertahanan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh (Handayani et al., 2015). Menurut Gandasoebrata (2008) nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada dua, yaitu : 1. Metode makrohematokrit Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %. 2. Metode mikrohematokrit Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda

merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA. Prosedur pemeriksaannya adalah sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %. Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit dan lebih banyak berfungsi dalam keadaan sakit, karena itu sel darah putih berperan dalam menjaga tubuh dari serangan organisme penyebab penyakit (Yuwono, 2001). Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi naikturunnya Hb adalah seperti ketinggian tempat atau lingkungan kehidupannya. Umur juga mempengaruhi, ditandai ketika dewasa, jumlah hemoglobin dalam sel naik. Faktor yang mempengaruhi Hemoglobin juga diantaranya tekanan parsial O2, pH, konsentrasi 2,3 diphospogliserat dan konsentrasi CO2. Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan IainIain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %. Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit tukak lambung). Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain (Lehninger, 1994). Faktor lain yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah ialah jenis kelamin hewan uji dan usia hewan uji (Restel et al., 2014).

IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Cara pengambilan darah pada ikan yaitu bisa diambil melalui vena caudalis (pada bagian ekor). Selain itu, darah ikan juga dapat diambil melalui jantung langsung. Letak jantung ada di bagian bawah tutup insang yang keras, biasanya ada bintik hitam. Cara pengambilan darah pada ayam bisa melalui vena jugularis (sayap) atau pada vena brachialis, sementara darah mencit dapat diambil dengan cara memotong ekor mencit sedikit kemudian mengurutnya sampai darah keluar, atau bisa juga diambil melalui vena orbitalis (daerah mata) menggunakan pipa kapiler dengan cara menusukkannya lalu mengambil darah. 2. Perhitungan sel darah merah dan sel darah putih dilakukan dengan menghitung banyaknya sel pada haemositometer dengan bantuan mikroskop, selanjutnya melakukan perhitungan dengan rumus 25 𝐿 untuk leukosit, 5000 𝐸 untuk menghitung eritrosit. Kadar hemoglobin dihitung dengan membandingkan warna pada komparator dengan warna pada tabung sahli.

DAFTAR PUSTAKA Astuti, A.P.K., Sri, H., & Alfabetian H. C. H., 2017. Pengaruh Ekstrak Temulawak Pada Pakan Sebagai Imunostimulan Pada Ikan Tawes (Puntius Javanicus) Dengan Uji Tantang Bakteri. Journal of Aquaculture Management and Technology, 7(3), pp. 10-19. Bevelander, G. & Ramaley J., A., 1988. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga. Gandasoebrata, R., 2008. Penuntun Laboratorium Klinis. Jakarta: Dian Rakyat. Handayani, L., Irianti, N & Yuwono, E. 2015. Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Lemuru terhadap Kadar Eritrosit dan Trombosit pada Ayam Kampung. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1) pp : 39-46. Hidayat, A., 2016. Eritrosit, Hemoglobin, dan Hematokrit Burung Puyuh Pengaruh Suplementasi Tepung Daun Mengkudu Dalam Ransum Komersil. Skripsi. Purworejo: UMP. Lehninger, A. L. 1994. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3.Jakarta: Erlangga. Nurcholis, A., Aziz, M., & Muftuch., 2013. Ekstrasi Fitur Roudness untuk Menghitung Jumlah Eritrosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal EECIS 7(1), pp. 1-7. Nurfaizin, L. D, Mahfudz, & U. Matmumarsono., 2014. Profil Hematologi Ayam Broiler Akibat Pemeliharaan dengan Kepadatan Kandang. Agromedia, 32(1), pp. 1-8. Restel, Tamy, I., Lenir, C. P., Albert, S., & Iandara S.S. 2014. Hematology of Swiss mice (Mus musculus) of both genders and different ages. ACTA CIRUGICA BRASILEIRA, 29(5), pp. 306-312. Sutrisno., 1999. Diktat Fisiologi Hewan. Purwokerto: Fakultas Peternakan Unsoed. Titrawani, Windarti, & Vera A., 2016. Gambaran Darah Ikan Paweh (Osteochilus Hasselti C.V.) Dari Danau Lubuk Siam, Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 7(1), pp. 28-34. Ville, C. A, Walker, W, & Barnes, R. D., 1988. Zoologi Umum Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Yuwono, E., 2001. Fisiologi Hewan I. Purwokerto: Fakultas Biologi Unsoed.

Related Documents


More Documents from "Ciery Marhamah Dunggioc"